Anda di halaman 1dari 12

TUGAS BAHASA INDONESIA

05-01-2018

KARYA TULIS ILMIAH

“ HUKUM ASURANSI SYARIAH ”

NAMA : GALUH WIYANTOMO PUTRI

KELAS : 1 REGULER (40)

DOSEN : BU HAMIDAH
HUKUM ASURANSI SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini banyak inovasi yang diciptakan oleh manusia, untuk mempermudah
dalam kehidupan. Hal ini menyebabkan peningkatan ekonomi yang pesat di
berbagai belahan dunia. Keadaan ini membuat manusia menjadi konsumtif, dan tak
terkendali dalam pengelolaan keuanganya.
Manusia bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan juga keinginanya. Jam kerja
padat membuat mereka kerap kali pusing untuk mengatur biaya kehidupan untuk
keluarga, tabungan, bahkan kesehatannya, padahal itu salah satu aspek untuk
kemaksimalan dalam bekerja.
Perencanaan keuangan pastilah perlu dilakukan mengingat hal tersebut, para
pemikir ekonomi mengeluarkan produk baru yaitu asuransi. Asuransi adalah
perencanaan keuangan masa depan yang berjangka. Asuransi sendiri menggunakan
metode perhitungan konvensional.
Dalam islam, metode konvensional ini dianggap haram karena mengandung unsur
riba. Sebagaimana yang tercantum dalam

‫َوأ َ َح َّل ه‬
‫ّللاُ ا ْلبَ ْي َع َو َح َّر َم ِّ ه‬
Q.S Al-Baqarah :275 ‫الربَا‬

“Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”

Maka, para pemikir ekonomi islam ingin membuat lembaga keuangan yang
berbasis syariah atau islam. Yaitu, lembaga keuangan yang sejatinya terlepas dari
gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba, zhulm(penganiayaan), risywah(suap),
barang haram dan maksiat.
Karena itu para pemikir ekonomi mengeluarkan produk baru yaitu asuransi
syariah. Asuransi syariah ini menggunakan akad, kontrak al-mudharabah, sistem
bagi hasil, dan tidak ada dana hangus. Sebagian ulama menghalalkan asuransi
syariah dan sebagian mengharamkanya
Oleh karena itu, saya akan mencoba untuk menjawab permasalahan ini dalam
paper “ Hukum Asuransi Syariah dalam Pandangan Islam “ dan berharap dapat
menjawab pertanyaan khalayak.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah tersebut maka penulis membuat rumusan masalah
sebagai berikut:
Apa ada ayat Al-Qur’an atau hadits yang membolehkan asuransi syariah ?
Apa hukum asuransi syariah?
Apakah asuransi di Indonesia sudah sesuai dengan syariah ?

Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah tersebut penulis mempunyai maksud atau tujuan sebagai
berikut:
Untuk mengetahui adakah ayat Al-Qur’an atau hadits yang membolehkan asuransi
syariah
Untuk mengetahui hukum asuransi syariah
Untuk mengetahui Apakah asuransi di Indonesia sudah sesuai dengan syariah
Metode Penelitian
Dalam karya tulis ini penulis memakai metode penelitian kualitatif, yaitu dengan
cara mengumpulkan sumber bacaan seperti majalah, koran, artikel atau bacaan
lainya, juga foto dan data statistic tambahan.

Definisi Operasional
Hukum adalah peraturan secara resmi dan mengikat
Asuransi Syariah adalah pertanggungan, perjanjian antara dua pihak, pihak yang
satu berkewajiban membayar iuran dan pihak yang lain berkewajiban memberikan
jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran, dan dilakukan dengan konsep syariah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Asuransi Syariah

Asuransi dalam bahasa arab disebut at- ta’min yang diambil kata amana yang
artinya memberi perlindungan, ketenangan, rasa aman,dan bebas dari rasa takut.
Penanggung mu’ammin, tertanggung musta’min. ada istilah lain yang dipakai
dalam bahasa arab yaitu takaful berasal dari kata tafakala-yatafakalu, artinya
menjamin atau menanggung. Adapula yang mengartikan saling menjamin.
Kata asuransi berasal dari kata assurantie dalam hukum belanda disebut
verzekering artinya pertanggungan. Assuradeur istilah untuk penanggung dan
geassureede tertanggung.
Dalam bahasa arab ada tiga kata yang dipakai, pertama at-takaful berasal dari kata
kafala-yakfulu-kafaalatan, yang mempunyai arti menolong, mengasuh,
memelihara,memberi nafkah, dan mengambil alih perkara. Kedua at- ta’min yang
diambil kata amana yang artinya memberi perlindungan, ketenangan, rasa
aman,dan bebas dari rasa takut. Penanggung mu’ammin, tertanggung musta’min.
Ketiga at-tadhamun berasal dari kata dhamana yang artinya saling
menanggung.ketiga kata tersebut digunakan karena mencakup dasar dibentuk
asuransi syariah.tetapi kata yang paling lazim dipakai ialah takaful.
Terminologi
Secara terminologi Asuransi Syariah (ta’min, takaful atau tadhamun) menurut
DSN-MUI (Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia) adalah usaha
saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang/pihak melalui
investasi dalam bentuk aset dan/atau tabarru’ yang menberikan pola pengembalian
untuk mengahadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan
syariah.
Ahli
Menurut DSN-MUI (Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia) adalah
usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang/pihak
melalui investasi dalam bentuk aset dan/atau tabarru’ yang memberikan pola
pengembalian untuk mengahadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang
sesuai dengan syariah.

Menurut Undang-Undang Hukum Dagang pasal 246 disebutkan:”Asuransi atau


pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan nama seorang penanggung
mengikat diri kepada seorang tertanggung dengan menerima premi, untuk
memberikan penggantian kepadanya karena satu kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena
suatu peristiwa yang tak tertentu.

Menurut Andri Soemitra tahun 2009, pada bukunya yang berjudul “Bank dan
Lembaga Keuangan Syariah” dasarnya Asuransi Syariah merupakan usaha saling
melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui
investasi dalam bentuk aset dan atau tabbarru’ yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang
sesuai dengan syariah.

menurut UU No.2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian, asuransi atau


pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan nama pihak
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi
asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab
hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul
dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran
yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
B. Asuransi Syariah
Sejarah Asuransi Syari’ah

Asuransi dalam islam sudah dipraktikkan sejak masa Nabi Yusuf saat
menafsirkan mimpi dari raja Fir’aun yang menyarankan agar menyisihkan
sebagian dari hasil panen pada masa tujuh tahun pertama. Sedangkan pada
masyarakat Arab sudah terdapat sistem ‘aqilah adalah apabila seorang anggota
suku melakukan pembunuhan kepada seorang anggota suku lainya, maka ahli
waris korban akan memperoleh bayaran sejumlah uang darah (uang kematian)
sebagai kompensasi oleh penutupan keluarga pembunuh. Kemudian, kebiasaan
ini berkembang pada masa Nabi sesuai hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari.
Mengenai praktik ‘aqilah Nabi Muhammad SAW memuat ketentuan dalam
pasal 3 yang isinya “ Orang Quraisy yang melakukan perpindahan (ke
Madinah) melakukan pertanggungan bersama dan akan saling bekerja sama
membayar uang darah (uang kematian) diantara mereka” Pada abad ke-20 di
beberapa negara Timur Tengah dan Afrika telah mencoba mempraktikkan
asuransi dalam bentuk takaful.

Mekanisme Operasional
Dalam mekanisme operasional asuransi syariah tidak jauh dari asuransi lainya.
Meskipun begitu nilai islam tetap ditanamkan sebagai dasar syariah yang
melingkup pada pemasaran, penawaran, penyeleksian resiko, dan pembayaran
klaim.
Dalam asuransi syariah dilakukan modifikasi- modifikasi agar sesuai dengan
prinsip syariah, dengan peranan kreatif dan inovatif asuransi syariah pastinya
mampu membuat asuransi syariah unggul didalam perekonomian.
Pemasaran dan penawaran asuransi syariah
Masyarakat Indonesia kurang dari 10% memegang polis asuransi dan hanya satu
polis. Hal seperti ini dianggap penghambat, sebaliknya ini adalah peluang untuk
kegiatan pengenalan asuransi syariah, diharapkan setelah pengenalan ini semakin
banyak peserta yang mengikuti asuaransi syariah.

Underwriting asuransi syariah


Underwriting asuransi syariah adalah proses penilaian resiko yang akan dialami
calon peserta.

Klaim asuransi syariah


Klaim asurani syariah adalah permintaaan resmi yang ditunjukan kepada
perusahaan asuransi, terkait perlindungan finansial atau ganti rugi dari pihak
tertanggung sesuai dengan kontrak.
Investasi asuransi syariah
Yaitu adalah salah satu fungsi asuransi untuk menghimpun dan mengolah dana.
Akuntansi asuransi syariah
Akutansi asuransi syariah berbeda dengan akuntansi lainya, yaitu adanya
pemisahan dana yang dipandang sebagai ensitas. Yang dimaksud ensitas adalah
dana pemegang saham, dana investasi peserta, dan tabarru’.
Produk Asuransi Syari’ah
Asuransi syari’ah mempunyai dua produk Asuransi, yaitu:

 Takaful Umum

Takaful Umum produknya berupa asuransi kerugian, misalnya asuransi resiko


pembangunan gedung, asuransi kendaraan bermotor, asuransi kebakaran, dan
asuransi pembongkaran. Setiap premi takaful yang diterima akan dimasukkan
ke dalam rekening khusus, yaitu rekening yang diniatkan tabarru, dan
digunakan untuk membayar klaim kepada peserta apabila terjadi musibah atas
harta benda atau peserta itu sendiri. Premi takaful akan dikelompokkan kedalam
“kumpulan dana peserta” untuk kemudian diinvestasikan kedalam pembiayaan-
pembiayaan proyek yang dibenarkan secara syariah. Keuntungan investasi yang
diperoleh akan dimasukkan kedalam kumpulan dana peserta untuk kemudian
dikurangi “beban asuransi” (klaim, premi asuransi). Apabila terdapat kelebihan
sisa akan dibagikan menurut prinsip Mudharabah. Bagian keuntungan milik
peserta akan dikembalikan kepada peserta yang tidak mengalami musibah
sesuai dengan penyertaannya. Sedangkan, bagian keuntungan yang diterima
perusahaan akan digunakan untuk membiayai operasional perusahaan.

 Takaful Keluarga

Takaful Keluarga produknya berupa asuransi jiwa, misalnya takaful ukhuwah,


asuransi medicare, safari, asuransi wakaf,dan takaful link (aliyah, istiqomah,
mizan).
Sistem pengelolaan dana tanpa unsur tabungan, untuk mekanisme operasional
pengelolaan dananya sama saja dengan mekanisme operasional takaful umum.
Sistem pengelolaan dana dengan unsur tabungan, pengelolaan dananya setiap
premi takaful yang diterima akan dimasukkan kedalam dua rekening baik
rekening tabungan maupun rekening khusus atau tabarru’. Premi takaful akan
disatukan kedalam “kumpulan dana peserta” yang selanjutnya diinvestasikan
dalam pembiayaan proyek yang dibenarkan secara syariah. keuntungan yang
diperoleh dari investasi itu akan dibagikan sesuai dengan perjanjian
mudharabah yang disepakati bersama. Atas bagian keuntungan milik peserta
akan ditambahkan ke dalam rekening tabungan dan rekening khusus secara
proporsional. Rekening tabungan akan dibayarkan apabila pertanggungan
berakhir atau mengundurkan diri dalam masa pertanggungan. Sedangkan,
rekening khhusus akan dibayarkan jika peserta meninggal dunia dalam
pertanggungan atau pertanggungan berakhir (jika ada). Untuk bagian
keuntungan perusahaan akan digunakan untuk membiayai operasional
perusahaan.

C. Tujuan Asuransi Syari’ah

Asuransi syari’ah mempunyai tujuan dasar untuk saling tolong menolong, dan
saling menjamin keselamatan satu sama lain, dengan tidak mementingkan diri
sendiri, dan merasa tanggung jawab atas sesama muslim. Disertai niat ikhlas juga,
karena saling tolong menolong adalah hal yang Allah Swt anjurkan dan senangi.

D. Sejarah Asuransi Syari’ah di Indonesia

Dimulai bulan Juli 1992 bank muamalat didirikan, itu menjadi alasan bagi para
ulama dan ahli agama untuk mendirikan lembaga keuangan yang berlandaskan
syariah. salah satunya lembaga asuransi yang keberadaannya semakin berkembang
pesat. Pada tanggal 27 Juli 1993 dibentuk tim TEPATI (Tim Pembentukan Takaful
Indonesia) yang didukung oleh Yayasan Abdi Bangsa (ICMI), Bank Muamalat
Indonesia, Asuransi Tugu Mandiri, dan Departemen Keuangan. Pada tahun
berikutnya beberapa orang anggota TEPATI berangkat ke Malaysia untuk
mempelajari operasional asuransi syariah. Pada Oktober 1993 diadakan seminar
nasional di Hotel Indonesia. Pada tanggal 24 Februari 1994 didirikan PT Syarikat
Takaful Indonesia dan ditunjuk menjadi holding company. Yang kemudian
mendirikan dua anak perusahaan yaitu PT Asuransi Takaful Keluarga (25 Agustus
1994) dan PT Asuransi Takaful Umum (2 Juni 1995).
Awal tahun 2001, tercipta asuransi islam lainnya, yaitu Mubarokah Syariah,
BSAM Cabang Syariah, Bringin Life Cabang Syariah Tripakarta Cabang Syariah,
Great Estern Cabang Syariah, MAA Cabang Syariah, Bumi Putra Cabang Syariah,
Jasindo Cabang Syariah, dan lainya
Kendala perkembangan asuransi syariah di Indonesia diantaranya adalan karena
usia asuransi syariah sendiri yang masih baru dan sedikitnya pemahaman dari
masyarakat. Kurangnya promosi juga menjadi kendala yang cukup penting karena
tidak sampainya sebuah informasi kepada masyarakat. Dan untuk menyiasatinya,
pihak asuransi melakukan promosi dari kampus ke kampus, agar mahasiswa
memperkenalkan pada masyarakat. Strategi lainnya yaitu dengan membuka
sejumlah pameran, misalnya, acara FES pada awal Februari 2009.
Ketua Umum Asosiasi Syariah Indonesia Muhaimin Iqbal menyatakan hingga
Januari 2008, di Indonesia sudah ada 3 perusahaan yang full asuransi syariah, 32
cabang asuransi syariah, dan 3 cabang reasuransi syariah. Disadari asuransi syariah
mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, kontribusi terhadap total industri
mencapai 1,11% (2006) dan diperkirakan akan meningkat. Hal tersebut tak terlepas
dari jumlah pelaku asuransi syariah yang masih terbatas dan menunjukkan
peningkatan dalam beberapa tahun terakhir.

BAB III PEMBAHASAN

A. Dasar Hukum Asuransi Syariah

Asuransi syari’ah dasarnya adalah tolong menolong, saling menjamin


keselamatan, dan tidak mementingkan diri sendiri dengan empati pada orang
lainyang membutuhkan. Asuransi syari’ah memakai beberapa dasar hukum
berdasarkan al-qur’an dan hadits. Berikut beberapa dasar hukum yang dipakai Al-
qur’an. Perintah pada manusia untuk mempersiapkan masa depan. Tertera dalam
Q.S An-nisa (4) : 9

‫س ِّد ْيدًا‬ َ ‫ش الَّ ِّذ ْينَ لَ ْوت َ َرك ُْوا ِّم ْن َخ ْل ِّف ِّه ْم ذُ ِّ هريَّةً ِّضعَافًا َخافُوا‬
َ ً‫علَ ْي ِّه ْم فَ ْليَتَّقُوا هللاَ َو ْليَقُولُ ْوا قَ ْوال‬ َ ‫َو ْليَ ْخ‬

Artinya : “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya


meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa
kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.’’
Ayat tersebut menggambarkan bahwa dianjurkan untuk membuat perencanaan di
masa depan.

Perintah untuk proteksi dari kemungkinan kerugian atau kejadian tak terduga,
tertera dalam Q.S Yusuf (12):47-48

َ‫) ث ُ َّم يَأْتِّي ِّم ْن بَ ْع ِّد ذَ ِّلك‬47( َ‫س ْنبُ ِّل ِّه ِّإال قَ ِّليال ِّم َّما تَأ ْ ُكلُون‬ َ ‫سنِّينَ دَأَبًا فَ َما َح‬
ُ ‫ص ْدت ُ ْم فَذَ ُرو ُه فِّي‬ ِّ ‫س ْب َع‬ َ َ‫عون‬ ُ ‫قَا َل ت َ ْز َر‬
‫اث‬ ْ ْ
ُ َ‫) ث ُ َّم يَأتِّي ِّم ْن بَ ْع ِّد ذَ ِّلكَ عَا ٌم فِّي ِّه يُغ‬48( َ‫شدَا ٌد يَأ ُك ْلنَ َما قَد َّْمت ُ ْم لَ ُهنَّ ِّإال قَ ِّليال ِّم َّما تُحْ ِّصنُون‬
ِّ ‫س ْب ٌع‬
َ
ُ َّ‫) الن‬49(
َ‫اس َوفِّي ِّه يَ ْع ِّص ُرون‬

Artinya: “Yusuf berkata: “Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya)


sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya
kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun
yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya
(tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan”(47)
Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang Amat sulit, yang
menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali
sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan.(48)
“Setelah itu akan datang tahun dimana manusia diberi hujan (dengan cukup) dan
pada masa itu mereka akan memeras (anggur)”(49)
Ayat tersebut menggambarkan bahwa kita harus mengantisipasi bahaya dengan
bersiap sebelumya.
Asuransi tidak bermaksud menolak takdir
Manusia melakukan segalanya dengan bersungguh-sungguh, segala yang terjadi
adalah kehendakNya.

Tertera dalam Q.S At-Taghabun(64):11 dan Q.S Al Hasyr(59):18

At-Taghabun)64(:11
َ ٍ‫ّللاُ ِّب ُك ِّ هل ش َْيء‬
‫ع ِّلي ٌم‬ َ
َّ ‫اَّلل يَ ْه ِّد ق ْلبَهُ ۚ َو‬ ِّ َّ ‫اب ِّمن ُّم ِّصيبَ ٍة إِّ َّال ِّب ِّإ ْذ ِّن‬
ِّ َّ ‫ّللا ۗ َو َمن يُؤْ ِّمن ِّب‬ َ ‫ص‬َ َ ‫َما أ‬

Artinya: “Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan
izin Allah.”

Al-Hasyr)59(:18
َ‫ير ِّب َما ت َ ْع َملُون‬
ٌ ‫ّللاَ َخ ِّب‬ َّ ‫س َما قَ َّد َمتْ ِّلغَ ٍد َواتَّقُوا‬
َّ َّ‫ّللاَ إِّن‬ ٌ ‫ظ ْر نَ ْف‬ َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِّذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا‬
ُ ‫ّللاَ َو ْلت َ ْن‬

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan


hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha teliti terhadap
apa yang kamu kerjakan”

Ayat ini menggambarkan bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah kekuasaan dan
kehendakNya, kita sebagai manusia tidak bisa memungkiri bila tiba-tiba ada
bencana yang menimpa kepada kita.
Hadits
Artinya: “Diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a, Nabi Muhammad bersabda:
“barangsiapa yang menghilangkan kesulitan duniawinya seorang mukmin, maka
Allah SWT. Akan menghilangkan kesulitannya pada hari kiamat. Barangsiapa
yang mempermudah kesulitan seseorang maka Allah akan mempermudah
urusannya di dunia dan di akhirat.”
Artinya: “diriwayatkan dari Abu Musa ra. Katanya: Rasulullah saw, bersabda;
Seorang mukmin terhadap mukmin yang lain adalah seperti sebuah bangunan di
mana sebagianya menguatkan sebagian yang lain”
Artinya: “diriwayatkan dari an-Nu’man bin basyir ra. Katanya Rasulullah saw.
Bersabda; Perumpamaan orang –orang mukmin dalam hal berkasih sayang dan
saling cinta-mencintai adalah seperti sebatang tubuh. Apabila salah satu
anggotanya masih mengadu kesakitan, maka seluruh anggota tubuh yang lain turut
merasa sakit”

Artinya: “diriwayatkan dari Ibnu Umar ra. Katanya: Sesungguhnya Rasullullah


saw. bersabda: Seorang muslim itu adalah bersaudara dengan muslim lainnya. Ia
tidak boleh menzalimi dan menyusahkanya. Barangsiapa yang mau memenuhi
kebutuhan saudaranya, maka Allah pun akan berkenan memenuhi kebutuhanya.
Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan kepada seorang muslim, maka
Allah akan melapangkan salah satu kesusahan diantara kesusahan-kesusahan di
hari kiamat nanti. Barang siapa yang menutup keaiban seorang muslim, maka
Allah maka Allah akan menutupi keaibanya dihari kiamat.”

B. Hukum Asuransi Syariah

Uang sebagai alat tukar dan alat pembayaran yang bisa juga diambil
manfaatnya. Uang juga bisa dipakai sebagai alat investasi jangka panjang yang
menguntungkan. Uang bisa dipakai untuk alat tukar barang dan jasa, salah satu jasa
yang bias dimasuki adalah asuransi.
Asuransi sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya adalah perjanjian yang
dimana penanggung menanggungkan diri pada tertanggung dengan suatu premi
untuk memberikan pengggatian kepadanya karena suatau kejadian yang tak
terduga.
Taqiyyudin An-Nabhani menyatakan bahwa asuransi merupakan muamalah yang
bathil, didasarkan atas dua perkara. Pertama, karena tidak terpenuhinya sah akad
dalam asuransi sebagai akad yang sesuai dengan syara’. Kedua, karena akad dalam
asuransi tidak sesuai syarat bagi sahnya akad jaminan(dhaman).
Karena sebuah akad dapat dinilai sah apabila akadnya berlangsung secara sah dan
menyangkut barang atau jasa. Bila akad pada jasa, baik dengan imbalan, maupun
tidak ada seperti dalam akad pinjaman. Bila dilihat asuransi berkaitan dengan
perjanjian pertanggungan, dan bukan berupa barang, karena zatnya tidak dapat
minikmati dan dimanfaatkan. Dan tidak bias dianggap jasa karena tidak ada yang
bias dimanfaatkan janji itu, baik secara langsung atau tidak.Hal ini diperkuat
dengan hadits Rasulullah saw
Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra.: Bahwasanya pernah ada jenazah
seorang lelaki yang mempunyai utang dihadapkan kepada Rasulullah saw. Maka
baginda bertanya; Apakah si mayit ini meninggalkan sesuatu untuk membayar
utangnya? Sekiranya baginda diberitahu bahwa orang tersebut meninggalkan
sesuatu Baginda bersabda: shalatkanlah temanmu itu. Setelah Allah memberikan
kemudahan kepada baginda dalam menaklukan negeri , baginda bersabda; Aku
lebih berhak kepada orang-orang mukmin daripada diri mereka sendiri. Karena itu
, barangsiapa yang mati dan meninggalkan utang maka akulah yang akan
membayarnya dan barangsiapa yang mati meninggalkan harta, maka harta itu
untuk ahli warisnya”
Selain hadits tadi, adapun hadits lain yang serupa diriwayatkan oleh Abu Darda’
dan Jawir. Yang artinya: “Rasulullah saw. Pernah tidak bersedia menshalatkan
(jenazah) seorang lelaki yang mempunyai utang (semasa hidupnya).
Rasulullahsaw. Disodori jenazahnya (untuk disholatkan), kemudian beliau
bersabda: “apakah ia mempunyai utang?” Mereka menjawab: “ Benar, yaitu dua
dinar.” Kemudian beliau bersabda : “shalatkan sahabat kalian. “ Kemudian Abu
Qathadah Al- Ansari berkata: “Biarkan utangnya menjadi tanggunganku, ya
Rasulullah”. Maka beliau lalu mau menshalatkanya. Ketika Allah telah
menaklukkan berbagai negeri di bawah kekuasaan Rasulullah saw. beliau bersabda
: “ aku lebih utama bagi setiap mukmin dan diri mereka sendiri. Maka barangsiapa
yang meninggalkan utang, akulah yang melunasinya, dan barang siapa yang
meninggalkan warisan maka harta warisan itu bagi pewarisnya”

Asuransi di Indonesia

Dunia ekonomi telah mengeluarkan banyak produk yang memudahkan untuk


pengelolaan keuangan, kehidupan di masa mendatang haruslah di pikirkan dan
dipersiapkan.
Di Indonesia perencanaan ini mulai unggul dengan nama produk asuransi.
Asuransi sendiri terbagi pada dua yaitu konvensional dan syariah. Asuransi
konvensional sudah terlebih dahulu naik pamor dibanding asuransi syariah yang
masih muda.
Sistem perasuransian di Indonesia lazimnya menggunakan metode konvensional,
asuransi syariah masih sukar ditemui di lembaga keuangan di Indonesia. Penerapan
sistem syariah masih dikembangkan.

BAB 4 KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Setelah pemaparan pada pembahasan, maka diperoleh hasil sebagai berikut:


1. Setelah ditinjau, tidak ada ayat al-Qur’an dan Hadits yang menerangkan khusus
tentang asuransi syariah. Ayat al-Qur’an dan Hadits yang dipakai sebagai hukum
lebih tepatnya mendekati unsur-unsur asuransi seperti, tolong menolong, dan
mempersiapkan masa depan.
2. Disimpulkan hukum asuransi adalah muamalah bathil, yaitu muamalah yang
tertolak atau tidak sah. Penyebab tidak sahnya karena akad tak sesuai dengan
syara’ juga karena akad dalam asuransi tidak sesuai syarat sahnya dalam
perjanjian.
3.Asuransi termasuk produk keuangan baru di Indonesia, dan umumnya masih
menganut sistem konvesional. Beberapa sudah memakai sistem syariah, tapi
seperti telah di jelaskan bahwa asuransi sendiri hukumnya muamalah bathil yaitu
yang tertolak atau tidak sah.
B. Saran

1. Untuk para pembaca karena penelitian ini belum sempurna bisa dikaji kembali
lebih dalam dengan melalui sudut ushul fiqih, dan juga ilmu syari’ah yang
berhubungan dengan muamalah lainnya.
2. Untuk para pembaca disarankan lebih baik merencanakan keuangan mandiri
atau membuat tabungan pribadi.
3. Untuk para pembaca disarankan agar merencanakan keuangan mandiri dengan
menabung dan mengatur uang sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

AL QURAN AL KARIM
Ali, Zainudddin.2008.Hukum Asuransi Syariah. Jakarta: sinar grafika.
Muslehuddin,Mohammad.2005.Asuransi dalam Islam.Jakarta:Bumi Aksara.
Sumanto, Edi Agus. Et al.2009.Solusi Beransuransi:Lebih Indah dengan
Syariah.Bandung:Salamdani.
http://auliarahmansinaga.blogspot.co.id/2012/01/tafsir-ayat-tentang-
iqtishadiyah.html
http://bisnisusaha.info/dasar-hukum-asuransi-syariah-dalam-islam-halal-atau-
haram/
https://fathorrazi.wordpress.com/2011/01/09/seputar-asuransi-syariah/
http://hizbut-tahrir.or.id/2012/06/07/hukum-asuransi-syariah/

Anda mungkin juga menyukai