Anda di halaman 1dari 15

SISTEM OPERASIONAL ASURANSI (SYARIAH DAN KONVENSIONAL)

Dosen Penganpu: Ainun Khabib.,M.E.I,

Disusun Oleh

1. Intan Apriliawati 2020230010


2. Anisatul Ulya 2020230019
3. Risma Dwi Lestari 2020230015
4. Nur Jannah 2020230017

PRODI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SAIMS AL-QURAN WONOSOBO
DI JAWA TENGAH 2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur diucapkn kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmatnya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikan dalam
kehidupan sehari-hari

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penusunan malah
ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB 1..............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................4
C. Tujuan...................................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..............................................................................................................................5
A. Pengertian Sistem Operasional Asuransi Syariah.................................................................5
B. Sistem operasional asuransi konvensional............................................................................8
C. Perbedaan Asuransi Syariah dan Konvensional...................................................................9
BAB III..........................................................................................................................................12
PENUTUP.....................................................................................................................................12
A. Kesimpulan.........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................13
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asuransi syariah merupakan prinsip perjanjian berdasarkan hukum islam antara
perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi dengan pihak lain, dalam menerima
amanah dalam mengelola dana peserta melalui kegiatan investasi yang di selenggarakan
sesuai dengan syariah.
Di Indonesia, perkembangan asuransi juga semangkin berkembang. Lahirnya
perusahaan asuransi syariah didukung dengan besarnya jumlah penduduk yang beragama
islam yang membutuhkan suatu lembaga keuangan islami sehingga setiap interaksi
muamalah yang dilakukannya sesuai dengan syariah. karena pada dasarnya masyarakat
muslim memandang operasional asuransi konvensional dengan ragu-ragu, atau bahkan
keyakinan bahwa praktek itu cacat dari sudut pandang syari‟at. Hal ini dikarenakan
sejumlah fatwa yang di keluarkan oleh lembagalembaga otoritas fikih menyatakan
ketidakbolehan sistem asuransi konvensional, karena akadnya mengandung unsur riba,
spekulasi, kecurangan, dan ketidakjelasan. Sementara akad perusahaan asuransi kolektif
islam berlandaskan pada asas saling tolong-menolong dan menyumbang, disamping
konsisten memegang hukum dan prinsip syariat islam dalam keseluruhan aktivitasnya
dan tunduk pada mekanisme pengawasan syari‟at. Asuransi kolektif islam juga tidak
menjalankan jasa asuransi dengan orientasi memperoleh keuntungan (profit oriented) dan
setiap peserta dalam asuransi ini menjadi penangggung sekaligus tertanggung. Sehingga
dengan demikian, akad-akadnya pun bersih dari segala syarat poin yang bertentangan
dengan hukum dan prinsip-prinsip syariat Islam.

B. Rumusan Masalah
1.

C. Tujuan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Operasional Asuransi Syariah


Sistem operasional asuransi syariah adalah menggunakan dua akad, yakni akad
tabarru' dan akad mudharabah. Dengan adanya dua akad ini maka unsur gharar, maysir
dan riba dapat dihilangkan. Perusahaan asuransi jiwa syariah membuat dua rekening
untuk menampung dan mengembangkan dana kontribusi peserta. Satu rekening untuk
menampung dana hibah atau derma yang disebut sebagai rekening tabarru’ dan satu
rekening lagi untuk menampung dana peserta sebagai dana investasi. Jika ada peserta
yang mengalami resiko sakit, kecelakaan, atau meninggal, maka perusahaan asuransi jiwa
syariah akan membayarkan santunan kepada ahli waris yang diambil dari rekening
tabarru’.
Adapun syarat dan larangan bagi orang yang akan melaksanakan asuransi syariah
adalah: 
1) Baligh. Cakap dalam Membuat Perjanjian kontrak asuransi juga mensyaratkan
seluruh pihak yang terlibat dalam pembuatan perikatan harus memenuhi kriterita
tertentu. Para pihak harus kompeten dan memenuhi kriteria seperi dewasa, waras,
dan tidak dalam paksaan atau pengampunan.
2) Berakal 
3) Bebas berkehendak (tidak dalam paksaan) 
4) Tidak sah transaksi atas sesuatu yang tidak diketahui (gharar) 
5) Tidak sah transaksi jika mengandung unsur riba  
6) Tidak sah transaksi jika mengandung praktik perjudian (maisir).
7) Kesepakatan Dua Belah Pihak untuk Saling Mengikat. Kesepakatan antara kedua
belah pihak dimulai saat terjadi penawaran dan penerimaan.
8) Adanya keseimbangan antara jaminan dengan risiko yang ditanggung. Maka dari
itu, premi asuransi menjadi hal yang penting dalam sebuah perjanjian asuransi.
Karena premi asuransi memberikan kekuatan hukum dari kontrak asuransi
tersebut. 
9) legal object. Apabila terjadi perjanjian asuransi yang tujuannya memberikan
perlindungan atas suatu hal yang dilarang oleh undang-undang, melanggaran
norma, dan berlawaranan dengan kepentingan umum, akan secara otomatis
dibatalkan.
10) Terdapat legal form. Sebuah kontrak asuransi dikatakan telah memenuhi syarat
legal form apabila polis tersebut sama atau memiliki subtansi yang sama dengan
polis perlindungan yang diakui oleh pihak berwenang.

Secara umum semua produk asuransi mempunyai tujuan untuk memberikan jaminan
hidup menjadi lebih baik di masa depan. Sehingga seseorang akan bingung dalam
menentukan produk asuransi mana yang sesuai dengan kebutuhannya. Namun
demikian ada alasan mengapa seseorang lebih memilih Asuransi Syariah dari pada
Asuransi Konvensional, yaitu:

1. Asuransi Syariah Diawasi oleh DPS (Dewan Pengawas Syariah)


Asuransi Syariah memiliki DPS (Dewan Pengawas Syariah) yang mengawasi
seluruh produk yang dipasarkan termasuk pengelolaan dana investasi yang
dilakukan oleh perusahaan asuransi, sehingga nasabah lebih yakin memilih
Asuransi Syariah sebagai proteksi diri mereka.
Dewan Pengawas Syariah akan memberikan sanksi bagi perusahaan asuransi
yang menjalankan prosesnya tidak sesuai prinsip syariah. Sedangkan dalam
Asuransi Konvensional tidak ada Dewan Pengawas Syariahnya.
2. Sistem yang Dijalankan Asuransi Syariah adalah Tolong-Menolong Sehingga
Lebih Terasa Adil
Masyarakat lebih nyaman menggunakan Asuransi Syariah karena mempunyai
sistem yang lebih adil dan meringankan beban, yaitu sistem tolong-menolong,
dengan konsep sistem donasi atau hibah. Dalam konsep asuransi syariah, nasabah
dapat mendonasikan sebagian atau seluruh kontribusinya untuk orang lain atau
nasabah lain yang mengalami musibah. Perusahaan asuransi akan mengolah dana
tersebut untuk dihibahkan kepada nasabah yang mengalami musibah. Jika dalam
Asuransi konvensional, perusahaan adalah pemilik dana premi nasabahnya, maka
dalam Asuransi Syariah perusahaan asuransi tugasnya hanya mengelola dana
hibah untuk nasabah yang membutuhkan. Jadi dengan ikut program Asuransi
Syariah, peserta yang satu dengan peserta lainnya saling berhubungan dan saling
tolong menolong jika peserta lain menghadapi sebuah masalah hidup. Hal ini
tidak ada dalam Asuransi Konvensional, karena sistemnya berdasarkan jual beli.
3. Jika Dipelajari Lebih Dalam, Konsep Asuransi Syariah Jauh Lebih Rinci Semua
proses dalam Asuransi Syariah lebih lengkap dan jelas.
Konsumen memilih produk yang memberikan jaminan dengan jelas proses atau
tata cara yang dijalankan produk tersebut. Dalam akad, akan tertuang secara jelas
manfaat dan resiko asuransi syariah. Asuransi Syariah lebih jelas untung ruginya.
Saat memutuskan mengambil produk nasabah akan dijelaskan untung ruginya
Asuransi Syariah, sehingga akan siap menghadapi risikonya. Lebih mudah dalam
memahami produk dari persepsi nasabah maupun perusahaan asuransi. Asuransi
Syariah selalu berusaha tidak menimbulkan perdebatan atau memancing
permusuhan antar semua pihak, baik perusahaan asuransi maupun nasabah.
Sebab tugas perusahaan Asuransi Syariah adalah menyimpan dan mengelola
dana, bukan semata mendapatkan keuntungan. Hal ini bertujuan demi kebaikan
nasabah maupun perusahaan asuransi.
4. Dana Asuransi Syariah Sepenuhnya Hak Peserta
Hal ini yang membedakan asuransi syariah dan konvensional. Dalam asuransi
konvensional, dana premi adalah keuntungan perusahaan sedangkan dalam
asuransi syariah, dana atau premi yang nasabah setorkan kepada perusahaan
adalah hak nasabah. Tanpa ijin nasabah, pihak perusahaan tidak mempunyai hak,
apalagi sampai menggunakan untuk hal-hal yang menguntungkan perusahaan.
Perusahaan Asuransi Syariah hanya memegang amanah sebagai pengelola dana
nasabah.
5. Nasabah lebih Nyaman karena Tidak Mengenal Sistem Dana Hangus
Di sinilah kelebihan menjadi nasabah asuransi syariah. Banyak kasus dana
hangus dalam asuransi konvensional sehingga nasabah banyak yang kecewa
sehingga beralih ke syariah karena dalam Asuransi Syariah, hak nasabah tidak
kan diambil perusahaan asuransi ketika tidak bisa membayar premi ditengah
jalan. Saat terjadi masalah di mana nasabah tidak mampu melanjutkan
pembayaran premi atau pun mengundurkan diri ketika kontrak belum habis,
maka dana akan dikembalikan. Namun demikian hal ini tidak berlaku jika dana
yang disetor dimaksudkan untuk Tabarru’ (dana kebajikan). Biasanya
nominalnya kecil untuk alokasi dana Tabarru’ ini.
6. Sistem Bagi Hasil dalam Asuransi Syariah Lebih Adil dan Menguntungkan
Kedua Belah Pihak Sebenarnya asuransi bukan sebatas paham soal premi dan
uang pertanggungan saja seperti yang banyak dipromosikan oleh asuransi
konvensional.
Dalam Asuransi Syariah, nasabah akan mendapatkan edukai syang baik karena
keuntungannya akan di publikasikan dan dibagi untuk perusahaan dan nasabah
berdasarkan prinsip bagi hasil dengan prosentase yang telah disepakati bersama.
Hal ini tentu lebih adil dan menguntungkan kedua belah pihak. Ada untung
dibagi bersama jika tidak untung, resiko ditanggung bersama. Dengan sistem ini,
dana yang dikelola dalam Asuransi Syariah akan terhindar dari unsur yang
dilarang atau diharamkan dalam agama Islam seperti bunga atau riba, gharar atau
dana yang tidak jelas, dan maysir atau judi. Biasanya akad atau perjanjian dalam
Asuransi Syariah disebut mudharabah, yaitu akad atau perjanjian kerjasama, di
mana peserta menyetujui untuk menyediakan modal untuk dikelola perusahaan
asuransi dengan sistem bagi hasil.

B. Sistem operasional asuransi konvensional


Secara umum asuransi konvensional menggunakan sistem tabaduli (transfer of
risk), dimana resiko nasabah dipindahkan kepada perusahaan asuransi, dengan
kompensasi nasabah tersebut harus membayar sejumlah uang tertentu (premi) kepada
pihak asuransi. Dalam sistem seperti ini terjadi unsur gharar, riba dan maisir yang
diharamkan dalam
syariah Islam.
Asuransi syariah dan asuransi konvensional memiliki beberapa persamaan dan
perbedaan. Kedua jenis asuransi tersebut memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk
memberikan perlindungan bagi nasabahnya terhadap risiko yang dihadapinya.
Persamaan antara asuransi syariah dan asuransi konvensional yaitu sebagai
berikut.
1. Menawarkan perlindungan terhadap risiko
Tujuan utama dari asuransi adalah untuk memberikan perlindungan bagi nasabahnya
terhadap risiko yang dihadapinya. Baik asuransi syariah maupun asuransi
konvensional menawarkan produk perlindungan yang dapat membantu nasabahnya
mengatasi risiko yang dihadapinya, seperti risiko kematian, risiko kehilangan harta
benda, atau risiko kecelakaan.
2. Memiliki premi dan manfaat yang sama
Premi adalah uang yang harus dibayarkan oleh nasabah kepada perusahaan asuransi
sebagai imbalan atas perlindungan yang diberikan. Baik asuransi syariah maupun
asuransi konvensional memiliki premi yang sama, yaitu ditentukan berdasarkan jenis
perlindungan yang diberikan dan jumlah risiko yang harus ditanggung oleh
perusahaan asuransi. Manfaat yang diberikan juga sama, yaitu diberikan ketika terjadi
risiko yang telah dijamin oleh perjanjian asuransi.
3. Memiliki perjanjian yang mengikat
Asuransi syariah dan asuransi konvensional sama-sama memiliki perjanjian yang
mengikat antara nasabah dan perusahaan asuransi. Perjanjian ini mencakup segala
ketentuan mengenai premi, manfaat, dan tanggung jawab yang harus ditanggung oleh
masing-masing pihak.
Adapun perbedaan antara asuransi syariah dan asuransi konvensional yaitu asuransi
syariah tidak menggunakan sistem riba. Asuransi syariah tidak menggunakan sistem
riba dalam pengelolaan dana nasabah yang berupa bunga atau keuntungan yang
diperoleh tanpa ada jaminan atau pertukaran yang sama nilainya.

C. Perbedaan Asuransi Syariah dan Konvensional


Terdapat beberapa perbedaan asuransi syariah dan asuransi konvensional, Berikut
penjelasannya:

1. Kontrak/Perjanjian/Akad
Pada asuransi konvensional, Perusahaan Asuransi dan Peserta Asuransi terhubung
satu sama lain melalui kontrak kepesertaan. Hal ini berbeda dari asuransi syariah
yang tidak menggunakan kontrak, melainkan akad tabarru’. Akad yang dilaksanakan
sesuai prinsip syariah ini berarti tolong-menolong atau saling menanggung risiko di
antara para Peserta Asuransi.
Konsep ini dikenal juga dengan istilah sharing of risk, yaitu membagikan risiko
peserta asuransi syariah kepada seluruh peserta. Jadi, risiko pada asuransi syariah
tidak dialihkan ke perusahaan asuransi, melainkan ditanggung bersama-sama oleh
Peserta Asuransi. Asuransi syariah di sini berperan melaksanakan pengelolaan
operasional atas dana yang didapatkan dari pemegang polis.
2. Kepemilikan Dana
Kepemilikan dana asuransi konvensional berada di tangan Perusahaan Asuransi,
yang bertugas mengelola dan menetapkan dana perlindungan peserta dari pembayaran
premi setiap bulannya. Sedangkan, kepemilikan dana asuransi syariah milik bersama
para Peserta Asuransi. Artinya, jika salah satu peserta asuransi syariah mengalami
risiko, maka para peserta lain akan menghimpun dana tabarru' untuk membantu
menanggung risiko tersebut, di mana penyalurannya akan dilakukan oleh pengelola.
3. Surplus Underwriting
Surplus underwriting merujuk pada selisih lebih dari pengelolaan risiko
underwriting dana tabarru' untuk dibagikan ke peserta sesuai dengan fitur produk
yang disepakati. Kalkulasi surplus underwriting akan dilakukan dalam satu periode
tertentu, di mana jumlahnya dikurangi dengan reasuransi, santunan, dan cadangan
teknis.
Penting dicatat bahwa surplus underwriting ini sifatnya tidak dijamin, hanya
terjadi apabila kontribusi yang masuk lebih banyak dibandingkan dengan klaim yang
diambil. Sedangkan pada asuransi konvensional, surplus underwriting tidak berlaku.
4. Diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah
Dewan Pengawas Syariah (DPS) bertugas melakukan pengawasan secara aktif
dan pasif untuk memastikan kesesuaian syariah pada kegiatan usaha dari lembaga
keuangan syariah, termasuk asuransi syariah. DPS merupakan perpanjangan tangan
dari Dewan Syariah Nasional (DSN) - MUI. Dengan adanya DPS, semua kegiatan
yang dilakukan dalam asuransi syariah dipastikan memenuhi prinsip syariah.
5. Transaksi yang Dilarang dalam Keuangan Syariah
Dalam keuangan syariah, ada beberapa jenis transaksi yang dilarang, misalnya
unsur maysir (untung-untungan), gharar (ketidakjelasan), dan risywah (suap).
Asuransi syariah tidak melakukan semua transaksi yang dilarang tersebut. Jenis
asuransi ini juga menghindari riba yang berarti menghindari pengumpulan harta dari
penggunaan yang batil.
6. Halal
Asuransi syariah bersifat halal karena seluruh kegiatan telah sesuai dengan prinsip
syariah, termasuk hanya melibatkan instrumen-instrumen portofolio investasi yang
halal sesuai dengan syariat Islam. Dalam Fatwa DSN-MUI No. 21/DSN-MUI/X/2011
tentang pedoman asuransi syariah, dinyatakan bahwa asuransi syariah sudah masuk
ke dalam kategori halal.

Perbedaan paling utama antara asuransi syariah dan asuransi konvensional (Non
Sayriah) adalah dari konsep pengelolaannya. Proteksi Syariah memiliki konsep
pengelolaan Sharing Risk sedangkan Asuransi Konvensional (Non Syariah) Transfer
Risk.
Konsep pengelolaan asuransi konvensional berupa Transfer Risk adalah
perlindungan dalam bentuk pengalihan risiko ekonomis atas meninggal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan ke perusahaan asuransi sebagai penanggung risiko.
Atau dengan kata lain Peserta dengan membeli atau bergabung sebagai peserta
asuransi konvensional akan ditanggung risiko ekonomisnya oleh perusahaan asuransi.
Sedangkan Sharing Risk yang merupakan pengelolaan asuransi syariah adalah
konsep di mana para peserta memiliki tujuan yang sama yakni tolong menolong,
yakni melalui investasi aset atau tabarru yang memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi risiko tertentu menggunakan akad yang sesuai dengan syariah yang
diwakilkan pengelolaannya ke Perusahaan Asuransi Syariah dengan imbalan Ujrah.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengertian Sistem Operasional Asuransi Syariah Sistem operasional asuransi
syariah adalah menggunakan dua akad, yakni akad tabarru dan akad mudharabah.
Dengan adanya dua akad ini maka unsur gharar, maysir dan riba dapat dihilangkan.
Perusahaan asuransi jiwa syariah membuat dua rekening untuk menampung dan
mengembangkan dana kontribusi peserta. Satu rekening untuk menampung dana hibah
atau derma yang disebut sebagai rekening tabarru dan satu rekening lagi untuk
menampung dana peserta sebagai dana investasi. Jika ada peserta yang mengalami resiko
sakit, kecelakaan, atau meninggal, maka perusahaan asuransi jiwa syariah akan
membayarkan santunan kepada ahli waris yang diambil dari rekening tabarru. Adapun
syarat dan larangan bagi orang yang akan melaksanakan asuransi syariah adalah 1 Baligh.
Cakap dalam Membuat Perjanjian kontrak asuransi juga mensyaratkan seluruh pihak
yang terlibat dalam pembuatan perikatan harus memenuhi kriterita tertentu. Para pihak
harus kompeten dan memenuhi kriteria seperi dewasa, waras, dan tidak dalam paksaan
atau pengampunan. 2 Berakal 3 Bebas berkehendak tidak dalam paksaan 4 Tidak sah
transaksi atas sesuatu yang tidak diketahui gharar 5 Tidak sah transaksi jika mengandung
unsur riba 6 Tidak sah transaksi jika mengandung praktik perjudian maisir. 7
Kesepakatan Dua Belah Pihak untuk Saling Mengikat. Kesepakatan antara kedua belah
pihak dimulai saat terjadi penawaran dan penerimaan. 8 Adanya keseimbangan antara
jaminan dengan risiko yang ditanggung. Maka dari itu, premi asuransi menjadi hal yang
penting dalam sebuah perjanjian asuransi. Karena premi asuransi memberikan kekuatan
hukum dari kontrak asuransi tersebut. 9 legal object. Apabila terjadi perjanjian asuransi
yang tujuannya memberikan perlindungan atas suatu hal yang dilarang oleh undang-
undang, melanggaran norma, dan berlawaranan dengan kepentingan umum, akan secara
otomatis dibatalkan. 10 Terdapat legal form. Sebuah kontrak asuransi dikatakan telah
memenuhi syarat legal form apabila polis tersebut sama atau memiliki subtansi yang
sama dengan polis perlindungan yang diakui oleh pihak berwenang. Secara umum semua
produk asuransi mempunyai tujuan untuk memberikan jaminan hidup menjadi lebih baik
di masa depan. Sehingga seseorang akan bingung dalam menentukan produk asuransi
mana yang sesuai dengan kebutuhannya. Namun demikian ada alasan mengapa seseorang
lebih memilih Asuransi Syariah dari pada Asuransi Konvensional, yaitu 1. Asuransi
Syariah Diawasi oleh DPS Dewan Pengawas Syariah Asuransi Syariah memiliki DPS
Dewan Pengawas Syariah yang mengawasi seluruh produk yang dipasarkan termasuk
pengelolaan dana investasi yang dilakukan oleh perusahaan asuransi, sehingga nasabah
lebih yakin memilih Asuransi Syariah sebagai proteksi diri mereka. Dewan Pengawas
Syariah akan memberikan sanksi bagi perusahaan asuransi yang menjalankan prosesnya
tidak sesuai prinsip syariah. Sedangkan dalam Asuransi Konvensional tidak ada Dewan
Pengawas Syariahnya. 2. Sistem yang Dijalankan Asuransi Syariah adalah Tolong-
Menolong Sehingga Lebih Terasa Adil Masyarakat lebih nyaman menggunakan Asuransi
Syariah karena mempunyai sistem yang lebih adil dan meringankan beban, yaitu sistem
tolong-menolong, dengan konsep sistem donasi atau hibah. Dalam konsep asuransi
syariah, nasabah dapat mendonasikan sebagian atau seluruh kontribusinya untuk orang
lain atau nasabah lain yang mengalami musibah. Perusahaan asuransi akan mengolah
dana tersebut untuk dihibahkan kepada nasabah yang mengalami musibah. Jika dalam
Asuransi konvensional, perusahaan adalah pemilik dana premi nasabahnya, maka dalam
Asuransi Syariah perusahaan asuransi tugasnya hanya mengelola dana hibah untuk
nasabah yang membutuhkan. Jadi dengan ikut program Asuransi Syariah, peserta yang
satu dengan peserta lainnya saling berhubungan dan saling tolong menolong jika peserta
lain menghadapi sebuah masalah hidup. Hal ini tidak ada dalam Asuransi Konvensional,
karena sistemnya berdasarkan jual beli. 3. Jika Dipelajari Lebih Dalam, Konsep Asuransi
Syariah Jauh Lebih Rinci Semua proses dalam Asuransi Syariah lebih lengkap dan jelas.
Konsumen memilih produk yang memberikan jaminan dengan jelas proses atau tata cara
yang dijalankan produk tersebut. Dalam akad, akan tertuang secara jelas manfaat dan
resiko asuransi syariah. Asuransi Syariah lebih jelas untung ruginya. Saat memutuskan
mengambil produk nasabah akan dijelaskan untung ruginya Asuransi Syariah, sehingga
akan siap menghadapi risikonya. Lebih mudah dalam memahami produk dari persepsi
nasabah maupun perusahaan asuransi. Asuransi Syariah selalu berusaha tidak
menimbulkan perdebatan atau memancing permusuhan antar semua pihak, baik
perusahaan asuransi maupun nasabah. Sebab tugas perusahaan Asuransi Syariah adalah
menyimpan dan mengelola dana, bukan semata mendapatkan keuntungan. Hal ini
bertujuan demi kebaikan nasabah maupun perusahaan asuransi. 4. Dana Asuransi Syariah
Sepenuhnya Hak Peserta Hal ini yang membedakan asuransi syariah dan konvensional.
Dalam asuransi konvensional, dana premi adalah keuntungan perusahaan sedangkan
dalam asuransi syariah, dana atau premi yang nasabah setorkan kepada perusahaan adalah
hak nasabah. Tanpa ijin nasabah, pihak perusahaan tidak mempunyai hak, apalagi sampai
menggunakan untuk hal-hal yang menguntungkan perusahaan. Perusahaan Asuransi
Syariah hanya memegang amanah sebagai pengelola dana nasabah. 5. Nasabah lebih
Nyaman karena Tidak Mengenal Sistem Dana Hangus Di sinilah kelebihan menjadi
nasabah asuransi syariah. Banyak kasus dana hangus dalam asuransi konvensional
sehingga nasabah banyak yang kecewa sehingga beralih ke syariah karena dalam
Asuransi Syariah, hak nasabah tidak kan diambil perusahaan asuransi ketika tidak bisa
membayar premi ditengah jalan. Saat terjadi masalah di mana nasabah tidak mampu
melanjutkan pembayaran premi atau pun mengundurkan diri ketika kontrak belum habis,
maka dana akan dikembalikan. Namun demikian hal ini tidak berlaku jika dana yang
disetor dimaksudkan untuk Tabarru dana kebajikan. Biasanya nominalnya kecil untuk
alokasi dana Tabarru ini. 6. Sistem Bagi Hasil dalam Asuransi Syariah Lebih Adil dan
Menguntungkan Kedua Belah Pihak Sebenarnya asuransi bukan sebatas paham soal
premi dan uang pertanggungan saja seperti yang banyak dipromosikan oleh asuransi
konvensional. Dalam Asuransi Syariah, nasabah akan mendapatkan edukai syang baik
karena keuntungannya akan di publikasikan dan dibagi untuk perusahaan dan nasabah
berdasarkan prinsip bagi hasil dengan prosentase yang telah disepakati bersama. Hal ini
tentu lebih adil dan menguntungkan kedua belah pihak. Ada untung dibagi bersama jika
tidak untung, resiko ditanggung bersama. Dengan sistem ini, dana yang dikelola dalam
Asuransi Syariah akan terhindar dari unsur yang dilarang atau diharamkan dalam agama
Islam seperti bunga atau riba, gharar atau dana yang tidak jelas, dan maysir atau judi.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.syekhnurjati.ac.id/5279/4/DAPUS.pdf

https://www.manulife.co.id/id/artikel/kenali-dan-pahami-perbedaan-asuransi-syariah-
dan-konvensional.html

https://www.kompasiana.com/ayusadewi/63f46fc3ad02b1112d0d3432/sistem-sistem-
operasional-asuransi-syariah-dan-konvensional

https://www.prudentialsyariah.co.id/id/pulse/article/perbedaan-asuransi-syariah-dan-
konvensional/

https://www.manulife.co.id/id/artikel/kenali-dan-pahami-perbedaan-asuransi-syariah-
dan-konvensional.html#:~:text=Perbedaan%20paling%20utama%20antara%20asuransi,
(Non%20Syariah)%20Transfer%20Risk.

https://buddyku.com/keuangan-dan-bisnis/MjJqq9/persamaan-asuransi-syariah-dan-
konvensional-penjelasan-dan-pengertiannya

https://www.cermati.com/artikel/asuransi-syariah-atau-konvensional-mana-yang-lebih-
baik

Anda mungkin juga menyukai