Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH HUKUM ASURANSI SYARI'AH

Disusun untuk memenuhi tugas

Dosen Pengampu:
Nyimas Lidya Putri Pertiwi, SH, M.Sy

Di Susun Oleh:
Rio Ferdiansyah: 1902021018
Muhammad Gandi Alfarabi 1902021013

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)


METRO LAMPUNG
FAKULTAS SYARIAH
Prodi Hukum Ekonomi Syariah
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami bisa selesaikan makalah ilmiah mengenai Hukum Asuransi
Syari'ah

Makalah ilmiah ini sudah selesai kami susun dengan maksimal dengan bantuan pertolongan dari
berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang sudah ikut berkontribusi didalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari kata sempurna baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami terbuka untuk menerima
segala masukan dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sehingga kami bisa
melakukan perbaikan makalah ilmiah sehingga menjadi makalah yang baik dan benar.Akhir kata
kami meminta semoga makalah tentang Hukum Asuransi Syari'ah ini bisa memberi manfaat.

Metro,20 Maret 2022

 Penyusun

i
DAFTAR ISI

JUDUL

KATA PENGANTAR ................................................................................................................I

DAFTAR ISI................................................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................................III
B. Rumusan Masalah............................................................................................................III

BAB II PEMBAHASAN
A. Sistem Oprasional Asuransi Konvensional dan Syariah..................................................1
B. Dana Tabarru’..................................................................................................................2
C. Dana Tabungan................................................................................................................3
D. Pengelolaan Dana Premi dalam Asuransi Syariah dan Konvensional.............................5

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.......................................................................................................................8
B. Saran..................................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asuransi juga terbagi dalam dua kategori. Ada asuransi kovensional dan ada juga
asuransi syari’ah. Keduanya mempunyai asal usul dan sistem yang berbeda. Mana diantara
keduanya yang harus dipilih oleh umat supaya mereka tidak terjebak dan terhindar dari
kesalah pahaman pendapat. Mereka menginginkan hidup bermuamalah susuai ajaran Islam.
Asuransi syariah merupakan bidang bisnis asuransi yang cukup memperoleh perhatian
besar di kalangan masyarakat Indonesia. Sebagai bisnis asuransi alternatif, asuransi syriah
boleh dikatakan relatif baru dibandingkan dengan bidang bisnis asuransi konvensional.
Kebaruan bisnis asuransi syariah adalah pengoperasian kegiatan usahanya berdasarkan
prinsip-prinsip syariah yang bersumber dari alquran dan hadis serta fatwa para ulama
terutama yang terhimpun dalam majelis ulama Indonesia (MUI).
Pada prinsipnya, yang membedakan asuransi syariah dengan asuransi konvensional
adalah asuransi syariah menghapuskan unsur ketidakpastan (gharar), unsur spekulasi alias
perjudian (maisir), dan unsur bunga uang (riba) dalam kegiatan bisnisnya sehingga peserta
asuransi (tertanggung) merasa terbebas dari praktik kezaliman yang merugikan nya. Agar
masyarakat dapat memahami konsep asuransi syariah secara wajar, perlu dilakukan
penyuluhan dari hasil penelitian yang telah dilakukan melaui publikasi yang lebih luas.

B. Rumusan Maslah

a. Apa perbedaan anatra sistem Oprasional Asuransi Konvensional dan Syariah?


b. Bagaimana penjelasan tentang Dana Tabarru’?
c. Bagaimana penjelasan tentang Dana Tabungan?
d. Bagaimana perbedaan pengelolaan Dana Premi dalam Asuransi Syariah dan
Konvensional?

iii
BAB II
PEMABAHASAN

A. Sistem Oprasional Asuransi Konvensional dan Syariah

Konsep pengelolaan asuransi konvensional berupa Transfer Risk adalah perlindungan


dalam bentuk pengalihan risiko ekonomis atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan ke perusahaan asuransi sebagai penanggung risiko. Atau dengan kata lain
Peserta dengan membeli atau bergabung sebagai peserta asuransi konvensional akan
ditanggung risiko ekonomisnya oleh perusahaan asuransi.
Sedangkan Sharing Risk yang merupakan pengelolaan asuransi syariah adalah konsep di
mana para peserta memiliki tujuan yang sama yakni tolong menolong, yakni melalui
investasi aset atau tabarru yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko
tertentu menggunakan akad yang sesuai dengan syariah yang diwakilkan pengelolaannya ke
Perusahaan Asuransi Syariah dengan imbalan Ujrah.
Prinsip-prinsip yang diterapkan dalam asuransi syariah tidak luput dari Alquran dan
Hadist. Adapun ayat-ayat Alquran serta Hadist yang dijadikan prinsip tersebut diantaranya
yaitu:
Prinsip Bermuamalah (QS. Al Maidah Ayat 1) Berbicara prinsip muamalah tidak terlepas
dari jejak nabi Muhamad SAW, reputasi beliau dalam berdagang sangat dikenal disemua
kalangan adil, jujur, bahan beliau menetapkan prinsip-prinsip yang mendasar. Kejujuran,
keadilan, dan konsitensi yang di pegang teguh dalam transaksi-transaksi perdagangan telah
menjadi teladan abadi dalam segala jenis masalah muamalah.
Saling bertanggung jawab Seorang mukmin dengan mukmin yang lain (dalam suatu
masyarakat) seperti sebuah bangunan di mana tiap-tiap bagian dalam bangunan itu
mengukuhkan bagian-bagian yang lain”(HR. Bukhari dan Muslim).
Rasa tanggung jawab ini tentu lahir dari sifat saling menyayangi, mencintai, saling
membantu dan merasa mementingkan kebersamaan untuk mendapatkan kemakmuran
bersama dalam mewujudkan masyarakat yang beriman, takwa dan harmonis. Dengan prinsip
ini, maka asuransi syariah merealisir perintah Allah SWT dalam Alquran dan Rasulullah

1
SAW dalam Sunnah tentang kewajiban untuk tidak memerhatikan kepentingan diri sendiri
semata tetapi juga mesti mementingkan orang lain atau masyarakat.
Mempersiapkan Hari Depan Sebagaimana Allah berfirman dalam (QS. Al Hasy ayat 19):
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dalam
prinsip ini bahwasanya kita sebagai mahluk social harus mempersiapkan dengan sebaik
mungkin untuk kehidupan yang akan dating, baik di dunia maupun di akherat.
Prinsip tolong menolong. Allah berfirman dalam (QS Al-Maidah ayat 2) Dan tolong-
menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong
dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya Dalam ayat tersebut telah dijelaskan bahwa kita sebagai manusia
harus saling tolong menolong dengan cara apapun dalam hal kebaikan. Salah satunya adalah
dengan mengikuti asuransi Syariah.

B. Dana Tabarru’
Konsep pengelolaan asuransi konvensional berupa Transfer Risk adalah perlindungan
dalam bentuk Dana tabarru’ adalah kumpulan dana yang berasal dari kontribusi peserta, yang
mekanisme penggunaannnya sesuai dengan perjanjian asuransi syariah atau perjanjian
reasuransi syariah.1 Dana tabarru’ ini berfungsi sebagai dana sosial yang difungsikan untuk
menolong salah satu peserta yang mengalami musibah. Dalam praktik, secara tidak langsung
pemberi dana tabarru’ mengharapkan adanya penggantian apabila dikemudian hari terjadi
risiko peristiwa tidak pasti (terjadinya musibah/kerugian), hal ini dikarenakan dana tabarru’
tersebut merupakan hak dari peserta.
Dana Tabarru’ adalah kumpulan dana yang berasal dari Kontribusi para Pemegang
Polis,yang mekanisme penggunaanya sesuai dengan Akad Tabarru’yang disepakati.
Dana Tabarru’ akan diambil dari saldo investasi Pemegang Polis setiap bulannya.
Tujuannya untuk membantu peserta yang lain, manakala tertimpa musibah seperti meninggal,
kecelakaan, sakit kritis, dan rawat inap. Setiap peserta harus tulus dan ikhlash untuk
membayar Dana Tabarru’

1
Pasal 1 angka 21 UU 40/2014

2
Untuk peserta asuransi syariah apabila berhenti menjadi peserta, dana tabarru’ yang
sebelumnya sudah dibayarkan bisa diminta kembali, hal ini berdasarkan Fatwa Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 81/DSN-MUI/III/2011 tentang Pengembalian
Dana Tabarru’ dagi Peserta Asuransi yang Berhenti Sebelum Masa Perjanjian
Berakhir (“Fatwa DSN-MUI 81/2011”).
Dana Tabarru’ dalam asuransi syariah dapat dikembalikan apabila
pengembalian dilakukan secara kolektif oleh peserta asuransi syariah, karena hal ini
merupakan salah satu hak dan wewenang peserta secara bersama-sama yaitu membuat
peraturan mengenai penggunaan dana tabarru’, termasuk mengembalikan dana tabarru’
kepada peserta asuransi secara individu yang berhenti sebelum masa perjanjian
berakhir.2 Dalam hal ini, peserta asuransi syariah secara kolektif dapat memberikan
kewenangan tersebut kepada perusahaan asuransi, namun harus dinyatakan secara jelas sejak
akad dilakukan.3
Sebagai tambahan, apabila pengajuannya hanya dilakukan oleh peserta secara individu,
perusahaan asuransi syariah sebagai pengelola dana tabarru’ tidak memiliki wewenang untuk
mengembalikan dana tabarru’ tersebut.4
Jadi, perusahaan asuransi syariah hanya akan mengembalikan dana tabarru’ jika perihal
pengembalian tersebut telah disepakati secara kolektif, artinya semua peserta dalam hal ini
sepakat, namun pengembaliannya tidak secara utuh, melainkan sebagian setelah dikurangi
biaya administrasi, penerbitan polis, dan biaya lainnya yang telah dikeluarkan.

C. Dana Tabungan
Dana tabungan dianggap sebagai dana titipan dari peserta yang akan diolah oleh pihak
perusahaan dengan mendapatkan alokasi bagi hasil (al-mudharabah). Sehingga dapat
dikatakan bahwa semakin tinggi pendapatan premi dan hasil investasi, maka laba yang
diperoleh akan semakin tinggi pula. Dengan demikian, pembayaran premi merupakan hal
pokok yang sangat penting dalam kegiatan operasional perusahaan asuransi, yang bisa
mempengaruhi kinerja keuangan. Dana tabungan dan hasil investasi yang diterima peserta

2
Diktum Kedua angka 3 Fatwa DSN-MUI 81/2011
3
Diktum Kedua angka 4 Fatwa DSN-MUI 81/2011
4
Diktum Kedua angka 2 Fatwa DSN-MUI 81/2011

3
akan dikembalikan kepada peserta ketika peserta mengajukan klaim baik berupa klaim nilai
tunai maupun klaim manfaat asuransi.

Ditinjau dari unsur tabungan


1. Sistem yang mengandung unsur tabungan
Setiap peserta wajib membayar sejumlah uang (premi) secara teratur kepada
perusahaan. Besar premi yang akan dibayarkan tergantung kepada kemampuan peserta.
Akan tetapi, perusahaan menetapkan jumlah minimum premi yang dapat dibayarkan.
Setiap peserta dapat membayar premi tersebut, melalui rekening koran, giro atau
membayar langsung. Peserta dapat memilih cara pembayaran, baik tiap bulan, kuartal,
semester maupun tahunan.
Setiap premi yang dibayar oleh peserta akan dipisah oleh perusahaan asuransi dalam
dua rekening yang berbeda, yaitu:
• Rekening tabungan, yaitu kumpulan dana yang merupakan milik peserta, yang
dibayarkan bila:
- perjanjian berakhir
- peserta mengundurkan diri
- peserta meninggal dunia
• Rekening tabarru’ yaitu kumpulan dana yang diniatkan oleh peserta sebagai iuran
kebajikan untuk tujuan saling tolong-menolong dan saling membantu, yang
dibayarkan bila:
- peserta meninggal dunia
- Perjanjian telah berakhir (jika ada suplus dana)
Kumpulan dana peserta ini akan diinvestasikan sesuai dengan syariah Islam. Tiap
keuntungan dari hasil investasi, setelah dikurangi dengan beban asuransi (klaim dan
premi reasuransi) dan setelah dikeluarkan zakatnya, akan dibagi menurut kesepakatan.

2. Sistem yang tidak mengandung unsur tabungan


Setiap premi yang dibayar oleh peserta, akan dimasukkan dalam rekening tabbaru’,
yaitu kumpulan dana yang diniatkan oleh peserta sebagai iuran kebajikan untuk tujuan
saling tolong menolong dan saling membantu, dan dibayarkan bila:

4
- Peserta meninggal dunia
- Perjanjian telah berakhir (jika ada surplus dana)
Kumpulan dana peserta ini akan di investasikan sesuai dengn syariah Islam.
Keuntungan dari investasi setelah dikurangi dengan beban asuransi (klaim dan premi
reasuransi) setelah dikeluarkan zakatnya, akan dibagi antara peserta dan perusahaan
menurut menurut kesepakatan dalam suatu perbandingan (porsi bagi hasil) tetap
berdasarkan perjanjian kerjasama antara perusahaan dengan peserta.

D. Pengelolaan Dana Premi dalam Asuransi Syariah dan Konvensional


Premi asuransi adalah sejumlah dana yang disetor tertanggung kepada penanggung, di
mana jika premi belum dibayar (lunas), maka penanggung belum terikat dalam transaksi
untuk membayar ganti rugi jika timbul risiko.
Pengelolaan dana asuransi (premi) adalah seluruh premi yang dibayar peserta dimasukkan
ke dalam rekening “derma”, yaitu rekening yang digunakan untuk membayar klaim kepada
peserta. dan dapat dilakukan dengan akad mudharabah, mudharabah musyarakah, atau
wakalah bil ujrah. Pada akad mudhorobah, keuntungan perusahaan asuransi syariah diperoleh
dari bagian keuntungan dana dari investasi (sistem bagi hasil). Para peserta asuransi syariah
berkedudukan sebagai pemilik modal dan perusahaan asuransi syariah berfungsi sebagai
pihak yang menjalankan modal. Keuntungan yang diperoleh dari pengembangan dana itu
dibagi antara peserta dan perusahaan sesuai ketentuan yang telah disepakati.
Pada akad mudharobah musyarakah, perusahaan asuransi bertindak sebagai mudharib
yang menyertakan modal atau dananya dalam investai bersama dana para peserta. Perusahaan
dan peserta berhak memperoleh bagi hasil dari keuntungan yang diperoleh dari investasi.
Sedangkan pada akad wakalah bil ujrah, perusahaan berhak mendapatkan fee sesuai dengan
kesepakatan. Para peserta memberikan kuasa kepada perusahaan untuk mengelola dananya
dalam hal: kegiatan administrasi, pengelolaan dana, pembayaran klaim, underwriting,
pemasaran, dan investasi.5
Mekanisme pengelolaan dana peserta (premi) dalam asuransi syariah terbagi menjadi 2
sistem, yaitu sistem yang mengandung unsur tabungan dan yang tidak mengandung unsur
tabungan, perbedaannya terletak pada alokasi dana peserta.

5
Ibid, hal:275-279

5
Pada sistem yang mengandung unsur tabungan, premi yang diterima setelah dikurangi
biaya pengelolaan sebagian akan dialokasikan ke rekening tabungan dan sebagian lagi akan
masuk ke rekening khusus / premi risiko.
Sementara itu, pada sistem yang tidak mengandung unsur tabungan, premi yang diterima
dari peserta dikurangi biaya pengelolaan seluruhnya dimasukkan ke dalam rekening khusus.
Premi asuransi syariah umumnya dibagi beberapa bagian, yaitu:
1. Premi tabungan, yaitu bagian premi yang merupakan dana tabungan pemegang polis yang
dikelola oleh perusahaan dimana pemiliknya akan mendapatkan hak sesuai dengan
kesepakatan dari pendapatan investasi bersih. Premi tabungan dan hak bagi hasil investasi
akan diberikan kepada peserta bila yang bersangkutan dinyatakan berhenti sebagai
peserta.
2. Premi tabarru’ yaitu sejumlah dana yang dihibahkan oleh pemegang polis dan digunakan
untuk tolong menolong dalam menanggulangi musibah kematian yang akan disantunkan
kepada ahli waris bila peserta meninggal dunia sebelum masa asuransi berakhir.
3. Premi biaya adalah sejumlah dana yang dibayarkan oleh peserta kepada perusahaan yang
digunakan untuk membiayai operasional perusahaan dalam rangka pengelolaan dana
asuransi, termasuk biaya awal, biaya lanjutan, biaya tahun berjalanm dan biaya yang
dikeluarkan pada saat polis berakhir.

Penetapan besarnya tarif premi tidak ditentukan oleh pemerintah, karena diserahkan pada
mekanisme pasar yang berlaku. Namun pada dasarnya tarif premi menurut aturan pemerintah
harus memenuhi unsur berikut:
Penetapan tarif premi asuransi kerugian, perhitungan jumlah premi yang akan memengaruhi
dana klaim tergantung pada beberpa hal, antara lain:
1. Penetapan tarif premi harus dilakukan dengan memperhitungkan:
a. Premi murni dihitung berdasarkan profil kerugian untuk jenis asuransi yang
bersangkutan sekurang-kurangnya 5 tahun terakhir.
b. Biaya perolehan, termasuk komisi agen.
c. Biaya administrasi dan biaya umum lainnya.
2. Tarif premi harus ditetapkan pada tingkat yang mencukupi, tidak melebih dan tidak
ditetapkan secara diskriminatif. Demikian pula tidak boleh terlalu berlebihan sehingga
tidak sebanding dengan manfaat yang dijanjikan.

6
Bila ada peserta yang terkena musibah, untuk pembayaran klaim nasabah dana
diambilkan dari rekening tabarru (dana sosial) seluruh peserta yang sudah diikhlaskan untuk
keperluan tolong-menolong.
Sementara itu, mekanisme pengelolaan dana pada asuransi konvensional tidak ada
pemisahan antara dana peserta dan dana tabarru’. Sebagai akibat dari sisem pengelolaan
seperti ini, maka secara syar’i asuransi konvensional tidak dapat melepaskan diri dari adanya
praktik yang diharamkan Allah yaitu gharar, maisir, dan riba. Peserta pun tidak dapat dengan
leluasa mengambil kembali dananya pada saat-saat mendesak untuk produk asuransi jiwa
yang mengandung saving, kecuali dalam status meminjam (pinjaman polis).
Pada asuransi jiwa, perhitungan jumlah premi yang akan memengaruhi dana klaim
tergantung pada beberapa faktor, antara lain:
1. Jenis produk asuransi yang ditawarkan, besar kecilnya premi tergantung dari arakteristik
produk yang diinginkan oleh peserta.
2. Lamanya masa asuransi, jika peserta menginginkan santunan kebajikan yang besar dalam
waktu yang singkat, tentu jumlah premi yang dibayarkan juga harus besar.
3. Usia peserta, makin tua usia peserta makin besar pula premi tabarru’ yang harus
dibayarkan dibandingkan dengan peserta yang lebih muda usianya.
4. Kesehatan peserta, jika peserta memiliki masalah kesehatan setelah diperiksakan ke
rumah sakit, maka peserta harus membayar premi tabarru’ yang lebih besar, sehingga jika
peserta ingin tabungannya besar maka ia harus membayar premi yang lebih besar
daripada peserta lain yang kesehatannya baik-baik saja.
5. Jumlah peserta, tentu produk asuransi perorangan dengan produk asuransi kumpulan akan
berbeda besaran premi yang harus dibayarkan.
pada asuransi konvensional, premi menjadi milik perusahaan dan perusahaan-lah yang
memiliki otoritas penuh untuk menetapkan kebijakan pengelolaan dana tersebut. Bila ada
peserta yang terkena musibah, dana pembayaran klaim diambil dari rekening milik
perusahaan.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konsep pengelolaan asuransi konvensional berupa Transfer Risk adalah perlindungan
dalam bentuk pengalihan risiko ekonomis atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan ke perusahaan asuransi sebagai penanggung risiko. Sedangkan Sharing
Risk yang merupakan pengelolaan asuransi syariah adalah konsep di mana para peserta
memiliki tujuan yang sama yakni tolong menolong.
Dana Tabarru’ adalah kumpulan dana yang berasal dari Kontribusi para Pemegang
Polis,yang mekanisme penggunaanya sesuai dengan Akad Tabarru’yang disepakati. Diambil
dari saldo investasi Pemegang Polis setiap bulannya. Tujuannya untuk membantu peserta
yang lain, manakala tertimpa musibah seperti meninggal, kecelakaan, sakit kritis, dan rawat
inap. Setiap peserta harus tulus dan ikhlash untuk membayar Dana Tabarru’
Dana tabungan dianggap sebagai dana titipan dari peserta yang akan diolah oleh pihak
perusahaan dengan mendapatkan alokasi bagi hasil (al-mudharabah). Dana tabungan dan
hasil investasi yang diterima peserta akan dikembalikan kepada peserta ketika peserta
mengajukan klaim baik berupa klaim nilai tunai maupun klaim manfaat asuransi.
Pengelolaan dana premi pada asuransi syariah adalah seluruh premi yang dibayar peserta
dimasukkan ke dalam rekening “derma”, yaitu rekening yang digunakan untuk membayar
klaim kepada peserta. dan dapat dilakukan dengan akad mudharabah, mudharabah
musyarakah, atau wakalah bil ujrah. Sedangkan pada asuransi konvensional, premi menjadi
milik perusahaan dan perusahaan-lah yang memiliki otoritas penuh untuk menetapkan
kebijakan pengelolaan dana tersebut. Bila ada peserta yang terkena musibah, dana
pembayaran klaim diambil dari rekening milik perusahaan

B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami susun, apabila masih banyak kesalahan dan
kekurangan dalam penulisan maupun penyampain saran yang membantu sangat kami
harapkan guna memperbaiki makalah selanjutnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Manan, Abdul. Hukum Ekonomi Syariah dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama.
Jakarta: KENCANA, 2012

Anda mungkin juga menyukai