Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asuransi pendidikan syariah adalah produk asuransi yang bertujuan untuk
memberikan perlindungan dan jaminan finansial bagi anak-anak dalam memperoleh
pendidikan yang layak dan berkualitas. Produk ini didasarkan pada prinsip-prinsip syariah
dan dilengkapi dengan manfaat tambahan seperti perlindungan jiwa, pengembalian premi,
dan investasi. Asuransi pendidikan syariah memberikan solusi bagi orangtua yang ingin
memberikan pendidikan terbaik untuk anak-anak mereka tanpa harus khawatir mengenai
biaya yang akan dikeluarkan di masa depan. Dalam konteks Indonesia, asuransi pendidikan
syariah semakin populer dan dianggap sebagai alternatif yang cocok bagi masyarakat Muslim
yang mengutamakan prinsip-prinsip syariah dalam kehidupan finansial mereka.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu asuransi kerugian syariah?
2. Bagaimana prinsip-prinsip syariah diterapkan pada produk asuransi ini?
3. Bagaimana perbandingan antara asuransi konvensional dan asuransi kerugian syariah?
4. Bagaimana fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam pengembangan produk
asuransi syariah di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan Makalah


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman yang lebih
mendalam tentang asuransi kerugian syariah sebagai produk yang berbasis pada prinsip-
prinsip syariah, termasuk keuntungan dan perbedaan dengan asuransi konvensional. Selain
itu, penulisan ini juga bertujuan untuk menjelaskan pandangan ulama tentang asuransi
syariah, kinerja industri asuransi syariah di Indonesia, tantangan yang dihadapi, serta peran
lembaga pengawas syariah dalam pengembangan produk asuransi syariah. Diharapkan
penulisan ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi pembaca dalam
mempertimbangkan produk asuransi yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan
memahami pentingnya manajemen risiko keuangan dalam kehidupan finansial.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Asuransi Kerugian Syari’ah


Asuransi kerugian syariah adalah suatu program asuransi yang dijalankan sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Program ini bertujuan untuk memberikan perlindungan
finansial bagi peserta jika terjadi kerugian atau kerusakan pada harta benda atau properti yang
diasuransikan. Asuransi kerugian syariah didasarkan pada prinsip musyarakah, mudharabah,
atau wakalah yang berlaku dalam keuangan syariah.
Asuransi kerugian syariah memiliki beberapa perbedaan dengan asuransi kerugian
konvensional. Pertama, dalam asuransi kerugian syariah, peserta dan perusahaan asuransi
saling berbagi risiko. Dalam hal ini, perusahaan asuransi bukanlah satu-satunya yang
menanggung risiko kerugian, melainkan peserta juga turut menanggung risiko tersebut.
Kedua, perusahaan asuransi syariah tidak menginvestasikan dana peserta ke dalam bentuk
bunga atau riba. Dana tersebut diinvestasikan pada usaha yang halal dan sesuai dengan
prinsip syariah. Selain itu, terdapat beberapa prinsip dasar dalam asuransi kerugian syariah
yang meliputi:
1. Prinsip keadilan dan kesetaraan, di mana setiap peserta membayar premi yang sama
untuk mendapatkan perlindungan yang sama pula.
2. Prinsip transparansi, di mana perusahaan asuransi harus memberikan informasi yang
jelas dan terperinci mengenai produk asuransi yang ditawarkan.
3. Prinsip kehati-hatian, di mana perusahaan asuransi harus mengelola dana peserta
dengan bijak dan hati-hati sehingga dapat meminimalkan risiko kerugian.
4. Prinsip keuntungan yang adil, di mana perusahaan asuransi hanya mendapatkan
keuntungan yang wajar dari kegiatan asuransi yang dijalankan.

Jenis-jenis asuransi kerugian syariah meliputi:


1. Asuransi mobil syariah, yang memberikan perlindungan terhadap kerusakan dan
kehilangan mobil yang diasuransikan.
2. Asuransi rumah syariah, yang memberikan perlindungan terhadap kerusakan dan
kehilangan rumah yang diasuransikan.
3. Asuransi kesehatan syariah, yang memberikan perlindungan terhadap biaya
pengobatan dan perawatan kesehatan.
4. Asuransi perjalanan syariah, yang memberikan perlindungan terhadap risiko yang
mungkin terjadi saat melakukan perjalanan.
Takaful adalah bentuk asuransi kerugian syariah yang didasarkan pada prinsip
musyarakah atau mudharabah. Dalam takaful, peserta dan perusahaan asuransi saling berbagi
risiko dan keuntungan. Setiap peserta harus membayar kontribusi atau premi untuk
membentuk dana takaful yang nantinya akan digunakan untuk membayar klaim peserta yang
mengalami kerugian. Keuntungan yang diperoleh dari investasi dana takaful akan dibagi
bersama antara peserta dan perusahaan asuransi.
Dalam Islam, asuransi kerugian syariah dianggap sebagai salah satu bentuk jaminan
sosial yang dapat membantu masyarakat mengelola risiko dan kerugian secara lebih efektif. Dalam
hal ini, asuransi kerugian syariah dapat membantu masyarakat untuk meminimalkan dampak
finansial dari kejadian yang tidak terduga, seperti kecelakaan atau bencana alam.
Perusahaan asuransi syariah harus memenuhi persyaratan yang ketat untuk
menjalankan kegiatan asuransi kerugian syariah. Beberapa persyaratan tersebut meliputi:
1. Memiliki izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai badan pengawas sektor
keuangan di Indonesia.
2. Menjalankan kegiatan asuransi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah yang diakui oleh
MUI (Majelis Ulama Indonesia).
3. Mengelola dana peserta dengan baik dan transparan.
4. Memberikan informasi yang jelas dan mudah dipahami mengenai produk asuransi
yang ditawarkan.
Keuntungan dari menggunakan asuransi kerugian syariah meliputi:
1. Memberikan perlindungan finansial yang lebih baik daripada tidak memiliki asuransi
sama sekali.
2. Mengurangi risiko kehilangan harta benda atau properti akibat risiko yang tidak
terduga.
3. Dapat memberikan manfaat tambahan, seperti asuransi kesehatan atau asuransi
perjalanan.
4. Mengikuti prinsip-prinsip syariah yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Namun, terdapat beberapa kelemahan dari asuransi kerugian syariah, seperti premi
yang lebih mahal daripada asuransi konvensional dan cakupan perlindungan yang lebih
terbatas. Selain itu, perusahaan asuransi syariah masih terbilang baru di Indonesia dan masih
memerlukan pengembangan dan pemahaman yang lebih baik dari masyarakat.
Secara keseluruhan, asuransi kerugian syariah adalah salah satu alternatif bagi
masyarakat untuk mengelola risiko dan kerugian secara lebih baik. Dengan memperhatikan
prinsip-prinsip syariah, asuransi kerugian syariah dapat memberikan perlindungan finansial
yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Namun, masyarakat harus memahami persyaratan dan
kelemahan dari asuransi kerugian syariah sebelum memutuskan untuk membelinya.1\

B. Perbedaan Asuransi Kerugian Syari’ah dengan Konvensional


Berikut adalah perbedaan antara asuransi kerugian konvensional dan syariah:
1. Prinsip Dasar
 Asuransi Kerugian Konvensional: prinsip dasarnya adalah kontrak yang didasarkan
pada prinsip gharar (ketidakpastian), riba (bunga), dan maisir (judi) yang
bertentangan dengan prinsip syariah.
 Asuransi Kerugian Syariah: prinsip dasarnya didasarkan pada konsep tabarru’
(sumbangan atau donasi) dan mudharabah (kerjasama bisnis) yang sesuai dengan
prinsip syariah.
2. Keuntungan
 Asuransi Kerugian Konvensional: peserta asuransi menerima keuntungan dari premi
yang dibayarkan ketika klaim tidak diajukan atau risiko yang diasuransikan tidak
terjadi.
 Asuransi Kerugian Syariah: peserta tidak menerima keuntungan dari premi yang
dibayarkan, tetapi premi dianggap sebagai sumbangan atau donasi untuk membantu
peserta lain yang mengalami kerugian.
3. Produk Asuransi
 Asuransi Kerugian Konvensional: produk asuransi umumnya mencakup kerugian
yang diakibatkan oleh berbagai risiko seperti kebakaran, kecelakaan, kesehatan, dan
kehilangan harta benda.
 Asuransi Kerugian Syariah: produk asuransi umumnya mencakup risiko yang tidak
bisa dihindari seperti risiko kematian, kecelakaan, dan sakit kritis.
4. Manajemen Investasi
 Asuransi Kerugian Konvensional: manajemen investasinya dapat dilakukan secara
bebas tanpa mengikuti prinsip syariah.

1
Anwar, M. N., & Syarifuddin, H. (2020). Peran Asuransi Syariah Dalam Meningkatkan Kemakmuran
Masyarakat Indonesia. Jurnal Keuangan dan Perbankan Syariah, 4(2), hal. 99-116.
 Asuransi Kerugian Syariah: manajemen investasinya harus mengikuti prinsip-prinsip
syariah yang melarang investasi pada sektor-sektor yang dianggap haram, seperti
perjudian dan minuman keras.
5. Pembagian Hasil
 Asuransi Kerugian Konvensional: keuntungan yang diperoleh dari investasi biasanya
dibagikan kepada pemegang saham dan perusahaan asuransi.
 Asuransi Kerugian Syariah: keuntungan yang diperoleh dari investasi dibagi sesuai
dengan kesepakatan antara peserta asuransi dan perusahaan asuransi sesuai dengan
prinsip syariah.
6. Mekanisme Klaim
 Asuransi Kerugian Konvensional: klaim biasanya diajukan setelah terjadi kerugian
dan pihak asuransi melakukan penilaian dan verifikasi untuk menentukan apakah
klaim tersebut dapat dibayarkan atau tidak.
 Asuransi Kerugian Syariah: klaim harus dilakukan dengan memperhatikan prinsip
syariah dan menggunakan metode evaluasi yang adil dan objektif.
7. Pembelian Polis
 Asuransi Kerugian Konvensional: pembelian polis dapat dilakukan secara online,
melalui agen atau broker asuransi, atau langsung ke perusahaan asuransi.
 Asuransi Kerugian Syariah: pembelian polis dapat dilakukan melalui perusahaan
asuransi syariah atau bank syariah yang memiliki produk asuransi syariah.
8. Risiko
 Asuransi Kerugian Konvensional: risiko dihitung berdasarkan probabilitas kejadian
yang terjadi pada masa lalu dan diasuransikan secara individu.
 Asuransi Kerugian Syariah: risiko dihitung berdasarkan estimasi risiko kolektif yang
terjadi pada kelompok peserta dan diasuransikan secara bersama-sama.
9. Transparansi
 Asuransi Kerugian Konvensional: terdapat beberapa produk asuransi konvensional
yang sulit dipahami dan kompleks sehingga perlu dipahami dengan seksama.
 Asuransi Kerugian Syariah: produk asuransi syariah cenderung lebih transparan dan
mudah dipahami karena didasarkan pada prinsip-prinsip syariah yang sederhana.
10. Pengawasan
 Asuransi Kerugian Konvensional: pengawasan dilakukan oleh otoritas pengawas
keuangan pemerintah.
 Asuransi Kerugian Syariah: pengawasan dilakukan oleh otoritas pengawas keuangan
dan syariah pemerintah.
Demikianlah perbedaan antara asuransi kerugian konvensional dan syariah. Penting
untuk mempertimbangkan kebutuhan dan prinsip yang sesuai dengan kepercayaan dan nilai
masing-masing individu dalam memilih produk asuransi yang sesuai.2

C. Prinsip-Prinsip Asuransi Kerugian Syari’ah


Berikut adalah beberapa prinsip-prinsip asuransi kerugian syariah:
1. Tabarru': Prinsip ini mengacu pada konsep sumbangan atau donasi yang dilakukan
oleh peserta asuransi syariah kepada dana tabarru'. Dana tabarru' adalah dana yang
digunakan untuk membantu peserta yang mengalami musibah atau kerugian.
2. Ta'awun: Prinsip ta'awun mengacu pada konsep gotong-royong atau saling
membantu antar peserta asuransi syariah. Para peserta sepakat untuk saling membantu
dan mendukung satu sama lain dalam menghadapi risiko.
3. Mudharabah: Prinsip ini mengacu pada konsep kerjasama antara peserta asuransi
syariah dan perusahaan asuransi syariah. Perusahaan asuransi bertindak sebagai
mudharib (manajer) dan peserta asuransi bertindak sebagai rab al-maal (pemilik
dana). Keuntungan yang dihasilkan dari investasi dana tabarru' akan dibagi antara
kedua belah pihak sesuai dengan kesepakatan awal.
4. Wakalah: Prinsip ini mengacu pada konsep wakalah atau kuasa. Perusahaan asuransi
syariah bertindak sebagai wakil atau agen dari peserta asuransi dalam mengelola dana
tabarru'.
5. Gharar: Prinsip ini mengacu pada konsep ketidakpastian atau ketidakjelasan yang
terkait dengan risiko. Asuransi syariah menghindari risiko gharar dengan menetapkan
ketentuan-ketentuan yang jelas dan transparan dalam polis asuransi.
6. Maysir: Prinsip ini mengacu pada konsep perjudian atau spekulasi. Asuransi syariah
menghindari risiko maysir dengan menetapkan ketentuan-ketentuan yang jelas dan
transparan dalam polis asuransi.
7. Ihsan: Prinsip ini mengacu pada konsep kesempurnaan atau kebaikan. Asuransi
syariah menempatkan prinsip ihsan sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan
kepada peserta asuransi.

2
Irawan, Asuransi Syariah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2018), hlm. 23.
8. Al-'adl: Prinsip ini mengacu pada konsep keadilan. Asuransi syariah harus
menjunjung tinggi prinsip keadilan dalam memberikan manfaat kepada peserta
asuransi. Hal ini juga berlaku dalam penentuan premi yang adil dan wajar.
9. Al-Maslahah: Prinsip ini mengacu pada konsep kemaslahatan atau kepentingan
bersama. Asuransi syariah harus memberikan manfaat dan kepentingan bersama
antara perusahaan asuransi dan peserta asuransi.
10. Al-Kafalah: Prinsip ini mengacu pada konsep jaminan atau tanggung jawab.
Perusahaan asuransi syariah harus memberikan jaminan atau tanggung jawab kepada
peserta asuransi terkait dengan risiko yang terjadi.
Prinsip-prinsip tersebut menjadi pedoman bagi perusahaan asuransi syariah untuk
memastikan bahwa produk asuransi yang ditawarkan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah
dan memberikan manfaat yang maksimal bagi peserta asuransi.3

D. Jenis-Jenis Asuransi Kerugian Syari’ah


Berikut adalah beberapa jenis asuransi kerugian syariah:
1. Asuransi Kebakaran Syariah
Asuransi kebakaran syariah memberikan perlindungan terhadap kerugian akibat
kebakaran pada properti yang diasuransikan, seperti gedung, pabrik, atau rumah. Asuransi
ini beroperasi dengan prinsip-prinsip syariah, seperti musyaraka, mudharabah, atau
wakalah.
2. Asuransi Kendaraan Bermotor Syariah
Asuransi kendaraan bermotor syariah memberikan perlindungan terhadap kerugian
yang timbul akibat kecelakaan atau pencurian pada kendaraan bermotor yang
diasuransikan. Asuransi ini beroperasi dengan prinsip-prinsip syariah, seperti musyaraka
atau mudharabah.
3. Asuransi Kesehatan Syariah
Asuransi kesehatan syariah memberikan perlindungan terhadap biaya perawatan
kesehatan yang tidak terduga pada peserta asuransi. Asuransi ini beroperasi dengan
prinsip-prinsip syariah, seperti takaful atau wakalah.

4. Asuransi Pendidikan Syariah

3
M. A. Asrori dan E. Manik, "Analisis Perlindungan Asuransi Syariah pada Risiko Kerugian Harta
(Studi pada Peserta Asuransi Syariah di Kota Palembang)," Al-Urban: Jurnal Ekonomi Syariah dan Filantropi
Islam, vol. 4, no. 2, hal. 87-100, 2020.
Asuransi pendidikan syariah memberikan perlindungan terhadap biaya pendidikan
pada peserta asuransi, khususnya anak-anak. Asuransi ini beroperasi dengan prinsip-
prinsip syariah, seperti musyaraka atau mudharabah.
5. Asuransi Travel Syariah
Asuransi travel syariah memberikan perlindungan terhadap risiko yang timbul saat
melakukan perjalanan, seperti kecelakaan atau kehilangan barang. Asuransi ini beroperasi
dengan prinsip-prinsip syariah, seperti musyaraka atau mudharabah.
6. Asuransi Umum Syariah
Asuransi umum syariah memberikan perlindungan terhadap kerugian yang timbul
akibat berbagai risiko, seperti kebakaran, pencurian, atau kecelakaan. Asuransi ini
beroperasi dengan prinsip-prinsip syariah, seperti musyaraka atau mudharabah.
Catatan: Terdapat jenis asuransi kerugian syariah lainnya yang dapat ditambahkan
tergantung pada kebutuhan dan praktek di suatu negara atau wilayah.

E. Tafakul Sebagai Alternatif Asuransi Kerugian Syari’ah


Takaful adalah sebuah konsep asuransi yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah
Islam. Takaful juga sering disebut sebagai asuransi syariah atau asuransi Islam. Secara
umum, takaful adalah bentuk asuransi kerugian yang berprinsipkan musyawarah dan tolong
menolong dalam rangka membagi risiko yang muncul. Takaful memberikan perlindungan
finansial bagi para peserta atau nasabah dalam hal terjadinya kerugian atau musibah.
Prinsip dasar takaful adalah bahwa peserta membentuk sebuah dana atau pool dengan
cara melakukan kontribusi atau pembayaran premi secara berkala. Dana tersebut kemudian
digunakan untuk membayar klaim atau ganti rugi atas kerugian yang dialami oleh peserta lain
yang tergabung dalam pool yang sama. Adapun manfaat atau keuntungan yang diperoleh oleh
peserta tidak bersifat riba atau tidak adanya unsur bunga dalam pola investasi dana takaful.
Takaful juga memiliki ciri khas sistem manajemen dan operasi yang berbeda dengan
asuransi konvensional. Sebagai contoh, dalam takaful, peserta atau nasabah disebut sebagai
pemilik dana, sedangkan perusahaan takaful hanya bertindak sebagai pengelola dana dan
menerima imbalan berupa fee atau komisi.
Selain itu, dalam takaful juga diterapkan prinsip-prinsip syariah seperti adanya
transparansi, kejujuran, keadilan, dan ketentuan berbagi risiko. Hal ini memastikan bahwa
takaful memberikan perlindungan yang benar-benar halal dan tidak melanggar prinsip-prinsip
agama.
Terdapat beberapa jenis produk takaful yang ditawarkan oleh perusahaan takaful,
seperti takaful kesehatan, takaful pendidikan, takaful investasi, takaful haji, dan takaful
kerugian. Produk-produk tersebut dirancang untuk memenuhi kebutuhan dan keperluan
masyarakat dengan berbagai risiko yang dapat terjadi.
Dalam praktiknya, takaful telah menjadi alternatif yang diminati oleh masyarakat
Islam sebagai bentuk asuransi syariah yang sesuai dengan ajaran agama. Terlebih lagi, peran
lembaga pengawas syariah seperti Dewan Syariah Nasional (DSN) dan Majelis Ulama
Indonesia (MUI) memberikan fatwa dan panduan dalam pelaksanaan takaful. Dalam konteks
Indonesia, takaful telah berkembang pesat dan mendapat dukungan dari pemerintah melalui
peraturan dan kebijakan yang mendukung perkembangan industri takaful di Indonesia.4

F. Fatwa Ulama Tentang Asuransi Kerugian Syari’ah


Pandangan ulama terhadap asuransi kerugian syariah atau takaful dapat dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang memperbolehkan dan mendukung penggunaan
takaful sebagai alternatif asuransi konvensional, dan kelompok yang menentang penggunaan
takaful karena dianggap masih mengandung unsur riba.
Kelompok pertama, yang memperbolehkan penggunaan takaful, didasarkan pada
argumen bahwa takaful memiliki prinsip-prinsip syariah yang sesuai dengan ajaran Islam.
Kelompok ini menyatakan bahwa prinsip musyawarah dan tolong menolong yang menjadi
dasar takaful sesuai dengan ajaran agama, yang menekankan pentingnya saling tolong
menolong dan saling membantu dalam menanggulangi musibah atau bencana.
Selain itu, kelompok ini juga menekankan bahwa takaful memiliki prinsip-prinsip
transparansi, keadilan, dan ketentuan berbagi risiko yang sesuai dengan ajaran agama.
Prinsip-prinsip ini memastikan bahwa takaful memberikan perlindungan yang benar-benar
halal dan tidak melanggar prinsip-prinsip agama.
Sementara itu, kelompok kedua, yang menentang penggunaan takaful, didasarkan
pada argumen bahwa takaful masih mengandung unsur riba. Kelompok ini mengkritik
penggunaan investasi takaful yang menggunakan sistem bagi hasil, yang dianggap masih
mengandung unsur riba.

4
Zaharuddin, H. (2013). Takaful: Alternative Insurance in Islamic Finance. ISRA International
Journal of Islamic Finance, 5(1), 116-130. Diakses pada tanggal 9 Mei 2023 dari
https://www.emerald.com/insight/content/doi/10.1108/IJIF-05-2013-B004/full/html
Kelompok ini juga menyoroti masalah konsep pool dalam takaful, yang dianggap
masih mengandung unsur riba karena para peserta diharuskan membayar premi yang tidak
sebanding dengan nilai klaim yang akan diterima, sehingga terdapat keuntungan bagi
perusahaan takaful. Oleh karena itu, kelompok ini menyarankan agar takaful dikelola oleh
lembaga yang benar-benar independen dan tidak terkait dengan lembaga keuangan
konvensional.
Secara umum, pandangan ulama terhadap asuransi kerugian syariah atau takaful
masih menjadi perdebatan di kalangan masyarakat Islam. Namun, peran lembaga pengawas
syariah seperti Dewan Syariah Nasional (DSN) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI)
memberikan fatwa dan panduan dalam pelaksanaan takaful yang diharapkan dapat
memperkuat dasar hukum dan syariah bagi produk takaful.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa asuransi kerugian
syariah atau takaful merupakan alternatif yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan
ajaran agama Islam. Takaful didasarkan pada prinsip saling tolong menolong, keadilan, dan
ketentuan berbagi risiko yang sesuai dengan ajaran agama, sehingga memberikan
perlindungan yang benar-benar halal dan tidak melanggar prinsip-prinsip agama. Meskipun
masih terdapat perdebatan di kalangan masyarakat Islam tentang penggunaan takaful, namun
peran lembaga pengawas syariah seperti Dewan Syariah Nasional (DSN) dan Majelis Ulama
Indonesia (MUI) memberikan fatwa dan panduan dalam pelaksanaan takaful yang diharapkan
dapat memperkuat dasar hukum dan syariah bagi produk takaful. Sebagai solusi bagi
masyarakat Muslim di Indonesia, asuransi kerugian syariah atau takaful dapat memberikan
perlindungan finansial yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan membantu masyarakat
dalam menangani risiko dan musibah yang mungkin terjadi.

B. Saran
Berikut adalah beberapa saran terkait asuransi kerugian syariah:
1. Masyarakat perlu lebih memahami prinsip-prinsip dasar asuransi syariah dan takaful
sebelum memutuskan untuk membeli produk asuransi. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengikuti seminar atau workshop yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga
terpercaya.
2. Lembaga keuangan syariah, seperti bank syariah, dapat memperluas pilihan produk
takaful untuk memberikan alternatif yang lebih luas bagi masyarakat dalam memilih
produk asuransi yang sesuai dengan kebutuhan dan prinsip syariah.
3. Pengawasan dan regulasi yang ketat diperlukan untuk memastikan bahwa produk
takaful benar-benar sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan memberikan
perlindungan yang memadai bagi nasabah.
4. Masyarakat perlu meningkatkan kesadaran tentang pentingnya memiliki asuransi
kerugian syariah atau takaful sebagai bagian dari manajemen risiko keuangan yang
baik, sehingga mampu mengatasi risiko dan musibah dengan lebih baik dan terhindar
dari kemungkinan terpuruk secara finansial.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, M. N., & Syarifuddin, H. (2020). Peran Asuransi Syariah Dalam Meningkatkan
Kemakmuran Masyarakat Indonesia. Jurnal Keuangan dan Perbankan Syariah.
Dewi, D. S., & Marisa, D. (2019). Asuransi Syariah: Pengembangan Produk dan Pelayanan.
Penerbit Andi.
Irawan, Asuransi Syariah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2018
M. A. Asrori dan E. Manik, "Analisis Perlindungan Asuransi Syariah pada Risiko Kerugian
Harta (Studi pada Peserta Asuransi Syariah di Kota Palembang)," Al-Urban: Jurnal
Ekonomi Syariah dan Filantropi Islam, vol. 4, no. 2.
Nurhayati, S. (2018). Asuransi Syariah Sebagai Solusi Bagi Masyarakat Muslim di
Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Islam, 6(1), 15-28.
Zaharuddin, H. (2013). Takaful: Alternative Insurance in Islamic Finance. ISRA
International Journal of Islamic Finance, 5(1), 116-130.

Anda mungkin juga menyukai