Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

“Perbedaan Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah”

DISUSUN OLEH :
Farin Eriya Sabina
D1A020180
HUKUM ASURANSI (B2)
ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
2022/2023
A. PENGERTIAN
Menurut UU Republik Indonesia No. 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian:

“Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang
polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai
imbalan untuk:

Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian,


kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena
terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau
Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau
pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang
besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.”
Sementara itu, menurut KBBI:

“(Asuransi, sebagai kata kerja, adalah) pertanggungan (perjanjian antara dua pihak,
pihak yang satu berkewajiban membayar iuran dan pihak yang lain berkewajiban
memberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran apabila terjadi sesuatu yang
menimpa pihak pertama atau barang miliknya sesuai dengan perjanjian yang dibuat)”
Asuransi Konvensional
Pengertian dari asuransi konvensional adalah suatu produk asuransi yang
mengedepankan konsep dasar jual-beli risiko (transfer risk). Artinya, pada konsep
asuransi konvensional, premi yang dibayarkan oleh nasabah bertujuan untuk
mengalihkan risiko kerugian ke perusahaan asuransi. Nantinya, ketika terjadi risiko
tertentu maka nasabah bisa mengajukan klaim atau ganti rugi kepada pihak asuransi
sesuai kesepakatan dalam polis. Ketika kamu bergabung sebagai nasabah perusahaan
asuransi tentu, maka risiko kerugian finansial atas kejadian tertentu akan ditanggung
oleh perusahaan asuransi. Jadi, kamu akan merasa lebih aman dalam hal finansial ketika
memiliki polisnya.
Asuransi Syariah
Asuransi syariah adalah usaha saling membantu ( ta’awuni ) dan melindungi ( takaful )
di antara para peserta untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad atau perikatan
yang sesuai dengan prinsip syariah dan membayar kontribusi asuransi yang dikelola
oleh perusahaan asuransi syariah.
Asuransi syariah diatur dalam Fatwa Dewan Asuransi Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia DSN-MUI No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi
Syariah. Bagian pertama menyebutkan pengertian asuransi syariah ( ta’min , takaful ,
atau tadhamun ) adalah usaha saling melindungi dan membantu membantu di antara
sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan ( tabarru )yang
memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad atau
perikatan yang sesuai dengan syariah.

B. Perbedaan Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah


1. Akad perjanjian
Asuransi syariah bedanya dengan konvensional bisa terlihat pada akadnya. Akad dalam
asuransi konvensional artinya kesepakatan antara dua pihak untuk mentransfer risiko
pihak satu dengan pihak lainnya. Sementara itu, akad dalam asuransi syariah adalah
tolong menolong. Sama seperti arisan, seluruh nasabah mengumpulkan uang untuk
dikelola oleh perusahaan asuransi. Dana tersebut lantas bisa digunakan untuk menolong
salah satu nasabah yang sedang terkena musibah.
2. Dalam asuransi syariah gak ada praktik jual-beli tetapi hibah
Ini adalah perbedaan mencolok antara produk konvensional dengan unit syariah. Asas
yang digunakan dalam asuransi konvensional adalah prinsip perjanjian jual-beli. Jadi,
nasabah membayarkan premi untuk menyerahkan risiko kepada perusahaan asuransi.
Dalam asuransi syariah, prinsip yang digunakan adalah dana hibah. Sejak awal, nasabah
sudah mengerti bahwa premi yang disetorkan adalah untuk menolong nasabah lain.
Sehingga, prinsip asuransi syariah adalah berbagi risiko alih-alih transfer risiko.
3. Kepemilikan dana
Uang peserta yang dikumpulkan tersebut bukan menjadi milik perusahaan asuransi,
tetapi milik seluruh nasabah. Untuk mengelola dana tersebut, perusahaan asuransi wajib
mendapat izin nasabah terlebih dahulu.
4. Pengelolaan dana
Pengelolaan dana pada instrumen investasi berunsur riba menjadi salah satu kendala
asuransi bukan syariah. Oleh sebab itu, pada asuransi syariah, dana nasabah bakal
dikelola dalam instrumen investasi yang bebas riba.
5. Pembagian hasil
Hasil keuntungan dari investasi yang dikelola perusahaan asuransi tentu saja bakal
dibagikan kepada seluruh nasabah pada asuransi syariah. Sementara itu pada produk
konvensional, dana premi sudah menjadi milik perusahaan begitu pula keuntungan
investasinya. Selain itu, asuransi syariah nggak mengenal dana hangus seperti yang
kamu temukan di konvensional.
6. Pengawasan dana
Pengelolaan dana masyarakat dalam asuransi syariah diawasi oleh Dewan Pengawas
Syariah (DPS) yang bertanggung jawab kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Sementara itu, gak ada pengawas khusus pada kegiatan perusahaan konvensional.
Namun, perusahaan asuransi tetap harus terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
sebagai perusahaan yang menghimpun dana masyarakat.
7. Wakaf dan zakat
Berbeda dengan produk konvensional, asuransi syariah mengenal konsep wakaf dan
zakat. Wakaf adalah pemberian harga benda kepada penerima wakaf atau nazhir. Dalam
asuransi syariah, peserta asuransi bisa mewakafkan manfaat asuransinya, yaitu berupa
santunan meninggal dunia. Sementara itu, zakat adalah nominal tertentu yang wajib
diberikan oleh umat Muslim untuk golongan yang berhak, yaitu fakir miskin. Asuransi
syariah juga mengakomodir zakat dengan cara mengambilnya dari keuntungan
perusahaan.
8. Tertanggung asuransi
Pada asuransi syariah, seluruh keluarga peserta asuransi bisa didaftarkan pada asuransi
kesehatan. Nasabah juga bisa melakukan double claim dengan asuransi lain. Sementara
itu, tertanggung asuransi pada produk asuransi konvensional adalah satu orang saja.

9. Asuransi konvensional menawarkan pilihan lebih banyak


Asuransi bukan syariah sudah pasti memiliki pilihan lebih banyak, mulai dari asuransi
kesehatan, asuransi jiwa, unit link, asuransi pendidikan, asuransi kredit, sampai
asuransi unit link dan asuransi dwiguna. Perusahaan asuransi juga bisa mengelola dana
dari premi asuransi kamu ke sektor lebih luas tanpa harus memerhatikan riba.
10. Pengelolaan risiko
Ketika kamu diminta jelaskan perbedaan asuransi syariah dan asuransi konvensional
hal umum yang pasti bisa dengan mudah disebutkan adalah dari segi pengelolaan risiko.
Untuk prinsip asuransi syariah adalah tolong menolong atau sharing risk. Sementara
untuk konsep asuransi konvensional adalah transfer risk.
11. Surplus underwriting
Perbedaan asuransi syariah dengan asuransi konvensional lainnya juga bisa dilihat dari
segi surplus underwriting. Surplus underwriting adalah sejumlah dana yang akan
diberikan kepada nasabah ketika terdapat kelebihan dana sosial setelah dikurangi klaim,
santunan, utang dan lain-lain. Pada skema asuransi syariah dana akan diberikan kepada
nasabah bersifat prorata. Sementara untuk konvensional tidak pengembalian
keuntungan atau surplus underwriting.
12. Dana hangus
Pada asuransi syariah tidak ada sistem dana hangus namun dana tetap bisa diambil
meskipun ada sebagian kecil yang harus diikhlaskan sebagai dana tabarru. Sementara
konvensional dana akan hangus apabila polis tidak diklaim oleh pemiliknya. Setelah
mengetahui perbedaan asuransi syariah dan konvensional, penting juga untuk
mengetahui cara kerja asuransi konvensional secara lebih detail.
DAFTAR PUSTAKA

https://superyou.co.id/blog/keuangan/apa-itu-asuransi/
https://lifepal.co.id/media/asuransi-konvensional-ini-keuntungan-dan-kekurangannya/
https://ifg-life.id/2022/07/03/asuransi-syariah-pengertian-dasar-hukum-jenis-perjanjian-dan-
produk/

Anda mungkin juga menyukai