Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

HUKUM EKONOMI SYARIAH DI PASAR MODAL

Dosen Pengampu : Husnul Hidayati, M.Ag

Disusun oleh kelompok :

Riyan Hidayat (210202105)

Tiana Mulia Sari (210202097)

Hanuf Sya’ronie Ibrahim (210202114)

HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur
kita panjatkan kepada Allah SWT atas nikmat dan aanugerah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Hukum Ekonomi Syariah di Pasar Modal”.

Tujuan penulisan makalah ini bukan hanya untuk menyelesaikan tugas yang sudah
diberikan oleh dosen pengampu, tetapi juga untuk lebih memperluas pengetahuan para
mahasiswa/mahasiswi.

Kami selaku penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penulisan makalah ini,
tapi kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan didalamnya. Oleh karena itu, jika
didapati kesalahan baik dari segi isi maupun penulisan, kami mohon maaf. Kritik dan saran yang
membangun dari dosen pengampu maupun pembaca sangat kami harapkan sebagai perbaikan
dan penyempurnaan makalah ini.

Mataram, 18 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

B. Rumusan masalah

C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian asuransi syari’ah

B. Dasar hukum asuransi syari’ah

C. Fungsi dan karakteristik pasar modal

D. Instrumen pasar modal syari’ah

E. Implementasi ekonomi syari’ah pada investasi saham di pasar modal syari’ah

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usaha asuransi merupakan suatu mekanisme yang memberikan perlindungan pada

tertanggung apabila terjadi risiko di masa mendatang. Apabila risiko tersebut benar-benar

terjadi, pihak tertanggung akan mendapatkan ganti rugi sebesar nilai yang diperjanjikan

antara penanggung dan tertanggung. Mekanisme perlindungan ini sangat dibutuhkan

dalam dunia bisnis yang penuh dengan risiko. Secara rasional, para pelaku bisnis akan

mempertimbangkan untuk mengurangi risiko yang dihadapi. Pada tingkat kehidupan

keluarga atau rumah tangga, asuransi juga dibutuhkan untuk mengurangi permasalahan

ekonomi yang akan dihadapi apabila ada salah satu anggota keluarga yang menghadapi

risiko cacat atau meninggal dunia.

Perkembangan asuransi di Indonesia saat ini telah mengalami kemajuan yang

sangat pesat. Berbagai perusahaan asuransi berlomba-lomba menawarkan program

asuransi baik bagi masyarakat maupun perusahaan. Seiring dengan perkembangan

berbagai program syariah yang telah diusung oleh lembaga keuangan lain, banyak

perusahaan asuransi yang saat ini juga menawarkan program asuransi syariah.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas didapat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Jelaskan definisi asuransi syariah?
2. Bagaimana dasar hukum asuransi syariah?
3. Apa saja prinsip asuransi syariah?
4. Jelaskan perbedaan antara asuransi syariah dengan asuransi konvensional?
C. Tujuan

1. Mampu menjelaskan definisi asuransi syariah

2. Mampu memaparkan dasar hukum islam terkait asuransi syariah

3. Mampu menyebutkan apasaja prinsip asuransi syariah

4. Mampu menjelaskan perbedaan antara asuransi syariah dengan asuransi konvensional


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Asuransi

Kata asuransi diambil dari bahasa Belanda dengan sebutan "as surantie",

sedangkan dalam hukum Belanda disebut dengan "verzeke ring" yang berarti

pertanggungan. Istilah ini kemudian berkembang menjadi "assuradeur" yang berarti p

penanggung dan tertanggung dise but geassureerde."1 Dalam konsep asuransi syariah,

asuransi disebut dengan takaful, taʼmin, dan Islamic insurance. Takaful mempunyai

arti saling menanggung antar-umat manusia sebagai makhluk sosial. Tamin berasal

dari kata "amanah" yang berarti memberikan perlin dungan, ketenangan, rasa aman,

serta bebas dari rasa takut. Adapun Islamic insurance mengandung makna

"pertanggungan" atau "saling menanggung." Istilah takaful pertama kali digunakan

oleh Daar al Mal al Islami, sebuah perusahaan asuransi Islam yang berpusat di

Genewa 1983.

Asuransi konvensional adalah berorientasi pada sistem ekonomi kapitalis yang

intinya hanya untuk mengumpul modal untuk kepentingan pribadi atau golongan

tertentu, sama sekali tidak ada pengembangan ekonomi yang lebih koprehensif.

Asuransi syariah lebih banyak bernuansa sosial daripada bernuansa ekonomi (profil

oriented), tolong-menolong adalah dasar utama dalam opera sional asuransi syariah.

Menurut Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) Pasal 246, yang

dimaksud dengan asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian (timbal balik),

dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung,


1
Abdullah Amrin, Asuransi Syariah, Keberadaan dan Kelebihannya di Tengah Asuransi Konvensional, PT Alex
Media Komputindo, Jakarta, 2006, hlm. 2.
dengan menerima sua tu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya, karena

suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang

mungkin akan dideritanya, karena suatu peristiwa tak menentu. 2 Menurut Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian disebutkan bahwa

asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan

mana gung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi

untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau

kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak

ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang

tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas me

ninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Undang Undang Nomor 2

Tahun 1992 ini kurang mengakomodasi asuransi yang berprinsip syariah.

Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman

Umum Asuransi Syariah disebutkan bahwa yang di maksud dengan asuransi syariah

(ta'min, takaful atau tadhamun) ada lah usaha saling melindungi dan tolong-menolong

di antara sejumlah orang /pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan/atau tabarru

yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko ter tentu melalui akad

(perikatan) yang sesuai dengan syariah. Adapun akad (perikatan) yang syariah adalah

akad yang tidak mengandung gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba, zhulm

(penganiayaan), risywah (suap), barang haram, dan maksiat.

B. Dasar Hukum Asuransi Syariah

2
AM. Hasan Ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam, Suatu Tinjauan Analisis, Historis, Teoretis & Praktis,
Prenada Media, Jakarta, 2005, hlm. 59.
Praktik asuransi syariah tidak disebutkan secara tegas dalam Al Qur'an, tidak ada

sebuah ayatpun secara nyata menjelaskan tentang praktik asuransi. Al-Qur'an hanya

mengakomodasi beberapa ayat yang mempunyai muatan nilai-nilai dasar yang ada

dalam praktik asuransi, seperti nilai dasar tolong-menolong, kerja sama atau semangat

untuk melakukan proteksi terhadap peristiwa kerugian yang diderita di masa yang

akan datang. Dengan hal ini, praktik asuransi tidak dilarang dalam syariat islam

adalah mengajak kepada kebaikan sesama manusia.

1. Al-Qur’an

 Surat Al-Maidah ayat 2

‫و تعاونوا على اإلثم والعدوان واتقوا هللا إن هللا شديد العقاب‬

Artinya: "... tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan

takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.

Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat

siksanya". (Q.S, al-Maidah 5:2)

Ayat ini memuat perintah tolong-menolong antara sesama manusia dalam

kehidupan bermasyarakat. Dalam bidang asuransi, para nasabah diharapkan

dapat memberikan sebagian uang yang dimilikinya untuk digunakan sebagai

dana sosial (tabarru') yang digunakan untuk menolong salah satu anggota

asuransi yang mengalami musibah.

 Surat Al-Baqarah ayat 185

‫يريد هللا بكم اليسر وال يريد بكم العسر‬

Artinya: "Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki

kesukaran bagimu...." (Q.S, al-Baqarah 2:185)


 Surat Al-Baqarah ayat 261

‫مثل الذين ينفقون أموالهم في سبيل هللا كمثل حبة أنبتت سبع سنابل في كل سنبلة مائة حبة وهللا‬

‫يضاعف لمن يشاء وهللا واسع عليم‬

Artinya: "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang

menafkahkan hartanya dijalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih

yang menumbuhkan tujuh butir benih, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah

melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. Dan Allah maha

luas (karunia-nya) lagi maha mengetahui. (Q.S, al-Baqarah 2:261)

Firman Allah SWT tersebut merupakan anjuran normatif untuk saling

bersedekah pada jalan Allah dan melakukan kegiatan sosial untuk menolong

orang-orang fakir dan miskin. Praktik asuransi yang dapat disarikan arti ayat

ini adalah dengan membayar premi asuransi yang bersifat tabarru'. Hal ini

merupakan suatu wujud dari penginfak an harta pada jalan Allah SWT,

karena pembayaran itu diniatkan untuk saling membantu anggota

perkumpulan asuransi jika mengalami musibah di kemudian hari.

 Surat Al-Taghaabun ayat 11

‫ما أصاب من مصيبة إال بإذن هللا‬

Artinya: tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali

dengan izin Allah...." (Q.S, al- Taghaabun 64:11)

Dalam ayat tersebut Allah menegaskan bahwa segala musibah dan

kerugian yang diderita oleh manusia tidak dapat diketahui dengan pasti,

kapan musibah tersebut akan datang dan berapa besar kerugian yang akan

dideritanya.
2. Hadits

Artinya: "Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, Nabi Muhammad bersabda: Barang

siapa yang menghilangkan kesulitan duniawinya seorang mukmin, maka Allah SWT

akan menghilangkan kesulitangnya pada hari kiamat, barang siapa yang

mempermudah kesulitan seseorang, maka Allah SWT akan mempermudah urusan

dunia dan akhirat. ( HR. Muslim)

3. Undang-Undang No 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian

Di dalam Undang-Undang ini belum ngatur tentang asuransi syariah. Pemerintah

sebagai pelaksana undang-undang, mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor

73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian yang merupakan

penjabaran dan penjelasan terhadap Undang-undang nomor 2 tahun 1992 tentang

usaha perasuransian. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 73 Tahun 1992 ini telah

dirubah dua kali yaitu pada tahun 1999, dengan dikeluarkannya Peraturan

Pemerintah Nomor 63 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah

(PP) Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian dan pada

tahun 2008 dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah nomor 39 tahun 2008

tentang perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 73 Tahun 1992

tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian.

4. Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman

Asuransi Syariah

Di dalam fatwa ini dijelaskan bahwa asuransi adalah usaha saling melindungi dan

tolong menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset

dan atau tabarru' yang memberikan pola pengetahuan untuk menghadapi rediko
tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuati dengan syariah. Dalam fatwa ini pun

ditegaskan bahwa perusahaan selaku pemegang amanah wajib melakukan investasi

dari dana yang terkumpul dan wajib menanamkan modal secara syariah.

C. Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah

1. Saling bertanggung jawab

2. Saling bekerja sama (tolong menolong)

3. Saling melindungi dari segala penderitaan

Menurut AM. Hasan Ali, selain dari tiga prinsip pokok sebagai telah

diuraikan teresebut, masih ada lagi beberapa prinsip yang harus ada dalam

asuransi syariah, antara lain prinsip tauhid (unity), keadilan (justice), amanah (al-

Amanah), kerelaan ( ar-Ridha), dan sebagainya. Prinsip ini penting karena dalam

asuransi syariah tidaklah jauh berbeda dengan prinsip dasar yang berlaku pada

konsep ekonomi Islam secara komprehensif dan bersifat major. Asuransi syariah

merupakan turunan (major) dari konsep ekonomi Islam, dan oleh karenanya harus

dibangun di atas fondasi dan prinsip dasar yang kuat dan kukuh, terhindar dari

gharar, maysir, dan riba.

D. Perbedaan antara asuransi syariah dengan asuransi konvensional

M. Sholahuddin,3 mengemukakan bahwa terdapat perbedaan yang sangat

mendasar antara asuransi syariah dengan konvensional. Asuransi konvensional

umumnya memakai dasar ikatan pertukaran, ialah pertukaran antara pembayaran

premi asuransi dengan uang pertanggungjawaban. Dalam syariat Islam, pertukaran ini

harus jelas berapa yang harus dibayarkan dan berapa yang harus diterima sehingga

3
M. Sholahuddin, Lembaga Ekonomi dan Keuangan Islam, Muhammadiyah University Press, UMS Surakarta,
2006, hlm. 133..
mengandung unsur ketidakpastian akad. Permasalahan lainnya apa bila putus di

tengah jalan, tidak bisa dipastikan berapa haknya yang akan diperoleh dan

kemungkinan besar hangus sehingga mengandung unsur zalim. Dana yang dihimpun

oleh lembaga asuransi kemudian mereka investasikan untuk usaha, jadi dasar

pijaknya adalah sistem bunga, sehingga mengandung unsur riba. Dengan hal ini dapat

diketahui bahwa praktik asuransi jiwa konvensional hukumnya menurut syariat Islam

adalah haram.

Sehubungan dengan hal tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat tiga keberatan

dalam praktik asuransi konvensional yakni: pertama, unsur gharar atau

ketidakpastian; kedua, maysir atau untung-untung an (gambling); dan ketiga, ada

unsur riba.

E. FUNGSI DAN KARAKTERISTIK PASAR MODAL

Menurut MM. Metwally keberadaan pasar modal syari’ah secara umum berfungsi :

1. Memungkinkan bagi masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan bisnis dengan

memperoleh begian dari keuntungan dari resikonya.

2. Memungkinkan para pemegang saham menjual sahamnya guna mendapatkan

likuiditas.

3. Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk membangun dan

mengembangkan lini produksinya.

4. Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka pendek pada harga

saham yang merupakan ciri umum pada pasar modal konvensional.

5. Memungkinkan investasi pada ekonomi itu di tentukan oleh kinerja bisnis

sebagaimana tercermin pada harga saham4.


4
Andri soemitra, Bank dan lembaga keuangan syari’ah,(Jakarta: kencana, 2010), cet ke-2, h.114)
Menurut Metwally karakteristik yang di perlukan dalam membentuk pasar modal

syari’ah adalah sebagai berikut :

1. Semua saham harus diperjualbelikan pada bursa efek

2. Bursa perlu mempersiapkan pasca perdagangan dimana saham dapat

diperjualbelikan melalui pialang

3. Semua perusahaan yang mempunyai saham yang dapat diperjualbelikan di bursa

efek diminta menyampaikan informasi tentang perhitungan (account) keuntungan

dan kerugian serta neraca keuntungan kepada komite manajemen bursa efek,

dengan jarak tidak lebih dari 3 bulan

4. Komite manajemen menerapkan harga saham tertinggi (HST) tiap-tiap

perusahaan dengan interval tidak lebih dari 3 bulan sekali

5. Saham tidak boleh diperjual belikan dengan harga lebih tinggi dari HST

6. Saham dapat dijual dengan harga dibawah HST

7. Komite manajemen harus memastikan bahwa semua perusahaan yang terlibat

dalam bursa efek itu mengikuti standar akuntansi syari’ah ;

8. Perdagangan saham mestinya hanya berlangsung dalam satu minggu periode

perdagangan setelah menentukan HST ;

9. Perusahaan hanya dapat menerbitkan saham baru dalam periode perdagangan,

dan dengan harga HST.

F. INSTRUMEN PASAR MODAL SYARI’AH

Adapun penjelasan jenis instrument pasar modal berbasis syari’ah berikut ini :

1. Saham Syari’ah
Terdapat dua jenis saham syari’ah yang di akui di pasar modal Indonesia .

pertama , saham yang di nyatakan memenuhi criteria seleksi saham syari’ah

berdasarkan peraturan OJK ( otoritas jasa keuangan ) No. 35/POJK.04/2017 tentang

criteria dan penerbitan daftar Efek syari’ah. Kedua , saham yang di catatkan

sebagai saham syari’ah oleh emitmen atau perusahaan public syari’ah

berdasarkan peraturan OJK No. 17/POJK.04/2015.

Semua saham syari’ah yang terdapat di pasar modal syari’ah Indonesia, baik

yang tercatat di BEI maupun tidak, dimasukan ke dalam Daftar Efek syari’ah

( DES ) yang diterbitkan oleh OJK secara berkala, setiap bulan mei dan

November.

 DES periodic

DES periodic merupakan DES yang diterbitkan secara berkala dua

kali dalam satu tahun, yaitu.

1. Penetapan DES pertama dilakukan paling lambat 5 ( lima ) hari kerja

sebelum berakhirnya bulan mei dan berlaku efektif pada tanggal 1

juni.

2. Penetapan DES kedua dilakukan paling lambat 5 ( lima ) hari kerja

sebelum berakhirnya bulan November dan berlaku efektif pada

tanggal 1 desember.

 DES insidentil

DES insidentil adalah DES yang penerbitannya tidak secara berkala,

tetapi dengan memenuhi syarat dan criteria efek syari’ah bersamaan


dengan efektifnya pernyataan pendaftaran emitmen yang melakukan

penawaran umum perdana atau pernyataan pendaftaran perusahaan

public.

2. Obligasi syari’ah

Obligasi syari’ah adalah bukti tanda utang yang di tanggung oleh emitmen

yang harus dibayarkan beserta bunganya saat sudah jatuh tempo. Tidak semua

emitmen bisa menciptakan obligasi syari’ah.

3. Reksadana syari’ah

Reksadana syari’ah merupakan satu wadah investasi kolektif yang dikelola

oleh manager investasi dengan cara menginvestasikan dana yang dikelola

kedalam perdagangan saham syari’ah, sukuk atau instrument syari’ah lain di

dalam maupun diluar negri.

Pemodal adalah pemilik saham dan wakil shahib al mal sebagai pengguna

investasi. Dalam system ini, maka pemilik saham dan pengguna investasi akan

bekerja sama untuk memperoleh keuntungan.

Ketika keuntungan tersebut diperoleh maka ada system bagi hasil sesuai

dengan akadnya. Saat ini reksa dana syari’ah sudah banyak di minati

masyarakat Indonesia.

4. Aset syari’ah

Asset syari’ah adalah efek yang diterbitkan oleh kontrak investasi kolektif

EBA syar’ah yang portofolinya terdiri dari asset keuangan. Asset keuangan ini
berupa tagihan yang timbul dikemudian hari, jual beli pemilikan asset fisik

oleh lembaga keuangan, efek bersifat investasi yang di jamin oleh pemerintah,

sarana peningkatan investasi/arus kas serta asset keuangan setara.

5. Warran syari’ah

warran syari’ah adalah efek yang diterbitkan oleh sebuah emitmen atau

perusahaan yang memberi hak pada pemegang efek yang termasuk dalam

Daftar Efek Syari’ah ( DES ) untuk memesan saham dari emitmen pada harga

tertentu untuk jangka waktu 6 ( enam ) bulan atau lebih sejak diterbitkannya

tersebut.

6. Sukuk syari’ah

Sukuk syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama

dan mewakili bagian yang tidak terpisahkan atau tidak asset yang mendasarinya

atau underlying asset.

G. IMPLEMENTASI EKONOMI SYARI’AH PADA INVESTASI SAHAM DI PASAR

MODAL SYARI’AH

Ekonomi islam merupakan ilmu yang mempelajari metode untuk memahami dan

memecahkan masalah ekonomi yang didasarkan atas ajaran agama islam karena

merupakan bagian yang tak terpisahkan dari agama islam.5

Saham syari’ah merupakan efek berbentuk saham yang tidak bertentangan dengan

prinsip syari’ah dipasar modal. Definisi saham dalam konteks saham syari’ah merujuk

kepada definisi saham pada umumnya yang diatur dalam undang-undang maupun
5
P3EI. Pusat pengkajian dan pengembangan ekonomi islam, ekonomi islam ( Jakarta : Rajawali, 2013 ).
peraturan OJK lainnya. Ada dua jenis saham syari’ah yang diakui di pasar modal

Indonesia. Pertama, saham yang dinyatakan memenuhi criteria seleksi saham syari’ah

berdasarkan peraturan OJK No II.K.1 tentang penerbitan daftar efek syari’ah, kedua

adalah saham yang dicatatkan sebagai saham syari’ah oleh emiten atau perusahaan

public syari’ah berdasarkan peraturan OJK No.17/POJK.04/2015. Semua saham syari’ah

yang terdapat di pasar modal syari’ah Indonesia, baik yang tercatat di BEI maupun

tidak, dimasukkan ke dalam daftar efek syari’ah (DES) yang di terbitkan oleh OJK

secara berkala, setiap bulan mei dan November.

Saham merupakan bukti kepemilikkan suatu perusahaan, konsep saham merupakan

konsep kegiatan musyarakah/syirkah, yaitu penyertaan modal dengan dengan hak bagi

hasil usaha. Dengan demikian , saham tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah,

karena saham merupakan bukti penyertaan modal dari investor kepada perusahaan,

yang kemudian investor akan mendapatkan bagi hasil berupa deviden. Namun

demikian, tidak semua saham dapat langsung dikategorikan sebagai saham syari’ah,

ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam kategori saham syari’ah yaitu :

1. Business screening; kegiatan perusahaan yang mengeluarkan sham syari’ah tidak

melakukan perjudian, perdagangan yang di larang, jasa keuangan ribawi, jual beli

resiko yang mengandung gharar ( ketidak pastian ), masyir ( perjudian ),

menghasilkan produksi barang haram, menerima suap ( risywah ).

2. Financial screening ; total utang berbasis bunga di bandingkan dengan total asset

tidak lebih dari 45%, pendapatan non halal di banding total pendapatan tidak

lebih dari 10%.


3. Daftar Efek Syari’ah ( DES ) ; emiten atau perusahaan yang terdaftar di IHSG ( Indeks

saham gabungan ) di Indonesia tidak semua emiten bisa masuk dalam daftar DES.

Daftar Efek Syari’ah ( DES ) adalah kumpulan efek yang tidak bertentangan dengan

prinsip syari’ah di pasar modal, yang ditetapkan oleh OJK atau pihak yang

mendapat persetujuan dari OJK sebagai pihak penerbit DES. Pihak yang dapat

menerbitkan daftar efek syari’ah selain OJK ( pihak penerbit DES ) adalah pihak

yang telah mendapatkan persetujuan dari OJK untuk menerbitkan DES yang berisi

efek syari’ah yang tercatat di bursa efek luar negrii.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Pasar modal syari’ah adalah : kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran

umum dan perdagangan Efek, perusahaan public yang berkaitan dengan Efek yang

diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek, berdasarkan

prinsip syari’ah, pasar modal di syari’ah di Indonesia secara resmi di luncurkan

pada tahun 2003. Pasar modal secara umum menjalankan fungsi ekonomi dan

fungsi keuangan secara simultan.

Investasi pada pasar modal syari’ah dapat dilakukan oleh investor baik pada

pasar perdana maupun pada pasar sekunder, adapun resiko yang terjadi semata-

mata berkaitan dengan kemungkinan terjadinya fluktuasi harga. Dan pasar modal

ini terus berkembang.

Secara structural pasal modal di Indonesia terdiri dari:

1. Pengelola pasar modal yaitu Bapepam-LK, bursa Efek, lembaga kliring dan

penjamin, lembaga penyimpanan dan penyeselesaian , penyelenggara surat utang

Negara di luar bursa Efek.

2. Pelaku pasar modal yaitu emiten, investor, perusahaan pengelola dana, dan

reksadana.

3. Lembaga pemerintah dan atau swasta.

B. Saran

Kami selaku pemakalah sangat menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak

kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu pemakalah sangat

berharap kepada pembaca untuk memberikan kami masukan yang bersifat membangun
demi kebaikan kami semua, agar kedepannya dapat membuat makalah yang lebih baik

lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Drs. H. Abdul Manan, S.H., S.IP, M.Hum. Hukum Ekonomi Syariah Dalam Perspektif

Kewenangan Peradilan Agama, Cet.1 Jakarta: KENCANA. 2012.

Andri soemitra, Bank dan lembaga keuangan syari’ah, (Jakarta : kencana , 2010 ), cet ke-2,

h.114.

Arief Budiono, penerapan prinsip syari’ah pada lembaga keuangan syariah, jurnal law and

justice vol. 2 No. 1 April 2017.

Undang-undang No. 3 Tahun 2004 tentang perubahan atas undang-undang No.

23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia.

P3EI. Pusat pengkajian dan pengembangan ekonomi islam, ekonomi islam ( Jakarta : Rajawali, 2013 ).

Anda mungkin juga menyukai