Anda di halaman 1dari 21

Ini tiga hal penting dalam asuransi

Ketika kamu ingin menggunakan layanan asuransi, wajib mengetahui beberapa hal yang
bakal sering terdengar, antara lain:

1. Premi

premi adalah biaya yang wajib dibayarkan oleh pemegang asuransi atau pihak tertanggung
kepada sang penanggung atau perusahaan asuransi sebagai jasa pengalihan risiko.

Untuk mendapatkan semua manfaat asuransi, premi harus dibayar lunas sehingga bisa


digunakan secara maksimal. 

2. Polis asuransi

Setiap asuransi harus dilengkapi dengan dokumen legal yang menyertakan dasar hukum
kedua pihak. Polis asuransi punya peran sebagai dasar untuk membayar biaya ganti rugi
atas kerusakan atau kehilangan yang dialami pihak tertanggung.Tentu saja, semua hal yang
tertulis di dalam polis dibuat berdasarkan kesepakatan bersama.

3. Klaim

Ketika sudah memenuhi kewajiban untuk membayar premi, maka berhak untuk
mengajukan klaim.

Ini merupakan fitur asuransi berupa permohonan diajukan nasabah terhadap pihak kedua 
untuk melakukan pembayaran sebagai bentuk ganti rugi atas kerusakan atau kehilangan
berdasarkan ketentuan polis asuransi.

Jenis-jenis asuransi
Ketika kamu memilih asuransi, lebih baik disesuaikan dengan kebutuhannya. Nah, ada
berbagai jenis yang bisa kamu pilih, antara lain:
1. Asuransi kesehatan

Sesuai dengan namanya, asuransi yang satu ini menyediakan perlindungan dan jaminan
kesehatan bagi para pemegang polis.

Semua biaya kesehatan dan perawatan bagi pihak tertanggung jika mengalami kecelakaan
atau jatuh sakit bakal dibayar oleh pihak asuransi.

2. Asuransi jiwa

Keberadaan asuransi jiwa ternyata sama pentingnya dengan asuransi kesehatan. Karena,
jenis asuransi ini menanggung semua kebutuhan finansial atas kematian seseorang.

Ketika pihak tertanggung meninggal dunia, pemegang polis akan menerima uang
pertanggungan.

Hukum Asuransi dalam Islam Sesuai Al-Quran


Pada dasarnya tidak ada ayat al-Quran yang secara khusus menjelaskan
tentang hukum asuransi. Akan tetapi ada tiga dasar hukum asuransi yang
diperbolehkan dalam islam yang terdapat pada Al-Quran dan Al-Hadits,
yaitu:

 Surat Al-Maidah ayat 2

“Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan kebaikan dan taqwa


dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”

 Surat An-Nisaa ayat 9

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya


meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah yang mereka
khawatir terhadap mereka.”

 HR Muslim dari Abu Hurairah

“Barang siapa melepaskan dari seorang muslim suatu kesulitan di dunia,


Allah akan melepaskan kesulitan darinya pada hari kiamat.”

Dari ketiga dasar hukum di atas, beberapa ulama akhirnya menetapkan


bahwa hukum asuransi dalam islam adalah diperbolehkan. Akan tetapi hal

2
tersebut harus dengan syarat dijalankan sesuai syariah ajaran agama Islam
dengan tujuan untuk tolong menolong dan tidak mengandung unsur riba
yang dilarang.

Asuransi merupakan produk yang bertujuan untuk memberikan


perlindungan atau proteksi terhadap risiko kerugian finansial di kemudian
hari. Perlindungan ini ditukar dengan pembayaran premi yang harus
dibayarkan oleh nasabah dalam periode tertentu yang telah ditentukan.
Selanjutnya dana yang masuk dari premi akan dikelola oleh perusahaan
sehingga mendapatkan keuntungan dan akan digunakan untuk menutupi
risiko nasabah.

Sebenarnya saat ini telah ada produk asuransi syariah yang diklaim
menjalankan program asuransi dengan prinsip syariah. Meskipun demikian,
masih banyak orang yang ragu akan hukum dari asuransi sendiri, apakah
halal atau haram dalam islam.

Pada dasarnya, asuransi dalam pandangan hukum islam bukan termasuk


dalam aktivitas jual beli yang dihalalkan. Perlindungan yang diberikan oleh
asuransi tidak memiliki wujud sehingga sering dianggap riba yang
diharamkan dalam islam.

Meskipun begitu, ada beberapa ulama yang berpendapat bahwa asuransi


memiliki manfaat untuk melindungi diri serta memiliki sifat tolong menolong
antar sesama. Hal inilah yang menjadi dasar dari asuransi syariah dihalalkan
karena dijalankan berdasarkan prinsip islam.

Berikut tinjauan hukum islam mengenai apakah asuransi halal atau haram.

Asuransi dan Maqashid Syariah


Hukum asuransi dalam islam sebenarnya memang masih menjadi
perdebatan. Akan tetapi beberapa ulama memperbolehkan transaksi ini
asalkan sesuai dengan prinsip atau syariat islam. Dalam hal ini, asuransi
syariah dianggap memiliki sifat tolong menolong antar sesama.

3
Dalam islam, asuransi dikategorikan dalam maqashid syariah. Ini merupakan
sebuah tujuan diterapkannya syariah islam di bidang ekonomi serta memiliki
visi dalam membentuk tatanan sosial untuk memberikan keadilan dan
kemakmuran ekonomi umat. Pendekatan dengan maqashid syariah ini
mampu memberikan pola pikir serta gambaran yang rasional dan substansial
pada setiap aktivitas serta produk asuransi syariah.

Hadirnya asuransi syariah dianggap sebagai jembatan bagi umat islam untuk
memperoleh proteksi atau perlindungan yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah. Asuransi syariah menggunakan konsep syariah yang menjadi
sebuah solusi dan pilihan lain agar tidak terjebak dalam produk riba.
Hadirnya asuransi syariah diharapkan bisa mewujudkan kemaslahatan umat
serta mensejahterakan perekonomian umat dengan tidak melanggar hukum
ajaran islam.

Asuransi dalam islam diperbolehkan karena dilihat sebagai sarana tolong


menolong antar sesama. Asuransi yang diperbolehkan ini harus dijalankan
sesuai dengan syariat islam dan tidak mengandung unsur riba serta gharar.

Untuk landasan hukum syarat dan larangan asuransi syariah di Indonesia


berdasarkan beberapa hal di bawah inI:

Dasar hukum dalam Al-Quran dan Hadist


Al-Maidah ayat 2, An-Nisaa ayat 9, dan riwayat HR Muslim dari Abu
Hurairah.

Dasar hukum menurut Fatwa MUI


 Fatwa No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi
Syariah
 Fatwa No.51/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Mudharabah
Musytarakah pada Asuransi Syariah
 Fatwa No. 52/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Wakalah Bil Ujrah
pada Asuransi Syariah dan Reasuransi Syariah
 Fatwa No.53/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Tabarru pada
Asuransi Syariah

4
Dasar hukum menurut Peraturan Menteri
Keuangan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2010 tentang Prinsip
Dasar Penyelenggaraan Usaha Asuransi Reasuransi dengan Prinsip Syariah.

Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang Pedoman Asuransi


Syariah

Kepastian hukum terkait asuransi halal atau haram juga bisa kamu temukan
jawabannya dari Fatwa MUI tentang Pedoman Asuransi Syariah. Hukum
asuransi dalam islam menurut fatwa yang dikeluarkan oleh MUI menjelaskan
bahwa Islam tidak melarang seseorang untuk mempunyai asuransi selama
dana yang terkumpul di perusahaan dikelola sesuai dengan prinsip atau
syariat Islam.

Hukum asuransi ini tertuang dalam Fatwa MUI Nomor :


21/DSN-MUI/X/2001 yang berbunyi “Dalam menyongsong masa depan
dan upaya mengantisipasi kemungkinan terjadinya risiko dalam kehidupan
ekonomi yang akan terjadi di masa depan, maka perlu mempersiapkan
sejumlah dana tertentu sejak dini.”

Dari fatwa tersebut, dapat diartikan bahwa asuransi syariah dibutuhkan


untuk memberikan perlindungan terhadap harta serta nyawa secara finansial
atas segala risiko yang mungkin saja terjadi di masa depan yang tidak bisa
diprediksi.

Fatwa MUI tentang diperbolehkannya asuransi berbasis syariah tertuang


dalam poin-poin berikut ini:

Bentuk perlindungan
Asuransi syariah hadir untuk memberikan perlindungan terhadap harta dan
nyawa nasabahnya. Hal ini karena setiap orang membutuhkan perlindungan
atas risiko buruk yang mungkin saja terjadi di masa depan.

Unsur tolong menolong


Fatwa MUI menjelaskan bahwa dalam asuransi syariah terdapat unsur
tolong menolong antar sesama dalam bentuk dana tabarru’ yang sesuai
dengan kaidah dan hukum islam.

5
Unsur kebaikan
Dijelaskan dalam Fatwa MUI, bahwa semua produk syariah mengandung
unsur kebaikan atau tabarru’. Jumlah premi asuransi atau kontribusi yang
dibayarkan oleh nasabah akan dikumpulkan dan digunakan untuk kebaikan
dan membantu peserta lain yang mengalami risiko.

Berbagi risiko dan keuntungan


Dalam konsep asuransi syariah, keuntungan dan risiko akan ditanggung
bersama-sama oleh seluruh nasabah yang terlibat. Hal ini cukup adil bagi
semua pihak karena dalam fatwa MUI, asuransi tidak boleh dilakukan
dengan tujuan untuk mencari keuntungan.

Bagian dari bermuamalah


Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak pernah bisa lepas dari
aktivitas muamalah. MUI menggolongkan asuransi dalam bagian
bermuamalah karena melibatkan orang lain dalam kegiatan finansial.

Musyawarah asuransi
Dalam konsep asuransi syariah, jika terjadi perselisihan atau ada salah satu
pihak tidak menunaikan kewajiban dalam proses asuransi, maka
permasalahan akan diselesaikan melalui Badan Arbitrase Syariah jika tidak
ditemukan kata mufakat dari kedua belah pihak.

Kriteria Asuransi yang Dihalalkan dalam Islam Sesuai Fatwa MUI


dan Al-Quran

Hukum asuransi dalam islam dianggap haram jika mengandung unsur riba,
gharar dan judi. Tidak hanya itu, asuransi yang dijadikan sebagai jaminan
perlindungan diri sehingga membuat rasa tawakal pada Allah hilang juga
dianggap haram. Akan tetapi asuransi bisa menjadi halal jika didalamnya
terdapat akad tabarru’ atau tolong menolong yang murni.

Asuransi yang dihalalkan menurun Fatwa MUI dan Al-Quran harus


memenuhi kriteria berikut ini:

6
1. Berdasarkan pada Prinsip Syariah
Asuransi yang diperbolehkan adalah yang dijalankan berdasarkan prinsip
syariah serta tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Jika dalam asuransi
menggunakan akad jual beli, maka menjadi haram atau tidak diperbolehkan.

2. Tidak Boleh Mengandung Perjudian (Maysir)


Asuransi yang halal juga tidak boleh mengandung unsur perjudian atau
maysir. Dalam hal ini kamu bisa mengambil contoh saat nasabah tidak
mengalami risiko sama sekali akan tetapi harus tetap membayar premi
sehingga membuat perusahaan asuransi diuntungkan. Contoh lainnya, saat
ada nasabah yang mendapatkan uang asuransi dalam jumlah cukup besar
padahal baru beberapa kali membayar premi.

3. Tidak Mengandung Ketidakpastian (Gharar)


Hukum asuransi syariah juga diperbolehkan menurut sumber Al-Quran dan
fatwa MUI, asalkan tidak mengandung ketidakpastian atau gharar. Selain itu,
asuransi yang halal juga tidak boleh mengandung unsur riba.

Home » Beranda » Umum » Asuransi Halal Atau Haram? Ini Dasar


Hukumnya!

7
Asuransi Halal Atau Haram? Ini Dasar Hukumnya!

Banyak orang yang masih bertanya-tanya apakah asuransi halal atau haram?
Bagaimana dasar hukumnya? Yuk, simak ulasan lengkapnya berikut ini.

by Riza Dian Kurnia


on March 28, 2022

8
Umum
Sumber Foto: izzuanroslan Via Shutterstock;

Tidak bisa dipungkiri, masih banyak orang yang meragukan apakah asuransi
halal atau haram. Banyak muslim yang menganggap bahwa asuransi erat

9
kaitannya dengan unsur riba yang bertentangan dengan hukum islam. Hal
inilah yang menjadi perdebatan tentang hukum asuransi dalam Islam.

Asuransi merupakan produk yang bertujuan untuk memberikan


perlindungan atau proteksi terhadap risiko kerugian finansial di kemudian
hari. Perlindungan ini ditukar dengan pembayaran premi yang harus
dibayarkan oleh nasabah dalam periode tertentu yang telah ditentukan.
Selanjutnya dana yang masuk dari premi akan dikelola oleh perusahaan
sehingga mendapatkan keuntungan dan akan digunakan untuk menutupi
risiko nasabah.

Sebenarnya saat ini telah ada produk asuransi syariah yang diklaim
menjalankan program asuransi dengan prinsip syariah. Meskipun demikian,
masih banyak orang yang ragu akan hukum dari asuransi sendiri, apakah
halal atau haram dalam islam.

Untuk lebih jelasnya tentang apakah bisnis asuransi halal atau haram, yuk
simak ulasan Qoala berikut ini.

Tinjauan Hukum Asuransi Halal atau Haram

Sumber Foto: ibnu alias Via Shutterstock

Pada dasarnya, asuransi dalam pandangan hukum islam bukan termasuk


dalam aktivitas jual beli yang dihalalkan. Perlindungan yang diberikan oleh

10
asuransi tidak memiliki wujud sehingga sering dianggap riba yang
diharamkan dalam islam.

Meskipun begitu, ada beberapa ulama yang berpendapat bahwa asuransi


memiliki manfaat untuk melindungi diri serta memiliki sifat tolong menolong
antar sesama. Hal inilah yang menjadi dasar dari asuransi syariah dihalalkan
karena dijalankan berdasarkan prinsip islam.

Berikut tinjauan hukum islam mengenai apakah asuransi halal atau haram.

Asuransi dan Maqashid Syariah


Hukum asuransi dalam islam sebenarnya memang masih menjadi
perdebatan. Akan tetapi beberapa ulama memperbolehkan transaksi ini
asalkan sesuai dengan prinsip atau syariat islam. Dalam hal ini, asuransi
syariah dianggap memiliki sifat tolong menolong antar sesama.

Dalam islam, asuransi dikategorikan dalam maqashid syariah. Ini merupakan


sebuah tujuan diterapkannya syariah islam di bidang ekonomi serta memiliki
visi dalam membentuk tatanan sosial untuk memberikan keadilan dan
kemakmuran ekonomi umat. Pendekatan dengan maqashid syariah ini
mampu memberikan pola pikir serta gambaran yang rasional dan substansial
pada setiap aktivitas serta produk asuransi syariah.

Hadirnya asuransi syariah dianggap sebagai jembatan bagi umat islam untuk
memperoleh proteksi atau perlindungan yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah. Asuransi syariah menggunakan konsep syariah yang menjadi
sebuah solusi dan pilihan lain agar tidak terjebak dalam produk riba.
Hadirnya asuransi syariah diharapkan bisa mewujudkan kemaslahatan umat
serta mensejahterakan perekonomian umat dengan tidak melanggar hukum
ajaran islam.

Hukum Asuransi dalam Islam Sesuai Al-Quran


Pada dasarnya tidak ada ayat al-Quran yang secara khusus menjelaskan
tentang hukum asuransi. Akan tetapi ada tiga dasar hukum asuransi yang
diperbolehkan dalam islam yang terdapat pada Al-Quran dan Al-Hadits,
yaitu:

 Surat Al-Maidah ayat 2

“Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan kebaikan dan taqwa


dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”

11
 Surat An-Nisaa ayat 9

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya


meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah yang mereka
khawatir terhadap mereka.”

 HR Muslim dari Abu Hurairah

“Barang siapa melepaskan dari seorang muslim suatu kesulitan di dunia,


Allah akan melepaskan kesulitan darinya pada hari kiamat.”

Dari ketiga dasar hukum di atas, beberapa ulama akhirnya menetapkan


bahwa hukum asuransi dalam islam adalah diperbolehkan. Akan tetapi hal
tersebut harus dengan syarat dijalankan sesuai syariah ajaran agama Islam
dengan tujuan untuk tolong menolong dan tidak mengandung unsur riba
yang dilarang.

12
Landasan Hukum Asuransi Syariah di Indonesia

13
14
Asuransi dalam islam diperbolehkan karena dilihat sebagai sarana tolong
menolong antar sesama. Asuransi yang diperbolehkan ini harus dijalankan
sesuai dengan syariat islam dan tidak mengandung unsur riba serta gharar.

Untuk landasan hukum syarat dan larangan asuransi syariah di Indonesia


berdasarkan beberapa hal di bawah inI:

Dasar hukum dalam Al-Quran dan Hadist


Al-Maidah ayat 2, An-Nisaa ayat 9, dan riwayat HR Muslim dari Abu
Hurairah.

Dasar hukum menurut Fatwa MUI


 Fatwa No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi
Syariah
 Fatwa No.51/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Mudharabah
Musytarakah pada Asuransi Syariah
 Fatwa No. 52/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Wakalah Bil Ujrah
pada Asuransi Syariah dan Reasuransi Syariah
 Fatwa No.53/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Tabarru pada
Asuransi Syariah

Dasar hukum menurut Peraturan Menteri


Keuangan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2010 tentang Prinsip
Dasar Penyelenggaraan Usaha Asuransi Reasuransi dengan Prinsip Syariah.

Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang Pedoman Asuransi


Syariah

Kepastian hukum terkait asuransi halal atau haram juga bisa kamu temukan
jawabannya dari Fatwa MUI tentang Pedoman Asuransi Syariah. Hukum
asuransi dalam islam menurut fatwa yang dikeluarkan oleh MUI menjelaskan
bahwa Islam tidak melarang seseorang untuk mempunyai asuransi selama
dana yang terkumpul di perusahaan dikelola sesuai dengan prinsip atau
syariat Islam.

15
Hukum asuransi ini tertuang dalam Fatwa MUI Nomor :
21/DSN-MUI/X/2001 yang berbunyi “Dalam menyongsong masa depan
dan upaya mengantisipasi kemungkinan terjadinya risiko dalam kehidupan
ekonomi yang akan terjadi di masa depan, maka perlu mempersiapkan
sejumlah dana tertentu sejak dini.”

Dari fatwa tersebut, dapat diartikan bahwa asuransi syariah dibutuhkan


untuk memberikan perlindungan terhadap harta serta nyawa secara finansial
atas segala risiko yang mungkin saja terjadi di masa depan yang tidak bisa
diprediksi.

Fatwa MUI tentang diperbolehkannya asuransi berbasis syariah tertuang


dalam poin-poin berikut ini:

Bentuk perlindungan
Asuransi syariah hadir untuk memberikan perlindungan terhadap harta dan
nyawa nasabahnya. Hal ini karena setiap orang membutuhkan perlindungan
atas risiko buruk yang mungkin saja terjadi di masa depan.

Unsur tolong menolong


Fatwa MUI menjelaskan bahwa dalam asuransi syariah terdapat unsur
tolong menolong antar sesama dalam bentuk dana tabarru’ yang sesuai
dengan kaidah dan hukum islam.

Unsur kebaikan
Dijelaskan dalam Fatwa MUI, bahwa semua produk syariah mengandung
unsur kebaikan atau tabarru’. Jumlah premi asuransi atau kontribusi yang
dibayarkan oleh nasabah akan dikumpulkan dan digunakan untuk kebaikan
dan membantu peserta lain yang mengalami risiko.

Berbagi risiko dan keuntungan


Dalam konsep asuransi syariah, keuntungan dan risiko akan ditanggung
bersama-sama oleh seluruh nasabah yang terlibat. Hal ini cukup adil bagi
semua pihak karena dalam fatwa MUI, asuransi tidak boleh dilakukan
dengan tujuan untuk mencari keuntungan.

16
Bagian dari bermuamalah
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak pernah bisa lepas dari
aktivitas muamalah. MUI menggolongkan asuransi dalam bagian
bermuamalah karena melibatkan orang lain dalam kegiatan finansial.

Musyawarah asuransi
Dalam konsep asuransi syariah, jika terjadi perselisihan atau ada salah satu
pihak tidak menunaikan kewajiban dalam proses asuransi, maka
permasalahan akan diselesaikan melalui Badan Arbitrase Syariah jika tidak
ditemukan kata mufakat dari kedua belah pihak.

Kriteria Asuransi yang Dihalalkan dalam Islam Sesuai Fatwa MUI


dan Al-Quran

Hukum asuransi dalam islam dianggap haram jika mengandung unsur riba,
gharar dan judi. Tidak hanya itu, asuransi yang dijadikan sebagai jaminan
perlindungan diri sehingga membuat rasa tawakal pada Allah hilang juga
dianggap haram. Akan tetapi asuransi bisa menjadi halal jika didalamnya
terdapat akad tabarru’ atau tolong menolong yang murni.

Asuransi yang dihalalkan menurun Fatwa MUI dan Al-Quran harus


memenuhi kriteria berikut ini:

1. Berdasarkan pada Prinsip Syariah


Asuransi yang diperbolehkan adalah yang dijalankan berdasarkan prinsip
syariah serta tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Jika dalam asuransi
menggunakan akad jual beli, maka menjadi haram atau tidak diperbolehkan.

2. Tidak Boleh Mengandung Perjudian (Maysir)


Asuransi yang halal juga tidak boleh mengandung unsur perjudian atau
maysir. Dalam hal ini kamu bisa mengambil contoh saat nasabah tidak
mengalami risiko sama sekali akan tetapi harus tetap membayar premi
sehingga membuat perusahaan asuransi diuntungkan. Contoh lainnya, saat
ada nasabah yang mendapatkan uang asuransi dalam jumlah cukup besar
padahal baru beberapa kali membayar premi.

17
3. Tidak Mengandung Ketidakpastian (Gharar)
Hukum asuransi syariah juga diperbolehkan menurut sumber Al-Quran dan
fatwa MUI, asalkan tidak mengandung ketidakpastian atau gharar. Selain itu,
asuransi yang halal juga tidak boleh mengandung unsur riba.

4. Barang yang Terkandung Harus Bebas Maksiat


dan Tidak Haram
Barang yang diasuransikan diperbolehkan dalam islam jika sesuai dengan
prinsip syariah yaitu barang bebas maksiat dan tidak mengandung unsur
haram.

5. Menggunakan Unsur Tolong Menolong


Asuransi yang diperbolehkan dalam islam juga harus mengandung unsur
tolong menolong antar sesama dan tidak mengharapkan keuntungan sama
sekali di dalamnya.

6. Risiko dan Keuntungan yang Didapat Dimiliki


Bersama
Dalam prinsip hukum asuransi jiwa dalam islam, tidak ada pihak yang boleh
mengalami untung atau rugi. Asuransi yang diperbolehkan dalam islam
dimana segala risiko dan keuntungan harus ditanggung bersama.

7. Bebas Riba
Salah satu syarat penting agar asuransi dihalalkan dalam islam adalah harus
bebas riba. Hal ini karena riba merupakan salah satu hal yang sangat
diharamkan dalam islam.

8. Premi atau Dana Kontribusi Tidak Hangus


Dalam asuransi syariah, premi atau dana kontribusi yang telah dibayarkan
oleh nasabah tidak boleh hangus. Jika sampai perusahaan menghanguskan
premi yang telah telah dibayarkan oleh nasabah, maka asuransi menjadi
haram.

18
9. Instrumen Investasi Sesuai Syariat Islam
Islam juga memperbolehkan asuransi yang mengandung unsur investasi jika
investasi yang diasuransikan dimasukkan dalam instrumen yang sesuai
dengan syariah Islam. Akan tetapi jika jika investasi mengandung unsur judi,
gharar, dan riba tidak diperbolehkan.

10. Pengelolaan Dana Dilakukan Secara Transparan


Salah satu unsur penting yang membuat asuransi diperbolehkan dalam islam
jika pengelolaan dana dilakukan secara transparan. Hal ini membuat nasabah
bisa mengetahui aliran dana dengan mudah dan jelas. asuransi kesehatan
haram atau halal jika ada unsur sembunyi-sembunyi.

11. Salah Satu Bentuk Muamalah


Asuransi yang halal dalam islam adalah asuransi yang menjadi bagian dari
muamalah. Muamalah yang ada di asuransi syariah juga harus disesuaikan
dengan kaidah dan prinsip islam.

12. Sesuai Akad dalam Asuransi Syariah


Satu lagi kriteria asuransi yang diperbolehkan dalam islam menurut sumber
Al-Quran dan Fatwa MUI adalah asuransi yang menggunakan akad sesuai
dengan prinsip syariah. Ada beberapa jenis akad yang dihalalkan dalam
asuransi yaitu akad tabarru’, akad tijarah, dan akad wakalah bil ujrah.

Berikut beberapa konsep dasar asuransi syariah yang perlu kamu pahami.

1. Dilakukan Berlandaskan Al-Quran


Hukum dan asuransi syariah dibuat berdasarkan sumber hukum yang ada di
Al-Quran dan Al-Hadits. Hal ini pastinya sangat berbeda dengan asuransi
konvensional yang aturannya dibuat oleh manusia. Hukum asuransi syariah
selanjutnya dijabarkan dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI
serta Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK).

19
2. Menggunakan Akad Tabarru’
Konsep dasar asuransi syariah yang selanjutnya adalah menggunakan akad
tabarru’ dalam perjanjiannya. Hal ini berdasarkan kenapa asuransi haram jika
menggunakan akad jual beli. Akad tabarru’ merupakan akad yang dilakukan
untuk kebaikan dan tolong menolong, bukan untuk tujuan komersial.

Akad tabarru’ dalam asuransi syariah ini sesuai dengan prinsip syariah
karena tidak mengandung unsur riba, zhulm, riba, gharar, maisyir, risywah,
maksiat dan barang haram.

3. Pengelolaan Risiko
Pengelolaan risiko dalam konsep hukum asuransi dalam islam dilakukan
dengan cara berbagi antar sesama nasabah. Jadi jika ada risiko yang terjadi,
maka akan ditanggung bersama-sama oleh seluruh nasabah yang tergabung
dalam asuransi syariah tersebut.

4. Dilengkapi Dewan Pengawas Syariah


Dalam menjalankan bisnis asuransi berbasis syariah ini, perusahaan harus
memiliki Dewan Pengawas Syariah yang bertugas untuk memantau jalannya
perusahaan agar tetap sesuai dengan prinsip dan hukum islam.

5. Pengelolaan Premi/Kontribusi
Hukum asuransi kesehatan dalam islam menjadi halal jika dana yang
didapatkan dari premi atau kontribusi nasabah asuransi syariah biasanya
akan dimasukkan ke dalam rekening dana tabarru’. Sedangkan biaya atau
ujrah pengelola dana hanya dari sebagian kecil dari kontribusi tersebut.

6. Pembayaran Klaim dari Dana Tabarru’


Dalam konsep hukum asuransi dalam islam, pembayaran klaim diberikan dari
rekening dana tabarru’ bukan dari dana perusahaan seperti pada asuransi
konvensional. Cara ini membuat pembayaran klaim tidak berpengaruh
terhadap keuangan perusahaan.

20
7. Penempatan Investasi
Penempatan investasi dalam konsep asuransi berbasis syariah dilakukan
pada instrumen investasi yang sesuai dengan prinsip syariah saja.
Penempatan investasi tidak diperbolehkan mengandung unsur ribawi karena
bertentangan dengan konsep hukum asuransi syariah.

21

Anda mungkin juga menyukai