Asuransi syariah atau Takaful sudah lama menjadi bagian industri keuangan Islam global.
Sebagai negara muslim terbesar di dunia, potensi pasar asuransi syariah di Indonesia sangat
besar. Namun pada 2016, kontribusi asuransi syariah baru 5,79% dan penetrasi pasar 0,095%.
Meski demikian, industri asuransi syariah terus berkembang. Jumlah perusahaan asuransi
syariah full fledge dan unit usaha syariah terus meningkat setiap tahun dari 2015 hingga 2017,
baik pada asuransi umum maupun jiwa. Hal ini menunjukkan asuransi syariah berpotensi
semakin populer di Indonesia. Prinsip syariah lembaga keuangan syariah, menurut [1], adalah
membantu sesama atau persaudaraan di muka hukum sehingga dapat memberikan manfaat bagi
umat (maslahat). Oleh karena itu, adanya kerja sama, tolong-menolong, dan saling menjamin di
antara manusia diperlukan untuk mewujudkan prinsip kekeluargaan dan kebersamaan tersebut.
Dengan demikian, seperti yang dinyatakan oleh [2], prinsip sebaik-baiknya manusia adalah
mereka yang bermanfaat bagi semua makhluk ciptaan Tuhan (manusia dan lingkungan).
Menjalin persaudaraan sesama manusia sangat penting karena manusia tidak dapat hidup sendiri
tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, kerja sama antar manusia diperlukan untuk menjalani
kehidupan ini. Untuk memikirkan keselamatan dan keamanan di masa depan, pikiran terfokus
pada masalah kekhawatiran saat ini, keamanan, risiko jiwa dan harta, serta kebutuhan asuransi
[3].
Pangsa pasar yang besar menunjukkan minat yang besar masyarakat Indonesia terhadap
asuransi syariah. Industri asuransi syariah kadang-kadang tidak merespons minat yang besar
terhadap produk keuangan syariah ini. Mereka melihat industri asuransi syariah tidak berusaha
membedakan asuransi syariah dari asuransi konvensional. Dengan adanya asuransi syariah, akan
lebih mudah untuk berkembang. Saat ini terdapat dua puluh asuransi syariah, yang terdiri dari
tujuh belas asuransi jiwa syariah, dua puluh asuransi umum syariah, dan tiga reasuransi syariah.
Sementara itu, keuangan syariah masih sangat populer di pasar Indonesia, dan porsi pasarnya
terus meningkat. Indonesia masih memiliki peluang yang cukup besar untuk berkembang dalam
industri syariah [4]. Banyak pasar di Indonesia yang belum dieksplorasi. Sebenarnya, lembaga
syariah adalah alternatif terbaik untuk sistem keuangan dan pengaturan ekonomi Indonesia, dan
ini adalah pilihan terbaik. Jadi, untuk meningkatkan pangsa pasar asuransi syariah di Indonesia,
investor lokal dan asing harus aktif berkontribusi. Dengan dukungan pemerintah dalam
membantu perusahaan asuransi memperluas pangsa pasarnya, tentu saja.
PEMBAHASAN
Dengan semakin berkembangnya jenis dan variasi produk asuransi serta sosialisasi yang
dilakukan oleh perusahaan asuransi baik konvensional maupun syariah, masyarakat mulai
memahami dan menggunakan produk asuransi secara rutin [13]. Prinsip konvensional diterapkan
oleh perusahaan dan produk pertama yang dikenal masyarakat. Dengan perkembangan dunia
syariah, asuransi dengan prinsip syariah muncul dan menawarkan produk dan layanan yang
sesuai dengan syariah. Oleh karena itu, sebagai konsumen, mereka perlu memahami gambaran
dunia asuransi baik konvensional maupun syariah sebagai bahan pertimbangan saat memilih
produk dan layanan asuransi sesuai dengan kebutuhannya.
PENUTUP
Berdasarkan pembahasan mengenai asuransi syariah di atas, terdapat beberapa hal penting
yang perlu digarisbawahi. Meskipun mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, pangsa
pasar asuransi syariah masih sangat rendah, hanya sekitar 5,79% pada 2016. Ini menunjukkan
bahwa potensi pertumbuhan asuransi syariah di Indonesia masih sangat besar mengingat basis
konsumen Muslim yang luas. Untuk merealisasikan potensi tersebut, diperlukan kerja sama yang
erat antara berbagai pemangku kepentingan. Pemerintah perlu mendorong pertumbuhan industri
ini melalui regulasi dan koordinasi kelembagaan yang memadai. Sementara itu, perusahaan
asuransi syariah perlu meningkatkan sosialisasi dan edukasi secara masif kepada masyarakat
luas agar produk syariah dapat diterima dengan baik. Perguruan tinggi dan lembaga pelatihan
juga dituntut menyiapkan SDM yang kompeten di bidang perasuransian dan keuangan syariah.
Peningkatan literasi dan inklusi keuangan syariah menjadi kunci untuk mempercepat
adopsi produk asuransi syariah di Indonesia. Pemerintah perlu memfasilitasi akses mayoritas
Muslim ke produk dan layanan keuangan syariah melalui kebijakan yang inklusif dan afirmatif.
Sementara itu, industri juga perlu terus berinovasi untuk menghadirkan produk-produk yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat Muslim. Kolaborasi internasional dalam riset dan
pengembangan produk syariah global dapat memperkuat fondasi industri asuransi syariah
domestik. Pengembangan standar dan praktik terbaik internasional akan sangat berguna sebagai
acuan bagi pelaku industri di Indonesia. Demikian beberapa hal penting terkait asuransi syariah
dan prospek pengembangannya di Indonesia. Dengan kolaborasi yang baik antar pemangku
kepentingan serta dukungan pemerintah yang konsisten, asuransi syariah diprediksi dapat
memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
[1] D. M. Jannah and L. Nugroho, “Strategi Meningkatkan Eksistensi Asuransi Syariah di Indonesia,” Jurnal
Maneksi, vol. 8, no. 1, Jun. 2019.
[2] W. Arafah and L. Nugroho, “Maqhashid Sharia in Clean Water Financing Business Model at
Islamic Bank,” International Journal of Business and Management Invention, vol. 5, no. 2, pp.
22–32, 2016.
[3] E. Octaviani, “Implementasi Polis Asuransi Syariah Perjalanan Implementasi Polis Asuransi
Syariah Perjalanan Umrah (ASPU) yang Diterbitkan Oleh Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia
(Aasi) Bagi Jemaah Umrah di Masa Syariah Indonesia (AASI) Bagi Jemaah Umrah di Masa
Pandemi Covid-19,” Jurnal Administrasi Bisnis Terapan, vol. 5, no. 1, Dec. 2022, doi:
10.7454/jabt.v5i1.1038.
[4] L. Nugroho and N. Anisa, “Pengaruh Manajemen Bank Induk, Kualitas Aset, dan Efisiensi
terhadap Stabilitas Bank Syariah di Indonesia (Periode Tahun 2013-2017),” Inovbiz: Jurnal
Inovasi Bisnis, vol. 6, no. 2, pp. 114–122, 2018.
[5] U. Hasanah, “Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam,” Asy-Syir’ah: Jurnal Ilmu Syari’ah dan
Hukum, vol. 47, no. 1, 2013.
[6] A. Effendi, “Asuransi Syariah di Indonesia (Studi Tentang Peluang ke Depan Industri Asuransi
Syariah),” Jurnal Wahana Akademika, vol. 3, no. 2, Oct. 2016.
[7] M. Md Husin, N. Ismail, and A. Ab Rahman, “The Roles of Mass Media, Word of Mouth and
Subjective Norm in Family Takaful Purchase Intention,” Journal of Islamic Marketing, vol. 7,
no. 1, pp. 59–73, 2016.
[8] W. Akhter and T. Hussain, “Takāful Standards and Customer Perceptions Affecting Takāful
Practices in Pakistan: A Survey,” International Journal of Islamic and middle eastern finance
and management, vol. 5, no. 3, pp. 229–240, 2012.
[9] B. Parsaulian, “Prinsip dan Sistem Operasional Asuransi Syariah (Ta’min, Takaful Atau
Tadhamun) di Indonesia,” Ekonomika Syariah: Journal of Economic Studies , vol. 2, no. 2, 2018.
[10] N. P. Swartz and P. Coetzer, “Takaful: An Islamic Insurance Instrument,” J Dev Agric Econ, vol.
2, no. 10, pp. 333–339, 2010.
[11] H. Ramadhani, “Prospek dan Tantangan Perkembangan Asuransi Syariah di Indonesia,” Al-
Tijary: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam , vol. 1, no. 1, Dec. 2015.
[12] N. Ichsan, “Peluang dan Tantangan Inovasi Produk Asuransi Umum Syariah,” Jurnal Ekonomi
Islam, vol. 7, no. 2, pp. 131–156, 2016.
[13] Z. Abdul Rahman, “Takaful: Potential demand and growth,” Journal of King Abdulaziz
University: Islamic Economics, vol. 22, no. 1, 2009.