PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asuransi pendidikan syariah adalah produk asuransi yang bertujuan untuk
memberikan perlindungan dan jaminan finansial bagi anak-anak dalam memperoleh
pendidikan yang layak dan berkualitas. Produk ini didasarkan pada prinsip-prinsip syariah
dan dilengkapi dengan manfaat tambahan seperti perlindungan jiwa, pengembalian premi,
dan investasi. Asuransi pendidikan syariah memberikan solusi bagi orangtua yang ingin
memberikan pendidikan terbaik untuk anak-anak mereka tanpa harus khawatir mengenai
biaya yang akan dikeluarkan di masa depan. Dalam konteks Indonesia, asuransi pendidikan
syariah semakin populer dan dianggap sebagai alternatif yang cocok bagi masyarakat Muslim
yang mengutamakan prinsip-prinsip syariah dalam kehidupan finansial mereka.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu asuransi kerugian syariah?
2. Bagaimana prinsip-prinsip syariah diterapkan pada produk asuransi ini?
3. Bagaimana perbandingan antara asuransi konvensional dan asuransi kerugian syariah?
4. Bagaimana fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam pengembangan produk
asuransi syariah di Indonesia?
1
Anwar, M. N., & Syarifuddin, H. (2020). Peran Asuransi Syariah Dalam Meningkatkan Kemakmuran
Masyarakat Indonesia. Jurnal Keuangan dan Perbankan Syariah, 4(2), hal. 99-116.
Asuransi Kerugian Syariah: manajemen investasinya harus mengikuti prinsip-prinsip
syariah yang melarang investasi pada sektor-sektor yang dianggap haram, seperti
perjudian dan minuman keras.
5. Pembagian Hasil
Asuransi Kerugian Konvensional: keuntungan yang diperoleh dari investasi biasanya
dibagikan kepada pemegang saham dan perusahaan asuransi.
Asuransi Kerugian Syariah: keuntungan yang diperoleh dari investasi dibagi sesuai
dengan kesepakatan antara peserta asuransi dan perusahaan asuransi sesuai dengan
prinsip syariah.
6. Mekanisme Klaim
Asuransi Kerugian Konvensional: klaim biasanya diajukan setelah terjadi kerugian
dan pihak asuransi melakukan penilaian dan verifikasi untuk menentukan apakah
klaim tersebut dapat dibayarkan atau tidak.
Asuransi Kerugian Syariah: klaim harus dilakukan dengan memperhatikan prinsip
syariah dan menggunakan metode evaluasi yang adil dan objektif.
7. Pembelian Polis
Asuransi Kerugian Konvensional: pembelian polis dapat dilakukan secara online,
melalui agen atau broker asuransi, atau langsung ke perusahaan asuransi.
Asuransi Kerugian Syariah: pembelian polis dapat dilakukan melalui perusahaan
asuransi syariah atau bank syariah yang memiliki produk asuransi syariah.
8. Risiko
Asuransi Kerugian Konvensional: risiko dihitung berdasarkan probabilitas kejadian
yang terjadi pada masa lalu dan diasuransikan secara individu.
Asuransi Kerugian Syariah: risiko dihitung berdasarkan estimasi risiko kolektif yang
terjadi pada kelompok peserta dan diasuransikan secara bersama-sama.
9. Transparansi
Asuransi Kerugian Konvensional: terdapat beberapa produk asuransi konvensional
yang sulit dipahami dan kompleks sehingga perlu dipahami dengan seksama.
Asuransi Kerugian Syariah: produk asuransi syariah cenderung lebih transparan dan
mudah dipahami karena didasarkan pada prinsip-prinsip syariah yang sederhana.
10. Pengawasan
Asuransi Kerugian Konvensional: pengawasan dilakukan oleh otoritas pengawas
keuangan pemerintah.
Asuransi Kerugian Syariah: pengawasan dilakukan oleh otoritas pengawas keuangan
dan syariah pemerintah.
Demikianlah perbedaan antara asuransi kerugian konvensional dan syariah. Penting
untuk mempertimbangkan kebutuhan dan prinsip yang sesuai dengan kepercayaan dan nilai
masing-masing individu dalam memilih produk asuransi yang sesuai.2
2
Irawan, Asuransi Syariah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2018), hlm. 23.
8. Al-'adl: Prinsip ini mengacu pada konsep keadilan. Asuransi syariah harus
menjunjung tinggi prinsip keadilan dalam memberikan manfaat kepada peserta
asuransi. Hal ini juga berlaku dalam penentuan premi yang adil dan wajar.
9. Al-Maslahah: Prinsip ini mengacu pada konsep kemaslahatan atau kepentingan
bersama. Asuransi syariah harus memberikan manfaat dan kepentingan bersama
antara perusahaan asuransi dan peserta asuransi.
10. Al-Kafalah: Prinsip ini mengacu pada konsep jaminan atau tanggung jawab.
Perusahaan asuransi syariah harus memberikan jaminan atau tanggung jawab kepada
peserta asuransi terkait dengan risiko yang terjadi.
Prinsip-prinsip tersebut menjadi pedoman bagi perusahaan asuransi syariah untuk
memastikan bahwa produk asuransi yang ditawarkan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah
dan memberikan manfaat yang maksimal bagi peserta asuransi.3
3
M. A. Asrori dan E. Manik, "Analisis Perlindungan Asuransi Syariah pada Risiko Kerugian Harta
(Studi pada Peserta Asuransi Syariah di Kota Palembang)," Al-Urban: Jurnal Ekonomi Syariah dan Filantropi
Islam, vol. 4, no. 2, hal. 87-100, 2020.
Asuransi pendidikan syariah memberikan perlindungan terhadap biaya pendidikan
pada peserta asuransi, khususnya anak-anak. Asuransi ini beroperasi dengan prinsip-
prinsip syariah, seperti musyaraka atau mudharabah.
5. Asuransi Travel Syariah
Asuransi travel syariah memberikan perlindungan terhadap risiko yang timbul saat
melakukan perjalanan, seperti kecelakaan atau kehilangan barang. Asuransi ini beroperasi
dengan prinsip-prinsip syariah, seperti musyaraka atau mudharabah.
6. Asuransi Umum Syariah
Asuransi umum syariah memberikan perlindungan terhadap kerugian yang timbul
akibat berbagai risiko, seperti kebakaran, pencurian, atau kecelakaan. Asuransi ini
beroperasi dengan prinsip-prinsip syariah, seperti musyaraka atau mudharabah.
Catatan: Terdapat jenis asuransi kerugian syariah lainnya yang dapat ditambahkan
tergantung pada kebutuhan dan praktek di suatu negara atau wilayah.
4
Zaharuddin, H. (2013). Takaful: Alternative Insurance in Islamic Finance. ISRA International
Journal of Islamic Finance, 5(1), 116-130. Diakses pada tanggal 9 Mei 2023 dari
https://www.emerald.com/insight/content/doi/10.1108/IJIF-05-2013-B004/full/html
Kelompok ini juga menyoroti masalah konsep pool dalam takaful, yang dianggap
masih mengandung unsur riba karena para peserta diharuskan membayar premi yang tidak
sebanding dengan nilai klaim yang akan diterima, sehingga terdapat keuntungan bagi
perusahaan takaful. Oleh karena itu, kelompok ini menyarankan agar takaful dikelola oleh
lembaga yang benar-benar independen dan tidak terkait dengan lembaga keuangan
konvensional.
Secara umum, pandangan ulama terhadap asuransi kerugian syariah atau takaful
masih menjadi perdebatan di kalangan masyarakat Islam. Namun, peran lembaga pengawas
syariah seperti Dewan Syariah Nasional (DSN) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI)
memberikan fatwa dan panduan dalam pelaksanaan takaful yang diharapkan dapat
memperkuat dasar hukum dan syariah bagi produk takaful.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa asuransi kerugian
syariah atau takaful merupakan alternatif yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan
ajaran agama Islam. Takaful didasarkan pada prinsip saling tolong menolong, keadilan, dan
ketentuan berbagi risiko yang sesuai dengan ajaran agama, sehingga memberikan
perlindungan yang benar-benar halal dan tidak melanggar prinsip-prinsip agama. Meskipun
masih terdapat perdebatan di kalangan masyarakat Islam tentang penggunaan takaful, namun
peran lembaga pengawas syariah seperti Dewan Syariah Nasional (DSN) dan Majelis Ulama
Indonesia (MUI) memberikan fatwa dan panduan dalam pelaksanaan takaful yang diharapkan
dapat memperkuat dasar hukum dan syariah bagi produk takaful. Sebagai solusi bagi
masyarakat Muslim di Indonesia, asuransi kerugian syariah atau takaful dapat memberikan
perlindungan finansial yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan membantu masyarakat
dalam menangani risiko dan musibah yang mungkin terjadi.
B. Saran
Berikut adalah beberapa saran terkait asuransi kerugian syariah:
1. Masyarakat perlu lebih memahami prinsip-prinsip dasar asuransi syariah dan takaful
sebelum memutuskan untuk membeli produk asuransi. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengikuti seminar atau workshop yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga
terpercaya.
2. Lembaga keuangan syariah, seperti bank syariah, dapat memperluas pilihan produk
takaful untuk memberikan alternatif yang lebih luas bagi masyarakat dalam memilih
produk asuransi yang sesuai dengan kebutuhan dan prinsip syariah.
3. Pengawasan dan regulasi yang ketat diperlukan untuk memastikan bahwa produk
takaful benar-benar sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan memberikan
perlindungan yang memadai bagi nasabah.
4. Masyarakat perlu meningkatkan kesadaran tentang pentingnya memiliki asuransi
kerugian syariah atau takaful sebagai bagian dari manajemen risiko keuangan yang
baik, sehingga mampu mengatasi risiko dan musibah dengan lebih baik dan terhindar
dari kemungkinan terpuruk secara finansial.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, M. N., & Syarifuddin, H. (2020). Peran Asuransi Syariah Dalam Meningkatkan
Kemakmuran Masyarakat Indonesia. Jurnal Keuangan dan Perbankan Syariah.
Dewi, D. S., & Marisa, D. (2019). Asuransi Syariah: Pengembangan Produk dan Pelayanan.
Penerbit Andi.
Irawan, Asuransi Syariah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2018
M. A. Asrori dan E. Manik, "Analisis Perlindungan Asuransi Syariah pada Risiko Kerugian
Harta (Studi pada Peserta Asuransi Syariah di Kota Palembang)," Al-Urban: Jurnal
Ekonomi Syariah dan Filantropi Islam, vol. 4, no. 2.
Nurhayati, S. (2018). Asuransi Syariah Sebagai Solusi Bagi Masyarakat Muslim di
Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Islam, 6(1), 15-28.
Zaharuddin, H. (2013). Takaful: Alternative Insurance in Islamic Finance. ISRA
International Journal of Islamic Finance, 5(1), 116-130.