DAFTAR ISI1
KATA PENGANTAR.2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah...................................................................................................................3
B. Pengertian Wakaf4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Quran : al Hajj :
77..
2. Quran : al Baqarah :
261..7
92.8
BAB III
1
KESIMPULAN17
DAFTAR
PUSTAKA
19
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunianya
saya dapat menyelesaikan pembuatan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini
berjudul Wakaf .
Di dalam pembuatan makalah ini, saya berusaha menguraikan dan menjelaskan tentang
Wakaf. Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati kami menyampaikan terima kasih
kepada Bpk Mulyani Ahmad SH.MA MIM selaku dosen Hukum Islam Fakultas Hukum. Yang
telah memberikan kami waktu dan kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata saya menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna dan
banyak kekurangannya, oleh karena itu kami mengharapkan saran, kritik dan petunjuk dari
berbagai pihak untuk pembuatan makalah ini menjadi lebih baik dikemudian hari.
Semoga makalah yang telah kami buat ini dapat bermanfaat dan menjadi bahan informasi
pada masa yang akan datang, khususnya bagi Mahasiswa/I Fakultas Hukum Sekolah Tinggi
2
Tangerang, 22 Februari 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Wakaf merupakan salah satu ibadah kebendaan yang penting yang secara ekplisit tidak
memiliki rujukan dalam kitab suci Al-Quran. Oleh karena itu, ulama telah melakukan identifikasi
untuk mencari induk kata sebagai sandaran hukum. Hasil identifikasi mereka juga akhirnya
Wakaf adalah institusi sosial Islami yang tidak memiliki rujukan yang eksplisit dalam al-
Quran dan sunah. Ulama berpendapat bahwa perintah wakaf merupakan bagian dari perintah
untuk melakukan al-khayr (secara harfiah berarti kebaikan). Dasarnya adalah firman Allah
berikut :
Imam Al-Baghawi menafsirkan bahwa peerintah untuk melakukan al-khayr berarti perintah
untuk melakukan silaturahmi, dan berakhlak yangbaik[2]. SementaraTaqiy al-Din Abi Bakr
Ibn Muhammad al-Husaini al-Dimasqi menafsirkan bahwa perintah untuk melakukan al-khayr
3
berarti perintah untuk melakukan wakaf.[3] Penafsiran menurut al-Dimasqi tersebut relevan
[4]
Kamu diwajibkan berwasiat apabila sudah didatangi (tanda-tanda) kematian dan jika kamu
meninggalkan harta yang banyak untuk ibu bapak dan karib kerabat dengan acara yang maruf;
Dalam ayat tentang wasiat, kata al-khayr diartikan dengan harta benda. Oleh karena itu,
perintah melakukan al-khayr berarti perintah untuk melakukan ibadah bendawi. Dengan
demikian, wakaf sebagai konsep ibadah kebendaan berakar pada al-khayr. Allah memerintahkan
B. Pengertian Wakaf
Menurut bahasa Wakaf berasal dari waqf yang berarti radiah (terkembalikan), al-tahbis
(tertahan), altasbil (tertawan) dan al-manu (mencegah).[5] disebut pula dengan al-habs (al-
ahbas, jamak). Secara bahasa, al-habs berarti al-sijn (penjara), diam, cegah, rintangan, halangan,
tahanan, dan pengamanan. Gabungan kata ahbasa (al-habs) dengan al-mal (harta) berarti
Penggunaa kata al-habs dengan arti wakaf terdapat dalam beberapa riwayat. Yaitu :
Pertama, dalam hadits riwayat Imam Bukhari dari Ibn Umar yang menjelaskan bahwa Umar
Ibn al-Khatab datang kepada Nabi saw. Meminta petunjuk pemanfaatan tanah miliknya di
4
Bila engkau menghendaki, tahanlah pokoknya dan sedekahkanlah hasinya (manfaatnya)![7]
Kedua, dalam hadits riwayat Ibn Abbas (yang dijadikan alasan hukum oleh Imam Abu Hanifah)
[8]
Harta yang sudah berkedudukan sebagai tirkah (harta pusaka) tidak lagi termasuk benda
wakaf.
Dalam hadits dikatakan bahwa wakaf disebut dengan sedekah jariah (shadaqat jariyah) dan
al-habs (harta yang pokoknya dikelola dan hasilnya didermakan).[9] Oleh karena itu,
nomenklatur wakaf dalam kitab-kitab haditas dan fiqih tidak seragam.. Al-Syarkhasi dalam kitab
menuliskannya dengan nomenklatur Kitab Habs wa al-Shadaqat,[11] Imam al-SyafiI dalam al-
Umm memberikan nomenklatur wakaf dengan al-Ahbas,[12] dan bahkan Imam Bukhari
karena itu secara nomenklatur wakaf ddisebut dengan al-ahbas, shadaqat jariyat, dan al-waqf.
Secara normative idiologis dan sosiologis perbedaan nomenklatur wakaf tersebut dapat
dibenarkan, karena landasan normative perwakafan secara eksplisit tidak terdapat dalam al-
Quran atau al-Sunna dan kondisi masyarakat pada waktu itu menuntut akan adanya hal tersebut.
Oleh karena itu, wilayah Ijtihad dalam bidang wakaf lebih besar dari pada wilayah Tauqifi-Nya.
Ketiga, sebab nuzul (salah satu ayat) dalam surat an-nisaa dalam penjelasan Imam Syuraih
adalah bahwa:
[14]
5
[15]
Penahanan harta yang memungkinkan untuk dimanfaatkan desertai dengan kekal zat/benda
Atas dasar sejumlah riwayat tersebut, nomenklatur wakaf dalam kitab-kitab hadits dan fikih
tidaklah seragam. Al-Syarkhasi dalam kitab al-Mabsut memberikan nomenklatur wakaf dengan
al-Wakaf, Imam al- Syafii dalam al-Um memberikan nomenklatur wakaf dengan al-Ahbas,[17]
dn bahkan Imam Bukhari menyertakan hadits-hadits tentang wakaf dengan nomenklatur Kitab
al-Washaya.[18] Oleh karena itu, secara teknis, wakaf disebut dengan al-ahbas, shadaqah
Keragaman nomenklatur wakaf terjadi karena tidak ada kata wakaf yang eksplisit dalam Al-
Quran dan hadits. Hal ini menunjukan bahwa wilayah ijtihad dalam bidang wakaf lebih besar
6
BAB II
PEMBAHASAN
Seperti telah diuangkapkan di muka, bahwa secara eksplisit tidak ditemukan ayat al-Quran yang
mengatur tentang wakaf, namun secara implisit cukup banyak ayat-ayat yang bisa jadi dasar
1. Quran : al Hajj : 77
) ( ( ) (
) ( ) (
][19
Wahai orang-orang yang beriman! Rukuklah, sujudlah, dan sembahlah Tuhanmu dan berbuatlah
) (
) (
7
( ) ( ) ( )
[20] ) (
jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap
butir: seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan
sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah
mengetahuinya.
, , :
, : : .
: :
Kutipan Al-Quran surat Ali Imran ayat 92 tersebut benar-benar menyentuh. Ternyata
menafkahkan harta yang kita cintai merupakan salah satu jalan sekaligus syarat untuk
menyempurnakan semua kebajikan lain yang sudah, sedang, dan akan kita lakukan. Bisa jadi
seseorang telah banyak berbuat baik. Tampaknya dengan menafkahkan sebagian hak milik yang
8
sangat dicintai untuk perjuangan di jalan Allah, barulah akan sampai kepada
Sabab Nuzul ayat tersebutadalah, Seperti diterangkan dalam hadits Nabi yang diriwayatkan
oleh Imam Buchori, Muslim, Tarmidzi, dan An-Nasai, yang diterima dari Anas bin Malik,
Beliau menrangkan :
Abu Tholhah diantara salah seorang Sahabat Nabi yang paling banyak memiliki kebun
kurmanya di Madinah, salah satunya kebun kurma Bairuha, kebun tersebut berhadapan dengan
Masjid tempat Nabi sembahyang dan Nabi sering keluar masuk memakan kurma tersebut dan
Ketika turun ayat tersebut (Ali Imran : 92) Tholhah langsung mendatangi Rasull lalu ia
berkata, :Ya Rasulullah, sesungguhnya kekayaan yang sangat kucintai yaitu kebun kurma
Bairuha, karena ada perintah dari Allah melalui ayat tadi, kusedekahkan bairuha ini kepadamu
Ya Rasulullah.
Mendengar ucapan Abu Tholhah, Rasulullah berkata, wahai Tholhah sungguh engkau
beruntung, kebun kurma itu membawa keberuntungan, kalau begitu alangkah baiknya
disedekahkan kebun kurma itu kepada karib kerabatmu. Timpal Abu Tholhah, ya Rasulullah
Kemudian dalam Riwayat Abi Hatim dari Muhammad bin Al-Munkodir, beliau berkata,
bahwa ketika turun ayat Ali Imran ke 92, datang sahabat Zaid bin Haritsyah membawa seekor
kuda yang bernama Sibul, Zaid tidak memiliki lagi kekayaan lain selain kuda itu.
Beliau berkata, Ya Rasulullah saya datang akan menyerahkan kuda ini untuk kepentingan
9
Selanjutnya oleh Rasulullah ditunggangkan diatas punggung kuda itu Usamah bin Zaid
anaknya Zaid, lantas Rasull melihat muka Zaid agak muram masih merasa berat hati melepaskan
kuda kesayangannya.
engakau Zaid.
Pemahaman konteks atas ajaran wakaf juga diambilkan dari beberapa hadits Nabi yang
( )
Dari Abu Hurairah ra. Sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda : Apabila anak Adam
Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang mendoakan orang tuanya.
(HR. Muslim)
Penafsiran shadaqah jariyah dalam hadits tersebut dikataakan asuk dalam pemebahasan wakaf,
Hadit tersebut dikemukakan di dalam bab wakaf, karena para ulama menafsirkan shadaqah
Hadits Nabi yang secara tegas menyinggung dianjurkannya ibadah wakaf, yaitu perintah Nabi
10
:
( )
Dari Ibnu Umar ra. Berkata, bahwa sahabat Umar Ra. Memperoleh sebidang tanah d Khaibar
Rasulullah, saya mendapatkan sebidang tanah di Khaibar, saya belum pernah mendapatkan
harta sebaik itu, maka apakah engkau perintahkan kepadaku ? Rasulullah menjawab: Bila kamu
suka, kamu tahan (pokoknya) ntanah itu, dan kamu sedekahkan (hasilnya). Kemudian Umar
menyedekahkannya kepada orang-orang fakir, kaum kerabat, budak belian, sabilillah, ibnu sabil
dan tamu. Dan tidak mengapa atau tidak dilarang bagi yang menguasai tanah wakaf itu
(pengurusnya) makan dari hasilnya dengan cara yang baik (sepantasnya) atau makan dengan
) :
Dari Ibnu Umar, ia berkata : Umar mengatakan kepada Nabi Saw, saya mempunyai seratus
dirham saham di Khaibar. Saya belum pernah mendapat harta yang paling saya kagumi seperti
itu. Tetapi saya ingin menyedekahkannya. Nabi Saw mengatakan kepada Umar : Tahanlah
(jangan jual, hibahkan dan wariskan) asalnya (modal pokok) dan jadikan buahnya sedekah
11
Bertitik tolak dari beberapa ayat al-Quran dan hadits Nabi yang menyinggung tentang akaf
tersebut nampak tidak terlalu tegas. Karena itu sedikit sekali hukum-hukum wakaf yang
diterapkan berdasarkan kedua sumber tersebut. Sehingga ajaran wakaf ini diletakan pada wilayah
yang bersifat ijtihadi, bukan taabudi, khususnya yang berkaitan dengan aspek pengelolaan, jenis
Meskipun demikian, ayat al-Quran dan Sunnah yang sedikit itu mampu menjadi pedoman
para ahli fikih Islam. Sejak masa Khulafaur Rasyidun sampai sekarang, dalam membahas dan
mereka. Sebab itu sebagian besar hukum-hukum wakaf dalam Islam ditetapkan sebagai hasil
ijtihad, dengan menggunakan metode ijtihad seperti qiyas, maslahah mursalah dan lain-lain.
Oleh karenanya, ketika suatu hukum (ajaran) Islam yang masuk dalam wilayah ijtihadi,
maka hal tersebut menjadi sangat fleksibel, terbuka terhadap penafsiran-penafsiran baru,
dinamis, fururistik dan berorientasi pada masa depan. Sehingga dengan demikian, ditinjau dari
aspek ajaran saja, wakaf merupakan sebuah potensi yang cukup besar untuk bisa dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan zaman. Apalagi ajaran wakaf ini termasuk bagian dari muamalah yang
memiliki jangkauan yang sangat luas, khususnya dalam pengembangan ekonomi lemah.
Memang, bila ditijau dari kekuatan sandaan hukum yang dimiliki, ajaran wakaf merupakan
ajaran yang bersifrat anjuran (sunnah), namun kekuatan yang dimiliki sesungguhnya begitu besar
demikian, ajaran wakaf yang masuk dalam wilayah ijtihadi, dengan sendirinya menjadi
12
1. Wakaf sebagai pranata keagamaan yang memiliki potensi dan manfaat ekonomi yang perlu
dikelola secara efektif dan efisien untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan
umum.
2. Wakaf merupakan perbuatan hukum yang telah lama hidup dan dilaksanakan dalam
masyarakat.
3. Peraturan pemerintah No. 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan UU No. 41 Tahun 2004
1. Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik
yang sudah terdaftar maupun yang belum terdaftar.
2. Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah dan atau bangunan.
4. Hal milik atas satuan rumah sesuai dengan peraturan perundag-undangan yang berlaku.
5. Benda tidak bergerak lain yang sesuai dengan sejarah dan peraturan perundang-unagan.
1. Uang Rupiah
2. Logam Mulia
3. Surat Berharga
5. Kendaraan
13
6. Hak atas kekayaan intelektual
7. Hak sewa sesuai ketentuan syariah dan peraturan perunda-undanga yang berlaku.
F. Unsur-Unsur Wakaf
1. Wakif
2. Nadzir
4. Peruntukan Wakaf
6. Sighat Wakaf/Akad
1. WakIf
1. Wakaf perseorangan (dewasa, sehat, dan cakap) Organisasi (Pengurus) memenuhi syarat
sosial/pendidikan/kemasyarakatan/keagamaan Islam.
2. Badan Hukum (Pengurus memenuhi syarat sebagai wakif perseorangan, Badan Hukum sah,
2. NadzIr
2. Organisasi (Pengurus memenuhi syarat sebagai Nadzir perseorangan, bergerrak dalam bidang
sosial/pemdidikan/kemasyarakatan/keagamaan Islam.
3. Badan Hukum (Pengurus memenuhi syarat sebagai Nadzir perseorangan, Badan Hukum sah,
14
bergerak dalam bidang sosial/ pendidikan/kemasyarakatan /keagamaan Islam.
4. Terdaftar di BWI dan Kemenag (Pendaftaran dapat dilaksanakan setelah proses wakaf bagi
nadzir baru.
3. Tugas Nadzir
1. Pengadministrasian
1. Calon Wakif menyerahkan bukti kepemilikan tanah yang akan diwakafkan berupa sertifikat,
Keterangan tidak sengketa Pendaftaran tanah, Keterangan Bupati tentang kesesuaian Master
3. Wakif menyatakan Ikrar Wakaf dihadapan PPAIW dengan dihadiri Wakif dan 2 orang saksi
bermaterai cukup
5. PPAIW menuangkan membuat AIW ditandatangani Wakif, Nazir, Saksi dan PPAIW.
7. PPAIW menerbitkan pendaftaran wakaf dan mendaftarkan kepada BWI dan Menteria Agama
15
10. Terbit Sertifikat Tanah Wakaf.
1. Calon Wakif menyerahkan dokumen bukti kepemilikan hata benda wakaf (jika ada)
3. Wakif menyatakan Ikrar Wakaf di hadapan PPAIW dengan dihadiri Wakif dan dua oang saksi.
5. PPAIW membuat AIW ditandatangani Wakif, Nazhir, saksi, PPAIW bermaterai cukup.
7. PPAIW mendaftarkan Benda Wakaf kepada BWI dan Menag dengan tembusan Kemenag dan
16
BAB III
KESIMPULAN
1. Wakaf menahan dzat/benda dan membiarkan nilai manfaatnya demi mendapatkan pahala dari
Allah Taala.
2. Merupakan ibadah kebendaan yang secara tekstualitas tidak ditemukan ayat nya di dalam al-
Quran, kecuali ada beberapa hadist Nabi yang secara eksplisit memberikan kepastian tentang
hukum wakaf.
3. Wakaf adalah amalan yang disunnahkan, teermasuk jenis sedekah yang paling utama yang
dianjurkan Allah dan termasuk bentuk taqarrub yang ermulia, serta merupakan bentuk
lainnya.
6. Disyariatkan harta yang diwakafkan bermanfaat secara langgeng seperti gedung, hewan,
kebun, senjata, perabot dan yang berkembang sekarang adalah wakaf uang tunai, dan wakaf
pernah saya dapatkan harta yang lebih berharga darinya, Lalu apa yang engkau perintahakan
kepada saya? Nabi SAW bersabda, Jika berkenan, kamu dapat menahan (menafkahkan)
pokoknya dan bersedekah dengannya. Kemudian Umar bersedekah agar tanah tersebut tidak
dijual, tidak dihibahkan dan tidak diwariskan, tapi hanya untuk fakir miskin, kerabat, budak-
budak, orang yang dijalan Allah, para tamu dan ibnu sabil. Sehingga orang yang mengurusnya
17
tidak berdosa mengambil makan darinya dengan cara yang baik atau memberikan makan
DAFTAR PUSTAKA
18
Tafsir Imam Baghawi
Imam Taqqy al Din Abi Bkr Ibnu Muhammad al Hasaeni al Dimasqi, Kifayat al Ahyar fi Hall Gayat al
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo persada, 1077). h. 490
Muhammad Bin Ismail al Bukhari, Shahih al Bukhari, (Semarang: Thoha Putra, 1981). Juz II. Hlm. 196.
Ali Fikri, Al-Muamalat al-Madaniyah wa al Addabiyah, (Mesir: Musthafa al-Babi al Halabi wa Auladuh,
Abi Bakr Muhammad Ibn al Syarkhasi, Kitab Al-Mabsuth, (Beirut: Dar al Kutub al-Ilmyah, tth). Jld. IV
Imam Malik Ibn Annas, Al-Mudawamat al-Kubra, (Beeirut: dar al-Kutub al Ilmiyah, tth). Juz IV. hlm. 417.
Muhammad Ibn Idris al-syafiI, al Umm, (Mesir: Maktabat Kuliyat al Azhariyah, tth) Juz III. hlm. 51
Ali Fikri, Muamalat al Madaniyah, (Mesir: Musthafa al Babi al-Halabi wa Auladuh, 1983). Juz II. hlm.
300.
Al-Romli, Nihayah al Muntaj ila Syarh al-Minhaj, (Beirut: Dar al-Fkr, 1984), Juz. 4. hlm. 357.
Al-Imam Abi Husin Ibn Ahmad al Wahidi, Marh labid Tafsir An Naw, (Syirkah Atas nama-Nur Asia, tth).
Undang-Undang Perwakafan RI
19