Anda di halaman 1dari 10

MATKUL : HUKUM EKONOMI SYARIAH DI INDONESIA

MATERI : ASURANSI SYARIAH

KELOMPOK 1:
1. FAUZIAH MUNAWAROH
2. WITOS ANJOLI
3. SARINO
4. MESI AULIA PUTRI
1. AWAL MUNCULNYA ASURANSI SYARIAH
• Munculnya asuransi syariah di dunia islam di dasarkan adanya anggapan yang menyatakan bahwa asuransi yang ada
selama ini, yaitu asuransi konvensional banyak mengandung unsur : gharar, maisir, riba

1) Gharar (Ketidakjelasan)
Gharar itu terjadi pada asuransi konvensional, dikarenakan tidak adanya batas waktu pembayaran premi yang
didasarkan atas usia tertanggung. Jika baru sekali seorang tertanggung membayar premi ditakirkan meninggal,
perusahaan asuransi akan rugi sementara pihak tertanggung merasa untung secara materi. Jika tertanggung
dipanjangkan usianya, perusahaan asuransi akan untung dan pihak tertaggung merasarugi secara financial.

2) Maisir (Judi)
Unsur maisir dalam asuransi konvensional karena adanya unsur gharar, terutama dalamkasus asuransi jiwa. Apabila
pemegang polis asuransi jiwa meninggal dunia sebelum periode akhir polis asuransinya dan telah membayar preminya
sebagian, maka ahli waris akn menerima sejumlah uang tertentu. Pemegang polis tidak mengetahui bagaimana dan
darimana cara perusahaan asuransi konvensional membayarkan uang pertanggungannya. Hal ini dipandang karena
keuntungan yang diperoleh berasal dari keberanian mengambil resiko oleh persahaan yang bersangkutan. Yang disebut
maisir disini jika perusahaan asuransi mengandalkan banyak sedikitnya klaim yang dibayarkannya
3) Riba
Dalam hal riba semua asuransi konvensional menginvestasikan semua dananya dengan bunga, yang berarti selalu melibatkan diri
dalam riba. hal demikian juga dilakukan saat perhitungan kepada peserta, dilakukan dengan menghitung keuntungan didepan.

2. PANDANGAN ULAMA MENGENAI ASURANSI SYARIAH 


• Tujuan asuransi sangatlah mulia, karena bertujuan untuk tolong-menolong dalam kebaikan. Namun persoalan yang dipertikaikan
lebih lanjut oleh para ulama adalah bagaimana instrumen yang akan mewujudkan niat baik dari asuransi tersebut; baik itu bentuk
akad yang melandasinya, sistem pengelolaan dana, bentuk manajemen dan lain sebagainya. Pada dasarnya, mereka mengakui
bahwa asuransi merupakan suatu bentuk muamalat yang baru dalam islam dan memiliki manfaat serta nilai positif bagi ummat
selama di landasi oleh praktik-praktik yang sesuai dengan nilai-nilai islam.

• MENURUT WARKUM SUMITRO PENGHARAMAN ASURANSI BERDASARKAN ATAS 5 ALASAN:


1. Asuransi mengandung unsur perjudian yang dilarang dalam islam.
2. Asuransi mengandung unsur riba yang dilarang dalam islam.
3. Asuransi termasuk jual beli atau tukat-menukar mata uang tidak secara tunai.
4. Asuransi objek bisnisnya tergantung pada hidup dan matinya seseorang,yang berarti mendahului takdir allah SWT.
5. Asuransi mengandung eksploitasi yang bersifat menekan.
3. KARAKTERISTIK ASURANSI SYARIAH
Asuransi syariah memiliki landasan filosofi yang berbeda dengan asuransi konvensional, yaitu mencari ridha allah untuk
kebaikan dunia dan akhirat. Asuransi syariah memiliki karakteristik tertentu. Karakteristik itu pada gilirannya bisa
membedakan dirinya dengan asuransi konvensional. 

•  antara karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:

Pertama : akad yang dilakukan adalah akad at-takafuli.

Kedua : selain tabungan, peserta juga dibuatkan tabungan derma.

Ketiga : merealisir prinsip bagi hasil. 

Dalam asuransi konvensional hanya mempunyai tujuan yang semata-mata mencari keuntungan; dan bukan di dasari oleh
rasa tolong-menolong antarsesama. Pada asuransi konvensional, akad perjanjian yang mendasarinya adalah akad jual-beli
(tabaduli).
• MODEL ASURANSI SYARIAH :

1. Non-profit model biasanya dipakai oleh perusahaan sosial milik negara atau organisasi yang dikelola secara non-profit (nirlaba).
Model inilah yang sesungguhnya paling mendekati konsep dasar asuransi syariah karena selaras dengan kaidah-kaidah berikut :
saling bertanggung jawab, saling bekerja sama, dan saling melindungi  

2. Al-mudharabah model, secara teknis, al-mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama
menyediakan 100% modal sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Disini terjadi pembagian untung rugi diantara anggota
(shahibul mal) dan pihak pengelola / perusahaan asuransi (mudharib).

3. Wakalah, berbeda dengan akad mudharabah, dibawah akad wakalah, takaful berfungsi sebagai wakil peserta dimana dalam
menjalankan fungsinya (sebagai wakil), takaful berhak mendapatkan biaya jasa (fee) dalam mengelola keuangan mereka.

Asuransi syariah, di samping memiliki karakeristik yang melekat pada konsepnya (built in concept), juga lebih berorientasi untuk :  

• Tolong-menolong dan bekerja sama

• Saling menjaga keselamatan dan keamanan

• Saling bertanggung jawab


3. LANDASAN HUKUM ASURANSI SYARIAH

• Secara structural, landasan operasional asuransi syariah di indonesia masih


menginduk pada peraturan yang mengatur usaha perasuransian secara umum
(konvensional). Baru ada peraturan yang secara tegas menjelaskan asuransi
syariah pada surat keputusan direktur jendral lembaga keuangan no. Kep.
4499/LK/2000 tentang jenis, penilaian dan pembatasan investasi perusahaan
asuransi dan perusahaan reasuransi dengan sistem syariah.
4. POLIS ASURANSI
Dalam setiap perjanjian, perlu dibuat bukti tertulis atau bermaterai tempel sebagaimana diatur dalam aturan
bea materai antara pihak-pihak yang mengadakan perjanjian. Bukti tertulis untuk perjanjian asuransi tersebut
disebut polis.
Di dalam polis memuat : 
1. Nomor poli
2. Nama alamat dan tertanggung
3. Uraian risiko,
4. Jumlah pertanggungan,
5. Jangka waktu pertanggungan,
6. Besar premi dan bea materai,
7. Bahaya-bahaya yang dijaminkan,
8. Khusus untuk polis kendaraan bermotor ditambah dengan nomor polis, nomor rangka (chasis) dan nomor
mesin kendaraan.
• Fungsi polis bagi tertanggung adalah sebagai berikut :

a. Sebagai bukti tertulis atas jaminan yang diberikan penanggung jika terjadi peristiwa yang
menyebabkan kerugian yang mungkin diderita tertanggung.

b. Sebagai bukti yang kuat (otentik) untuk menuntut penanggung.

• Fungsi polis bagi penanggung, yaitu :

a. Merupakan bukti atau tanda terima premi asuransi dari tertanggung.

b. Merupakan bukti tertulis atas jaminan yang diberika oleh penangung kepada tertanggung jika
terjadi suatu peristiwa yang merugikan tertanggung.

c. Merupakan bukti yang kuat (otentik) untuk menolak klaim atau tuntutan bila terjadi suatu
peristiwa yang menyebabkan kerugian yang tidak memenuhi syarat-syarat yang tercantum di dalam
polis.
5. PENGELOLAAN PREMI ASURANSI
• Premi asuransi adalah sejumlah dana yang disetor tertanggung kepada penanggung, di mana jika
premi belum dibayar (lunas), maka penanggung belum terikat dalam transaksi untuk membayar ganti
rugi jika timbul risiko.

• Pengelolaan dana dalam asuransi syariah adalah seluruh premi yang dibayar peserta dimasukkan ke
dalam rekening “derma”, yaitu rekening yang digunakan untuk membayar klaim kepada peserta.

• Mekanisme pengelolaan dana peserta (premi) dalam asuransi syariah terbagi menjadi 2 sistem, yaitu
sistem yang mengandung unsur tabungan dan yang tidak mengandung unsur tabungan,
perbedaannya terletak pada alokasi dana peserta.

• Pada sistem yang mengandung unsur tabungan, premi yang diterima setelah dikurangi biaya
pengelolaan sebagian akan dialokasikan ke rekening tabungan dan sebagian lagi akan masuk ke
rekening khusus / premi risiko.

• Sementara itu, pada sistem yang tidak mengandung unsur tabungan, premi yang diterima dari peserta
dikurangi biaya pengelolaan seluruhnya dimasukkan ke dalam rekening khusus
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai