Anda di halaman 1dari 15

1

MODUL PERKULIAHAN

Lembaga
Keuangan
Syariah
Operasional Asuransi Syariah

Abstract Kompetensi
Operasional Asuransi Syariah Mahasiswa Mampu menjelaskan,
Ketepatan dalam memahami serta
menjelaskan ruang lingkup
perasuransian: definisi, aspek regulasi,
ruang lingkup, polis, premi, klaim, dan
fatwa terkait usaha perasuransian.

ASURANSI SYARIAH

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

06
Ekonomi Dan Bisnis Akuntansi F032100005 Dr. Siti Choiriah,SE.,MM
Pengertian Asuransi
Istilah asuransi dalam perkembangan di Indonesia berasal dari Belanda
assurantie yang kemudian menjadi “asuransi” dalam bahasa Indonesia. Namun
istilah assurantie itu sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Latin yaitu assecucare
yang berarti “meyakinkan orang”. Insurance mengandung arti menanggung segala
sesuatu yang mungkin terjadi sedangkan assurance berarti menanggung sesuatu
yang pasti terjadi. Istilah assurance selanjutnya dikaitkan dengan pertanggungan
yang berkaitan dengan masalah jiwa seseorang.
Asuransi atau pertanggungan menurut Undang – undang No.2 tahun 1992
tentang Usaha Perasuransian adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan
menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung
karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita
tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan.

Pengertian Asuransi Syariah


Asuransi syariah, menurut Arthesa dan Handiman dalam Soemitro, 2016,
secara terminologi asuransi syariah adalah tentang tolong menolong dan secara
umum asuransi adalah sebagai salah satu cara untuk mengatasi terjadinya musibah
dalam kehidupan, di mana manusia senantiasa dihadapkan pada kemungkinan
bencana yang dapat menyebabkan hilangnya atau berkurangnya nilai ekonomi
seseorang, baik terhadap diri sendiri, keluarga atau perusahaan yang diakibatkan
oleh meninggal dunia, kecelakaan, sakit dan usia tua.
Asuransi Syariah (ta’min, takaful atau tadhamun) menurut Fatwa DSN MUI
No. 21 tahun 2001 adalah usaha saling melindungi dan tolong –menolong di antara
sejumlah orang / pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru’ yang
memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad
(perikatan) yang sesuai dengan syariah.

2023 Lembaga Keuangan Syariah


2 Dr. Siti Choiriah, SE.,MM
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Pada asuransi syariah setiap peserta sejak awal bermaksud saling tolong menolong
dan melindungi satu dengan yang lain dengan menyisihkan dananya sebagai iuran
kebajikan yang disebut tabarru’, sistem ini tidak menggunakan pengalihan risiko (risk
transfer) tetapi lebih merupakan pembagian risiko (risk sharing) dimana para peserta
saling menanggung.
Akad yang digunakan dalam asuransi syariah harus selaras dengan hukum Islam
(hukum syariah) artinya akad harus terhindar dari gharar (penipuan), maysir
(perjudian), riba, zhulm (penganiayaan), risywah (suap) dan investasi dana harus
pada objek yang halal bukan barang haram dan maksiat.

Beberapa istilah Pokok dalam Asuransi Syariah


1. Peserta asuransi; adalah pihak pertama yang berbagi risiko dan mempunyai hak
untuk menerima sejumlah uang dari perusahaan asuransi sebagai ganti rugi atas
terjadinya suatu risiko sebagaimana tercantum dalam perjanjian. Peserta asuransi
disebut pula pemegang polis. Dalam asuransi syariah peserta asuransi minimal
dalam keadaan tertentu memiliki hak yang sama dengan perusahaan termasuk
dalam hak perolehan keuntungan dari dana yang diasuransikan perusahaan
asuransi konvensional disebut tertanggung yang melimpahkan risiko kepada
perusahaan asuransi sebagai penanggung risiko kepada perusahaan asuransi
sebagai penanggung risiko.
2. Perusahaan asuransi : sebagai pengelola risk sharing. Dalam asuransi syariah
perusahaan asuransi adalah pengelola dana yang berhak memperoleh imbalan
tertentu dalam bentuk fee dan/atau bagi hasil pengelolaan dana asuransi dapat
dilakukan atas dasar akad wakalah bil ujrah, mudharabah dan/atau mudharabah
musyarakah. Sedangkan dalam asuransi konvensional pengelola disebut
penanggung karena menanggung risiko tertanggung. Akad yang digunakan adalah
akad jual beli di mana perusahaan asuransi menjadi pemilik penuh dana yang
disetor.
3. Al-kafalah : suatu kepentingan yang menjadi dasar berlakunya suatu
pertanggungan asuransi, yaitu adanya kepentingan terhadap kepentingan hidup
seseorang, benda atau terhadap tangung gugat kepada pihak lain. Objek asuransi
dapat berupa benda dan jasa, jiwa dan raga, kesehatan manusia, tanggung jawab

2023 Lembaga Keuangan Syariah


3 Dr. Siti Choiriah, SE.,MM
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
hukum serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak, rugi dan/ atau
berkurang nilainya.
4. Underwriting : yaitu proses penafsiran jangka hidup seorang calon peserta yang
dikaitkan dengan besarnya risiko untuk menentukan besarnya premi. Atau dengan
kata lain, merupakan proses seleksi yang dilakukan oleh perusahaan asuransi jiwa
untuk menentukan tingkat risiko yang akan diterima dan menentukan besarnya
premi yang akan dibayar. Penentuan dan pengklasifikasian risiko calon peserta
terkait dengan besar kecilnya risiko untuk menentukan diterima atau ditolaknya
permohonan calon pemegang polis (peserta).
5. Polis Asuransi : yaitu surat perjanjian antara pihak yang menjadi peserta asuransi
dengan perusahaan asuransi, polis asuransi sendiri merupakan bukti otentik berupa
akta mengenai adanya perjanjian asuransi.
6. Premi Asuransi : sejumlah uang yang harus dibayarkan peserta asuransi untuk
mengikat kewajiban pengelola dalam membayar ganti rugi atas terjadinya risiko.
Dalam asuransi syariah premi disebut dengan istilah kontribusi yaitu merupakan
dana peserta secara bersama-sama setelah dikurangi fee pengelola. Umumnya
premi asuransi terbagi 3 yaitu premi tabungan, premi tabarru’, dan premi biaya.
Dalam asuransi konvensional premi merupakan harga yang dibayar tertanggung
untuk membeli asuransi kepada penanggung yang telah mengambil alih risiko
tertanggung oleh karenanya premi menjadi pendapatan penuh perusahaan.
7. Jangka waktu pertanggungan yang menunjukkan lamanya suatu perjanjian
asuransi berlaku, masa pertanggungan akan habis saat jangka waktu yang
ditetapkan habis.
8. Tanggal dikeluarkan polis adalah tanggal yang tercantum pada polis saat
dikeluarkan atau diterbitkan oleh perusahaan asuransi.
9. Manfaat asuransi atau jumlah uang pertanggungan merupakan jumlah uang yang
dinyatakan dalam polis sebagai proteksimaksimum yang akan dibayarkan
perusahaan asuransi kepada peserta sebagai ganti rugi atas terjadinya suatu risiko.
10. Agen asuransi adalah seseorang atau badan hukum yang kegiatannya
memberikan jasa dalam memasarkan jasa asuransi untuk dan atas nama
perusahaan asuransi.
11. Aktuaria adalah pegawai asuransi yang bertugas utama melaksanakan
perhitungan keuangan perusahaan.
2023 Lembaga Keuangan Syariah
4 Dr. Siti Choiriah, SE.,MM
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
12. Reasuransi pada prinsipnya adalah pertanggungan ulang atau pertanggungan
yang diasuransikan atau sering disebut asuransi dari asuransi. Reasuransi
merupakan suatu sistem penyebaran risiko di mana penanggungan yang ditutupnya
kepada penanggung yang lain.

Sejarah Asuransi Syariah


Pada Sejarah terbentuknya asuransi syariah di dunia dimulai pada tahun 1979 ketika
sebuah perusahaan asuransi jiwa di sudan, yaitu Sudanese Islamic Insurance
pertama kali memperkenalkan asuransi syariah. Kemudian pada tahun yang sama
sebuah perusahaan asuransi jiwa di uni emirat arab juga memperkenalkan asuransi
syariah di wilayah arab.
Tahun 1981 sebuah perusahaan asuransi jiwa Swiss, bernama Dar Al-Maal Al-Islami
memperkenalkan asuransi syariah di Jenewa. Diiringi oleh penerbitan asruansi
syariah kedua di Eropa yang diperkenalkan oleh Islamic Takafol Company (ITC) di
Luxembourg pada tahun 1983.
Bersamaan dengan itu, sebuah perusahaan asuransi syariah bernama Islamic
takafol dan Re-Rakafol Company juga mendirikan di Kepulauan Bahamas pada
tahun 1983. Demikian juga halnya dengan Bahrain, sebuah perusahaan asuransi
jiwa bebasis syariah, yaitu Syarikat Al-Takafol Al-Islamiah Bahrain didirikan tahun
1983. Di asia sendiri, asuransi syariah pertama kali diperkenalkan oleh Malaysia
pada tahun 1985 melalui sebuah perusahaan asuransi jiwa bernama takaful
Malaysia.
Perkembangan asuransi syariah di Indonesia baru ada tahun 1994, yaitu dengan
berdirinya Asuransi Takaful Indonesia pada tanggal 25 Agustus 1994, dengan
diresmikannya PT Asuransi Takaful Keluarga melalui SK Menkeu No.
Kep-385/KMK.017/1994. Pendirian Asuransi Takaful Indonesia diprakarsai oleh Tim
Pembentuk Asuransi Takaful Indonesia (TEPATI) yang dipelopori oleh ICMI melaului
Yayasan Abdi Bangsa, Bank Muamalat Indonesia, Asuransi Jiwa Tugu Mandiri,
Pejabat dari Departemen Keuangan, dan Pengusaha Muslim Indonesia.
Melalui berbagai seminar nasional dan setelah mengadakan studi banding dengan
Takaful Malaysia, akhirnya berdirilah PT Syarikat Takaful Indonesia (PT. STI)
sebagai Holding Company pada tanggal 24 februari 1994. Kemudian PT STI
mendirikan 2 anak perusahaan, yakni PT Asuransi Takaful Keluarga dan PT
2023 Lembaga Keuangan Syariah
5 Dr. Siti Choiriah, SE.,MM
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Asuransi Takaful Umum. PT Asuransi Takaful Keluarga diresmikan lebih awal pada
tanggal 25 agustus 1994 oleh Bapak Mar’ie Muhammad selaku menteri keuangan
saat itu. Setelah keluarnya izin operasional perusahaan pada tanggal 4 agustus
1994.
Setelah itu, beberapa perusahaan asuransi syariah yang lain lahir, seperti PT
Asuransi Syariah “Mubarakah” (1997) dan beberapa unit asuransi konvnesional
seperti MAA Assurance (2000), Asuransi Great Eastern (2001), Asuransi Bumi Putra
(2003), dan lain-lain. Sampai dengan Mei 2008, sudah hadir 41 perusahaan asuransi
syariah di Indonesia, 3 perusahaan reasuransi syariah dan 6 perusahaan broker
asuransi dan reasuransi syariah.

Dasar Hukum Asuransi Syariah


Peraturan perundang-undangan tentang perasuransian di Indonesia diatur dalam
beberapa tempat, antara lain dalam kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD),
UU No.2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, PP No. 63 Tahun 1999 tentang
Perubahan atas Pp No.73 Tahun 1992 tentang penyelenggaraan Usaha
Perasuransian serta aturan-aturan lain yang mengatur Asuransi Sosial yang
diselenggarakan oleh BUMN Jas Raharja (Asuransi Sosial Kecelakaan
Penumpang), Astek (Asuransi Sosial Tenaga Kerja), dan Askes (Asuransi Sosial
Pemeliharaan Kesehatan).
Secara teknis operasional mengacu pada peraturan yang mengatur asuransi secara
umum dan sejumlah peraturan yang dikhususkan meregulasi asuransi syariah,
antara lain:
a. PMK No.18 Tahun 2010 tentang Penerapan Prinsip Dasar Penyelenggaraan
Usaha Asuransi dan Reasuransi dengan Prinsip Syariah.
b. Peraturan BAPEPAM-LK No. PER-08 Tahun 2011 tentang Pedoman
Perhitungan Jumlah Dana yang Diperlukan untuk Mengantisipasi Risiko Kerugian
Dana Tabarru’ dan Perhitungan Jumlah Dana yang harus Disediakan Perusahaan
untuk Mengantisipasi Kerugian yang Mungkin Timbul dalam Penyelenggaraan
Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah.
c. Peraturan BAPEPAM-LK No. PER-06 Tahun 2011 tentang Bentuk dan
Susunan Laporan serta Pengumuman Laporan Usaha Asuransi dan Usaha
Reasuransi dengan Prinsip Syariah.
2023 Lembaga Keuangan Syariah
6 Dr. Siti Choiriah, SE.,MM
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Fatwa DSN MUI
· DSN MUI No.21 Tahun 2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah.
· DSN MUI No.51 Tahun 2006 tentang Akad Mudharabah Musytarakah pada
Asuransi Syariah.
· DSN MUI No. 52 Tahun 2006 tentang Akad Wakalah Bil Ujrah pada Asuransi
dan Reasuransi Syariah.
· DSN MUI No.53 Tahun 2006 tentang Akad Tabarru’ pada Asuransi dan
Reasuransi Syariah.
· DSN MUI No. 81 Tahun 2011 tentang Pengembalian Dana Tabarru’ bagi
Peserta Asuransi yang Berhenti Sebelum Masa Perjanjian Berakhir.

Prinsip Pengelolaan Asuransi Syariah


Prinsip – prinsip asuransi merupakan dasar pijakan dalam kontrak asuransi. Pada
asuransi konvensional terdapat 5 prinsip asuransi yang disebut juga doktrin
asuransi, yaitu sebagai berikut :
1. Kepentingan yang Dapat Diasuransikan (Insurable Risk)
2. Itikad Baik (Utmost Good Faith)
3. Penggantian Kerugian (Indemnity)
4. Sebab Aktif (Proximate Cause)
5. Subrogasi – Pengalihan Hak

Pada prinsipnya, pada asuransi syariah kelima prinsip asuransi konvensional di atas
bisa diterima dan diberlakukan juga pada asuransi syariah namun dalam asuransi
syariah ditambah dengan prinsip – prinsip berikut ini :
1. Prinsip ikhtiar dan berserah diri.
2. Prinsip saling membantu dan bekerja sama.
3. Prinsip saling melindungi dari berbagai macam kesulitan dan tidak
membiarkan uang menganggur dan tidak berputar dalam transaksi yang bermanfaat
bagi masyarakat umum.
4. Akad yang digunakan adalah akad yang sesuai dengan prinsip syariah. Akad
tersebut harus memenuhi ketentuan :
a). Hak dan kewajiban peserta dan perusahaan
2023 Lembaga Keuangan Syariah
7 Dr. Siti Choiriah, SE.,MM
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
b). Cara dan waktu pembayaran premi
c). Jenis akad (tijarah atau tabarru’)
5. Investasi atas dana yang terkumpul harus dilakukan sesuai dengan ketentuan
syariah.

Perbedaan Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional

Jenis Asuransi di Indonesia


1. Asuransi Ditinjau dari Fungsinya
a. Asuransi Kerugian (Non Life Insurance/General Insurance)
b. Asuransi Jiwa (Life Insurance)
c. Reasuransi (Reinsurance)
2. Asuransi Ditinjau dari Polis Dasar
a. Asuransi Berjangka (Term Life Insurance)
b. Asuransi Seumur Hidup (Whole Life Insurance)
c. Asuransi Dua Manfaat (Endowment)
d. Asuransi Unit Investasi (Unit Linked)
3. Asuransi Ditinjau dari Segi Kepemilikannya

2023 Lembaga Keuangan Syariah


8 Dr. Siti Choiriah, SE.,MM
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
a. Asuransi milik swasta nasional
b. Asuransi milik pemerintah
c. Asuransi milik perusahaan asing
d. Asuransi milik campuran
4. Asuransi Ditinjau dari Kegiatan Penunjang Usaha Asuransi
a. Pialang Asuransi Kerugian
b. Pialang Reasuransi
c. Penilaian Kerugian Asuransi
d. Konsultan Aktuaria
e. Agen Asuransi

Mekanisme Kerja Asuransi Syariah


Operasional asuransi syariah adalah saling bertanggung jawab, saling membantu
dan melindungi di antara para peserta. Perusahaan asuransi diberikan kepercayaan
(amanat) oleh para peserta untuk mengelola premi, mengembangkan dengan jalan
yang halal, memberikan santunan kepada yang mengalami musibah sesuai isi akta
perjanjian tersebut.
1. Underwriting
Underwriting adalah proses penafsiran jangka hidup seorang calon peserta yang
dikaitkan dengan besarnya risiko untuk menentukan besarnya premi.
Underwriting asuransi syariah bertujuan memberikan skema pembagian risiko
yang proporsional dan adil di antara peserta yang secara relatif
homogen.Terdapat 3 konsep penting :
1. Kemungkinan menderita kerugian
2. Tingkat risiko
3. Hukum bilangan besar (the law of large number)
Pada asuransi syariah underwriting berperan:
1. Mempertimbangkan risiko yang diajukan.
2. Memutuskan menerima atau tidak risiko-risiko tersebut.
3. Menentukan syarat, ketentuan, dan lingkup ganti rugi, menetapkan
pembayaran premi sesuai risiko, menetapkan besarnya jumlah pertanggungan,
lamanya waktu asuransi dan plan yang sesuai dengan tingkat risiko peserta.
4. Mengenakan biaya upah
2023 Lembaga Keuangan Syariah
9 Dr. Siti Choiriah, SE.,MM
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
5. Mengamankan profit margin dan menjaga perusahaan asuransi tidak rugi.
6. Menjaga kestabilan dana
7. Menghindari anti seleksi
8. Memperhatikan pasar kompetitif dalam menentukan tarif, penyebaran risiko,
volume dan hasil survey
9. Melakukan reasuransi setelah mengkaji limit retensi.
2. Polis
Polis adalah surat perjanjian antara pihak yang menjadi peserta asuransi
dengan perusahaan asuransi. Unsur-unsur yang hars ada dalam polis adalah:
1. Deklarasi
2. Perjanjian asuransi
3. Persyaratan polis
4. Pengecualian
5. Polis ditandatangani oleh perusahaan asuransi
Dalam asuransi Islam, diberikan beberapa pilihan kontrak alternatif dalam polis
asuransi tersebut, yaitu :
1. Polis dengan akad Mudharabah atau Mudharabah Musytarakah
2. Wakalah bil Ujrah.
Disamping itu, harus ada ijab dalam bentuk proposal dan qabul dalam bentuk
akseptasi
3. Premi (Kontribusi)
Manfaat premi bagi peserta :
1. menentukan besar tabungan peserta asuransi,
2. mendapatkan santunan kebajikan atau dana klaim,
3. terhadap suatu kejadian yang mengakibatkan terjadinya klaim,
4. menambah investasi pada masa berikutnya.
Manfaat bagi perusahaan, menambah investasi pada suatu usaha untuk
dikelola. Premi dalam asuransi syariah umumnya dibagi beberapa bagian :
1. Premi tabungan,
2. Premi tabarru’
3. Premi biaya
Penetapan tarif premi asuransi kerugian, perhitungan jumlah premi yang akan
memengaruhi dana klaim tergantung pada beberapa hal, antara lain:
2023 Lembaga Keuangan Syariah
10 Dr. Siti Choiriah, SE.,MM
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
1. Penetapan tarif premi harus dilakukan dengan memperhitungkan :
a. Premi murni dihitung berdasarkan profil kerugian untuk jenis asuransi yang
bersangkutan sekurang-kurangnya 5 tahun terakhir.
b. Biaya perolehan, termasuk komisi agen
c. Biaya administrasi dan biaya umum lainnya
2. Tarif premi harus ditetapkan pada tingkat yang mencukupi, tidak melebihi dan
tidak ditetapkan secara diskriminatif.
Pada asuransi jiwa, perhitungan jumlah premi yang akan memengaruhi dana
klaim tergantung pada beberapa faktor, antara lain:
1. Jenis produk asuransi yang ditawarkan,
2. Lamanya masa asuransi,
3. Usia peserta,
4. Kesehatan peserta,
5. Jumlah peserta
4. Pengelolaan Dana Asuransi (Premi)
Dapat dilakukan dengan akad mudharabah, mudharabah musytarakah atau
wakalah bil ujrah.
· Akad mudharabah
1. Keuntungan perusahaan asuransi syariah diperoleh dari bagian keuntungan
dana dari investasi (sistem bagi hasil).
2. Peserta asuransi sebagai pemilik modal, dan perusahaan asuransi sebagai
pihak yang menjalankan modal.
3. Keuntungan yang diperoleh dari pengembangan dana dibagi antara peserta
dan perusahaan sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati
· Mudharabah Musytarakah
1. Perusahaan asuransi sebagai mudharib yang menyertakan modal /dananya
dalam investasi bersama dana peserta.
2. Perusahaan dan peserta berhak memperoleh bagi hasil dari keuntungan yang
diperoleh dari investasi.
 Wakalah bil Ujrah
3. Perusahaan berhak mendapatkan fee sesuai dengan kesepakatan.

2023 Lembaga Keuangan Syariah


11 Dr. Siti Choiriah, SE.,MM
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
4. Peserta memberi kuasa kepada perusahaan untuk mengelola dananya dalam
hal kegiatan administrasi, pengelolaan dana, pembayaran klaim, underwriting,
pengelolaan portofolio risiko, pemasaran dan investasi
Metode pengelolaan dana peserta dibagi kepada 2 bagian:
1. Ditinjau dari Unsur Tabungan
a. Sistem yang mengandung unsur tabungan
Peserta wajib membayar premi. Jumlah premi tergantung pada
kemampuan peserta, akan tetapi perusahaan menetapkan jumlah premi
minimum. Premi dapat dibayarkan melalui rekening koran, giro, atau
membayar langsung. Peserta dapat memilih cara pembayaran (bulanan,
kuartal, semester atau tahun). Premi yang dibayarkan peserta akan
dipisah dalam dua rekening yang berbeda.
 Rekening tabungan, kumpulan dana milik peserta, yang dibayarkan bila: 1)
Perjanjian berakhir; 2) Peserta mengundurkan diri; 3) Peserta meninggal dunia.
 Rekening tabarru’, kumpulan dana yang diniatkan sebagai iuran kebajikan
untuk tujuan tolong-menolong dan saling membantu, yang dibayarkan bila: Peserta
meninggal dunia dan Perjanjian telah berakhir (jika ada surplus dana).
b). Sistem yang tidak mengandung unsur tabungan
Premi akan dimasukkan dalam rekening Tabarru’, dan dibayarkan bila:
Peserta meninggal dunia dan Perjanjian telah berakhir (jika ada surplus
dana). Kumpulan dana peserta ini akan diinvestasikan sesuai dengan
syariah Islam. Keuntungan dari hasil investasi setelah dikurangi beban
asuransi (klaim dan premi reasuransi) setelah dikeluarkan zakatnya,
akan dibagi antara peserta dan perusahaan menurut porsi bagi hasil
yang telah ditetapkan dalam perjanjian.

2. Ditinjau dari Aliran Dana pada Asuransi Syariah


Premi yang masuk merupakan daa peserta setelah dikurangi dengan fee
perusahaan atas jasa pengelolaan dana premi. Dalam pengelolaan dana
dapat digunakan akad mudharabah atau akad mudharabah musytarakah.
Ketika terjadi klaim, perusahaan tidak mengeluarkan dana apapun dari kas
perusahaan karena penggantian klaim diambil dari dana tabungan peserta
2023 Lembaga Keuangan Syariah
12 Dr. Siti Choiriah, SE.,MM
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
(tabarru’). Surplus underwriter dan keuntungan investasi dibagikan pada
peserta yang tidak klaim dan kepada perusahaan asuransi sesuai nisbah
yang telah disepakati.

5. Jenis Investasi Usaha Asuransi Syariah


Investasi merupakan penggunaan modal untuk menciptakan uang, baik melalui
sarana yang menghasilkan pendapatan maupun melalui kerjasama yang lebih
berorientasi risiko yang dirancang untuk mendapatka perolehan modal. Investasi
yang dilakukan oleh asuransi syariah diikat oleh kaidah dan prinsip-prinsip
syariah. Tujuan utama dari kebijakan investasi adalah untuk implementasi
rencana program yang dibuat agar dapat mencapai return positif, dengan
probabilitas yang tinggi, dari aset yang tersedia untuk diinvestasikan.
Jenis investasi untuk perusahaan asuransi dan reasuransi syariat (PMK No. 135
Tahun 2005):
1. Deposito berjangka dan sertifikat deposito pada bank
2. Saham yang tercatat di bursa efek
3. Obligasi medium term notes dengan peringkat paling rendah A atau yang setara
pada saat penempatan
4. Surat berharga yang diterbitkan oleh pemerintah atau BI
5. Unit penyertaan reksadana
6. Penyertaan langsung
7. Bangunan dan hak atas stara (strata title) atau tanah dan bangunan
8. Pinjaman polis
9. Pembiayaan kepemilikan tanah dan.atau bangunan, kendaraan bermotor, dan
barang modal dengan skema murabahah.
10. Pembiayaan modal kerja dengan skema mudharabah

6. Klaim
Klaim adalah hak peserta asuransi yang wajib diberikan oleh perusahaan
asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad. Ketentuan klaim dalam
asuransi syariah:
1. Klaim dibayarkan berdasarkan akad yang disepakati pada awal perjanjian
2. Klaim dapat bereda dalam jumlah, sesuai dengan premi yang dibayarkan.
2023 Lembaga Keuangan Syariah
13 Dr. Siti Choiriah, SE.,MM
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
3. Klaim atas akad tijarah sepenuhnya merupakan hak peserta, dan merupakan
kewajiban perusahaan untuk memenuhinya.
4. Klaim atas akad tabarru’ merupakan hak peserta dan merupakan kewajiban
perusahaan, sebatas yang disepakati dalam akad.
Umumnya ada 4 langkah proses pengajuan pembayaran klaim : pemberitahuan
kerugian, penyelidikan kerugian, bukti kerugian, dan pembayaran atau
penolakan klaim.
7. Penutupan Asuransi
Penutupan asuransi adalah berakhirnya perjanjian asuransi. Penyebab
berakhirnya perjanjian asuransi bisa disebabkan oleh 2 hal, yaitu:
1. Perjanjian berakhir secara wajar karena masa berlakunya sudah berakhir
sebagaimana perjanjian semula.
2. Perjanjian berakhir secara tidak wajar karena dibatalkan oleh salah satu pihak
walau masa berlaku perjanjian belum berakhir.
Masing-masing penutupan asuransi ini memiliki konsekuensi, sesuai dengan
klausul akad di awal yang sama-sama disepakati oleh para pihak.

Daftar Pustaka

Undang – undang No.40 tahun 2014 tentang Perasuransian


Soemitro, Andri. 2016. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Edisi Kedua.
Kencana. Jakarta.
https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/Pages/IKNB-Syariah.aspx
2023 Lembaga Keuangan Syariah
14 Dr. Siti Choiriah, SE.,MM
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
https://dsnmui.or.id/
http://sebi-shariainsurance.blogspot.com/2013/02/sejarah-asuransi-
syariah_14.html#comment-form

2023 Lembaga Keuangan Syariah


15 Dr. Siti Choiriah, SE.,MM
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai