Anda di halaman 1dari 8

SOSIOLOGI HUKUM DAN ANTROPOLOGI HUKUM KELUARGA ISLAM

BOOK REVIEW

Nama Pengarang : Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si.

Judul Buku : SOSIOLOGI HUKUM

Tempat Penerbit : Bandung

Nama Penerbit : CV PUSTAKA SETIA

Tahun Terbit : 2006

Tebal Buku : 212 hlm; 16x24 cm

Pereview : Tiana Mulia Sari (210202097) / 4C HKI

PENGANTAR

Buku Sosiologi Hukum tergolong buku yang masih jarang ditemukan ditoko buku,

terutama sosiologi hukum yang dilengkapi dengan perspektif hukum islam. Mungkin saya

termasuk penulis yang terlalu berani menulis buku sosiologi hukum di lengkapi dengan

perspektif aplikasi hukum islam dalam kehidupan masyarakat. Akan tetapi, kalau saya tidak

melakukannya, menunggu munculnya buku yang akan melengkapi kajian diseputar Sosiologi

Hukum akan lebih lama. Itu pun kalau ada yang menulisnya. Dengan latar belakang

pemikiran tersebut, paling tidak buku ini merangsang penulis yang lainnya yang konsen

terhadap sosiologi, khususnya sosiologi hukum, untuk lebih melengkapi dan

menyempurnakannya. Sebab, kita semua mengerti bahwa ilmu bagaikan orang yang berdiri
di atas pundak raksasa, artinya ilmu tidak dapat berdiri sendiri. Semakin banyak literatur

yang dijadikan rujukan akan semakin baik pemahaman masalah yang dikaji.

Sosiologi yang saya tekankan di sini mengajukan dua pendekatan, yakni memahami

hukum sebagai gejala social dan memahami gejala social yang melahirkan hukum. Hukum

sebagai gejala social adalah harapan masyarakat terhadap keadilan dan ketentraman hidup

sehingga pemenuhan kebutuhan hidup di masyarakat berjalan dengan baik. Dalam

pemahaman ini, hukum adalah norma social yang menjaga keharmonisan hidup di

masyarakat, terutama interaksi timbal balik dengan sesama anggota masyarakat. Sedangkan

gejala social sebagai hukum adalah kenyataan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat

sebagai refleksi normatif yang menjelaskan kehendak social melalui tolak ukur moralitas

yang berlaku secara social. Hukum ada, tetapi tidak tertulis. Hukum berlaku tanpa harus

dikelola secara structural. Gejala social bergerak mengadapi berbagai tantangan hidup dan

jawaban atas segala tantangan perubahan social adalah hukum yang berlaku.

Undang-undang yang diterapkan dalam sistem hukum dan peradilan di Indonesia

tidak dapat terlepas dari kenyataan social yang menjadi latar belakang diberlakukannya

hukum untuk kepentingan masyarakat, sebagai mana hukum yang di adopsi dari colonial

Belanda sebagai indicator bahwa hukum diproduksi oleh gejala social. Demikian pula

pandangan tentang norma social dan mitologinya, yang memberikan konsep hukum dan

undang-undang tidak terlepas dari realitas falsafah social. Sebagaimana hukum tentang

moralitas dan kesusilaan yang diterpakan dalam undang-undang.

Paling tidak, buku ini akan menjawab rasa penasaran tentang paradigma sosiologis

mengenai hukum dan gejala social yang mendasari natalitas dan perubahannya.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian Sosiologi Hukum

Sosiologi hukum memadukan dua istilah yang awalnya digunakan

secara terpisah , yakni sosiologi dan hukum. Secara terminologis yang

dimaksudkan dengan hukum di sini bukan ilmu hukum, melainkan berbagai

bentuk kaidah social atau norma, etika berprilaku, peraturan undang-undang,

kebijakan, dan sebagainya yang berfungsi mengatur kehidupan manusia dalam

bermasyarakat, bertindak untuk dirinya atau orang lain, dan perilaku atau

tingkah pola lainnya yang berhubungan dengan kehidupan berbangsa dan

bernegara. Dengan demikian, sosiologi hukum lebih tepat merupakan kajian

ilmu social terhadap hukum yang berlaku dimasyarakat dan perilaku serta

gejala social yang menjadi penyebab lahirnya hukum dimasyarakat.

Menurut Soerjono Soekanto (2003:3)’ kaidah-kaidah hukum yang

dibentuk akibat adanya gejala social dapat menjadi hukum yang tertulis atau

tidak tertulis. Hukum atau peraturan yang tertulis dapat berbentuk undang-

undang, peraturan pemenrintah, keputusan pengadilan, intruksi presiden, dan

sebagainya, sedangkan peraturan yang tidak tertulis merupakan perbuatan

masyarakat yang bersifat tradisional normatif, seperti hukum adat.

Ruang lingkup yang paling sederhana dari kajian sosiologi hukum

adalah memperbincangkan gejala social yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat dalam hubungannya dengan tindakan melawan hukum, Tindakan

mentaati hukum, Tindakan melakukan upaya hukum di kepolisian,kejaksaan,

dan pengadilan, semua Tindakan social tersebut secara langsung atau tidak,
akan berkaitan dengan berbagai bentuk hukum kepidanaan maupun

keperdataan.

B. Hubungan Sosiologi Hukum dan Antropologi Hukum

Dalam bab ini di jelaskan mengenai sosiologi dan antropologi.

Sosiologi mengedepankan kajian-kajian tentang kehidupan masyarakat,

pelapisan social, perkembangan social, struktur yang terdapat dalam

masyarakat dan berbagai hubungan timbal balik serta hubungan

fungsionalnya, sifat saling memengaruhi, dan akibat sosialnya. Gejala social

masyarakat yang berkaitan dengan berbagai bidang kehidupan ekonomi,

politik, agama, hukum, kriminalitas, rekreasi, industrialisasi, desa dan kota,

kelaparan dan kemiskinan, dan berbagai organisasi social maupun politik.

Adapun antropologi lebih mengedepankan kajiannya pada kebudayaan

masyarakat, perilaku tradisional masyarakat, peran dan fungsi peradaban dan

kebudayaan social, tentang etnis, ras, dan berbagai simbol kemanusiaan yang

menjadi indicator adanya peradaban manusia. Antropologi fisik mengkaji

kehidupan kultural masyarakat dan fungsinya dalam mempertahankan hidup.

Hubungan antara warna kulit, bentuk hidung, rambut, bibir, kaki, cara

berjalan, dan sebagainya. Ada empat macam hubungan ilmiah antara sosiologi

hukum dan antropologi hukum yaitu :

1. Hubungan dialektika

2. Hubungan sinergitas epistemologis

3. Hubungan fungsional timbal balik

4. Hubungan paternalistic
Kesimpulan dari empat hubungan di atas bahwa sosiologi hukum dan

antropologi hukum merupakan ilmu social yang selalu Bersatu, tetapi tidak

dapat disatukan atau sebaliknya senantiasa terpisah, tetapi tidak dapat

dipisahkan. Sosiologi hukum dan antropologi hukum saling berhubungan erat

apabila dilihat dari objek utamanya, yaitu manusia, komunitas, peran, dan

fungsi social serta kebudayaan.

BAB II : Perspektif Sosiolog iHukum Tentang Realitas Pelaksana Hukum Islam yaitu:

A. Interaksi Sosial Sebagai Gejala Aplikasi Hukum Islam

Interaksi antar manusia adalah hak setiap yang beriman jika

diputuskan, putus pula imannya. Maka saling berintraksilah satu sama lainnya

dan satukan dengan sistem nilai yang dikehendaki Allah SWT., yakni

ketakwaan.

Konsep islam tentang masyarakat berawal dari adanya berbagai

perbedaan manusia dalam konteks kesukuan, ras dan sehingga perilaku social

dan kulturalnya berbeda-beda. Dengan perbedaan itulah, Allah menganjurkan

untuk saling berinteraksi atau silaturahim dan saling mengenal, saling

berhubungan satu dengan lainnya atau berta’aruf.

BAB III : Pembentukan Aturan dan Kebiasaan yang Menjadi Hukum

A. Subjek dan Objek Hukum

Hukum tidak tercipta dan hadir dengan sendirinya, melainkan melalui

proses tertentu yang berhubungan dengan kodrat alat dan kemanusiaan.


Manusia yang meyakini bahwa subjek hukum yang pertama dan utma adalah

tuhan, yaitu Allah sebagai Hakim Maha Agung. Allah yang telah menciptakan

langit dan bumi dengan segala isinya.

Di samping menjadi objek hukum, manusia juga subjek hukum karena

hukum yang ada dipersiapkan untuk mengatur kehidupan manusia dengan

sesamanya. Oleh karena itu, manusia menjadi objek hukum. Manusia yang

taat dan menjalankan hukum yang berlaku adalah subjek hukum, yang

mempraktikkan kehendak hukum.

Hukum buatan manusia yang menempatkan manusia sebagai subjek

dan objek hukum secara mengedepankan larangan-larangan tentang berbagai

tindakan yang melanggar hukum, yang akan dikenakan sanksi bila telah

terbukti bersalah, sedangkan hukum-hukum Allah secara material

keberadaannya seimbang antara perintah maupun larangan.

B. Hukum dan Cita-cita Sosial

Cita-cita social tersebut adalah sebagai berikut.

1. Mengharapkan keamanan dan ketentraman hidup tanpa batas waktu.

2. Mengharapkan kemalahatan hidup bagi diri dan orang lain.

3. Mengharapkan tegaknya keadilan, yang bersalah harus mendapatkan

mendapat hukuman yang setimpal dan yang tidak bersalah mendapatkan

perlindungan hukum yang baik dan benar.

4. Persamaan hak dan kewajiban dalam hukum.


5. Saling mengontrol kehidupan masyarakat sehingga tegaknya hukum dapat

diwujudkan oleh masyarakat sendiri, seperti adanya sistem keamanan

lingkungan (siskamling)

6. Kebebasan berekspresi, berpendapat, bertindak dengan tidak melebihi

batas-batas hukum dan norma social.

7. Regenerasi social yang positif dan bertanggung jawab terhadap masa

depan kehidupan social dan kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB IV : Hukum dan Perubahan Sosial

A. Perubahan Sosial

Perubahan social adalah terjadinya pergeseran struktur dalam

masyarakat, hancurnya diskriminasi social normatif, dan digantikan dengan

diskriminasi teknologis : pola hubungan social dan standar prilaku yang

berubah.

Anda mungkin juga menyukai