Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH HUKUM BISNIS

STUDI KASUS HUKUM DAGANG : ASURANSI DAN


PERMASALAHAN KLAIM ASURANSI

Oleh:

MAUDINA AZRA 2208010263

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARSYAD AL
BANJARI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1. Latar belakang........................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 3
2.1. Definisi dan Unsur Asuransi......................................................................3
2.2. Tujuan Asuransi.........................................................................................5
2.3. Berlakunya Asuransi..................................................................................5
2.4. Polis Asuransi............................................................................................ 6
2.5. Jenis Asuransi.......................................................................................... 10
2.6. Batalnya Asuransi.................................................................................... 10
2.7. Sanksi.......................................................................................................11
2.8. Permasalahan klaim asuransi dan solusinya............................................ 13
BAB III PENUTUP................................................................................................16
3.1. Kesimpulan.............................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Setiap orang menginginkan masa depan yang lebih baik dan meningkatkan
kesejahteraannya. Setiap manusia menginginkan kehidupan yang lebih bahagia,
sejahtera lahir dan batin, meskipun sepanjang hidupnya manusia senantiasa
menghadapi ketidakpastian akan terjadinya peristiwa yang akan merugikan
dirinya maupun orang lain. Dengan kata lain manusia selalu akan menghadapi
risiko. Risiko ini dapat timbul dalam berbagai bentuk, misalnya sakit atau cacat,
meninggal dunia, kecelakaan kerja, kehilangan barang-barang berharga dan lain-
lain. Lembaga asuransi atau pertanggungan dalam kondisi tersebut mempunyai
fungsi sebagai lembaga yang akan mengambil alih setiap risiko yang mungkin
timbul atau dihadapi.
Hubungan antara risiko dan asuransi merupakan hubungan yang erat satu
dengan yang lain. Dari sisi manajemen risiko, asuransi malah dianggap sebagai
salah satu cara yang terbaik untuk menangani suatu risiko.
Secara sederhana dapat dijabarkan bahwa seseorang yang ingin
mengalihkan risiko yang akan timbul diharuskan membayar premi kepada
perusahaan asuransi, kemudian apabila risiko itu terjadi maka adalah suatu
kewajiban bagi pihak asuransi untuk membayar klaim tersebut.
Namun dalam praktiknya tidak sesederhana itu. Salah satu permasalahan
yang seringkali timbul dalam hal asuransi misalnya tentang sulitnya klaim
asuransi. Sebagai contoh adalah kasus sulitnya klaim asuransi bagi TKI, padahal
TKI memiliki banyak risiko dalam bekerja antara lain meninggal dunia, sakit
dan cacat, kecelakaan kerja, gagal berangkat, tindak kekerasan fisik dan
pemerkosaan, gagal ditempatkan, PHK, gaji tidak dibayar, pemulangan
bermasalah, masalah hukum, hilangnya akal budi, tidak sesuai dengan perjanjian
kerja, serta kerugian atas tindakan pihak lain selama perjalanan pulang ke daerah
asal. Oleh sebab itu pihak Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) meminta kepada semua pihak yang terlibat

1
dalam masalah asuransi bagi TKI bisa mempercepat pencairan klaim asuransi
TKI.1
Melihat kenyataan tersebut, banyak persoalan yang melingkupi lembaga
asuransi atau pertanggungan dan banyak pula syarat yang harus dipenuhi.

1.2. Rumusan Masalah

Dari contoh kasus tersebut, ada suatu hal yang menarik sekaligus menjadi
suatu permasalahan yaitu:

1. Apakah asuransi itu dan bagaimana penjelasan secara rinci mengenai


asuransi?
2. Bagaimana solusi dari permasalahan sulitnya klaim asuransi?

1
http://bisnis.liputan6.com/read/2352078/bnp2tki-minta-pencairan-klaim-asuransi-tki-bisa-lebih-
cepat/ Di akses 19/11/2015

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi dan Unsur Asuransi

Asuransi atau pertanggungan, di dalamnya selalu mengandung pengertian


adanya suatu risiko. Risiko termaksud terjadinya adalah hukum pasti karena
masih tergantung pada suatu peristiwa yang hukum pasti pula2. Di dalam
asuransi adanya suatu pelimpahan tanggung jawab memikul beban risiko
tersebut, kepada pihak lain yang sanggup mengambil alih tanggung jawab.
Sebagai kontra prestasi dari pihak lain yang melimpahkan tanggung jawab ini
diwajibkan membayar sejumlah uang kepada pihak yang menerima pelimpahan
tanggung jawab3.
Hubungan antara risiko dan asuransi merupakan hubungan yang erat satu
dengan yang lain. Dari sisi manajemen risiko, asuransi malah dianggap sebagai
salah satu cara yang terbaik untuk menangani suatu risiko.
Dalam pasal 246 KUHD memberikan batasan perjanjian asuransi sebagai
berikut; Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana
seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan
menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu
kerugian, kerusakan, kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin
akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tertentu.
Menurut Ketentuan Undang–undang No.2 tahun 1992 tertanggal 11 Pebruari
1992 tentang Usaha Perasuransian (“UU Asuransi”), Asuransi atau
pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi
asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab
hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang

2
Sri Redjeki Hartono, Asuransi dan Hukum Asuransi di Indonesia, Semarang, Penerbit IKIP, 1985,
hlm. 6.
3
Ibid, hlm. 7.

3
timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.
Berdasarkan definisi tersebut di atas maka asuransi merupakan suatu bentuk
perjanjian dimana harus dipenuhi syarat sebagaimana dalam Pasal 1320 KUH
Perdata, namun dengan karakteristik bahwa asuransi adalah persetujuan yang
bersifat untung-untungan sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1774 KUH
Perdata.
Menurut Pasal 1774 KUH Perdata, “Suatu persetujuan untung–untungan
(kans-overeenkomst) adalah suatu perbuatan yang hasilnya, mengenai untung
ruginya, baik bagi semua pihak maupun bagi sementara pihak, bergantung
kepada suatu kejadian yang belum tentu”.
Beberapa hal penting mengenai asuransi:
1. Merupakan suatu perjanjian yang harus memenuhi Pasal 1320 KUH
Perdata;
2. Perjanjian tersebut bersifat adhesif artinya isi perjanjian tersebut sudah
ditentukan oleh Perusahaan Asuransi (kontrak standar). Namun demikian,
hal ini tidak sejalan dengan ketentuan dalam Undang-undang No.8 tahun
1999 tertanggal 20 April 1999 tentang Perlindungan Konsumen;
3. Terdapat 2 (dua) pihak di dalamnya yaitu Penanggung dan Tertanggung,
namun dapat juga diperjanjikan bahwa Tertanggung berbeda pihak dengan
yang akan menerima tanggungan;
4. Adanya premi sebagai yang merupakan bukti bahwa Tertanggung setuju
untuk diadakan perjanjian asuransi;
5. Adanya perjanjian asuransi mengakibatkan kedua belah pihak terikat
untuk melaksanakan kewajibannya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur yang harus ada pada
asuransi adalah:
1. Subyek hukum (penanggung dan tertanggung);
2. Persetujuan bebas antara penanggung dan tertanggung;
3. Benda asuransi dan kepentingan tertanggung;

4
4. Tujuan yang ingin dicapai;
5. Resiko dan premi;
6. Evenemen (peristiwa yang tidak pasti) dan ganti kerugian;
7. Syarat-syarat yang berlaku;
8. Polis asuransi.

2.2. Tujuan Asuransi

a. Pengalihan Risiko
Tertanggung mengadakan asuransi dengan tujuan mengalihkan risiko yang
mengancam harta kekayaan atau jiwanya. Dengan membayar sejumlah premi
kepada perusahaan asuransi (penanggung), sejak itu pula risiko beralih
kepada penanggung.
b. Pembayaran Ganti Kerugian

Jika suatu ketika sungguh–sungguh terjadi peristiwa yang menimbulkan


kerugian (risiko berubah menjadi kerugian), maka kepada tertanggung akan
dibayarkan ganti kerugian yang besarnya seimbang dengan jumlah
asuransinya. Dalam prakteknya kerugian yang timbul itu dapat bersifat
sebagian (partial loss), tidak semuanya berupa kerugian total (total loss).
Dengan demikian, tertanggung mengadakan asuransi bertujuan untuk
memperoleh pembayaran ganti kerugian yang sungguh–sungguh diderita.
Dalam pembayaran ganti kerugian oleh perusahaan asuransi berlaku prinsip
subrogasi (diatur dalam pasal 1400 KUH Per) dimana penggantian hak si
berpiutang (tertanggung) oleh seorang pihak ketiga (penanggung/pihak
asuransi) – yang membayar kepada si berpiutang (nilai klaim asuransi) –
terjadi baik karena persetujuan maupun karena undang-undang.

2.3. Berlakunya Asuransi

Hak dan kewajiban penanggung dan tertanggung timbul pada saat


ditutupnya asuransi walaupun polis belum diterbitkan. Penutupan asuransi dalam
prakteknya dibuktikan dengan disetujuinya aplikasi atau ditandatanganinya

5
kontrak sementara (cover note) dan dibayarnya premi. Selanjutnya sesuai
ketentuan perundangan-undangan yang berlaku, penanggung atau perusahaan
asuransi wajib menerbitkan polis asuransi (Pasal 255 KUHD).

2.4. Polis Asuransi

1. Fungsi Polis
Menurut ketentuan pasal 225 KUHD perjanjian asuransi harus dibuat secara
tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis yang memuat kesepakatan,
syarat-syarat khusus dan janji-janji khusus yang menjadi dasar pemenuhan
hak dan kewajiban para pihak (penanggung dan tertanggung) dalam mencapai
tujuan asuransi. Dengan demikian, polis merupakan alat bukti tertulis tentang
telah terjadinya perjanjian asuransi antara tertanggung dan penanggung.
Mengingat fungsinya sebagai alat bukti tertulis maka para pihak (khususnya
Tertanggung) wajib memperhatikan kejelasan isi polis dimana sebaiknya
tidak mengandung kata-kata atau kalimat yang memungkinkan perbedaan
interpretasi sehingga dapat menimbulkan perselisihan (dispute).
2. Isi Polis
Menurut ketentuan pasal 256 KUHD, setiap polis kecuali mengenai asuransi
jiwa harus memuat syarat-syarat khusus berikut ini:
a) Hari dan tanggal pembuatan perjanjian asuransi;
b) Nama tertanggung, untuk diri sendiri atau pihak ketiga;
c) Uraian yang jelas mengenai benda yang diasuransikan;
d) Jumlah yang diasuransikan (nilai pertanggungan);
e) Bahaya-bahaya/ evenemen yang ditanggung oleh penanggung;
f) Saat bahaya mulai berjalan dan berakhir yang menjadi tanggungan
penanggung;
g) Premi asuransi;
h) Umumnya semua keadaan yang perlu diketahui oleh penanggung dan
segala janji-janji khusus yang diadakan antara para pihak, antara lain
mencantumkan BANKER’S CLAUSE, jika terjadi peristiwa (evenemen)

6
yang menimbulkan kerugian penanggung dapat berhadapan dengan siapa
pemilik atau pemegang hak.

Untuk jenis asuransi kebakaran Pasal 287 KUHD menentukan bahwa di


dalam polisnya harus pula menyebutkan:
a) Letak barang tetap serta batas-batasnya;

b) Pemakaiannya;

c) Sifat dan pemakaian gedung-gedung yang berbatasan, sepanjang


berpengaruh terhadap obyek pertanggungan;

d) Harga barang-barang yang dipertanggungkan;

e) Letak dan pembatasan gedung-gedung dan tempat-tempat dimana barang-


barang bergerak yang dipertanggungkan itu berada.

Untuk mengetahui perlindungan yang diberikan oleh suatu polis asuransi,


perlu diperhatikan tujuh aspek penutupannya, yaitu:
a) Bencana yang ditutup;

b) Yang ditutup;

c) Kerugian yang ditutup;

d) Orang-orang yang ditutup;

e) Lokasi-lokasi yang ditutup;

f) Jangka waktu yang ditutup;

g) Bahaya-bahaya yang dikecualikan.

3. Jenis Klausula Asuransi

Dalam perjanjian asuransi sering dimuat janji-janji khusus yang dirumuskan


secara tegas dalam polis, yang lazim disebut Klausula asuransi yang maksudnya
untuk mengetahui batas tanggung jawab penanggung dalam pembayaran ganti
kerugian apabila terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian.
Jenis-jenis asuransi tersebut ditentukan oleh sifat objek asuransi itu, bahaya
yang mengancam dalam setiap asuransi. Klausula-klausula yang dimaksud
antara lain:

7
a) Klausula Premier Risque
Klausula ini menyatakan bahwa apabila pada asuransi dibawah nilai benda
terjadi kerugian, penanggung akan membayar ganti kerugian seluruhnya
sampai maksimum jumlah yang diasuransikan (Pasal 253 ayat 3 KUHD).
Klausula ini biasa digunakan pada asuransi pembongkaran dan pencurian,
asuransi tanggung jawab.
b) Klausula All Risk
Klausula ini menentukan bahwa penanggung memikul segala resiko atau
benda yang diasuransikan. ini berarti penanggung akan mengganti semua
kerugian yang timbul akibat peristiwa apapun, kecuali kerugian yang
timbul karena kesalahan tertanggung sendiri (Pasal 276 KUHD) dan
karena cacat sendiri bendanya (Pasal 249 KUHD).
c) Klausula Total Loss Only (TLO)
Klausula ini menentukan bahwa penanggung hanya menanggung kerugian
yang merupakan kerugian keseluruhan/total atas benda yang diasuransikan.
d) Klausula Sudah Diketahui (All Seen)
Klausula ini digunakan pada asuransi kebakaran. Klausula ini menentukan
bahwa penanggung sudah mengetahui keadaan, konstruksi, letak dan cara
pemakaian bangunan yang diasuransikan.
e) Klausula Renunsiasi (Renunciation)
Menurut Klausula penanggung tidak akan menggugat tertanggung, dengan
alasan pasal 251 KUHD, kecuali jika hakim menetapkan bahwa pasal
tersebut harus diberlakuan secara jujur atau itikad baik dan sesuai dengan
kebiasaan. berarti apabila timbul kerugian akibat evenemen tertanggung
tidak memberitahukan keadaan benda objek asuransi kepada penanggung,
maka penanggung tidak akan mengajukan pasal 251 KUHD dan
penanggung akan membayar klaim ganti kerugian kepada tertanggung.
f) Klausula Free Particular Average (FPA)
Bahwa penaggung dibebaskan dari kewajiban membayar ganti kerugian
yang timbul akibat peristiwa khusus di laut (Particular Average) seperti
ditentukan dalam pasal 709 KUHD dengan kata lain penanggung menolak

8
pembayaran ganti kerugian yang diklaim oleh tertanggung yang
sebenarnya timbul dari akibat peristiwa khusus yang sudah dibebaskan
klausula FPA.
g) Klausula Riot, Strike & Civil Commotion (RSCC)
Riot (kerusuhan) adalah tindakan suatu kelompok orang, minimal
sebanyak 12 orang, yang dalam melaksanakan suatu tujuan bersama
menimbulkan suasana gangguan ketertiban umum dengan kegaduhan dan
menggunakan kekerasan serta pengrusakan harta benda orang lain, yang
belum dianggap sebagai huru-hara.

Strike (pemogokan) adalah tindakan pengrusakan yang disengaja oleh


sekelompok pekerja, minimal 12 orang pekerja atau separuh dari jumlah
pekerja (dalam hal jumlah seluruh pekerja kurang dari 24 orang),yang
menolak bekerja sebagaimana biasanya dalam usaha untuk memaksa
majikan memenuhi tuntutan dari pekerja atau dalam melakukan protes
terhadap peraturan atau persyaratan kerja yang diberlakukan oleh majikan.

Civil Commotion (huru-hara) adalah keadaan di suatu kota dimana


sejumlah besar massa secara bersama-sama atau dalam kelompok-
kelompok kecil menimbulkan suasana gangguan ketertiban dan keamanan
masyarakat dengan kegaduhan dan menggunakan kekerasan serta rentetan
pengrusakan sejumlah besar harta benda, sedemikian rupa sehingga timbul
ketakutan umum, yang ditandai dengan terhentinya lebih dari separuh
kegiatan normal pusat perdagangan/pertokoan atau perkantoran atau
sekolah atau transportasi umum di kota tersebut selama minimal 24 jam
secara terus menerus yang dimulai sebelum, selama atau setelah kejadian
tersebut.

4. Hal yang harus diperhatikan:

Banker’s Clause atau Klausula Bank adalah suatu klausula yang tercantum
dalam Polis yang hanya dicantumkan atas permintaan pihak Bank dimana dalam
polis secara tegas dinyatakan bahwa Pihak Bank adalah sebagai penerima ganti

9
rugi atas peristiwa yang terjadi atas obyek pertanggungan sebagaimana
disebutkan dalam perjanjian asuransi (polis).
Klausula ini muncul sebagai akibat adanya hubungan hutang piutang antara
Debitur dan Kreditur dimana obyek pertanggungan adalah menjadi jaminan
Bank; sehingga klausula ini bukan merupakan standard yang pada umumnya
tercantum dalam Polis.

2.5. Jenis Asuransi

Asuransi pada umumnya dibagi menjadi dua bagian besar yaitu: Asuransi
Kerugian dan Asuransi Jiwa.

1. Asuransi Kerugian terdiri dari:

a) Asuransi Kebakaran;
b) Asuransi Kehilangan dan Kerusakan;
c) Asuransi laut;
d) Asuransi Pengangkutan;
e) Asuransi Kredit.

2. Asuransi Jiwa terdiri dari:

a) Asuransi Kecelakaan;
b) Asuransi Kesehatan;
c) Asuransi Jiwa Kredit.

2.6. Batalnya Asuransi

Suatu pertanggungan atau asuransi karena pada hakekatnya adalah


merupakan suatu perjanjian maka ia dapat pula diancam dengan risiko batal atau
dapat dibatalkan apabila tidak memenuhi syarat syahnya perjanjian sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 1320 KUH Perdata.
Selain itu KUHD mengatur tentang ancaman batal apabila dalam perjanjian
asuransi:

10
1. Memuat keterangan yang keliru atau tidak benar atau bila tertanggung
tidak memberitahukan hal-hal yang diketahuinya sehingga apabila hal itu
disampaikan kepada penanggung akan berakibat tidak ditutupnya
perjanjian asuransi tersebut (Pasal 251 KUHD);
2. Memuat suatu kerugian yang sudah ada sebelum perjanjian asuransi
ditandatangani (Pasal 269 KUHD);
3. memuat ketentuan bahwa tertanggung dengan pemberitahuan
melalui pengadilan membebaskan si penanggung dari segala
kewajibannya yang akan datang (Pasal 272 KUHD);
4. Terdapat suatu akalan cerdik, penipuan, atau kecurangan si tertanggung
(Pasal 282 KUHD);
5. Apabila obyek pertanggungan menurut peraturan perundang-undangan
tidak boleh diperdagangkan dan atas sebuah kapal baik kapal Indonesia
atau kapal asing yang digunakan untuk mengangkut obyek pertanggungan
menurut peraturan perundang-undangan tidak boleh diperdagangkan
(Pasal 599 KUHD).

2.7. Sanksi

Terhadap pelanggaran ketentuan yang dilakukan Penanggung dan


Tetanggung dapat dikenakan sanksi berupa:
1. Sanksi Administratif

Setiap Perusahaan Perasuransian yang tidak memenuhi ketentuan dalam


Peraturan Pemerintah No.73 tahun 1992 tertanggal 30 Oktober 1992 tentang
Penyelenggaraan Usaha Perasuransian (“PP No.73/1992”) serta peraturan
pelaksanaannya yang berkenaan dengan:

1. Perizinan usaha;

2. Kesehatan keuangan;

3. Penyelenggaraan usaha;

4. Penyampaian laporan;

11
5. Pengumuman neraca dan perhitungan laba rugi atau tentang
pemeriksaan langsung;

dikenakan sanksi peringatan, sanksi pembatasan kegiatan usaha dan sanksi


pencabutan izin usaha (Pasal 37 PP No.73/1992).

Tanpa mengurangi ketentuan Pasal 37, maka terhadap:

1. Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi yang tidak


menyampaikan laporan keuangan tahunan dan laporan operasional
tahunan dan atau tidak mengumumkan neraca dan perhitungan laba
rugi, sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan, dikenakan
denda administratif Rp. 1.000.000.000 (satu juta Rupiah) untuk
setiap hari keterlambatan;

2. Perusahaan Pialang Asuransi atau Perusahaan Pialang Reasuransi


yang tidak menyampaikan laporan operasional tahunan sesuai
dengan jangka waktu yang ditetapkan dikenakan denda
administratif Rp. 500.000 (lima ratus ribu Rupiah) untuk setiap hari
keterlambatan (Pasal 38 PP No.73/1992).

2. Sanksi Pidana.

Sanksi pidana dikenakan pada kejahatan perasuransian yang diatur dalam


Pasal 21 UU Asuransi, berikut ini:

a) Terhadap pelaku utama


Orang yang menjalankan atu menyuruh menjalankan usaha
perasuransian tanpa izin usaha, menggelapkan premi asuransi,
menggelapkan dengan cara mengalihkan, menjaminkan, dan atau
mengagunkan tanpa hak kekayaan Perusahaan Asuransi Kerugian atau
Perusahaan Asuransi Jiwa atau perusahaan Reasuransi, diancam
dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda
paling banyak Rp. 2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta Rupiah).

12
b) Terhadap pelaku pembantu
Orang yang menerima, menadah, membeli, atau mengagunkan atau
menjal kembali kekayaan perusahaan hasil penggelapan dengan cara
tersebut yang diketahuinya atau patut diketahuinya bahwa barang–
barang tersebut adalah kekayaan Perusahaan Asuransi Kerugian atau
Perusahaan Asuransi Jiwa atau Perusahaan Reasuransi, dianjam
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling
banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta Rupiah).
c) Terhadap pemalsu dokumen
Orang yang secara sendiri–sendiri atau bersama–sama melakukan
pemalsuan atas dokumen Perusahaan Asuransi Kerugian atau
Perusahaan Asuransi Jiwa atau Perusahaan Reasuransi, diancam
dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak
Rp. 250.000.000 (dua ratus lima puluh juta Rupiah).

2.8. Permasalahan klaim asuransi dan solusinya

Sebenarnya klaim merupakan hak yang diterima oleh setiap nasabah


Asuransi. Dan pastinya Perusahaan asuransi akan membayarkan klaim, ketika
kewajiban dari nasabah terpenuhi. Berikut ini mekanisme pengajuan klaim, agar
klaim Anda pasti dibayar dan dapat dibayar dengan cepat:

1. Tujuan dari klaim adalah untuk memberikan manfaat yang sesuai dengan
ketentuan dalam polis Anda. Agar klaim dapat diproses dan terbayar,
perhatikan berbagai ketentuan penting mengenai pengajuan klaim.
2. Sebelum mengajukan klaim, pastikan Anda memiliki manfaat yang sesuai
dengan yang tercatat di polis Anda. Contoh : Anda hanya memiliki asuransi
jiwa saja, maka secara otomatis kalau Anda mengajukan klaim rawat inap,
sudah pasti perusahaan asuransi tidak akan membayarkan klaimnya. Jadi teliti
kembali manfaat asuransi yang sudah Anda ambil, pastikan Anda memiliki
manfaat asuransi yang akan Anda klaim.
3. Anda harus memastikan bahwa polis Anda masih berada dalam keadaan
Inforce / berlaku / aktif. Jadi agar polis Anda senantiasa dalam keadaan

13
Inforce, pastikan Anda melakukan pembayaran / transaksi secara rutin
(terutama di dua tahun pertama, jangan sampai ada yang bolong).
4. Pastikan juga, polis Anda tidak dalam masa tunggu. Maksudnya masa tunggu
adalah masa mulai berlakunya perlindungan asuransi Anda. Contoh : untuk
perlindungan rawat inap yang disebabkan karena sakit, seperti : diare, demam
berdarah, infeksi saluran kencing, typhus, dll. Masa tunggunya adalah 30 hari
sejak diterima sebagai nasabah Asuransi. Ingat juga bahwa syarat untuk klaim
biasanya harus menjalani rawat inap, bisa minimal 1 x 24 jam atau 2 x 24 jam.
5. Untuk Anda yang menggunakan kartu, segera telepon ke nomor yang tertera
dalam kartu, agar prosesnya lebih cepat, atau segera hubungi Agen Asuransi
Anda. Pasti akan membantunya.
6. Jika polis Anda sudah pernah lapse, pastikan pada saat mengajukan klaim,
polis Anda tidak berada dalam masa tunggu maupun mengalami
pengecualian-pengecualian tertentu.
7. Pastikan juga, klaim yang Anda ajukan bukan pengecualian yang tertera
dalam Polis. Contoh : Anda sudah pernah menjalani operasi batu ginjal, nah
ketika Anda mengajukan sebuah polis, Anda diminta untuk medical. Dan
ternyata hasil medicalnya kurang bagus, sehingga untuk sakit karena batu
ginjal tidak dicover. Jadi kalau Anda mengajukan klaim karena batu ginjal,
otomatis perusahaan asuransi tidak akan membayarnya.

Setelah ketentuan di atas terpenuhi, klaim yang Anda ajukan wajib


dilengkapi dengan semua persyaratan dan dokumen pelengkap yang dibutuhkan.
Jadi sebelum klaim diajukan, periksalah kembali kriteria klaim yang akan
diajukan atau hubungi Agen Anda untuk membantunya. Setelah memastikan hal
diatas sesuai , maka segera mungkin untuk melakukan klaim (penyerahan klaim),
karena akan mempercepat proses klaimnya.

Berikut Tahapan Umum Pemrosesan Klaim :

14
1) Formulir Klaim diisi oleh Tertanggung / Peserta / Pemegang Polis / Ahli
Waris (untuk klaim meninggal) , dengan menyertakan surat keterangan
dari dokter.
2) Tertanggung / Peserta / Pemegang Polis / Ahli Waris menyerahkan
dokumen peninjung klaim kepada perusahaan asuransi, seperti : kuitansi,
hasil rekam medis, hasil laboratorium, laporan kepolisian (jika klaim atas
kecelakaan) , dan dokumen yang diperlukan lainnya.
3) Cantumkan Nomor Polis dan Nomor Rekening Anda dengan Benar, dan
Tandatangani Pengajuan Klaim sesuai tanda tangan yang ada didalam
Polis, sertakan identitas diri juga (FC KTP / SIM / Paspor). Jadi Pastikan
Anda telah mencantumkan Nomor Polis dan Nomor Rekening Pemegang
Polis yang jelas, lengkap dan benar.
4) Perusahaan Asuransi akan melakukan proses validasi terhadap dokumen
pelengkap dan verifikasi kepada Pemegang Polis / Tertanggung / Ahli
Waris dan Dokter atau rumah sakit bila diperlukan.
5) Apabila hasil validasi dan verifikasi oleh perusahaan asuransi sudah sesuai
dengan ketentuan, maka pembayaran klaim akan diproses oleh bagian
klaim.
6) Manfaat asuransi akan dibayarkan / ditransfer kepada Pemegang Polis /
Tertanggung / Peserta / Ahli Waris.

Dengan melihat ketentuan diatas , klaim bukan lagi masalah yang rumit,
klaim adalah masalah mudah. Perusahaan asuransi akan membayar klaim Anda
dengan cepat.

BAB III

15
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Asuransi atau Pertanggungan adalah Perjanjian dengan mana penanggung


mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi untuk
memberikan penggantian kepadanya karena kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan yang mungkin dideritanya akibat dari suatu
peristiwa tidak pasti (Pasal 246 KUHD). Tujuan asuransi adalah untuk
pengalihan risiko dan pembayaran ganti kerugian. Berlakunya asuransi: Hak dan
kewajiban penanggung dan tertanggung timbul pada saat ditutupnya asuransi
walaupun polis belum diterbitkan. Penutupan asuransi dalam prakteknya
dibuktikan dengan disetujuinya aplikasi atau ditandatanganinya kontrak
sementara (cover note) dan dibayarnya premi. Selanjutnya sesuai ketentuan
perundangan-undangan yang berlaku, penanggung atau perusahaan asuransi
wajib menerbitkan polis asuransi (Pasal 255 KUHD). Jenis asuransi: Asuransi
kerugian dan asuransi jiwa. Batalnya asuransi: Suatu pertanggungan atau
asuransi karena pada hakekatnya adalah merupakan suatu perjanjian maka ia
dapat pula diancam dengan risiko batal atau dapat dibatalkan apabila tidak
memenuhi syarat syahnya perjanjian sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1320
KUH Perdata.
Mekanisme pengajuan klaim asuransi:

1) Tujuan dari klaim adalah untuk memberikan manfaat yang sesuai dengan
ketentuan dalam polis Anda.
2) Sebelum mengajukan klaim, pastikan Anda memiliki manfaat yang sesuai
dengan yang tercatat di polis Anda.
3) Anda harus memastikan bahwa polis Anda masih berada dalam keadaan
Inforce / berlaku / aktif.
4) Pastikan juga, polis Anda tidak dalam masa tunggu.
5) Untuk Anda yang menggunakan kartu, segera telepon ke nomor yang tertera
dalam kartu, agar prosesnya lebih cepat, atau segera hubungi Agen Asuransi
Anda.

16
6) Jika polis Anda sudah pernah lapse, pastikan pada saat mengajukan klaim,
polis Anda tidak berada dalam masa tunggu maupun mengalami
pengecualian-pengecualian tertentu.
7) Pastikan juga, klaim yang Anda ajukan bukan pengecualian yang tertera
dalam Polis.

17
DAFTAR PUSTAKA

Buku:

H. Mashudi, SH. MH dan Moch. Chidir Ali, SH. (Alm.).1995. Hukum Asuransi.
Penerbit CVMandar Maju.

Hartono, Sri Redjeki. 1985. Asuransi dan Hukum Asuransi di Indonesia.


Semarang: Penerbit IKIP.

Hasanuddin Rahman, S.H.. 1995. Aspek–Aspek Hukum Pemberian Kredit


Perbankan di Indonesia. Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bakti.

Prof. Abdulkadir Muhammad, SH.. 1999. Hukum Asuransi Indonesia. Bandung:


Penerbit PT. Citra Aditya Bakti.

Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro, S.H..1986. Hukum Asuransi di Indonesia.


Penerbit PT Intermasa.

Undang – Undang Usaha Perasuransian Jaminan Sosial Tenaga Kerja


Perbankan 1992, Jakarta: Penerbit CV. Eko Jaya.

Non buku:

http://bisnis.liputan6.com/read/2352078/bnp2tki-minta-pencairan-klaim-asuransi-
tki-bisa -lebih-cepat Di akses 19/11/2015

http://suriadirgantara.blogspot.co.id/2012/03/klaim-asuransi-permasalahan-
dan.html Diakses 19/11/2015

KUHD.Pdf

Anda mungkin juga menyukai