Oleh:
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARSYAD AL
BANJARI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1. Latar belakang........................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 3
2.1. Definisi dan Unsur Asuransi......................................................................3
2.2. Tujuan Asuransi.........................................................................................5
2.3. Berlakunya Asuransi..................................................................................5
2.4. Polis Asuransi............................................................................................ 6
2.5. Jenis Asuransi.......................................................................................... 10
2.6. Batalnya Asuransi.................................................................................... 10
2.7. Sanksi.......................................................................................................11
2.8. Permasalahan klaim asuransi dan solusinya............................................ 13
BAB III PENUTUP................................................................................................16
3.1. Kesimpulan.............................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap orang menginginkan masa depan yang lebih baik dan meningkatkan
kesejahteraannya. Setiap manusia menginginkan kehidupan yang lebih bahagia,
sejahtera lahir dan batin, meskipun sepanjang hidupnya manusia senantiasa
menghadapi ketidakpastian akan terjadinya peristiwa yang akan merugikan
dirinya maupun orang lain. Dengan kata lain manusia selalu akan menghadapi
risiko. Risiko ini dapat timbul dalam berbagai bentuk, misalnya sakit atau cacat,
meninggal dunia, kecelakaan kerja, kehilangan barang-barang berharga dan lain-
lain. Lembaga asuransi atau pertanggungan dalam kondisi tersebut mempunyai
fungsi sebagai lembaga yang akan mengambil alih setiap risiko yang mungkin
timbul atau dihadapi.
Hubungan antara risiko dan asuransi merupakan hubungan yang erat satu
dengan yang lain. Dari sisi manajemen risiko, asuransi malah dianggap sebagai
salah satu cara yang terbaik untuk menangani suatu risiko.
Secara sederhana dapat dijabarkan bahwa seseorang yang ingin
mengalihkan risiko yang akan timbul diharuskan membayar premi kepada
perusahaan asuransi, kemudian apabila risiko itu terjadi maka adalah suatu
kewajiban bagi pihak asuransi untuk membayar klaim tersebut.
Namun dalam praktiknya tidak sesederhana itu. Salah satu permasalahan
yang seringkali timbul dalam hal asuransi misalnya tentang sulitnya klaim
asuransi. Sebagai contoh adalah kasus sulitnya klaim asuransi bagi TKI, padahal
TKI memiliki banyak risiko dalam bekerja antara lain meninggal dunia, sakit
dan cacat, kecelakaan kerja, gagal berangkat, tindak kekerasan fisik dan
pemerkosaan, gagal ditempatkan, PHK, gaji tidak dibayar, pemulangan
bermasalah, masalah hukum, hilangnya akal budi, tidak sesuai dengan perjanjian
kerja, serta kerugian atas tindakan pihak lain selama perjalanan pulang ke daerah
asal. Oleh sebab itu pihak Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) meminta kepada semua pihak yang terlibat
1
dalam masalah asuransi bagi TKI bisa mempercepat pencairan klaim asuransi
TKI.1
Melihat kenyataan tersebut, banyak persoalan yang melingkupi lembaga
asuransi atau pertanggungan dan banyak pula syarat yang harus dipenuhi.
Dari contoh kasus tersebut, ada suatu hal yang menarik sekaligus menjadi
suatu permasalahan yaitu:
1
http://bisnis.liputan6.com/read/2352078/bnp2tki-minta-pencairan-klaim-asuransi-tki-bisa-lebih-
cepat/ Di akses 19/11/2015
2
BAB II
PEMBAHASAN
2
Sri Redjeki Hartono, Asuransi dan Hukum Asuransi di Indonesia, Semarang, Penerbit IKIP, 1985,
hlm. 6.
3
Ibid, hlm. 7.
3
timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.
Berdasarkan definisi tersebut di atas maka asuransi merupakan suatu bentuk
perjanjian dimana harus dipenuhi syarat sebagaimana dalam Pasal 1320 KUH
Perdata, namun dengan karakteristik bahwa asuransi adalah persetujuan yang
bersifat untung-untungan sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1774 KUH
Perdata.
Menurut Pasal 1774 KUH Perdata, “Suatu persetujuan untung–untungan
(kans-overeenkomst) adalah suatu perbuatan yang hasilnya, mengenai untung
ruginya, baik bagi semua pihak maupun bagi sementara pihak, bergantung
kepada suatu kejadian yang belum tentu”.
Beberapa hal penting mengenai asuransi:
1. Merupakan suatu perjanjian yang harus memenuhi Pasal 1320 KUH
Perdata;
2. Perjanjian tersebut bersifat adhesif artinya isi perjanjian tersebut sudah
ditentukan oleh Perusahaan Asuransi (kontrak standar). Namun demikian,
hal ini tidak sejalan dengan ketentuan dalam Undang-undang No.8 tahun
1999 tertanggal 20 April 1999 tentang Perlindungan Konsumen;
3. Terdapat 2 (dua) pihak di dalamnya yaitu Penanggung dan Tertanggung,
namun dapat juga diperjanjikan bahwa Tertanggung berbeda pihak dengan
yang akan menerima tanggungan;
4. Adanya premi sebagai yang merupakan bukti bahwa Tertanggung setuju
untuk diadakan perjanjian asuransi;
5. Adanya perjanjian asuransi mengakibatkan kedua belah pihak terikat
untuk melaksanakan kewajibannya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur yang harus ada pada
asuransi adalah:
1. Subyek hukum (penanggung dan tertanggung);
2. Persetujuan bebas antara penanggung dan tertanggung;
3. Benda asuransi dan kepentingan tertanggung;
4
4. Tujuan yang ingin dicapai;
5. Resiko dan premi;
6. Evenemen (peristiwa yang tidak pasti) dan ganti kerugian;
7. Syarat-syarat yang berlaku;
8. Polis asuransi.
a. Pengalihan Risiko
Tertanggung mengadakan asuransi dengan tujuan mengalihkan risiko yang
mengancam harta kekayaan atau jiwanya. Dengan membayar sejumlah premi
kepada perusahaan asuransi (penanggung), sejak itu pula risiko beralih
kepada penanggung.
b. Pembayaran Ganti Kerugian
5
kontrak sementara (cover note) dan dibayarnya premi. Selanjutnya sesuai
ketentuan perundangan-undangan yang berlaku, penanggung atau perusahaan
asuransi wajib menerbitkan polis asuransi (Pasal 255 KUHD).
1. Fungsi Polis
Menurut ketentuan pasal 225 KUHD perjanjian asuransi harus dibuat secara
tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis yang memuat kesepakatan,
syarat-syarat khusus dan janji-janji khusus yang menjadi dasar pemenuhan
hak dan kewajiban para pihak (penanggung dan tertanggung) dalam mencapai
tujuan asuransi. Dengan demikian, polis merupakan alat bukti tertulis tentang
telah terjadinya perjanjian asuransi antara tertanggung dan penanggung.
Mengingat fungsinya sebagai alat bukti tertulis maka para pihak (khususnya
Tertanggung) wajib memperhatikan kejelasan isi polis dimana sebaiknya
tidak mengandung kata-kata atau kalimat yang memungkinkan perbedaan
interpretasi sehingga dapat menimbulkan perselisihan (dispute).
2. Isi Polis
Menurut ketentuan pasal 256 KUHD, setiap polis kecuali mengenai asuransi
jiwa harus memuat syarat-syarat khusus berikut ini:
a) Hari dan tanggal pembuatan perjanjian asuransi;
b) Nama tertanggung, untuk diri sendiri atau pihak ketiga;
c) Uraian yang jelas mengenai benda yang diasuransikan;
d) Jumlah yang diasuransikan (nilai pertanggungan);
e) Bahaya-bahaya/ evenemen yang ditanggung oleh penanggung;
f) Saat bahaya mulai berjalan dan berakhir yang menjadi tanggungan
penanggung;
g) Premi asuransi;
h) Umumnya semua keadaan yang perlu diketahui oleh penanggung dan
segala janji-janji khusus yang diadakan antara para pihak, antara lain
mencantumkan BANKER’S CLAUSE, jika terjadi peristiwa (evenemen)
6
yang menimbulkan kerugian penanggung dapat berhadapan dengan siapa
pemilik atau pemegang hak.
b) Pemakaiannya;
b) Yang ditutup;
7
a) Klausula Premier Risque
Klausula ini menyatakan bahwa apabila pada asuransi dibawah nilai benda
terjadi kerugian, penanggung akan membayar ganti kerugian seluruhnya
sampai maksimum jumlah yang diasuransikan (Pasal 253 ayat 3 KUHD).
Klausula ini biasa digunakan pada asuransi pembongkaran dan pencurian,
asuransi tanggung jawab.
b) Klausula All Risk
Klausula ini menentukan bahwa penanggung memikul segala resiko atau
benda yang diasuransikan. ini berarti penanggung akan mengganti semua
kerugian yang timbul akibat peristiwa apapun, kecuali kerugian yang
timbul karena kesalahan tertanggung sendiri (Pasal 276 KUHD) dan
karena cacat sendiri bendanya (Pasal 249 KUHD).
c) Klausula Total Loss Only (TLO)
Klausula ini menentukan bahwa penanggung hanya menanggung kerugian
yang merupakan kerugian keseluruhan/total atas benda yang diasuransikan.
d) Klausula Sudah Diketahui (All Seen)
Klausula ini digunakan pada asuransi kebakaran. Klausula ini menentukan
bahwa penanggung sudah mengetahui keadaan, konstruksi, letak dan cara
pemakaian bangunan yang diasuransikan.
e) Klausula Renunsiasi (Renunciation)
Menurut Klausula penanggung tidak akan menggugat tertanggung, dengan
alasan pasal 251 KUHD, kecuali jika hakim menetapkan bahwa pasal
tersebut harus diberlakuan secara jujur atau itikad baik dan sesuai dengan
kebiasaan. berarti apabila timbul kerugian akibat evenemen tertanggung
tidak memberitahukan keadaan benda objek asuransi kepada penanggung,
maka penanggung tidak akan mengajukan pasal 251 KUHD dan
penanggung akan membayar klaim ganti kerugian kepada tertanggung.
f) Klausula Free Particular Average (FPA)
Bahwa penaggung dibebaskan dari kewajiban membayar ganti kerugian
yang timbul akibat peristiwa khusus di laut (Particular Average) seperti
ditentukan dalam pasal 709 KUHD dengan kata lain penanggung menolak
8
pembayaran ganti kerugian yang diklaim oleh tertanggung yang
sebenarnya timbul dari akibat peristiwa khusus yang sudah dibebaskan
klausula FPA.
g) Klausula Riot, Strike & Civil Commotion (RSCC)
Riot (kerusuhan) adalah tindakan suatu kelompok orang, minimal
sebanyak 12 orang, yang dalam melaksanakan suatu tujuan bersama
menimbulkan suasana gangguan ketertiban umum dengan kegaduhan dan
menggunakan kekerasan serta pengrusakan harta benda orang lain, yang
belum dianggap sebagai huru-hara.
Banker’s Clause atau Klausula Bank adalah suatu klausula yang tercantum
dalam Polis yang hanya dicantumkan atas permintaan pihak Bank dimana dalam
polis secara tegas dinyatakan bahwa Pihak Bank adalah sebagai penerima ganti
9
rugi atas peristiwa yang terjadi atas obyek pertanggungan sebagaimana
disebutkan dalam perjanjian asuransi (polis).
Klausula ini muncul sebagai akibat adanya hubungan hutang piutang antara
Debitur dan Kreditur dimana obyek pertanggungan adalah menjadi jaminan
Bank; sehingga klausula ini bukan merupakan standard yang pada umumnya
tercantum dalam Polis.
Asuransi pada umumnya dibagi menjadi dua bagian besar yaitu: Asuransi
Kerugian dan Asuransi Jiwa.
a) Asuransi Kebakaran;
b) Asuransi Kehilangan dan Kerusakan;
c) Asuransi laut;
d) Asuransi Pengangkutan;
e) Asuransi Kredit.
a) Asuransi Kecelakaan;
b) Asuransi Kesehatan;
c) Asuransi Jiwa Kredit.
10
1. Memuat keterangan yang keliru atau tidak benar atau bila tertanggung
tidak memberitahukan hal-hal yang diketahuinya sehingga apabila hal itu
disampaikan kepada penanggung akan berakibat tidak ditutupnya
perjanjian asuransi tersebut (Pasal 251 KUHD);
2. Memuat suatu kerugian yang sudah ada sebelum perjanjian asuransi
ditandatangani (Pasal 269 KUHD);
3. memuat ketentuan bahwa tertanggung dengan pemberitahuan
melalui pengadilan membebaskan si penanggung dari segala
kewajibannya yang akan datang (Pasal 272 KUHD);
4. Terdapat suatu akalan cerdik, penipuan, atau kecurangan si tertanggung
(Pasal 282 KUHD);
5. Apabila obyek pertanggungan menurut peraturan perundang-undangan
tidak boleh diperdagangkan dan atas sebuah kapal baik kapal Indonesia
atau kapal asing yang digunakan untuk mengangkut obyek pertanggungan
menurut peraturan perundang-undangan tidak boleh diperdagangkan
(Pasal 599 KUHD).
2.7. Sanksi
1. Perizinan usaha;
2. Kesehatan keuangan;
3. Penyelenggaraan usaha;
4. Penyampaian laporan;
11
5. Pengumuman neraca dan perhitungan laba rugi atau tentang
pemeriksaan langsung;
2. Sanksi Pidana.
12
b) Terhadap pelaku pembantu
Orang yang menerima, menadah, membeli, atau mengagunkan atau
menjal kembali kekayaan perusahaan hasil penggelapan dengan cara
tersebut yang diketahuinya atau patut diketahuinya bahwa barang–
barang tersebut adalah kekayaan Perusahaan Asuransi Kerugian atau
Perusahaan Asuransi Jiwa atau Perusahaan Reasuransi, dianjam
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling
banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta Rupiah).
c) Terhadap pemalsu dokumen
Orang yang secara sendiri–sendiri atau bersama–sama melakukan
pemalsuan atas dokumen Perusahaan Asuransi Kerugian atau
Perusahaan Asuransi Jiwa atau Perusahaan Reasuransi, diancam
dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak
Rp. 250.000.000 (dua ratus lima puluh juta Rupiah).
1. Tujuan dari klaim adalah untuk memberikan manfaat yang sesuai dengan
ketentuan dalam polis Anda. Agar klaim dapat diproses dan terbayar,
perhatikan berbagai ketentuan penting mengenai pengajuan klaim.
2. Sebelum mengajukan klaim, pastikan Anda memiliki manfaat yang sesuai
dengan yang tercatat di polis Anda. Contoh : Anda hanya memiliki asuransi
jiwa saja, maka secara otomatis kalau Anda mengajukan klaim rawat inap,
sudah pasti perusahaan asuransi tidak akan membayarkan klaimnya. Jadi teliti
kembali manfaat asuransi yang sudah Anda ambil, pastikan Anda memiliki
manfaat asuransi yang akan Anda klaim.
3. Anda harus memastikan bahwa polis Anda masih berada dalam keadaan
Inforce / berlaku / aktif. Jadi agar polis Anda senantiasa dalam keadaan
13
Inforce, pastikan Anda melakukan pembayaran / transaksi secara rutin
(terutama di dua tahun pertama, jangan sampai ada yang bolong).
4. Pastikan juga, polis Anda tidak dalam masa tunggu. Maksudnya masa tunggu
adalah masa mulai berlakunya perlindungan asuransi Anda. Contoh : untuk
perlindungan rawat inap yang disebabkan karena sakit, seperti : diare, demam
berdarah, infeksi saluran kencing, typhus, dll. Masa tunggunya adalah 30 hari
sejak diterima sebagai nasabah Asuransi. Ingat juga bahwa syarat untuk klaim
biasanya harus menjalani rawat inap, bisa minimal 1 x 24 jam atau 2 x 24 jam.
5. Untuk Anda yang menggunakan kartu, segera telepon ke nomor yang tertera
dalam kartu, agar prosesnya lebih cepat, atau segera hubungi Agen Asuransi
Anda. Pasti akan membantunya.
6. Jika polis Anda sudah pernah lapse, pastikan pada saat mengajukan klaim,
polis Anda tidak berada dalam masa tunggu maupun mengalami
pengecualian-pengecualian tertentu.
7. Pastikan juga, klaim yang Anda ajukan bukan pengecualian yang tertera
dalam Polis. Contoh : Anda sudah pernah menjalani operasi batu ginjal, nah
ketika Anda mengajukan sebuah polis, Anda diminta untuk medical. Dan
ternyata hasil medicalnya kurang bagus, sehingga untuk sakit karena batu
ginjal tidak dicover. Jadi kalau Anda mengajukan klaim karena batu ginjal,
otomatis perusahaan asuransi tidak akan membayarnya.
14
1) Formulir Klaim diisi oleh Tertanggung / Peserta / Pemegang Polis / Ahli
Waris (untuk klaim meninggal) , dengan menyertakan surat keterangan
dari dokter.
2) Tertanggung / Peserta / Pemegang Polis / Ahli Waris menyerahkan
dokumen peninjung klaim kepada perusahaan asuransi, seperti : kuitansi,
hasil rekam medis, hasil laboratorium, laporan kepolisian (jika klaim atas
kecelakaan) , dan dokumen yang diperlukan lainnya.
3) Cantumkan Nomor Polis dan Nomor Rekening Anda dengan Benar, dan
Tandatangani Pengajuan Klaim sesuai tanda tangan yang ada didalam
Polis, sertakan identitas diri juga (FC KTP / SIM / Paspor). Jadi Pastikan
Anda telah mencantumkan Nomor Polis dan Nomor Rekening Pemegang
Polis yang jelas, lengkap dan benar.
4) Perusahaan Asuransi akan melakukan proses validasi terhadap dokumen
pelengkap dan verifikasi kepada Pemegang Polis / Tertanggung / Ahli
Waris dan Dokter atau rumah sakit bila diperlukan.
5) Apabila hasil validasi dan verifikasi oleh perusahaan asuransi sudah sesuai
dengan ketentuan, maka pembayaran klaim akan diproses oleh bagian
klaim.
6) Manfaat asuransi akan dibayarkan / ditransfer kepada Pemegang Polis /
Tertanggung / Peserta / Ahli Waris.
Dengan melihat ketentuan diatas , klaim bukan lagi masalah yang rumit,
klaim adalah masalah mudah. Perusahaan asuransi akan membayar klaim Anda
dengan cepat.
BAB III
15
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1) Tujuan dari klaim adalah untuk memberikan manfaat yang sesuai dengan
ketentuan dalam polis Anda.
2) Sebelum mengajukan klaim, pastikan Anda memiliki manfaat yang sesuai
dengan yang tercatat di polis Anda.
3) Anda harus memastikan bahwa polis Anda masih berada dalam keadaan
Inforce / berlaku / aktif.
4) Pastikan juga, polis Anda tidak dalam masa tunggu.
5) Untuk Anda yang menggunakan kartu, segera telepon ke nomor yang tertera
dalam kartu, agar prosesnya lebih cepat, atau segera hubungi Agen Asuransi
Anda.
16
6) Jika polis Anda sudah pernah lapse, pastikan pada saat mengajukan klaim,
polis Anda tidak berada dalam masa tunggu maupun mengalami
pengecualian-pengecualian tertentu.
7) Pastikan juga, klaim yang Anda ajukan bukan pengecualian yang tertera
dalam Polis.
17
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
H. Mashudi, SH. MH dan Moch. Chidir Ali, SH. (Alm.).1995. Hukum Asuransi.
Penerbit CVMandar Maju.
Non buku:
http://bisnis.liputan6.com/read/2352078/bnp2tki-minta-pencairan-klaim-asuransi-
tki-bisa -lebih-cepat Di akses 19/11/2015
http://suriadirgantara.blogspot.co.id/2012/03/klaim-asuransi-permasalahan-
dan.html Diakses 19/11/2015
KUHD.Pdf