Anda di halaman 1dari 17

Manajemen Lembaga Keuangan Syariah Non Bank

“Asuransi (syariah dan Konvensional)”

Oleh:
Refaldi R. Ihsan Nim: 2130401114

Dosen Pengampu:
Dr. H. Syuksi Iska, M Ag.
Ifelda Nengsih, SEI., MA., CRP.

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS MAHMUD YUNUS BATUSANGKAR
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................. i


BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3
A. Pengertian Dan Prosedur Pendirian Perusahaan Asuransi (Syariah Dan
Konvensional) ................................................................................................... 3
1. Pengertian Perusahaan Asuransi ........................................................................ 3
2. Prosedur Pendirian Perusahaan Asuransi (Syariah Dan Konvensional) ............ 4
B. Jenis-Jenis Usaha Perusahaan Asuransi (Syariah Dan Konvensional) .............. 6
C. Manajemen Operasional Perusahaan Asuransi: Tata Cara/ Prosedur
Beransuransi dan Istilah istilah dalam Asuransi ............................................... 8
1. Manajemen Operasional Perusahaan Asuransi .................................................. 8
2. Istilah-istilah Penting dalam Ansuransi ........................................................... 11
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 14
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Asuransi merupakan suatu persetujuan yang mana penanggung mengikatkan
diri kepada yang tertanggung dengan mendapatkan upah atas peristiwa yang
menimbulkan kerugian.

Asuransi dalam sudut pandangan ekonomi merupakan metode untuk


mengurangi risiko dengan jalan memindahkan dan mengombinasikan
ketidakpastian akan adanya kerugian keuangan. Dan dari sudut pandang bisnis
adalah sebuah perusahaan yang usaha utamanya menerima atau menjual jasa,
pemindahan risiko dari pihak lain, dan memperoleh keuntungan dengan berbagi
risiko di antara sejumlah nasabahya.

B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang
dapat dibahas antara lain:

1. Bagaimana pengertian dan prosedur pendirian perusahaan asuransi (syariah


dan konvensional)?
2. Apa jenis-jenis usaha perusahaan asuransi (syariah dan konvensional)?
3. Bagaimana manajemen operasional perusahaan asuransi: tatacara /prosedur
berasuransi, istilah istilah dalam asuransi?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini
yaitu:

1
1. Mengetahui pengertian dan prosedur pendirian perusahaan asuransi
(syariah dan konvensional)
2. Mengetahui jenis-jenis usaha perusahaan asuransi (syariah dan
konvensional)
3. Mengetahui manajemen operasional perusahaan asuransi: tatacara
/prosedur berasuransi, istilah istilah dalam asuransi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dan Prosedur Pendirian Perusahaan Asuransi (Syariah Dan


Konvensional)

1. Pengertian Perusahaan Asuransi


Istilah asuransi berasal dari bahasa Belanda, assurantie. Dalam hukum
Belanda sering dipakai kata ini dengan kata verzekering yang diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia dengan kata “pertanggungan”. Dari kata assurantie ini
muncul istilah assuradeur bagi penanggung, dan geassureerde bagi tertanggung,
atau dengan istilah lain disebut penjamin dan terjamin. Dari istilah verzekering
itu juga timbullah istilah verzekeraar bagi penanggung dan verzekerde bagi
tertanggung.1

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1992 tentang


usaha perasuransian bahwa asuransi (pertanggungan) adalah perjanjian antara
dua pihak atau lebih, dimana pihak penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberi pergantian
kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan
yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti
atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau
hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Sedangkan ruang lingkup usaha
asuransi yaitu usaha jasa keuangan yang dengan menghimpun dana masyrakat
melalui pengumpulan premi asuransi, memberi perlindungan kepada anggota

1
Wirjono Projodikoro. 1979. Hukum Asuransi di Indonesia. Jakarta: Intermasa. hlm. 1.

3
masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan timbulnya kerugian
karena suatu peristiwa yang tidak pasti atau terhadap hidup atau meninggalnya
seseorang.2

Menurut Abdul Mannan seorang ahli ekonomi Islam mengatakan, hakikat


asuransi terletak pada dihilangkannya resiko kerugian yang tak tentu bagi
gabungan sejumlah orang yang menghadapi persoalan serupa dan membayar
premi kepada suatu perusahaan. Dana ini cukup untuk mengganti semua
kerugian yang disebabkan oleh semua anggota.3

Berdasarkan pengertian di atas suatu perjanjian asuransi minimal terdapat


tiga unsur. Pertama, pihak yang sanggup menanggung atau menjamin bahwa
pihak lain akan menadapat pergantian dari satu kerugian yang mungkin akan
diderita sebagai akibat dari suatu peristiwa yang semula belum tentu akan
terjadi. Kedua, pihak yang ditanggung diwajibkan membayar sejumlah uang
kepada pihak yang ditanggung, Ketiga, apabila peristiwa yang dimaksud telah
terjadi.4

2. Prosedur Pendirian Perusahaan Asuransi (Syariah Dan Konvensional)


Menurut pasal 6 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 67/ POJK. 05/ 2016
tentang perizinan usaha dan kelembagaan perusahaan asuransi, perizinan usaha
dan kelembagaan perusahaan asuransi, dan perusahaan reasuransi syariah
bahwa untuk mendirikan suatu perusahaan asuransi maka di butuhkan modal
paling sedikit sebesar Rp 150.000.000.000,00,- , sedangkan untuk perusahaan
asuransi syariah membutuhkan modal paling sedikit sebesar Rp
100.000.000.00,-. Modal tersebut wajib di setorkan secara tunai dan penuh

2
Dewan Asuransi Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia, Nomor 2 tahun 1992 dan peraturan
pelaksanaan tentang usaha perasuransian, Edisi 2003, DAI, hlm. 2-3.
3
Muhammad Abdul Mannan. 1993. Teori dan Praktek Ekonomi Islam. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti
Wakaf. hlm. 301.
4
Ahmad Ajib Ridlwan. 2016. Asuransi Perspektif Hukum Islam. Jurnal Hukum Dan Ekonomi
Syariah. hlm. 77-78.

4
dalam bentuk deposito berjangka dan/atau rekening giro atas nama Perusahaan
Asuransi pada salah satu bank umum atau unit usaha dari bank umum di
Indonesia.5

Pada saat pengajuan izin usaha, Perusahaan harus memiliki Dana Jaminan
paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari Modal Disetor minimum. Pihak
yang menyelenggarakan Usaha Asuransi wajib terlebih dahulu mendapat izin
usaha dari OJK. Pengajuan permohonan izin usaha harus dilampiri dokumen:6

a. fotokopi akta pendirian badan hukum yang telah disahkan oleh instansi
yang berwenang, yang paling sedikit harus memuat:
1) Nama dan tempat kedudukan;
2) Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha;
3) Permodalan;
4) Kepemilikan;
5) Dan wewenang, tanggung jawab, dan masa jabatan anggota Direksi
dan anggota Dewan Komisaris,
b. Susunan organisasi yang dilengkapi dengan uraian tugas, wewenang,
tanggung jawab, dan prosedur kerja
c. Fotokopi bukti pelunasan modal disetor dalam bentuk setoran tunai dan
fotokopi bukti penempatan modal disetor minimum dalam bentuk
deposito berjangka dan/atau rekening giro pada salah satu bank umum,
bank umum syariah, atau unit usaha syariah dari bank umum di
indonesia dan dilegalisasi oleh bank penerima setoran yang masih
berlaku selama dalam proses pengajuan izin usaha;
d. Laporan awal dana jaminan beserta bukti penempatan dana jaminan;
e. Daftar kepemilikan,

5
Otoritas Jasa Keuangan. Nomor 67/ POJK. 05/ 2016 tentang perizinan usaha dan kelembagaan
perusahaan asuransi, perizinan usaha dan kelembagaan perusahaan asuransi, dan perusahaan reasuransi
syariah. hlm. 13-21
6
Ibid.

5
f. Data pemegang saham atau anggota selain psp;
g. Daftar pengendali beserta keterangan mengenai bentuk pengendaliannya;
h. Bukti mempekerjakan tenaga ahli;
i. Rencana kerja untuk 3 (tiga) tahun pertama;
j. Fotokopi pedoman manajemen risiko perusahaan asuransi atau
perusahaan reasuransi;
k. Spesifikasi produk asuransi yang akan dipasarkan, yang dilengkapi
dengan proyeksi pendapatan premi dan pengeluaran yang dikaitkan
dengan pemasaran produk asuransi baru untuk jangka waktu 3 (tiga)
tahun dan contoh polis yang akan digunakan bagi perusahaan asuransi;
l. Fotokopi perikatan dengan pihak lain (jika ada) dan kebijakan
pengalihan sebagian fungsi dalam penyelenggaraan usaha;
m. Sistem administrasi dan infrastruktur pengelolaan data yang mendukung
penyiapan dan penyampaian laporan kepada ojk;
n. Konfirmasi dari otoritas pengawas di negara asal pihak asing, dalam hal
terdapat penyertaan langsung dari pihak asing;
o. Bukti pelunasan biaya perizinan;
p. Dokumen lain dalam rangka mendukung pertumbuhan usaha yang sehat.

B. Jenis-Jenis Usaha Perusahaan Asuransi (Syariah Dan Konvensional)


Asuransi pada umumnya dibagi menjadi dua bagian besar yaitu: Asuransi
Kergian dan Asuransi Jiwa. 7

1. Asuransi Kerugian
Maksud dari asuransi ini adalah memberikan jasa dalam penanggulangan
risiko atas kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada

7
Guntara, D. 2016. Asuransi dan Ketentuan-ketentuan Hukum Yang Mengaturnya. Justisi
Jurnal Ilmu Hukum, 1(1).

6
pihak ketiga yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti.8 Asuransi ini terdiri
dari:
a. Asuransi Kebakaran
Memberikan perlindungan pada harta benda dan atau kepentingan yang
dipertanggungkan yang secara langsung disebabkan oleh: Kebakaran
b. Asuransi Kehilangan dan Kerusakan
Asuransi yang melindungi harta benda dan atau kepentingan yang
dipertanggungkan secara langsung disebabkan oleh kehilangan atau
kerusakan.
c. Asuransi laut
asuransi pengangkutan yang berhubungan dengan kapal laut dan
muatannya yang mana asuransi tersebut menanggung segala resiko akibat
bahaya di laut pada pelayaran tertentu untuk jangka waktu tertentu
d. Asuransi Pengangkutan
Memberikan perlindungan atas kerusakan atau kehilangan obyek atau
kepentingan yang dapat dipertanggungkan selama dalam pengangkutan dari
suatu tempat ke tempat lain dengan alat angkutan darat, laut maupun udara.
e. Asuransi Kredit.
produk kerja sama bank dengan perusahaan asuransi, yang memberikan
manfaat berupa pelunasan kredit kepada bank apabila seorang yang
memanfaatkan fasilitas kredit (debitur) meninggal dunia.
2. Asuransi Jiwa
Asuransi jiwa, yaitu perjanjian asuransi yang memberikan jasa dalam
pertanggungan yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang
dipertanggungkan. Asuransi ini terdiri dari:
a. Asuransi Kecelakaan

8
Priyatno, P. D., Sari, L. P., & Atiah, I. N. 2020. Penerapan Maqashid Syariah pada
Mekanisme Asuransi Syariah. Journal of Islamic Economics and Finance Studies, 1(1), 1-18.

7
Asuransi Kecelakaan Diri menjamin tertanggung akibat dari suatu
kecelakaan (akibat dari luar) yang menimpa dirinya selama 24 jam dalam
periode pertanggungan
b. Asuransi Kesehatan
sebuah jenis produk asuransi yang secara khusus menjamin biaya kesehatan
atau perawatan para anggota asuransi tersebut jika mereka jatuh sakit atau
mengalami kecelakaan.
c. Asuransi Jiwa Kredit.
produk kerja sama bank dengan perusahaan asuransi, yang memberikan
manfaat berupa pelunasan kredit kepada bank apabila seorang yang
memanfaatkan fasilitas kredit (debitur) meninggal dunia.

C. Manajemen Operasional Perusahaan Asuransi: Tata Cara/ Prosedur


Beransuransi dan Istilah istilah dalam Asuransi

1. Manajemen Operasional Perusahaan Asuransi


Sistem operasional asuransi syariah, yaitu:9

a. Akad (Perjanjian)
Akad merupakan salah satu persoalan pokok dalam asuransi
konvensional yang menjadikannya diharamkan oleh para Ulama. Kerena
dengan akad yang ada di asuransi konvensional, dapat berdampak pada
munculnya gharar dan maisir.
b. Pengelolaan Dana
1) Perusahaan sebagai Pemegang Amanah
Sistem operasional asuransi syari’ah adalah saling bertanggung
jawab, bantu membantu, dan saling melindungi antara para pesertanya.
Perusahaan asuransi syari’ah diberi kepercayaan atau amanah oleh
9
Baginda Persaulian. 2018. Prinsip Dan Sistem Operasional Asuransi Syariah
(Ta’min, Takaful Atau Tadhamun) Di Indonesia. Bukittinggi: IAIN Bukittinggi. hlm. 181-185

8
para peserta untuk mengelolah premi, mengembangkan dengan jalan
yang halal, dan memberikan santunan kepada yang mengalami
musibah sesuai isi akta perjanjian.
2) Manfaat asuransi
3) Sumber biaya operasional
Dalam operasionalnya pada asuransi Syari’ah yang membentuk
bisnis seperti perseroan terbatas (PT), sumber biaya menjadi sangat
menentukan dalam perkembangan dan kecepatan pertumbuhan
industri. Sumbersumber biaya tersebut dapat terdiri atas :
a) Bagi hasil surplus underwriting yaitu bagi hasil yang diperoleh
dari surplus underwriting yang dibagi secara proporsional antara
peserta dan mengelola dengan nisbah yang ditetapkan sebelumnya.
b) Bagi hasil investasi adalah bagi hasil yang diperoleh secara
proporsional berdasarkan nisbah bagi hasil yang telah ditentukan,
baik dari hasil investasi dana rekening tabungan peserta maupun
dari dana tabarru.
c) Dana pemegang saham yaitu dana yang dipersiapkan oleh para
pemegang saham sebagai modal setor bagi perusahaan.
d) Loading (kontribusi biaya) yaitu kontribusi biaya yang dibebankan
kepada peserta, yang pada asuransi konversional biasanya diambil
dari premi tahun pertama dan kedua.
4) Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah
Pinsip-prinsip yang diterapkan pada asuransi syariah adalah :
a) Prinsip berserah diri dan ikhtiar Allah adalah pemilik mutlak
atau pemilik sebenarnya seluruh harta kekayaan yang ada di
seluruh alam semesta ini, maka menjadi hakNya pulalah untuk
memberikannya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya atau
merenggutnya dari siapa saja yang di kendaki-Nya. Allah lah

9
yang menghendaki dan menentukan seseorang menjadi kaya dan
Allah pula yang memutuskan seseorang menjadi miskin.
b) Prinsip tolong menolong Prinsip yang paling utama dalam
konsep asuransi syari’ah adalah prinsip tolong menolong. Ini
adalah bentu solusi bagi mekanisme operasional asuransi
syari’ah. Tolong menolong (ta’awun) adalah inti dari semua
prinsip dalam asuransi syari’ah. Prinsip tersebut adalah pondasi
dasar dalam menegakan konsep asuransi Syari’ah.
c) Prinsip saling bertanggung jawab Para peserta asuransi setuju
untuk saling bertanggung jawab antara satu sama yang lainnya.
Rasa tanggung jawab terhadap sesama muslim merupakan
kewajiban sesama insani. Rasa tanggung jawab itu lahir dari sifat
saling menyayangi, mencintai, membantu sesama, dan merasa
mementingkan kebersamaan untuk kemaslahatan bersama dalam
mewujudkan masyarakat yang beriman, bertakwa dan harmonis.
d) Prinsip saling kerjasama dan bantu membantu Hal ini merupakan
keutamaan umat Islam adalah saling membantu, yang merupakan
aplikasi dari ketakwaan kita kepada Allah SWT. Cerminan
ketakwaan itu adalah sebagai berikut :
(1)Mengunakan harta kepunyaan dengan benar, di antaranya
untuk kebajikan sosial.
(2)Menepati janji.
(3)Sabar ketika mengalami bencana.
e) Prinsip saling melindungi dan berbagi kesusahan Para peserta
asuransi Islam setuju untuk saling melindungi dari kesusahan,
bencana, dan sebagainya. Keselamatan dan keamanan adalah hak
asasi untuk semua orang maka perlu dilindungi.
5) Wakaf Manfaat Asuransi dan Manfaat Investasi pada Asuransi Jiwa
Syariah

10
Dalam perkembangannya, terdapat pihak yang ingin mewakafkan
manfaat asuransi dan manfaat investasinya kepada pihak yang
membutuhkan. Melihat hal tersebut maka DSN-MUI menetapkan
fatwa yang mengatur. Sesuai dengan fatwa DSNMUI No. l06/DSN-
MUI/X/2016 tentang wakaf manfaat asuransi dan manfaat investasi
pada asuransi jiwa syariah, wakaf adalah menahan harta yang dapat
dimanfaatkan dan/atau diistitsmar-kan tanpa lenyap bendanya, dengan
tidak menjual, menghibahkan, dan/atau mewariskannya, dan hasilnya
disalurkan pada sesuatu yang mubah kepada penerima manfaat wakaf
yang ada.

2. Istilah-istilah Penting dalam Ansuransi


Istilah-istilah penting yang terdapat di dalam asuransi diantaranya:10

a. Polis Asuransi: Akta perjanjian asuransi atau dokumen lain yang


dipersamakan dengan akta perjanjian asuransi, serta dokumen lain yang
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan perjanjian
asuransi, yang dibuat secara tertulis dan memuat perjanjian antara pihak
perusahaan asuransi dan pemegang polis.
b. Premi: Sejumlah uang yang ditetapkan oleh perusahaan asuransi dan
disetujui oleh pemegang polis untuk dibayarkan berdasarkan perjanjian
asuransi atau sejumlah uang yang ditetapkan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang mendasari program asuransi wajib
untuk memperoleh manfaat.
c. Kontribusi: Sejumlah uang yang ditetapkan oleh perusahaan asuransi
syariah dan disetujui oleh pemegang polis untuk dibayarkan
berdasarkan perjanjian asuransi syariah untuk memperoleh manfaat dari
dana tabarru’ dan/atau dana investasi peserta dan untuk membayar

10
https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/40682

11
biaya pengelolaan atau sejumlah uang yang ditetapkan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang mendasari program
asuransi wajib untuk memperoleh manfaat.
d. Bancassurance: Aktivitas kerja sama antara Perusahaan dengan bank
dalam rangka memasarkan Produk Asuransi melalui bank.
e. Nilai Tunai: Sejumlah uang yang merupakan nilai tebus polis pada saat
tertentu yang dijamin sebagai hak pemegang polis.
f. Klaim asuransi: Tuntutan dari pihak Tertanggung sehubungan dengan
adanya kontrak perjanjian antara asuransi dengan pihak Tertanggung
yang masing- masing pihak mengikatkan diri untuk menjamin
pembayaran ganti rugi oleh Penanggung jika pembayaran premi
asuransi telah dilakukan oleh pihak Tertanggung, ketika terjadi
musibah yang diderita oleh pihak Tertanggung.
g. Tertanggung: Pihak yang menghadapi risiko sebagaimana diatur dalam
perjanjian Asuransi atau perjanjian reasuransi.
h. Penanggung: Pihak yang telah memiliki izin formal untuk melakukan
kegiatan usaha yang berkaitan dengan pengambilalihan risiko pihak
lain berdasarkan suatu polis; atas pertanggungan ini, Penanggung risiko
menerima premi dari pihak lain selaku Tertanggung; lazimnya,
Penanggung adalah perusahaan asuransi.
i. Underwriting: Proses identifikasi dan seleksi risiko. Usia masuk: Usia
Tertanggung yang ditentukan berdasarkan ulang tahun terakhir pada
saat Tanggal Berlakunya Asuransi dan akan bertambah pada setiap
Ulang Tahun Polis.
j. Masa Pertanggungan: Jangka waktu perlindungan asuransi bagi
Tertanggung sejak Tanggal Berlakunya Asuransi sampai dengan
Tanggal Pertanggungan Berakhir sebagaimana disebutkan dalam Data
Polis.

12
k. Agen Asuransi: Karyawan perusahaan asuransi yang bertugas untuk
memasarkan produk atau melayani calon nasabah mulai dari
menyampaikan ketentuan polis sampai dengan isi perjanjian polis
setelah menjadi pemegang polis.
l. Aktuaria: Ilmu dalam asuransi yang mempelajari, memperkirakan
maupun memperhitungkan risiko keuangan di masa akan datang
dengan mengkombinasikan beberapa disiplin ilmu diantaranya
matematika, keuangan, statistika dan pemrograman computer.
m. Ahli Waris: Nama orang yang tercantum dalam polis asuransi sebagai
pihak yang menerima santunan apabila terjadi kematian pada
Tertanggung.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1992 tentang
usaha perasuransian bahwa asuransi adalah suatu perjanjian antara dua pihak atau
lebih dimana penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima
premi asuransi untuk memberi pergantian kepada tertanggung karena kerugian.

Menurut pasal 6 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 67/ POJK. 05/ 2016,
untuk mendirikan suatu perusahaan asuransi maka di butuhkan modal paling
sedikit sebesar Rp 150.000.000.000,00,- , sedangkan untuk perusahaan asuransi
syariah membutuhkan modal paling sedikit sebesar Rp 100.000.000.00,-.

Asuransi pada umumnya dibagi menjadi dua bagian besar yaitu: Asuransi
Kergian dan Asuransi Jiwa. Asuransi Kerugian adalah memberikan jasa
dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung
jawab hukum kepada pihak ketiga yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti,
sedangkan Asuransi Jiwa

Asuransi jiwa, yaitu perjanjian asuransi yang memberikan jasa dalam


pertanggungan yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang
dipertanggungka Manajemen operasional dari asuransi syariah adalah
akad(perjanjian) dan pengelolaan dana.

14
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal:

Ahmad Ajib Ridlwan. 2016. Asuransi Perspektif Hukum Islam. Jurnal Hukum Dan
Ekonomi Syariah.

Baginda Persaulian. 2018. Prinsip Dan Sistem Operasional Asuransi Syariah


(Ta’min, Takaful Atau Tadhamun) Di Indonesia. Bukittinggi: IAIN
Bukittinggi.

Dewan Asuransi Indonesia. 2003. Undang-undang Republik Indonesia, Nomor 2


tahun 1992 dan peraturan pelaksanaan tentang usaha perasuransian

Guntara, D. 2016. Asuransi dan Ketentuan-ketentuan Hukum Yang Mengaturnya.


Justisi Jurnal Ilmu Hukum

Muhammad Abdul Mannan. 1993. Teori dan Praktek Ekonomi Islam. Yogyakarta:
PT. Dana Bhakti Wakaf.

Otoritas Jasa Keuangan. Nomor 67/ POJK. 05/ 2016 tentang perizinan usaha dan
kelembagaan perusahaan asuransi, perizinan usaha dan kelembagaan
perusahaan asuransi, dan perusahaan reasuransi syariah.

Priyatno, P. D., Sari, L. P., & Atiah, I. N. 2020. Penerapan Maqashid Syariah pada
Mekanisme Asuransi Syariah. Journal of Islamic Economics and Finance
Studies.

Projodikoro, Wirjono. 1979. Hukum Asuransi di Indonesia. Jakarta: Intermasa.

Web:

https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/40682

Anda mungkin juga menyukai