Anda di halaman 1dari 5

A.

Lembaga Asuransi Syariah


Perkembangan usaha asuransi syariah juga dipengaruhi oleh produk asuransi
syariah yang dipasarkan oleh perusahaan asuransi dengan prinsip syariah. Mengenai
produk asuransi syariah ini berkaitan dengan produk dasar asuransi. Produk dasar
asuransi dibedakan dalam tiga kelompok yaitu :
a. Term Insurance (Asuransi Berjangka), jenis asuransi untuk memberikan
perlindungan dalam jangka waktu tertentu khususnya jangka pendek, biasanya
dalam waktu satu tahun atau dua tahun dan asuransi jenis ini tidak mengandung
unsur tabungan (non saving). Manfaat asuransi diberikan ketika tertanggung
meninggal dunia dalam periode waktu tertentu. Apabila tertangung meninggal
dunia dalam masa asuransi, perusahaan asuransi sebagai penanggung akan
membayar uang pertanggungan dan ahli waris yang ditunjuk akan menerima uang
pertanggungan tersebut sesuai dengan perjanjian asuransi tetapi apabila
tertanggung masih hidup sampai jangka waktu asuransi berakhir polis tersebut
tidak berlaku dan tidak akan mendapat uang pertanggungan.
b. Endowment Insurance (Asuransi Dwiguna), jenis asuransi ini memberikan
perlindungan dan menyediakan sejumlah dana dalam jangka waktu tertentu
minimal 5 (lima) tahun dan mengandung unsur tabungan (saving). Asuransi
dwiguna ini terdiri dari pure insurance dan total insurance. Produk asuransi
dwiguna ini misalnya asuransi pendidikan dan asuransi hari tua. Manfaat asuransi
diberikan apabila tertanggung meninggal dunia dalam masa asuransi dan
tertanggung masih tetap hidup sampai dengan masa asuransi berakhir. Apabila
tertanggung meninggal dunia dalam masa kontrak, maka perusahaan asuransi
akan membayar uang pertanggungan kepada ahli waris yang ditunjuk sesuai
dengan perjanjian asuransi tetapi apabila tertanggung masih tetap hidup sampai
akhir perjanjian, maka tertanggung akan menerima uang pertanggungan dari
perusahaan asuransi.
c. Whole life Insurance (Asuransi Seumur Hidup), jenis asuransi ini memberikan
perlindungan tetap seumur hidup peserta. Manfaat asuransi diberikan pada waktu
kapanpun tanpa dibatasi waktu berakhirnya perjanjian. Apabila tertanggung
meninggal dunia dalam masa asuransi (seumur hidup) maka peserta/ahli waris
akan mendapat uang pertanggungan1.

1
Waldi Nopriansyah, Asuransi Syariah, Berkah Terakhir yang tak Terduga,Andi, Yogyakarta,
2016, hlm. 43.
Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa produk asuransi syariah
berdasarkan jenis usahanya dapat dibedakan menjadi asuransi jiwa yang terdiri dari
produk saving dan non saving baik secara individual maupun kumpulan, serta
asuransi umum yang merupakan produk non saving.

B. Landasan Hukum Asuransi Syari’ah


Landasan dasar asuransi syariah adalah sumber dari pengambilan hukum
praktik asuransi syariah. Karena sejak awal asuransi syariah dimaknai sebagai wujud
dari bisnis pertanggungan yang didasarkan pada nilai-nilai yang ada dalam ajaran
islam. Yaitu Al-qur’an dan Al-hadits, maka landasan yang dipakai dalam hal ini tidak
jauh berbeda dengan metodologi yang dipakai oleh sebagian ahli hukum islam2.
a. Perintah Allah SWT Untuk Mempesiapkan Hari Depan Allah SWT dalam Al-
Qur’an memerintahkan kapada hambanya untuk senantiasa melakukan persiapan
untuk menghadapi hari esok, karena itu sebagian dari kita dalam kaitan ini
berusaha untuk menabung atau berasuransi. Menabung adalah upaya
mengumpulkan dana untuk kepentingan mendesak atau kepentingan yang lebih
besar. Sedangkan berasuransi untuk berjaga-jaga jika suatu saat musibah itu
datang menimpa kita. Di sini diperlukan perencanaan dan kecermatan
menghadapi hari esok. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Hasyr ayat 18.
b. Perintah Allah Untuk Saling Bertanggung Jawab Dalam praktik asuransi syari’ah
baik yang bersifat mutual maupun bukan, pada prinsipnya para peserta bertujuan
untuk saling bertanggung jawab. Sementara itu, dalam Islam memikul tanggung
jawab dengan niat baik dan ikhlas adalah suatu ibadah. Hal ini dapat kita lihat
dalam beberapa hadits Nabi Berikut: “ kedudukan persaudaraan orang yang
beriman satu dengan yang lainnya ibarat satu tubuh bila salah satu anggota tubuh
sakit, maka akan dirasakan sakitnya oleh seluruh anggota tubuh lainnya”. (HR.
Bukhari dan Muslim)

C. Prinsip Asuransi Syariah


Asuransi syari’ah harus dibangun diatas pondasi dan prinsip dasar yang kuat
dan kokoh. Dalam hal ini prinsip utama dalam asuransi syariah adalah ta‟awanu‟ala
al birr wa al-taqwa (tolongmenolonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan taqwa)
dan al-ta‟min (rasa aman). Prinsip ini menjadikan para anggota atau para
2
Abdullah Amrin, Meraih Berkah Melalui Asuransi Syariah, Op.Cit, hlm. 3.
pesertaasuransi sebagai sebuah keluarga besar yang satu dengan yang lainnya saling
menjamin dan menanggung risiko. Hal ini disebabkan transaksi yang dibuat dalam
asuransi takaful adalah akad takafuli (saling menanggung), bukan akad tabaduli
( saling menukar) yang selama ini digunakan oleh asuransi konvensional, yaitu
pertukaran pembayaran premi dengan uang pertanggungan3.
Prinsip-prinsip dasar yang ada dalam asuransi syari’ah adalah sebagai berikut:
a. Tauhid (unily) Prinsip tauhid (unily) adalah dasar utama dari setiap bentuk
bangunan yang ada dalam syari’ah Islam. Setiap bangunan dan aktivitas
kehidupan manusia harus didasarkan pada nilai-nilai tauhidy. Artinya bahwa
dalam setiap gerak langkah serta bangunan hukum harus mencerminkan nilai-
nilai ketuhanan.
b. Keadilan (justice) Prinsip kedua dalam berasuransi adalah terpenuhinya nilainilai
keadilan (jistice) antara pihak-pihak yang terikat dengan akad asuransi. Keadilan
dalam hal ini dipahami sebagai upaya dalam menempatkan hak dan kewajiban di
antara nasabah (anggota) dan perusahaan asuransi.
c. Tolong-menolong (Ta‟awun) prinsip dasar yang lain dalam melaksanakan
kegiatan berasuransi harus didasari dengan semangat tolong-menolong (ta‟awun)
antara anggota (nasabah). Seseorang yang masuk asuransi, sejak awal harus
mempunyai niat dan motivasi untuk membantu dan meringankan beban temannya
yang pada saat ketika mendapatkan musibah atau kerugian.
d. Kerja Sama (cooperation) Prinsip kerja sama (cooperation) merupakan prinsip
universal yang selalu ada dalam literatur ekonomi islam. Manusia sebagai
makhluk yang mendapat mandat dari khaliq-Nya untuk mewujudkan perdamaian
dan kemakmuran di muka bumi mempunyai dua wajah yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lainnya, yaitu sebagai mahluk individu dan sebagai mahluk
sosial.
e. Amanah (trustworthy/ al-amanah) Prinsip amanah dalam organisasi perusahaan
dapat terwujud dalam nilai-nilai akuntabilitas (pertanggungjawaban) perusahaan
melalui penyajian laporan keuangan tiap periode.
f. Kerelaan (al-ridha) Prinsip kerelaan (al-ridha) dalam ekonomika islami
berdasarkan pada firman Allah SWT dalam QS. An-Nisa ayat 29.

3
Dewi, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah Di Indonesia,
Jakarta, Kencana, 2006, hlm. 146
g. Larangan Riba Dalam setiap transaksi, seorang muslim dilarang memperkaya diri
dengan cara yang tidak dibenarkan, hal ini telah dijelaskan dalam firman Allah
SWT dalam QS. An-Nisa ayat 29.
h. Larangan Maysir (judi) Allah SWT telah memberi penegasan terhadap
keharaman melakukan aktivitas ekonomi yang mempunyai unsur maysir (judi),
firman Allah SWT dalam QS. Al-Maidah ayat 90.

D. Perbedaan Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensial


Konsep asuransi syariah berbeda dengan konsep asuransi konvensional,
dengan perbedaan konsep ini, tentunya akan mempengaruhi operasionalnya yang
dilaksanakan akan berbeda satu dengan lainnya4.
Tabel 1.1
Perbedaan Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah
Asuransi Syariah Asuransi Konvensional
Dalam asuransi konvensional tidak ada Keberadaan Dewan Pengawas Syariah
Keberadaan Dewan Pengawas Syariah (DPS) dalam perusahaan asuransi syariah
(DPS), sehingga dalam praktiknya merupakan keharusan, dewan ini berperan
bertentangan dengan kaidahkaidah syara’. dalam mengawasi manajeman, produk serta
kebijakan investasi supaya senantiasa
sejalan dengan syariat Islam.
Akad asuransi konvensional bersifat Prinsip akad asuransi syariah adalah
tabaduli (jual beli antara nasabah dengan takafuli (tolong menolong), yaitu peserta
perusahaan. yang satu menolong peserta yang lain yang
tengah mengalami kesulitan.
Pada asuransi konvensional, investasi dana Dana yang terkumpul dari peserta asuransi
dilakukan pada sembarang sektor dengan syariah diinvestasikan berdasarkan syariah
sistem bunga. dengan sistem bagi hasil (mudharabah).
Pada asuransi konvensional, premi menjadi Premi yang terkumpul diperlakukan tetap
milik perusahaan dan perusahaanlah yang sebagai dana milik peserta, perusahaan
memiliki otoritas penuh untuk menetapkan hanya sebagai pemegang amanah untuk
kebijakan pengelolaan dana tersebut. mengelolanya.
Dalam asuransi konvensional, dana Untuk kepentingan pembayaran klaim
pembayaran klaim diambil dari rekening peserta, dana diambil dari rekening tabarru’
4
Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah, 151-152.
milik perusahaan. (dana sosial) seluruh peserta yang sudah
diikhlaskan untuk keperluan tolong-
menolong bila ada peserta yang terkena
musibah.
Dalam asuransi konvensional, keuntungan Keuntungan investasi dibagi dua antara
sepenuhnya menjadi milik perusahaan. Jika peserta selaku pemilik dana dengan
tidak ada klaim, nasabah tidak memperoleh perusahaan selaku pengelola, dengan
apa-apa. prinsip bagi hasil (mudharabah).

Anda mungkin juga menyukai