Anda di halaman 1dari 14

PT ASURANSI FANCY

DISUSUN OLEH :
NAMA : PRASAYU NURHIDAYAH APRILIA

PENGANTAR MANAJEMEN
UNIVERSITAS INTERNASIONAL BATAM
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Resiko dimasa datang dapat terjadi terhadap kehidupan sesorang misalnya kematian, sakit atau
resiko dipecat dari pekerjaannya. Dalam dunia bisnis resiko yang dihadapi dapat berupa resiko
kerugian akibat kebakaran, kerusakan atau kehilangan atau resiko lainnya. Oleh karena itu setiap
resiko yang akan dihadapi harus ditanggulangi sehingga tidak menimbulkan kerugian yang lebih
besar lagi.
Untuk mengurasngi resiko yang tidak diinginkan dimasa yang akan datnag, seperti resiko
kehilangan, resiko kebakaran, resiko macetnya pinjaman kredit bank atau resiko laiinnya, maka
diprlukan perusahaan yang mau menanggung rediko tersebut. Adalah perusahaan asuransi yang
mau menanggung resiko yang bakal dihadapi nasabahnya baik perorangan maupun badan usaha.
Hal ini disebabkan perusahaan asuransi merupakan perusahaan yang melakukan usaha
pertanggung jawaban terhadap resiko yang akan dihadapi oleh nasabahnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian dari Asuransi?
2. Tujuan dan jenis – jenis dari Asuransi?
3. Terjadinya dan Berakhirnya Asuransi?
4. Apakah keuntungan dari Asuransi
5. Apa saja prinsip-prinsip asuransi ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Asuransi
Didalam pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) disebut bahwa, “Asuransi
atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang penangung mengikatkan diri
kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu Premi, untuk memberikan penggantian
kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapakan,
yang mungkin akan diderita karena suatu peristiwa yang tak tertentu.”
Menurut Wirdjono Prodjodikoro dalam bukunya Hukum Asuransi di Indonesia, asuransi adalah
suatu persetujuan dimana pihak yang menjamin berjanji kepada pihak yang dijamin, untuk
menerima sejumlah uang premi sebagai pengganti kerugian, yang mungkin akan diderita oleh
yang dijamin, karena akibat dari suatu peristiwa yang belum jelas.
D.S. Hansell dalam bukunya Elements of Insurance menayatakan bahwa asuransi selalu
berkaitan dengan resiko (Insurance is to do with risk).
Menurut Robert I. Mehr dan Emerson Cammack, dalam bukunya Principles of Insurance
menyatakan bahwa suatu pengalihan resiko (transfer of risk) disebut asuransi.
Berdasaarkan pengertian pasal 246 KUHD dapat disimpulkan ada tiga unsur dalam Asuransi,
yaitu:
1. Pihak tertanggung, yakni yang mempunyai kewajiban membayar uang premi kepada
pihak penanggung baik sekaligus atau berangsur-angsur
2. Pihak penanggung, mempunyai kewajiban untuk membayar sejumlah uang kepada pihak
tertanggung, sekaligus atau berangsur-angsur apabila unsur ketiga berhasil
3. Suatu kejadian yang semula belum jelas akan terjadi

B. Tujuan Dan Jenis-Jenis Asuransi


1. Tujuan Asuransi
Menurut Prof. Ny. Emmy Pangaribuan Simanjuntak, S. H., asuransi itu mempunyai tujuan,
pertama-tama ialah: mengalihkan segala resiko yang ditimbulkan peristiwa-peristiwa yang tidak
diharapkan terjadi kepada orang lain yang mengambil resiko untuk mengganti kerugian. Pikiran
yang terselip dalam hal ini ialah, bahwa lebih ringan dan mudah apabila yang menanggung
resiko dari kekurangan nilai benda-benda itu beberapa orang daripada satu orang saja, dan akan
memberikan suatu kepastian mengenai kestabilan dari nilai harat bendanya itu jika ia akan
mengalihkan resiko itu kepada suatu perusahaan, dimana dia sendiri saja tidak berani
menanggungnya.
Sebaliknya seperti yang dikemukakan oleh Mr. Dr. A. F. A. Volman bahwa orang-orang lain
yang menerima resiko itu, yang disebut penanggung bukanlah semata-mata melakukan itu demi
prikemanusiaan saja dan bukanlah pula bahwa dengan tindakan itu kepentingan-kepentingan
mereka jadi korban untuk membayar sejumlah uang yang besar mengganti kerugian-kerugian
yang ditimbulkan oleh peristiwa-peristiwa itu.
Para penanggung itu adalah lebih dapat menilai resiko itu dalam perusahaan mereka, daripada
seseorang tertanggung yang berdiri sendiri, oleh karena itu biasanya didalam Praktek para
penanggung asuransi yang sedemikian banyaknya, mempunyai dan mempelajari pengalaman-
pengalaman mereka tentang penggantian kerugian yang bagaimana terhadap sesuatu resiko yang
dapat memberikan suatu kesempatan yang layak untuk adanya keuntungan.

2. Jenis-jenis Asuransi
Berdasarkan pasal 247 KUHD menyebutkan tentang lima macam asuransi ialah:
1. Asuransi terhadap kebakaran
2. Asuransi terhadap bahaya hasil-hasil pertanian
3. Asuransi terhadap kematian orang ( Asuransi jiwa )
4. Asuransi terhadap bahaya dilaut dan perbudakan
5. Asuransi terhadap bahaya dalam pengangkutan didarat dan disungai-sungai
Secara garis besar asuransi terdiri dari tiga kategori, yaitu:
1. Asuransi Kerugian
Terdiri dari asuransi untuk harta benda (property, kendaraan), kepentingan keungan
(pecuniary), tanggung jawab hokum (liability), dan asuransi diri (kecelakaan atau
kesehatan)
1. Asuransi Jiwa
Pada hakikatnya merupakan suatu bentuk kerjasama antara orang-orang yang
menghindarkan atau minimal mengurangi resiko yang diakibatkan oleh resiko kematian
(yang pasti terjadi tetapi tidak pasti kapan terjadinya), resiko hari tua (yang pasti terjadi
dan dapat diperkirakan kapan terjadinya, tetapi tidak pasti berapa lama) dan resiko
kecelakaan (yang tidak pasti terjadi, tetpi tidak mustahil terjadi).
1. Asuransi Sosial
Adalah program asuransi wajib yang diselenggarakan oleh pemerintah berdasarkan
undang-undang. Maksud dan tujuan asuransi social adalah menyediakan jaminan dasar
bagi masyrakat dan tidak bertujuan untuk mendapat keuntungan komersial.

C. Terjadinya dan Berakhirnya Asuransi

1. Kapan Terjadinya Perjanjian Asuransi


perjanjian asuransi atau perjanjian pertanggungan secara umum oleh
KUH Perdata disebutkan sebagai salah satu bentuk perjanjian untung-untungan, sebenarnya
merupakan satu penerapan yang sama sekali tidak tepat. Peristiwa yang belum pasti terjadi itu
merupakan syarat baik dalam perjanjian untung-untungan maupun dalam perjanjian asuransi atau
pertanggungan. Perjanjian itu diadakan dengan maksud untuk memperoleh suatu kepastian atas
kembalinya keadaan atau ekonomi sesuai dengan semula sebelum terjadi peristiwa. Batasan
perjanjian asuransi secara formal terdapat dalam pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum
Dagang.
Suatu premi mengikat dirinya terhadap tertanggung untuk membebaskan dari kerugian karena
kehilangan, kerugian atau ketiadaan keuntungan yang diharapkan yang akan dapat diderita
olehnya, karena suatu kejadian yang belum pasti. Perjanjian asuransi atau pertanggungan itu
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1. Perjanjian asuransi merupakan suatu perjanjian penggantian kerugian (shcadeverzekering
atau indemniteits contract). Penanggung mengikatkan diri untuk menggantikan kerugian
karena pihak tertanggung menderita kerugian dan yang diganti itu adalah seimbang
dengan kerugian yang sungguh-sungguh diderita (prinsip indemnitas).
2. Perjanjian asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian bersyarat.
3. Perjanjian asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian timbal balik.
4. Kerugian yang diderita adalah sebagai akibat dari peristiwa yang tidak tertentu atas mana
diadakan pertanggungan.
Perjanjian asuransi sebagai perjanjian yang bertujuan memberikan proteksi. Dapat dilihat dari
batasan pasal 246 KUHD, lebih lanjut ditelaah unsur-unsur sebagai berikut:
1. Pihak pertama ialah penanggung, yang dengan sadar menyediakan diri untuk menerima
dan mengambil alih risiko pihak lain.
2. Pihak kedua adalah tertanggung, yang dapat menduduki posisi tersebut dalam
perorangan, kelompok orang atau lembaga, badan hukum termasuk perusahaan atau
siapapun yang dapat menderita kerugian.
Untuk menyatakan kapan perjanjian asuransi yang dibuat oleh tertanggung dan penanggung itu
terjadi dan mengikat kedua pihak, dari sudut pandang ilmu hukum terdapat 2 (dua) teori
perjanjian tersebut:
1. Teori tawar-menawar (bargaining thoery). Menurut teori ini, setiap perjanjian hanya akan
terjadi antara kedua belah pihak apabila penawaran (offer) dari pihak yang satu
dihadapkan dengan penerimaan (acceptance) oleh pihak yang lainnya dan sebaliknya.
Keunggulan toeri tawar-menawar adalah kepastian hukum yang diciptakan berdasarkan
kesepakatan yang dicapai oleh kedua pihak dalam asuransi antara tertanggung dan
penanggung.
2. Teori penerimaan (acceptance theory). Dalam hukum Belanda, teori ini disebut ontvangst
theorie mengenai saat kapan perjanjian asuransi terjadi dan mengikat tertanggung dan
penanggung, tidak ada ketentuan umum dalam undang-undang perasuransian, yang ada
hanya persetujuan kehendak antara pihak-pihak (pasal 1320 KUH Perdata). Menurut teori
penerimaan, perjanjian asuransi terjadi dan mengikat pihak-pihak pada saat penawaran
sungguh-sungguh diterima oleh tertanggung. Atas nota persetujuan ini kemudian
dibuatkan akta perjanjian asuransi oleh penanggung yang disebut polis asuransi.

Perjanjian asuransi yang telah terjadi harus dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut
polis (pasal 255 KUHD). Polis ini merupakan satu-satunya alat bukti tertulis untuk membuktikan
bahwa asuransi telah terjadi. Untuk mengatasi kesulitan jika terjadi sesuatu setelah perjanjian
namun belum sempat dibuatkan polisnya atau walaupun sudah dibuatkan atau belum
ditandatangi atau sudah di tandatangi tetapi belum diserahkan kepada tertanggung kemudian
terjadi evenemen yang menimbulkan kerugian tertanggung.
Pada pasal 257 KUHD memberi ketegasan, walaupun belum dibuatkan polis, asuransi sudah
terjadi sejak tercapai kesepakatan antara tertanggung dan penanggung. Sehingga hak dan
kewajiban tertanggung dan penanggung timbul sejak terjadi kesepakatan berdasarkan nota
persetujuan. Bila bukti tertulis sudah ada barulah dapat digunakan alat bukti biasa yang diatur
dalam hukum acara perdata.
Ketentuan ini yang dimaksud oleh pasal 258 ayat (1) KUHD. Syarat-syarat khusus yang
dimaksud dalam pasal 258 KUHD adalah mengenai esensi inti isi perjanjian yang telah dibuat
itu, terutama mengenai realisasi hak dan kewajiban tertanggung dan penanggung seperti:
penyebab timbul kerugian (evenemen); sifat kerugian yang menjadi beban penanggung;
pembayaran premi oleh tertanggung; dan klausula-klausula tertentu.
2. Berakhirnya Asuransi
Ada empat hal yang menyebabkan Perjanjian asuransi berakhir, antara lain sebagai
berikut:
1. Karena Terjadi Evenemen
2. Karena Jangka Waktu Berakhir
3. Karena Asuransi Gugur
4. Karena Asuransi Dibatalkan

1. Karena Terjadi Evenemen


Dalam asuransi jiwa, satu-satunya evenemen yang menjadi beban penanggung adalah
meninggalnya tertanggung. Terhadap evenemen inilah diadakan asuransi jiwa antara tertanggung
dan penanggung. Apabila dalam jangka waktu yang diperjanjikan terjadi peristiwa meninggalnya
tertanggung, maka penanggung berkewajiban membayar uang santunan kepada penikmat yang
ditunjuk oleh tertanggung atau kepada ahli warisnya. Sejak penanggung melunasi pembayaran
uang santunan tersebut, sejak itu pula asuransi jiwa berakhir.
Apa sebabnya asuransi jiwa berakhir sejak pelunasan uang santunan, bukan sejak meninggalnya
tertanggung (terjadi evenemen). Menurut hukum perjanjian, suatu perjanjian yang dibuat oleh
pihak-pihak berakhir apabila prestasi masing-masing pihak telah dipenuhi. Karena asuransi jiwa
adalah perjanjian, maka asuransi jiwa berakhir sejak penanggung melunasi uang santunan
sebagai akibat dan meninggalnya tertanggung. Dengan kata lain, asuransi jiwa berakhir sejak
terjadi evenemen yang diikuti dengan pelunasan klaim.
2. Karena Jangka Waktu Berakhir
Dalam asuransi jiwa tidak selalu evenemen yang menjadi beban penanggung itu terjadi bahkan
sampai berakhirnya jangka waktu asuransi. Apabila jangka waktu berlaku asuransi jiwa itu habis
tanpa terjadi evenemen, niaka beban risiko penanggung berakhir. Akan tetapi, dalam perjanjian
ditentukan bahwa penanggung akan mengembalikan sejumtah uang kepada tertanggung apabila
sampai jangka waktu asuransi habis tidak terjadi evenemen. Dengan kata lain, asuransi jiwa
berakhir sejak jangka waktu berlaku asuransi habis diikuti dengan pengembalan sejumlah uang
kepada tertanggung.
3. Karena Asuransi Gugur
4. Karena Asuransi Dibatalkan
Asuransi jiwa dapat berakhir karena pembatalan sebelum jangka waktu berakhir. Pembatalan
tersebut dapat terjadi karena tertanggung tidak melanjutkan pembayaran premi sesuai dengan
perjanjian atau karena permohonan tertanggung sendiri. Pembatalan asuransi jiwa dapat terjadi
sebelum premi mulai dibayar ataupun sesudah premi dibayar menurut jangka waktunya. Apabila
pembatalan sebelum premi dibayar, tidak ada masalah. Akan tetapi, apabila pembatalan setelah
premi dibayar sekali atau beberapa kali pembayaran (secara bulanan), Karena asuransi jiwa
didasarkan pada perjanjian, maka penyelesaiannya bergantung juga pada kesepakatan pihak-
pihak yang dicantumkan dalam

A. Keuntungan Asuransi
Pengetahuan masyarakat terhadap jasa asuransi memang belum seperti pemahamannya
terhadap menabung konvensional baik di bank umum maupun bank syariah. Padahal dari sisi
mengelola keuangan, dengan berbagai bentuk jasa asuransi, sama-sama menertibkan dalam hal
mengelola keuangan terutama untuk pos-pos tertentu yang sifatnya darurat. Sekalipun
manajemen asuransi terus meningkat dan berbagai macam asuransi disediakan oleh perusahaan
asuransi besar, image di masyarakat tentang perusahaan asuransi tidak salamanya positif.
Beberapa model stigma negatif terhadap perusahaan asuransi misalnya saja menggadaikan
nyawa kepada lembaga, ini untuk jenis asuransi kesehatan atau kecelakaan. Susah mengurus
klaim, ini untuk hampir seluruh jenis asuransi. Padahal yang terakhir ini hanya gara-gara data
yang tidak valid atau kelengkapan administrasi yang tidak bisa dipenuhi.
Dengan pengetahuan yang belum baik tentang asuransi, dengan demikian keuntungan
asuransi bagi sebagian masyarakat Indonesia belum begitu dipahami. Dengan demikian, budaya
asuransi masih belum terlalu akrab di tengah masyarakat Indonesia. Kalaupun telah memiliki
pemahaman bahwa yang namanya kecelakaan tidak bisa diprediksi sehingga perlu
mempersiapkan dana khusus sebagai persiapan menanggalungi keadaan darurat, masih banyak
yang berpikir untuk mempersiapkan dana tersebut dalam bentuk tabungan dan membeli emas
bukan dalam bentuk menjadi nasabah asuransi kesehatan atau asuransi jiwa misalnya.
Secara umum yang menjadi penyebab belum tertariknya masyarakat Indonesia terhadap
berbagai program asuransi adalah sebagian masyarakat Indonesia masih memiliki perekonomian
yang kurang stabil. Sehingga mereka lebih banyak memilih untuk membelanjakan uang mereka
guna membeli kebutuhan sehari-hari daripada untuk hal lain yang dianggap kurang penting atau
untuk mempersiapkan hal-hal yang sifatnya darurat. Memang tidak bisa dipungkiri dengan masih
terbatasnya penghasilan, masyarakat Indonesia masih sulit untuk memenuhi pos-pos kebutuhan.
Sehingga masih berkutat dalam mengatasi kebutuhan untuk pos yang sifatnya kebutuhan primer
dan sekunder semata. Dan pengertian kebutuhan primer dan sekunder juga dipahami dalam arti
sempit.
Salah satunya adalah asuransi. Padahal kalau dilihat dari manfaat, sebenarnya program
asuransi ini termasuk kebutuhan primer. Karena itulah tidak perlu heran sekalipun
mengedepankan tentang keuntungan asuransi ini, namun pandangan sebagian masyarakat
Indonesia asuransi sama saja dengan membuang uang. Selain itu ada pandangan dari masyarakat
yang menganggap bahwa asuransi adalah haram. Sebab, dengan asuransi itu dianggap sama
halnya dengan mengandalkan keselamatan dan menggadaikan diri pada sesama manusia.
Padahal, pandangan seperti itu sebenarnya keliru. Karena pada dasarnya asuransi bukan
membuang uang atau mengandalkan masalah keselamatan pada sesama manusia.
Pada dasarnya, asuransi adalah sebuah kegiatan yang bersifat mengalihkan resiko sesuatu
pada pihak ketiga. Sehingga apabila kita mendapatkan musibah atau bencana, yang akan
mengganti semua kerugian kita adalah pihak asuransi. Secara nilai nominal, kita akan
mendapatkan ganti rugi atas semua hal yang sudah dijaminkan pada perusahaan asuransi
tersebut. Sehingga kalaupun ada kejadian atau kondisi darurat, menjadi nasabah asuransi tidak
perlu bingung seperti sering dialami masyarakat, terutama ketika uang dalam bentuk tabungan
atau barang berharga tidak cukup.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa ketika mengurus klaim terhadap perusahaan atau
menuntut hak kita sebagai nasabah perusahaan asuransi tersebut, tidak segampang mencairkan
uang di dalam tabungan atau menjual barang berharga seperti emas. Untuk mengajukan klaim
kepada perusahaan asuransi diperlukan persyaratan administrasi yang sebenarnya sejak awal
sudah disepakati. Hal ini terutama sebagai salah satu langkah mengatasi berbagai cara orang
jahat yang memanfaatkan proses klaim asuransi ini. Dengan demikian ketika persyaratan
administrasi telah terpenuhi, perusahaan asuransi akan dengan mudah melaksanakan berbagai
klaim yang diajukan oleh para nasabah. Bahkan sekarang ini perusahaan asuransi telah bekerja
dengan perusahaan lain secara langsung, seperti misalnya dengan rumah sakit atau klinik
kesehatan untuk jenis asuransi kesehatan atau asuransi jiwa. Sehingga ketika seorang nasabah
asuransi kesehatan mengalami keadaan darurat, cukup menunjukkan kartu asuransi, dan rumah
sakit atau klinik kesehatan itulah yang secara langsung mengajukan klaim kepada perusahaan
asuransi setelah melayani nasabah asuransi tersebut.
Keuntungan dari usaha asuransi untuk masing – masing pihak adalah sebagai berikut.

1. Bagi nasabah
Masyarakat yang menolak konsep asuransi, biasanya disebabkan karena kurangnya
pengetahuan mereka pada keuntungan asuransi. Selain itu, ada sebuah stigma tradisional yang
menyebabkan seseorang sudah merasa apriori pada kata asuransi. Beberapa stigma negatif
seperti telah disebutkan sebelumnya semakin diyakini sebagai sebuah kebenaran ketika pihak
perusahaan asuransi sendiri misalnya tidak memberikan edukasi secara jelas dan tepat. Terlepas
dari itu semua, beberapa keuntungan asuransi yang bisa didapatkan seseorang ketika menjadi
nasabah perusahaan asuransi antara lain :
a. Memberikan rasa aman dan ketenangan hidup.
b. Merupakan simpanan yang pada saat jatuh tempo dapat ditarik kembali.
c. Terhindar dari risiko kerugian atau kehilangan.
d. Memperoleh penghasilan di masa yang akan datang.
e. Memperoleh penggantian akibat kerusakan atau kehilangan.
f. Menjadikan seseorang bisa lebih tertib dalam mengatur keuangan mereka.
g. Memudahkan urusan.
2. Bagi perusahaan asuransi
a. Keuntungan dari premi yang diberikan ke nasabah.
b. Keuntungan dari hasil penyertaan modal di perusahaan lain.
c. Keuntungan dari hasil bunga dari investasi di surat – surat berharga.

B. Prinsip-prinsip Asuransi
Pelaksanaan perjanjian asuransi antara perusahaan asuransi dengan pihak nasabannya
tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Setiap perjanjian dilakukan mengandung perinsip –
perinsip asuransi. Tujuan adalah untuk menghindari hal – hal yang tidak diinginkan dikemudian
hari antara pihak perusahaan asuransi dengan pihak nasabahnya.
Prinsip – perinsip asuransi yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Insurable Interest merupakan hal berdasarkan hukum untuk mempertanggungkan suatu
risiko berkaitan dengan keuangan, yang diakui sah secara hukum antara tertanggung dan suatu
yang dipertanggungkan dan dapat menimbulkan hal dan kewajiban keuangan secara hukum.
Semua ini tergambar dari kontrak asuransi. Kemudian dalam hal ini perlu menyebutkan adanya
kepentingan terhapa berang yang dipertanggungkan.
2. Utmost Good Faith aua “itikad baik” dalam penetapan setiap suatu kontrak haruslah
didasarkan kepada iktikad baik antara tertanggung dan penanggung mengenai seluruh informasi
baik materi ril maupun ummaterill.
3. Indeminity atau ganti rugi artinya mengendalikan posisi leuangan tertanggu setelah terjadi
kerugian seperti pada posisi sebelum terjadi kerugian tersebut. Dalam hal ini tidak berlaku bagi
kontrak asuransi jiwa dan asuransi kecelakaan karena perinsip ini didasarkan kepada kerugian
yang bersifat keuangan.
4. Proximate Cause adalah suatu sebab aktif, efisien yang mengakibatkan terjadinya suatu
peristiwa secara berantai atau berurutan atau intervinsi kekuatan lain, diawali dan bekerja dengan
aktif dari suatu sumber baru dan independen.
5. Subrogation merupakan hal penanggung yang telah memberikan ganti rugi kepada
tertanggung untuk untuk menuntut pihak lain yang mengakibatkan kepentingan suransi
mengalami suatu peristiwa kerugian. Aritnya dengan perinsip ini penggantian kerugian tidak
mungkin lebih besar dari kerugian yang benar-benar dideritanya.
6. Contribution suatu perinsip dimana penanggungan berhak mengajak penanggung –
penanggung lain yang memiliki kepentingan yang sama untuk ikut bersama membayar ganti rugi
kepada seseorang tertanggung, meskipun jumlah tanggungan masing – masing penanggung
belum tentu sama besar.

C. Jenis-jenis Risiko
Dalam pertanggungan asurasni terdapat berbagai jenis risiko yang dihadapi, besar
kecilnya suatu risiko merupakan salah satu pertimbangan besarnya premi asuransi yang harus
dibayar.
Dalam peraktinya risiko – risiko yang timbul dari setiap pemberian usaha pertanggungan
asuransi adalah sebagai berikut :
1. Risiko murni, artinya bahwa ada ketidak pastian terjadinya sesuatu kerugian atau dengan
kata lain hanya ada peluang merugi dan bukan suatu peluang keuntungan, contoh rumah
mungkin akan terbakar, atau mobil yang dikendarai akan tertabrak atau kapal dan muatanya
mungkin akan tenggelam. Jadi dalam hal ini kerugian terjadi atau tidak terjadi sama sekali.
2. Risiko spekulatif, artinya risiko dengan terjadinya dua kemungkinan, yaitu peluang untuk
mengalami kerugian keuangan atau memperoleh keuntungan dalam hal ini kemungkinan terjadi
kerugian atau keuntungan.
3. Risiko individu
Risiko individu dibagi tiga macam :
a. Risiko perbadi, risiko kemampuan seseorang untuk memperoleh keuntungan, akibat
sesuatu hal seperti sakit, kehilangan pekerjaan atau mati.
b. Risiko harta, risiko kehilangan harta apakah dicuri hilang atau rusak yang menyebabkan
kerugian keuangan.
c. Risiko tanggung gugat, yaitu risiko yang disebabkan apabila kita menanggung kerugian
seseorang dan kita harus membayar. Contohnya kelalayan dijalan yang menyebabkan
orang lain tertabrak dan harus mengganti kerugian tersebut.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut UU no.2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, asuransi atau pertanggungan
adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkn diri
kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang
timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
Pada dasarnya, asuransi dapat memberikan manfaat bagi pihak tertanggung, antara lain
dapat memberikan rasa aman dan perlindungan, sebagai pendistribusian biaya dan manfaat yang
lebih adil, polis asuransi dapat dijadikan jaminan untuk memperoleh kredit, sebagai tabungan
dan sumber pendapatan, sebagai alat penyebaran risiko, serta dapat membantu meningkatkan
kegiatan usaha.

B. Saran
Sebaiknya masyarakat mengikuti program asuransi, karena program ini memiliki banyak
manfaat bagi pihak tertanggung, seperti yang telah diuraikan dalam materi makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai