Anda di halaman 1dari 15

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

Hukum Lembaga Keuangan Syariah Muhammad Fahmi Nurani,SEI,MH

Auransi Syariah

Disusun Oleh Kelompok 4:


Muhammad Al-Hafiy 210102040285
Normala 210102040240

Muhammad Jahry Fadhly 210102040234

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN


FAKULTAS SYARIAH
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
BANJARMASIN
2023

1
A. Pendahuluan
Dalam kehidupan, seorang manusia pasti akan mengalami sebuah musibah atau
sebuah masalah yang mana masalah tersebut akan menimbulkan sebuah kerugian
atau risiko. Nah dalam hal ini ada yang namanya asuransi, yang berfungsi sebagai
solusi untuk mengatasi hal tersebut. Usaha asuransi merupakan suatu mekanisme
yang memberikan perlindungan pada tertanggung apabila terjadi risiko di masa
mendatang. Apabila risiko tersebut benar-benar terjadi, pihak tertanggung akan
mendapatkan ganti rugi sebesar nilai yang diperjanjikan antara penanggungdan
tertanggung. Mekanisme perlindungan ini sangat dibutuhkan dalam dunia bisnis
yang penuh dengan risiko. Secara rasional, para pelaku bisnis akan
mempertimbangkan untuk mengurangi risiko yang dihadapi. Pada tingkat
kehidupan keluarga atau rumah tangga, asuransi juga dibutuhkan untuk mengurangi
permasalahan ekonomi yang akan dihadapi apabila adasalah satu anggota keluarga
yang menghadapi risiko cacat atau meninggal dunia.

Perkembangan asuransi di Indonesia saat ini telah mengalami kemajuan yang


sangat pesat. Berbagai perusahaan asuransi berlomba-lomba menawarkan program
asuransi baik bagi masyarakat maupun perusahaan. Seiring dengan perkembangan
berbagai program syariah yang telah diusun goleh lembaga keuangan lain, banyak
perusahaan asuransi yang saat ini juga menawarkan program asuransi syariah.

B. Pembahasan
1. Pengertian Asuransi Syariah

Pengertian asuransi syariah dapat dapat di temukan dalam Undang-Undang


Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian (selanjutnya disebut UU
Perasuransian) dan POJK Nomor 69/POJK.05/2016 tentang Penyelenggaraan
Usaha Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan
Reasuransi dan Perusahaan Reasuransi Syariah sebagai salah satu payung
hukum pengaturan usaha asuransi syariah di Indonesia.1 Dalam Pasal 1 angka 2

1
Pasal 1 Pojk Nomor 69/Pojk.05/2016.

2
UU Perasuransian, asuransi syariah didefinisikan sebagai kumpulan perjanjian,
yang terdiri atas perjanjian antara perusahaan asuransi syariah dan pemegang
polis dan perjanjian di antara para pemegang polis, dalam rangka pengelolaan
kontribusi berdasarkan prinsip syariah guna saling menolong dan melindungi
dengan cara:

a. Memberikan penggantian kepada peserta atau pemegang polis karena


kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita
peserta atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang
tidak pasti; atau
b. memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya peserta
atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya peserta dengan
manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil
pengelolaan dana.2

sedangkan Definisi asuransi syariah menurut fatwa DSN adalah usaha


saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang atau pihak
melalui investasi dalam bentuk aset atau tabbaru yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad atau perikatan
yang sesuai dengan syariah. Definisi ini memberikan pengertian bahwa asuransi
syariah dijalankan berdasarkan sifat saling menolong dan melindungi. Selain
itu asuransi syariah memiliki istilah yang lain yaitu takaful yang berasal dari
kata kafala yang berarti menanggung, menjamin. Sedangkan definisi lainnya
menyebutkan Asuransi syariah adalah suatu pengaturan pengelolaan risiko yang
memenuhi ketentuan syariah, tolongmenolong secara mutual yang melibatkan
peserta dan operator. Syariah berasal dari ketentuan-ketentuan di dalam Al-
Quran dan As-Sunnah.3

2
Uu no 40 tahun 2014 tentang perasuransian
3
Suripto, Teguh, Abdullah Salam. "Analisa Penerapan Prinsip Syariah dalam Asuransi." JESI
(Jurnal Ekonomi Syariah Indonesia) 7.2 (2018): hal. 128-137.

3
Dapat dikaatakan bahwa Asuransi syariah merupakan bentuk perlindungan
finansial yang berdasarkan pada prinsip-prinsip syariah islam. Prinsip-prinsip
ini meliputi konsep kesepakatan yang adil, transparansi, keterbukaan, dan
ketelitian. Konsep dasar dari asuransi syariah adalah saling membantu antara
peserta dalam kelompok tertentu yang berbagi risiko, sehingga tercipta keadilan
dan kesetaraan dalam membagi beban finansial. Dalam asuransi syariah,
terdapat dua jenis peserta, yaitu peserta yang membayar premi dan peserta yang
mengajukan klaim. Premi yang dibayarkan oleh peserta akan disimpan di dalam
pool dana, dan akan digunakan untuk membayar klaim peserta yang memenuhi
syarat.

Dalam hal ini, semua peserta yang berada dalam kelompok tersebut harus
saling bahu-membahu dalam membagi risiko dan beban finansial. Selain itu,
asuransi syariah juga mengutamakan prinsip kepercayaan antar peserta. Hal ini
dapat terlihat dari mekanisme pembayaran klaim yang dilakukan secara
langsung dari pool dana, tanpa adanya perantara atau pihak ketiga. Dengan
demikian, peserta dapat merasa lebih percaya dan yakin bahwa klaim mereka
akan diproses dengan transparan dan adil. Konsep dasar asuransi syariah yang
mengedepankan keadilan, kesetaraan, dan kepercayaan antar peserta
menjadikannya sebagai alternatif yang menarik bagi masyarakat yang ingin
mengambil manfaat dari asuransi dengan cara yang halal dan sesuai dengan
prinsip syariah.4

2. Prinsip- prinsip Asuransi Syariah


Ada dua prinsip utama dalam asuransi syariah yaitu;
a. Prinsip ta’awun
Ta'awun secara bahasa diartikan sebagai tolong- menolong dalam
kebajikan. Dalam Islam, sikap tolong- menolong atau t'aawun sangat
ditekankan. Konsep ini diajarkan dalam beberapa ayat Al-Quran, antara
lain dalam surat Al-Maidah ayat 2 dan Al-Mujadalah ayat 9.

4
Sulaeman, Moh Muklis, et al. Asuransi Syariah. Global Eksekutif Teknologi, 2023, hal. 14.

4
Ayat Al-Maidah ayat 2 menyatakan bahwa umat Islam harus saling
tolong-menolong dalam mengerjakan kebajikan dan takwa. Hal ini
menunjukkan bahwa kebaikan dan ketakwaan tidak bisa dicapai secara
individual, tetapi membutuhkan kerjasama dan bantuan dari orang lain.
Di sisi lain, dalam ayat Al-Maidah ayat 2 juga ditegaskan bahwa umat
Islam tidak boleh saling tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Hal ini menunjukkan bahwa sikap tolong- menolong
dalam Islam memiliki batasan, yaitu harus sesuai dengan prinsip-prinsip
kebaikan dan ketakwaan. Sementara itu, ayat Al-Mujadalah ayat 9
menekankan pentingnya menjaga pembicaraan rahasia agar tidak
membicarakan hal-hal yang bertentangan dengan prinsip-prinsip
kebaikan dan ketakwaan. Dalam ayat ini juga disebutkan bahwa umat
Islam harus selalu berbicara tentang membuat kebajikan dan takwa,
serta bertakwa kepada Allah sebagai bentuk penghormatan kepada-
Nya.
Kebersamaan dalam asuransi syariah diwujudkan dalam bentuk
tabungan berjamaah atau pool of fund. Tabungan berjamaah ini dikelola
oleh perusahaan asuransi syariah dan digunakan untuk membayar klaim
atas kerugian atau musibah yang dialami oleh peserta asuransi.
Kontribusi dari setiap peserta asuransi akan masuk ke dalam tabungan
berjamaah tersebut. Dalam asuransi syariah, kebersamaan ini dapat
memperkecil risiko yang ditanggung oleh setiap peserta asuransi, karena
kerugian atau musibah yang dialami oleh satu peserta dapat ditanggung
bersama oleh peserta lainnya. Dengan begitu, prinsip kebersamaan ini
dapat membantu meningkatkan kesejahteraan dan keamanan finansial
bagi setiap peserta asuransi.
Selain itu, prinsip kebersamaan dalam asuransi syariah juga
mendorong para peserta asuransi untuk saling mengenal satu sama lain.
Hal ini dapat memperkuat ikatan sosial antar peserta asuransi dan
memperkuat rasa kepercayaan terhadap perusahaan asuransi syariah.
Dalam asuransi syariah, saling mengenal satu sama lain juga dapat

5
memperkecil risiko penipuan atau kecurangan yang mungkin dilakukan
oleh peserta asuransi. Dengan begitu, prinsip kebersamaan dalam
asuransi syariah tidak hanya membantu meningkatkan kesejahteraan
finansial, tetapi juga memperkuat nilai-nilai sosial dalam masyarakat.

b. Prinsip takaful
Prinsip takaful merupakan konsep asuransi yang berasal dari prinsip
kebersamaan dan saling melindungi antara peserta asuransi. Dalam
prinsip ini, peserta asuransi berpartisipasi dalam sebuah dana Tabarru,
yang digunakan untuk membayar klaim kerugian atau musibah yang
dialami oleh peserta asuransi lainnya. Prinsip takaful juga
mengedepankan nilai- nilai syariah yang mengatur agar semua transaksi
dan aktivitas dalam asuransi berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip
Islam, seperti transparansi, keadilan, dan kebersamaan.
Dalam prinsip takaful, peserta asuransi tidak hanya berpartisipasi
dalam dana Tabarru, tetapi juga memiliki tanggung jawab untuk
menjaga stabilitas dana tersebut. Sebab, stabilitas dana Tabarru sangat
penting bagi kelangsungan sistem asuransi takaful. Peserta asuransi juga
dapat memperoleh keuntungan atau surplus dari dana Tabarru jika klaim
kerugian yang diajukan oleh peserta asuransi lainnya lebih rendah dari
yang diestimasikan. Keuntungan atau surplus ini kemudian dapat
dibagikan kembali kepada peserta asuransi sebagai bentuk insentif dan
reward atas partisipasi mereka dalam menjaga stabilitas dana Tabarru.
Di samping itu, prinsip takaful juga mengedepankan konsep
kebersamaan dan solidaritas antar peserta asuransi. Setiap peserta
asuransi memiliki tanggung jawab untuk membantu dan melindungi
peserta asuransi lainnya dalam menghadapi risiko atau musibah yang
terjadi. Oleh karena itu, peserta asuransi diharapkan untuk berpartisipasi
aktif dalam menjaga kestabilan dana Tabarru dan memperkuat
solidaritas antar sesama peserta asuransi. Dalam prinsip takaful,
kebersamaan dan saling melindungi merupakan nilai fundamental yang

6
mengikat semua peserta asuransi dan menjadi dasar dalam menjalankan
sistem asuransi takaful secara efektif dan efisien.5

3. Akad dalam asuransi syariah

Berdasarkan Fatwa DSN-MUI akad dalam asuransi syariah setidaknya


terdapat 4 jenis akad yaitu akad tabarru’, akad tijarah, akad wakalah bil Ujrah,
dan akad mudharabah musytarakah.

a. Akad tabarru'
merupakan suatu perjanjian yang wajib ada dalam asuransi syariah,
yang dilakukan antara pemegang polis dengan tujuan kebajikan dan
saling membantu antar peserta. Fatwa DSN No. 53/DSN-MUI/III/2006
menetapkan penggunaan akad tabarru' sebagai prinsip dalam asuransi
syariah. Dalam akad ini, perusahaan asuransi bertindak sebagai
pengelola dana hibah berdasarkan akad wakalah dari para peserta.
Prinsip ta'awun menjadi bagian dari aplikasi akad tabarru', yang
mendasari esensi dari saling tolong-menolong di antara para nasabah.
Akad ini mengacu pada pengertian "memberikan sumbangan" atau
"memberikan sesuatu dengan sukarela" dalam bahasa Indonesia. Dalam
konteks asuransi syariah, prinsip tabarru' mengacu pada konsep saling
membantu antar anggota dalam kelompok takaful untuk menanggulangi
risiko tertentu. Uang yang disumbangkan oleh anggota kelompok
takaful akan digunakan untuk membayar klaim atas kerugian yang
dialami oleh anggota lainnya.
b. Akad Tijarah
Akad tijarah adalah akad yang dilakukan untuk tujuan komersial.
Bentuk akadnya menggunakan mudhorobah. Akad tijarah ini fungsinya
untuk mengelola uang premi yang telah diberikan kepada perusahaan
asuransi syariah yang berkedudukan sebagai pengelola (Mudorib),

5
Sulaeman, Moh Muklis, hal 15-16.

7
sedangkan nasabahnya berkedudukan sebagai pemilik uang (shohibul
mal). Ketika masa perjanjian habis, maka uang premi yang diakadkan
dengan akad tijaroh akan dikembalikan beserta bagi hasilnya (Fatwa
DSN No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi
Syari'ah).

c. Akad wakalah bil ujrah


Akad Wakalah bil Ujrah adalah suatu bentuk perjanjian di mana
peserta memberikan kuasa kepada perusahaan asuransi untuk mengelola
dana mereka, dengan imbalan berupa ujrah (biaya jasa). Dalam Fatwa
DSN No. 52/DSN- MUI/III/2006, dijelaskan bahwa perusahaan
asuransi berperan sebagai wakil untuk mengelola dana peserta asuransi
dalam akad wakalah bil ujrah. Akad wakalah merupakan salah satu akad
dasar dalam asuransi syariah yang berarti penunjukan atau
pendelegasian wewenang kepada pihak lain untuk melaksanakan suatu
tugas atau aktivitas tertentu.
Dalam konteks asuransi syariah, akad wakalah berperan penting
dalam menjaga kepercayaan antara nasabah dan perusahaan asuransi
syariah. Nasabah menunjuk perusahaan asuransi syariah sebagai wakil
untuk mengelola dana dan memproses klaim sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah yang berlaku. Dalam akad wakalah, perusahaan asuransi
syariah berperan sebagai wakil dari nasabah untuk mengelola dana dan
memproses klaim. sesuai dengan prinsip-prinsip syariah yang berlaku.
Dalam akad wakalah, perusahaan asuransi syariah berperan sebagai
wakil dari nasabah untuk mengelola dana dan memproses klaim.
Perusahaan asuransi syariah akan menerima komisi atau fee atas jasanya
sebagai wakil tersebut. Hal ini sejalan dengan prinsip mudharabah, di
mana nasabah sebagai pemilik dana mempercayakan perusahaan
asuransi syariah sebagai pengelola dana. Perusahaan asuransi syariah
bertindak sebagai mudharib yang bertanggung jawab untuk mengelola
dana dengan cara yang baik dan bertanggung jawab.

8
d. Akad Mudharabah-Musyarakah
Salah satu akad yang digunakan dalam asuransi syariah adalah akad
mudharabah-musyarakah, yang merupakan gabungan antara akad
mudharabah dan akad musyarakah. Dalam akad ini, perusahaan asuransi
bertindak sebagai mudharib (pengelola) dan musyarakah (investor)
sehingga wajib untuk menginvestasikan dana peserta yang terkumpul
dalam investasi yang sesuai dengan prinsip syariah. Akad mudharabah
mengacu pada konsep kerjasama antara pihak yang memasukkan modal
(shahibul maal) dan pihak yang mengelola modal (mudharib) dalam
suatu usaha. Dalam asuransi syariah, pihak shahibul maal adalah para
nasabah yang memasukkan premi, sementara pihak mudharib adalah
perusahaan asuransi syariah yang mengelola dana tersebut. Keuntungan
yang dihasilkan akan dibagi sesuai dengan kesepakatan antara kedua
belah pihak.6

4. Regulasi Asuransi Syariah


a. Pojk nomor 67/pojk.05/2016 "perizinan usaha dan kelembagaan
perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan
reasuransi, dan perusahaan reasuransi syariah"
b. Pojk nomor 69/pojk.05/2016 "penyelenggaraan usaha perusahaan
asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan reasuransi, dan
perusahaan reasuransi syariah"
c. Fatwa dsn nomor 21/dsn-mui/x/2001 "pedoman umum asuransi
syari’ah"7

6
Junaidi, Abdullah. "Akad-akad di dalam Asuransi Syariah." Journal od Sharia Economic
Law 1.1 (2018). Hal. 20-22.
7
Islamic Insurance Society https://www.iis.or.id/ "Regulasi Asuransi Syariah"

9
d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011 tentang
Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan
Prinsip Syariah "Peraturan Menkeu ini dibuat untuk menerapkan
prinsip kehati-hatian serta menjaga keseimbangan antara kekayaan dan
kewajiban dalam penyelenggaraan usaha asuransi dan usaha reasuransi
dengan prinsip syariah. Hal ini sebagaimana telah diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua
atas Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang
Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2008".
e. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2010 tentang Prinsip
Dasar Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan
Prinsip Syariah "Peraturan Menkeu ini dibuat untuk memenuhi
prinsip syariah dan kepastian hukum dalam penyelenggaraan usaha
asuransi dan usaha reasuransi dengan prinsip syariah".8

5. Ruang lingkup asuransi syariah

Ruang lingkup asuransi syariah mencakup transaksi bisnis yang halal


dengan akad-akad bebas dari unsur maisir (spekulasi), gharar (ketidakpastian),
dan riba (bunga). Ruang lingkup usaha asuransi dapat dikatakan sebagai jasa
keuangan yang dengan menghimpun dana masyarakat melalui pengumpulan
premi asuransi, memberikan perlindugan kepada anggota masyarakat pemakai
jasa asuransi terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena suatu peristiwa
yang tidak pasti. 9

Untuk lebih jelasnya mengenai ruang lingkup asuransi syariah dapat di lihat
pada pasal 3 Pojk Nomor 69/Pojk.05/2016, “Perusahaan Asuransi Umum

8
https://ojk.go.id/id/kanal/iknb/regulasi/asuransi/regulasi-asuransi-syariah/default.aspx
9
Uin Smh Banten Institutional Repository - Http://Repository.Uinbanten.Ac.Id "Bab Ii Kajian
Pustaka A. Ruang Lingkup Asuransi Syariah Hal: 23-25"

10
Syariah dan Unit Syariah pada Perusahaan Asuransi Umum hanya dapat
menyelenggarakan:”

a. Usaha Asuransi Umum Syariah, termasuk lini usaha asuransi kesehatan


berdasarkan Prinsip Syariah dan lini usaha asuransi kecelakaan diri
berdasarkan Prinsip Syariah; dan
b. Usaha Reasuransi Syariah untuk risiko Perusahaan Asuransi Umum
Syariah atau Unit Syariah pada Perusahaan Asuransi Umum lain.10

6. Tatata kelola

Struktur tata kelola (governance structure)

a. Jumlah DPS terdiri atas 1 (satu) orang ahli syariah atau lebih yang
diangkat oleh RUPS sebagaimana dimaksud dalam POJK mengenai
penilaian kemampuan dan kepatutan pihak utama atas rekomendasi
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia yang dinyatakan
secara jelas dalam akta notaris.
b. Paling sedikit separuh dari jumlah anggota DPS wajib berdomisili di
Indonesia.
c. DPS tidak melakukan rangkap jabatan sebagai anggota Direksi atau
Dewan Komisaris pada Perusahaan yang sama.
d. DPS tidak melakukan rangkap jabatan sebagai anggota Direksi, anggota
Dewan Komisaris, atau anggota DPS pada lebih dari 4 (empat) lembaga
keuangan lainnya.
e. DPS tidak pernah menjadi anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris,
atau anggota DPS yang dinyatakan bersalah atau lalai menyebabkan:
1) Perusahaan dikenai sanksi pembatasan kegiatan usaha dalam jangka
waktu 3 (tiga) tahun terakhir sebelum pengangkatannya;

10
pasal 3 Pojk Nomor 69/Pojk.05/2016

11
2) suatu perusahaan di bidang jasa keuangan dicabut izin usahanya
karena melakukan pelanggaran dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun
terakhir sebelum pengangkatannya; dan/atau
3) suatu perusahaan di bidang jasa keuangan atau di bidang non jasa
keuangan dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang
telah berkekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
terakhir sebelum pengangkatannya.
f. DPS telah lulus penilaian kemampuan dan kepatutan.

Proses tata kelola (governance process)

a. DPS melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan prinsip-


prinsip tata kelola perusahaan yang baik.
b. Dalam rangka melakukan tugas pengawasan, DPS telah memberikan
nasihat dan saran kepada Direksi agar kegiatan usaha sesuai dengan
prinsip Syariah, antara lain meliputi kegiatan dalam pengelolaan
kekayaan dan kewajiban, baik dana tabbaru’, dana tanahud, dana
perusahaan maupun dana investasi peserta, produk asuransi syariah
yang dipasarkan, dan praktik pemasaran.
c. DPS telah menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya secara optimal.
d. DPS telah menyelenggarakan rapat secara berkala dengan intensitas
paling sedikit 6 (enam) kali dalam 1 (satu) tahun.5) Pengambilan
keputusan dalam rapat DPStelah dilakukan berdasarkan musyawarah
mufakat dan merupakan keputusan bersama DPS.
e. DPS tidak melakukan transaksi yang mempunyai Benturan Kepentingan
dengan kegiatan Perusahaan.
f. DPS tidak memanfaatkan jabatannya untuk kepentingan pribadi,
keluarga dan/atau pihak lain yang dapat mengurangi aset atau
mengurangi keuntungan Perusahaan.

12
g. DPS tidak mengambil dan/atau menerima keuntungan pribadi dari
Perusahaan selain remunerasi dan fasilitas lainnya yang ditetapkan
RUPS.
h. Dalam melaksanakan tugasnya, DPS berkoordinasi dengan anggota
komite, pegawai Perusahaan, dan tenaga ahli profesional yang struktur
organisasinya berada di direksi maupun di bawah dewan komisaris.
i. DPS mendapatkan informasi dari direksi mengenai perusahaan secara
lengkap dan tepat waktu.

Hasil penerapan tata kelola (governance outcome)

a. Hasil rapat DPS dituangkan dalam risalah rapat dan didokumentasikan


dengan baik, termasuk pengungkapan dissenting opinionssecara jelas.
b. DPS telah menyampaikan Laporan Hasil Pengawasan Dewan Pengawas
Syariah melalui laporan tata kelola perusahaan yang baik dan pelaporan
lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
c. Dalam laporan pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik, seluruh
anggota DPS paling kurang telah mengungkapkan:
1) rangkap jabatan sebagai Dewan Pengawas Syariah pada lembaga
keuangan syariah lain.
2) remunerasi dan fasilitas lain.
d. Peningkatan pengetahuan, keahlian, dankemampuan anggota Dewan
Pengawas Syariah dalam pengawasan kesesuaian kegiatan Perusahaan
dengan prinsip syariah yang ditunjukkan antara lain dengan peningkatan
kinerja Perusahaan melalui penurunan pelanggaran terhadap prinsip
syariah dan penyelesaian permasalahanyang terkait dengan pelanggaran
terhadap prinsip syariah.11

11
Salinan surat edaran otoritas jasa keuangan republik indonesianomor 1 /seojk.05/2021tentang
penilaian tingkat kesehatan perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan
reasuransi, dan perusahaan reasuransi syariah hal.14-16

13
C. Kesimpulan

Pengertian asuransi syariah dapat dapat di temukan dalam Undang-Undang


Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian dan POJK Nomor 69/POJK. 05/2016
tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi
Syariah, Perusahaan Reasuransi dan Perusahaan Reasuransi Syariah sebagai salah
satu payung hukum pengaturan usaha asuransi syariah di Indonesia. Sedangkan
Definisi asuransi syariah menurut fatwa DSN adalah usaha saling melindungi dan
tolong menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam
bentuk aset atau tabbaru yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi
resiko tertentu melalui akad atau perikatan yang sesuai dengan syariah. Definisi ini
memberikan pengertian bahwa asuransi syariah dijalankan berdasarkan sifat saling
menolong dan melindungi. Selain itu asuransi syariah memiliki istilah yang lain
yaitu takaful yang berasal dari kata kafala yang berarti menanggung, menjamin.
Ada 2 prinsip yang menjadi landasan penting dalam asuransi syariah yaitu prinsip
ta’awun dan takful.

14
Daftar Pustaka

Pojk Nomor 69/Pojk.05/2016

Uu No 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian

Suripto, Teguh, Abdullah Salam. "Analisa Penerapan Prinsip Syariah Dalam


Asuransi." Jesi (Jurnal Ekonomi Syariah Indonesia) 7.2 (2018).

Sulaeman, Moh Muklis, Et Al. Asuransi Syariah. Global Eksekutif Teknologi, 2023.

Junaidi, Abdullah. "Akad-Akad Di Dalam Asuransi Syariah." Journal Od Sharia


Economic Law 1.1 (2018). Hal. 20-22.
Islamic Insurance Society Https://Www.Iis.Or.Id/ "Regulasi Asuransi Syariah"

Uin Smh Banten Institutional Repository - Http://Repository.Uinbanten.Ac.Id


"Bab Ii Kajian Pustaka A. Ruang Lingkup Asuransi Syariah Hal: 23-25"

Https://Ojk.Go.Id/Id/Kanal/Iknb/Regulasi/Asuransi/Regulasi-Asuransi-
Syariah/Default.Aspx

Salinan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia nomor 1


/Seojk.05/2021tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Perusahaan Asuransi, Perusahaan
Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi, Dan Perusahaan Reasuransi Syariah Hal.14-16

15

Anda mungkin juga menyukai