DISUSUN OLEH :
Kelompok 3
Asep Rohana
Ardi Pahrizal
Yoga Gustiadi
Bismillahhirrahmanirrahim
Alhamdulillah puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT.
yang melimpahkan taufik dan hidayah-Nya kepada kami sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik kendatipun sangat sederhana.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kehadirat junjungan
kita Nabi Muhammad SAW. sebaik-baiknya insan lintang pemimpin bagi umat
manusia karena berkat beliaulah kita masih dapat merasakan nikmatnya Islam.
Dalam makalah ini Saya membahas tentang “Hadhanah (Hak asuh anak).”
Selanjutnya kami haturkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu
menyelesaikan makalah ini.
Namun pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan karena
tidak ada kesempurnaan sedikitpun di dunia ini. Dengan ini saya mengharap kritik
dan saran untuk lebih memotivasi saya kedepan, terutama untuk dosen
pembimbing. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin...
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………..………….…………ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………….…………1
B. Rumusan Masalah……………………………………………….………..1
C. Tujuan Penulisan……………………………………………..….………..1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………..………2
A. Pengertian Hadhanah…………………..………………………...……….2
B. Dasar Hukum Hadhanah……………………………………..….………..2
C. Syarat-Syarat Hadhanah………………………………………….……….3
D. Yang berhak dalam hadhanah…………………………………….………4
E. Masa Hadhanah…………………………………………………………..6
F. Upah hadhanah…………………………………………………………...7
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
BAB II
PEMBAHASAN
َ النَّاسُ َو ْال ِح َجUٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا قُ ْٓوا اَ ْنفُ َس ُك ْم َواَ ْهلِ ْي ُك ْم نَارًا َّوقُوْ ُدهَا
ُارة
1 Prof. Dr.H.M.A.Tihami M.A. M.M, dan Drs.Sohami Sahrani,M.M. M.H, fiqih munakahat, cet ke 2 (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2010)
hlm.,215-216
2
Sudah jelas kiranya dalam ayat ini para orang tua diperintahkan Allah SWT.
untuk memelihara keluarganya dari api neraka, dengan berusaha agar seluruh
anggota keluarganya itu melaksanakan perintah-perintah tuhan dan menjauhi
larangannya, dan dalam ayat ini yang disebut keluarga adalah seorang anak.2
Seorang Hadhanah (Ibu) yang Menangani dan Menyelenggrakan Kepentingan
Anak Kecil yang Diasuhnya, yaitu Kecakapan dan Kecukupan.
Kecukupan dan kecakapan juga memerlukan syarat-syarat tertentu. Jika
syarat-syarat tertentu ini tidak terpenuhi satu saja maka gugurlah kebolehan
menyelenggarakan Hadhanahnya.
2 Ibid hlm.,216
3
5. Islam
Anak Muslim tidak boleh diasuh oleh orang yang bukan Muslim, sebab
Hadhanan adalah masalah perwalian. Sedangkan Allah tidak membolehkan orang
mukmin dibawah perwalian orang kafir. Hal ini berdasar pada firman Allah dalam
surat Annisa’ ayat 141:
ََولَ ْن يَّجْ َع َل هّٰللا ُ لِ ْل ٰكفِ ِر ْينَ َعلَى ْال ُمْؤ ِمنِ ْين
“ dan Allah tidak akan memberikan jalan kepada orang-orang kafir menguasai
orang-orang mukmin. (QS. Annisa’: 141).
Dalam riwayat lain juga ditegaskan dalam sebuah Hadist:
ِّ َسانِ ِه َأ ْو يُن
ص َرانِ ِه َ فََأبَ َواهُ يُ َه ِّودَانِ ِه َأ ْو يُ َم ِّج،ُك ُّل َم ْولُ ْو ٍد يُ ْولَ ُد َعلَى ا ْلفِ ْط َر ِة
4
Dasar urutan orang yang berhak melakukan Hadhanah dari empat Madhab
adalah;
4 Ibid hlm.,220
5
f. Bibi dari pihak ayah.
g. Anak perempuan dari saudara laki-laki.
h. Penerima wasiat.
i. Dan kerabat lain (ashabah) yang lebih utama.
4. Kalangan Madzhab Hambali
a. Ibu kandung.
b. Nenek dari pihak ibu.
c. Kakek dan ibu kakek.
d. Bibi dari kedua orang tua.
e. Saudara Perempuan Se Ibu.
f. Saudara perempuan seayah.
g. Bibi dari ibu kedua orangtua.
h. Bibinya ibu.
i. Bibinya ayah.
j. Bibinya ibu dari jalur ibu.
k. Bibinya ayah dari jalur ibu.
l. Bibinya ayah dari pihak ayah.
m. Anak perempuan dari saudara laki-laki.
n. Anak perempuan dari paman ayah dari pihak ayah.
o. Kemudian kalangan kerabat dari urutan yang paling dekat.
Urutan yang berhak dalam Hadhanah ini memang lebih dekat kepada
seorang ibu atau wanita
6
dan lain sebagainya. Sedangkan untuk perempuan berakhir apabila sudah baligh
atau telah datang haid pertama.
Sedangkan pengikut pada generasi akhir menetapkan bahwa masa Hadhanah
itu berakhir umur 19 tahun bagi anak laki-laki. Dan 11 tahun umtuk seorang
perempuan.
Menurut Imam Syafi’i berpendapat bahwa masa Hadhanah itu berakhir setelah
anak itu sudah Mumayyiz, yakni berumur 5 tahun dan 6 tahun
Akan tetapi menurut undang-undang mesir tidak ada masalah dalam masa
Hadhanah selagi anak tersebut berada di antara ibu bapaknya, hanya saja masa
Hadhanah itu terjadi apabila terjadi perceraian dan terdapat perbedaan pendapat
antara keduanya, maka masa Hadhanah diserahkan kepada kebijakan hakim
dengan ketentuan minimal 7 tahun dan maksimak 9 tahu, akan tetapi meskipun
demikan kemaslahatan anak itu lebih diutamakan.5
Lain halnya dengan batas hadhanah menurut KHI pasal 98 yang menjelaskan
bahwa batas usia berdiri sendiri atau dewasa adalah 21 tahun, sepanjang anak itu
tidak cacat fisik maupun mental atau belum pernah melangsungkan perkawinan.6
5 Ibid hlm.,224-225
6 Rofiq Ahmad, Hukum Islam di Indonesia, (PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998),
hlm., 235
7
makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang makruf. (QS. AL-
Baqarah: 233).7
Adapun sesudah masa Iddahnya, maka ia berhak atas upah itu seperti
haknya kepada upah menyusui, Allah SWT, berfirman dalam surat At-Thalaq ayat
6:
ض ُع لَهٗ ٓ اُ ْخ ٰر ۗى ٍ ۚ ْ بَ ْينَ ُك ْم بِ َم ْعرُوUفَ ٰاتُوْ ه َُّن اُجُوْ َره ۚ َُّن َوْأتَ ِمرُوْ ا
ِ ْف َواِ ْن تَ َعا َسرْ تُ ْم فَ َستُر
BAB III
PENUTUP
7 Ibid hlm.,184-185
8 Ibid hlm.,226
8
A. Kesimpulan
Anak adalah seorang yang wajib untuk dilindungi dari segala yang dapat
menyulitkan dirinya, untuk dapat memberikan suatu kebaikan yang dilakukna
oleh kedua orang tuanya, dan dengan adanya Hadhanah sangat penting kiranya
Hadhanah ini diserahkan kepada pihak ibu, karena Hadhanah ini merupaka
pekerjaan yang membutuhkan sangat tanggung jawab dan ketelatenan dalam
melakukannya..
Dan kenapa sebabnya perempuan itu lebih berhak daripada laki-laki, karena
perempuan lebih pantas dalam hal urusan ini. Lebih pandai, lebih sabar dan lebih
cinta kepada anak-anaknya, sesuai dengan sabda-sabda Nabi yang telah dijelaskan
diatas. Dan semua yang tersebut diatas adalah apabila anak itu belum baligh yaitu
umur 15 tahun, apabila ia sudah baligh, maka lebih baik segala urusannya
diserahkan kepada dirinya sendiri.
9
DAFTAR PUSTAKA
10