Anda di halaman 1dari 16

Diva Humaira Ardhini (FH UI 2018)

HUKUM ASURANSI
sebelum UTS

PENGANTAR ASURANSI
Asuransi berkaitan dengan risiko. Risiko sendiri adalah suatu peristiwa yang
belum tentu terjadi, tetapi apabila terjadi bisa mengakibatkan kerugian, injuries,
atau kematian.

Apabila telah terjadi, bukan lagi risiko. Misalnya, ada mobil ditabrak dua hari yang
lalu. Mobil tersebut rusak. Pemilik baru mengasuransikan mobil tersebut hari ini.
Maka hal yang terjadi dua hari yang lalu itu bukan risiko.

pengertian
Pasal 246 KUHD:
“Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang
penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima
suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan di
deritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu.”
Pasal 1 angka 1 UU No. 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian:
“Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan
pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan
asuransi sebagai imbalan untuk:
a. memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis
karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan,
atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita
tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang
tidak pasti; atau
b. memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya
tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya
tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau
didasarkan pada hasil pengelolaan dana.”

Asuransi dengan sederhana dapat disebut sebagai mengalihkan risiko kepada


perusahaan asuransi.
Asuransi mengalihkan risiko dari tertanggung ke penanggung di mana
penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung dengan menerima
suatu premi (biaya pengalihan risiko) untuk memberikan penggantian kepada
si tertanggung karena suatu kerugian.
Diva Humaira Ardhini (FH UI 2018)

subyek atau pihak-pihak dalam asuransi


Dalam asuransi, sebagaimana dalam perjanjian yang lain, ada pihak yang saling
berjanji (contracting party).
a. Penanggung
Pasal 246 KUHD: “Penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung
dengan memperoleh premi, untuk memberikan kepadanya ganti rugi
karena suatu kehilangan, kerusakan, atau tidak mendapatkan keuntungan
yang diharapkan, yang mungkin dapat diderita karena suatu peristiwa
yang tidak pasti.”
Di dalam UU No. 40 Tahun 2014 tidak terdapat istilah penanggung, tapi
langsung disebutkan dengan Perusahaan Asuransi.
b. Tertanggung
Pasal 246 KUHD: “Pihak yang membayar premi dan menerima ganti rugi
karena suatu kehilangan, kerusakan, atau tidak mendapatkan keuntungan
yang diharapkan, yang mungkin diderita karena suatu peristiwa tidak
pasti.”
Di dalam Pasal 1 angka 23 UU No. 40 Tahun 2014: “Tertanggung adalah
pihak yang menghadapi risiko sebagaimana diatur dalam perjanjian
asuransi atau perjanjian reasuransi.”
c. Pemegang polis
Istilah pemegang polis hanya terdapat dalam Pasal 1 angka 23 UU No. 40
Tahun 2014, yaitu:
“Pihak yang mengikatkan diri berdasarkan perjanjian dengan Perusahaan
Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi, atau
Perusahaan Reasuransi Syariah untuk mendapatkan perlindungan atau
pengelolaan atas risiko bagi dirinya, tertanggung, atau perserta lain.”
Intinya, pembuat perjanjian disebut sebagai pemegang polis. Pemegang polis
adalah pihak yang melakukan perjanjian asuransi dengan perusahaan asuransi
(penanggung). Tertanggung adalah orang yang dijamin oleh perusahaan
asuransi. Pemegang polis belum tentu adalah tertanggung, tetapi pemegang
polis bisa jadi tertanggung dalam hal yang sama.
Misalnya, seorang ayah membuat asuransi untuk dirinya sendiri dan
keluarganya.
Ayah = pemegang polis + tertanggung
Ibu & anak = tertanggung
Jadi, asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu pemegang polis
(tertanggung) dan perusahaan asuransi. Isi perjanjian asuransi tersebut secara
singkat mencakup hak dan kewajiban para pihak.
Diva Humaira Ardhini (FH UI 2018)

Hak dan kewajiban para pihak:

hak kewajiban
pemegang mendapat ganti kerugian membayar premi asuransi
polis atas risiko yang
diperjanjikan (dalam
asuransi jiwa disebut
manfaat asuransi)
perusahaan mendapatkan premi dari membayar kerugian karena
asuransi tertanggung (pemegang risiko kepada
polis) tertanggung/pemegang polis

Apabila pihak tertanggung tidak membayar premi (wanprestasi), pihak


tertanggung tidak berhak untuk mendapatkan ganti kerugian dari perusahaan
asuransi. Karena perjanjian asuransi sempurna ketika premi sudah dibayar.

PERJANJIAN ASURANSI
Perjanjian asuransi: harus ada dua pihak (penanggung-tertanggung)

objek asuransi
Objek asuransi dapat berupa benda, hak atau kepentingan yang melekat pada
benda, dan sejumlah uang yang disebut premi atau ganti kerugian.
Pasal 1 angka 25 UU No. 40 Tahun 2014:
“Obyek asuransi adalah jiwa raga, kesehatan manusia, tanggung jawab hukum,
benda dan jasa, serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak,
rugi, dan/atau berkurang nilainya.”
Pasal 247 KUHD
“Pertanggungan-pertanggungan itu antara lain dapat mengenai
bahaya kebakaran;
bahaya yang mengancam hasil-hasil pertanian yang belum dipaneni;
bahaya yang mengancam pengangkutan di daratan, di sungai-sungai,
dan di perairan darat
mengenai dua macam pertanggungan yang tersebut terakhir akan diatur di
dalam buku yang berikut.”
Diva Humaira Ardhini (FH UI 2018)

Dari ketentuan tersebut, pada prinsipnya ada dua jenis asuransi, yaitu:
1. Asuransi kerugian, meliputi asuransi kebakaran, asuransi hasil
pertanian, asuransi laut, serta asuransi pengangkutan.
2. Asuransi jiwa
Perbedaan dari dua jenis asuransi tersebut adalah:

asuransi kerugian asuransi jiwa


"peristiwa apabila pada masa tenggang apabila terjadi kematian
yang tak waktu yang tersebut dalam dalam waktu yang lebih
tertentu" polis terjadi hal-hal yang singkat daripada waktu yang
mengakibatkan kerugian, disebutkan di dalam polis.
misalnya asuransi kebakaran
gudang yang diasuransikan
terbakar.
jumlah ganti dihitung dengan ditetapkan terlebih dahulu di
kerugian membandingkan harga awal perjanjian (Pasal 305
barang yang hilang atau rusak KUHD)
dengan harga barang
sebelum timbul kehilangan
atau kerusakan

Apabila mobil keluaran 2012 diasuransikan di tahun 2012 dan terjadi


kecelakaan pada tahun 2020, risiko yang dibayarkan perusahaan asuransinya
akan menurun karena adanya penurunan value.
Berbeda dengan jiwa. Apabila jiwa diasuransikan sebesar 1 miliar di tahun 2012
dan tertanggung meninggal di tahun 2020, perusahaan asuransi akan tetap
membayar sebesar 1 miliar.
tipe asuransi (pak kornel): Objek, personal, dan third party insurance.
Vicarious liability: pertanggungjawaban seseorang terhadap pihak lain.
Misalnya, yang bikin kerugian anjing, yang disuruh bayar majikannya. Yang
diasuransikannya adalah pihak ketiga (third party insurance).
Contoh third party insurance: Michael Jackson meninggal sebelum konser, si
penyelenggara konsernya bisa minta ganti rugi ke perusahaan asuransi
(apabila diasuransikan).
Intinya, dalam perkembangnnya, objek asuransi itu gak limited dalam Pasal 247
KUHD.

syarat sah perjanjian asuransi


Syarat sah perjanjian dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Pada dasarnya, asuransi
merupakan perjanjian. Maka perjanjian asuransi juga harus memenuhi syarat
sah perjanjian yang ada di dalam KUH Perdata, yaitu:
Diva Humaira Ardhini (FH UI 2018)

Syarat subjektif, yang apabila tidak terpenuhi, perjanjian dapat dibatalkan


1. Sepakat;
2. Cakap;
Syarat objektif, yang apabila tidak terpenuhi, perjanjian batal demi hukum (null
and void)
3. Hal tertentu;
4. Suatu sebab yang halal.
Secara generalis, syarat sah asuransi ada di KUH Perdata (syarat sah
perjanjian), tetapi secara spesialis ada di KUHD.
Tidak ada aturan yang menyatakan bahwa perjanjian harus dalam bentuk tertulis,
tapi khusus untuk perjanjian asuransi, terdapat ketentuan bahwa perjanjuan
asuransi harus dalam bentuk tertulis (Pasal 255 KUHD).
Selain memenuhi syarat sah perjanjian, suatu perjanjian asuransi juga harus
memenuhi prinsip utmost good faith yang diatur dalam Pasal 251 KUHD.
Pasal 251 KUHD
“Setiap keterangan yang keliru atau tidak benar, ataupun setiap tidak
memberitahukan hal2 yang diketahui oleh si tertanggung, betapapun itikad baik
ada padanya, yang demikian sifatnya, sehingga, seandainya si penanggung
telah mengetahui keadaan yang sebenarnya, perjanjian itu tidak akan ditutup
atau tidak ditutup dengan syarat2 yang sama, mengakibatkan batalnya
pertanggungan.”
Contra Proferentem (Pasal 1349 KUH Perdata) dalam perjanjian asuransi
Apabila dalam perjanjian ada penafsiran yang ambigu, tafsir yang diambil adalah
yang menguntungkan nasabah/pemegang polis. Hal tersebut karena yang
membuat perjanjian asuransi adalah pihak penanggung/perusahaan asuransi.
Oleh karena itu, apabila ada yang kurang jelas atau mengandung dua pengertian
atau lebih, penafsirannya tidak boleh merugikan tertanggung karena mereka
tidak ikut serta dalam pembuatan perjanjian asuransi itu.

PRINSIP INSURABLE INTEREST


Syarat khusus perjanjian asuransi: adanya insurable interest atau kepentingan
dan prinsip good faith atau itikad baik.

pengertian
Insurable interest adalah hak yang sah untuk mengasuransikan suatu objek
asuransi yang timbul dari hubungan finansial yang diakui oleh hukum.
Pasal 250 KUHD
“Apabila seorang yang telah mengadakan suatu pertanggungan untuk diri sendiri
atau apabila seorang yang untuknya telah diadakan suatu pertanggungan, pada
saat diadakannya pertanggungan itu tidak mempunyai kepentingan terhadap
Diva Humaira Ardhini (FH UI 2018)

barang yang dipertanggungkan itu, maka si Penanggung tidaklah diwajibkan


memberikan ganti-rugi.”
Pasal 268 KUHD
“Suatu pertangungan dapat mengenai segala kepentingan yang dapat dinilaikan
dengan uang, dapat diancam oleh suatu bahaya dan tidak dikecualikan oleh
Undang-undang.”

Dari pasal dalam KUHD tersebut, terdapat tiga unsur yang menjadi syarat
kepentingan dalam asuransi, yaitu:
1. Dinilai dengan uang
2. Dapat diancam oleh suatu bahaya
3. Tidak dikecualikan oleh undang-undang

subject matters of insurance


Pokok pertanggungan atau objek asuransi. Dapat diartikan juga sebagai
kepentingan finansial yang dimiliki oleh tertanggung yang dapat diasuransikan.
Misalnya, seseorang punya rumah → punya hak untuk mengasuransikan rumah
itu → timbul dari hubungan finansial yang diakui oleh hukum. Hak itu timbul dari
hubungan finansial antara orang dan rumahnya itu, jadi berhak untuk
mengasuransikan.

timbulnya insurable interest


a. Kepemilikan/hak milik (ownership)
Seseorang yang punya objek asuransi/benda memiliki hak yang sah untuk
mengasuransikan benda tersebut. Bisa juga apabila memiliki suatu
kepentingan finansial yang sah atas objek asuransi.

b. Kontrak/perjanjian
Perjanjian melahirkan insurable interest. Contohnya, seseorang atau
badan usaha meminjam uang ke bank, harus dengan agunan/jaminan.
Pihak bank punya hubungan finansial yang sah terhadap benda jaminan
yang lahir dari perjanjian. Dengan demikian, bank memiliki hak untuk
mengasuransikan perjanjian itu. Hak untuk mengasuransikan itu tumbuh
dari hubungan finansialnya, karena kalau benda tersebut musnah atau
rusak, ia juga bisa rugi karena perjanjian itu.

c. Hubungan darah
Hubungan anak dan orang tua. Orang tua dapat secara sah
mengasuransikan anak-anaknya.
d. Suami istri
Lahir dari perjanjian. Akta nikah = perjanjian.
e. Undang-undang
Undang-undang melahirkan insurable interest untuk seseorang untuk
mengasuransikan sesuatu. Contoh: UU Ketenagakerjaan mewajibkan
Diva Humaira Ardhini (FH UI 2018)

majikan/perusahaan untuk mengasuransikan karyawan-karyawannya.


Oleh karena itu, undang-undang ini melahirkan insurable interest bagi
majikan/perusahaan.

konsekuensi tidak adanya insurable interest dalam


perjanjian asuransi
Pasal 250 KUHD: penanggung tidak wajib membayar ganti kerugian dari risiko
apabila tertanggung tidak memiliki insurable interest.
tanya jawab dan contoh-contoh mengenai insurable interest (pak
kornel)
UU No. 40 Tahun 2014 → disebut sebagai suatu perjanjian
Misalnya, mengasuransikan rumah terhadap kebakaran, tetapi rumah rusak
karena kebanjiran. Asuransi tersebut tidak dapat diklaim karena yang
diperjanjikan hanya penanggungan risiko apabila terjadi kebakaran.
Uang pertanggungan atau harga pertanggungan itu adalah nilai yang
diasuransikan terhadap objek asuransi. Kalau premi itu harga pengalihan
risiko.
Contoh kasus:
1. Asuransiin rumah harganya 100jt. Kalo preminya 1% dari 100jt, maka 1jt
lah yang wajib dibayarkan ke perusahaan asuransi.
2. Punya mobil kemudian diasuransikan. Harga mobilnya 200jt. jumlah
pertanggungannya dibikin 200jt (uang pertanggungannya) terhadap risiko
pencurian, tabrakan, dsb. Premi yang dibayar misalkan 1%, jadi premi
yang harus dibayar 2jt.
3. Suatu PT kredit ke bank mandiri (asuransi kredit). Yang punya insurable
interest-nya itu PT sebagai pemilik. Bank mandiri insurable interest-nya
lahir dari perjanjian kredit. Dua-duanya punya hak untuk
mengasuransikan.
ditulisnya PT X qq Bank Mandiri atau PT X and/or Bank Mandiri
Apa artinya qq? Qq adalah pihak yang belakangan itu menyerahkan
segala sesuatunya kepada pihak yang pertama disebutkan dalam
pengurusan asuransi itu. Sering terjadinya di dalam asuransi mobil karena
mayoritas pembelian mobil itu dari bank/leasing. Dalam hal yang
memberikan pinjaman adalah PT leasing, pemiliknya siapa?
Pemiliknya itu pembeli, misalnya tuan A. maka di dalam polis asuransinya,
pihak nasabah itu adalah Tuan A qq PT Leasing. Kalau terjadi kerugian,
gimana porsinya? Duluan dibayar adalah ke kreditur, baru kalo ada sisa
diberikan ke pemilik.
Diva Humaira Ardhini (FH UI 2018)

Pembelian lewat leasing itu pas awal beli udah jadi hak milik pembeli
(meskipun belum lunas). BPKB-nya di PT leasing sampe lunas, tapi hak
miliknya dari awal udah di pembeli.

4. Bagaimana kalo terjadi klaim? Misalnya, Tuan A membeli mobil seharga


200 juta secara cicilan ke PT Leasing, kemudian diasuransikan. Dalam
polis asuransinya akan ditulis Tuan A qq PT Leasing. Preminya 1% → 2
juta (harga pengalihan risiko). Tuan A telah membayar cicilan kepada PT
Leasing sejumlah 50 juta. Kemudian, mobil tersebut hilang karena dicuri.
Saat klaim asuransi, perusahaan asuransi akan membayar sejumlah 150
juta ke PT Leasing, dan sisanya 50 juta yang telah dicicil oleh Tuan A akan
dibayarkan kepada Tuan A selaku penanggung.
5. A & B pacaran. Ayah dari A kasih challenge ke A kalau IPK-nya diatas
3.75, akan dikasih hadiah mobil. Akhirnya IPK A diatas 3.75 dalam 2
semester berturut-turut, akhirnya dibeliin mobil (cash). A tidak
mengasuransikan mobil ini. Kemudian B mengasuransikan mobil itu dan
ia pula yang membayar preminya. Suatu ketika, mobil tersebut hilang.
Bisa ga diklaim asuransinya?
Gabisa. Karena B gapunya insurable interest terhadap mobil tersebut.
Yang punya insurable interest itu A yang punya hak milik dan BPKB mobil
tersebut. Asuransi ini gabisa diclaim karena B gapunya hubungan finansial
yang diakui hukum dengan mobil tersebut, soalnya si B ini bukan
pemiliknya. Terus uang preminya bagaimana? Bisa diminta pengembalian
dari preminya ke perusahaan asuransi.
Note: dari awal harus dilihat siapa yang punya insurable interest supaya
ga ada kejadian seperti di atas. Tapi hal ini bisa saja terjadi karena bisa
saja saat penutupan perjanjian asuransi mobil, perusahaan asuransi bakal
minta STNK, bukan BPKB. Padahal punya STNK/fotokopiannya itu bukan
berarti pemilik yang sah.
6. X punya mobil yang sudah diasuransikan dari tahun lalu hingga tahun ini.
Tahun ini sudah dijalani sampai bulan September. X sudah membayar
premi ke perusahaan asuransi. Pada tanggal 1 September, X menjual
mobil kepada Tuan A & langsung transaksi jual beli. Tidak ada
pembicaraan tentang polis asuransi, padahal polisnya masih berlaku.
Pada 5 Oktober, mobil tersebut hilang dicuri. Karena polis asuransi
menjamin risiko pencurian dan masih berlaku, X mengajukan claim ke
perusahaan asuransi. Tapi, insurable interest-nya sudah ga ada di X lagi
karena hak milik sudah berpindah ke Tuan A. Jadi, perusahaan asuransi
ga akan membayar uang ganti rugi ke X.
Diva Humaira Ardhini (FH UI 2018)

PRINSIP UTMOST GOOD FAITH (ITIKAD BAIK)

Syarat kedua agar perjanjian asuransi sempurna.


Diatur dalam Pasal 251 KUHD. Utmost good faith adalah kejujuran penanggung
mengenai syarat dan kondisi asuransi dan tertanggung sendiri juga harus
memberikan keterangan yang jelas dan jujur tentang objek yang
dipertanggungkan. Intinya, prinsip ini adalah tindakan untuk mengungkapkan
semua fakta dari objek yang diasuransikan, baik yang diminta ataupun tidak,
secara akurat.
Misalnya, mau mengasuransikan diri terhadap risiko kematian dan kesehatan.
Kira-kira informasi apa yang dibutuhkan oleh perusahaan asuransi? Selain data
diri, dibutuhkan juga jenis pekerjaan dan riwayat penyakit. Apabila memiliki
riwayat penyakit atau pekerjaan yang berisiko, preminya lebih mahal.
Apabila pekerjaannya berisiko tinggi, perusahaan asuransi dapat melakukan:
(in this case contohnya pekerjaannya pemadam kebakaran)
1. Menaikkan harga premi
2. Membuat batasan-batasan dalam risiko, misalnya tidak perjanjian
asuransi tidak berlaku apabila orang tersebut meninggal ketika
memadamkan kebakaran
3. Menolak membuat perjanjian asuransi dengan orang itu (tidak menerima
pertanggungan)
Intinya, dalam melakukan perjanjian asuransi, tertanggung harus jujur, tidak
boleh bohong hanya karena ingin si penanggung bersedia menjamin risikonya.

konsekuensi apabila tidak ada prinsip utmost good


faith dalam perjanjian asuransi
Apabila tidak ada prinsip ini dalam perjanjian asuransi, maka pengembalian
premi tidak dapat dilakukan. Apabila tidak beritikad baik, perjanjian dapat
dibatalkan (batal demi hukum) sehingga keadaan kembali seperti semula
sebelum perjanjian. Dengan demikian, tidak lagi ada hak dan kewajiban bagi
kedua pihak.
Hal tersebut disebut sebagai misrepresentation (tidak mengungkapkan fakta-
fakta yang benar) dan non-disclosure (mengungkapkan fakta, tetapi tidak
secara benar/keliru)
Apabila dengan sengaja menyampaikan ketidakbenaran, disebut fraudulent.
Kalau tidak senngaja, innocent. Namun, dalam KUHD disebutkan, terlepas
sengaja atau tidak, perjanjian tetap batal demi hukum.
Contoh: A memiliki riwayat penyakit darah tinggi & diabetes. Saat daftar asuransi,
A ga bilang kalau dia punya penyakit tersebut. Dua tahun kemudian, ia meninggal
karena darah tinggi & diabetes. Ahli waris A mengajukan klaim asuransi.
Perusahaan asuransi akan melakukan pengecekan ke rumah sakit. Apakah
Diva Humaira Ardhini (FH UI 2018)

klaimnya akan dibayar? Tidak karena keterangan yang diberikan A tidak benar.
Lain halnya kalau A baru punya darah tinggi & diabetes setelah melakukan
perjanjian asuransi.

perbedaan itikad baik (good faith) dan itikad paling baik


(utmost good faith)
Itikad baik dinilai selama berlangsungnya perjanjian, dari pertama hingga akhir.
Kalau itikad paling baik, dia harus ada sebelum perjanjian itu sendiri (sebelum
penutupan perjanjian asuransi), ditandai dengan membuka fakta-fakta materil
untuk underwriting. Underwriting itu mempertimbangkan fakta-fakta untuk
menghitung seberapa besar risiko, dll.
Note dari review Bang Togar:
- Tertanggung memiliki beban utmost good faith, kalau penanggung
perannya adalah memastikan atau mengarahkan agar terbukanya fakta
materil dan tidak terjadi misrepresentation.
- Prinsipnya utmost good faith (perlindungan untuk penanggung) itu lex
specialis atau hanya di perjanjian asuransi. Contra proferentem
(perlindungan untuk tertanggung), semua perjanjian atau kontrak yg
menggunakan klausula baku. Tapi apakah ini jadinya menyimpangi
utmost good faith? Sebenernya ga kontradiktif juga. Ketika tertanggung
memiliki beban utmost good faith dan penanggung juga memiliki beban
untuk memastikan terbukanya fakta materil. Karena fakte materiil dapat
dibuka jika ditanyakan oleh penanggung.
- Hukum mengatakan terhadap barang bergerak, jika terjadi peralihan
walau dalam dokumen belum dialihkan, maka orang yang menguasai
benda itu sudah dianggap sebagai bezitter

PRINSIP INDEMNITAS

Pertanggungan dalam perjanjian asuransi:


1. Pertanggungan berdasarkan prinsip indemnitas (contract of
indemnity)/ganti rugi → jaminan terhadap kerugian finansial
2. Pertanggungan berdasarkan sejumlah uang (contract of sum of money)
→ untuk asuransi jiwa. Karena dalam asuransi jiwa nyawa orang tidak
dapat divaluasi.

pengertian
Pihak penanggung akan menyediakan dana kompensasi agar tertanggung dapat
berada dalam posisi keuangan sebelum terjadi peristiwa tertentu yang
mengakibatkan kerugian tersebut. Nilai dana kompensasi tersebut tergantung
Diva Humaira Ardhini (FH UI 2018)

dengan nilai barang yang diasuransikan. Sering juga disebut sebagai prinsip
ganti rugi.
Isi prinsip indemnitas adalah keseimbangan. Seimbang antara jumlah ganti
kerugian dengan kerugian yang benar-benar diderita oleh tertanggung,
keseimbangan antara jumlah pertanggungan dengan nilai sebenarnya benda
pertanggungan.

penerapan prinsip indemnitas


1. Inadequate sum insured
Nilai pertanggungan yang nominalnya lebih rendah dari nilai actual objek
yang dipertanggungkan (valued policy). Contoh: mobil, karena adanya
penyusutan
2. Indemnity limit
batasan terhadap nilai klaim yang menjadi tanggung jawab penanggung
dalam hal kerugian terjadi; per-occurrence atau annual. Ganti kerugian
disepakati dalam kontrak, klaim dibatasi atau dilimit.
Occurence: limit keseluruhan, ga peduli mau diclaimnya kapanpun
Annual: limitnya untuk tahunan. The maximum amount the carrier will pay
for all claims arising from incidents that occurred and were reported during
a given policy year.
3. Excess atau deductible
ketentuan sejumlah nilai kerugian/presentase yang masih menjadi
tanggung jawab/beban tertanggung. Contoh: asuransi mobil dengan
excess 1 juta. Jika kerugian 2 juta, maka yang dibayar sebagai ganti
kerugian hanya 1 juta, karena yang 1 juta lagi itu masih tanggung jawab
tertanggung. Misal jika rugi 10jt, yang diganti sama penanggung 9 juta.
Indemnity limit bisa menggunakan excess, tapi excess belum tentu bisa
indemnity limit. Misal, pre-occurrence 1M, tapi 10 jutanya beban
tertanggung.
4. Franchise
sejumlah nilai kerugian yang belum menjadi tanggung jawab penanggung.
(contoh: mobil diasuransikan dengan nilai pertanggungan 100 juta dan
franchise 1 juta. jika kerugian sebesar 900 ribu, maka masih jadi tanggung
jawab tertanggung dan ketika sudah 1 juta dan lebih, barulah penanggung
wajib membayar kerugian.

rumus penghitungan indemnitas


under insurance
terjadi ketika nilai pertanggungan < nilai aktual objek

contoh: asuransi rumah 800 juta selama 3 tahun. ketika resiko terjadi, valuasi
rumah menjadi 1 milyar. berapa yang harus dibayar ketika total loss? berapa
yang harus dibayar ketika partial loss 20 juta?
Diva Humaira Ardhini (FH UI 2018)

principle of average ketika partial loss dalam under insurance

I = NP/NA * KA (kerugian aktual)

over insurance
terjadi ketika nilai pertanggungan > nilai aktual

contoh: mobil diasuransikan dengan NP sebesar 200 juta. terjadi total loss ketika
harga mobil sudah menyusut menjadi 150 juta. berapa yang harus diganti?
bagaimana apabila partial loss?

!! tertanggung tidak boleh menerima yang lebih/menguntungkan !! ganti rugi


hanya agar tertanggung kembali ke kondisi finansial sebelumnya, jangan sampai
menguntungkan tertanggung

PROXIMATE CAUSE

pengertian
Untuk penggantian kerugian dalam sebuah asuransi, harus benar-benar dilihat
peril atau faktor yang menyebabkan risiko.
Definisi standar dari Proximate Cause lahir dari perkara “Pawsey” vs. Scottish
Union and National pada tahun 1907:
“Proximate cause is uninsured/unnamed perils which are the active, efficient
cause that sets in motion a train of events which brings about a result, without
the intervention of any force started and working actively from new and
independent source.”
Apabila kepentingan yang diasuransikan mengalami kecelakaan/kerugian, maka
penanggung akan mencari sebab-sebab yang aktif dan efisien yang
menggerakan suatu rangkaian peristiwa tanpa terputus sehingga pada akhirnya
terjadilah kecelakaan tersebut.
Suatu prinsip yang digunakan untuk mencari penyebab kerugian yang aktif dan
efisien adalah “unbroken chain of events”, yaitu suatu rangkaian mata rantai
peristiwa yang tidak terputus.
Contoh unbroken chain of events:
- Seseorang mengendarai mobil di jalan tol dengan kecepatan tinggi
sehingga mobil tidak terkendali dan terbalik
- Orang tersebut (korban) luka parah dan dibawa ke rumah sakit
- Tidak lama kemudian, korban meninggal dunia

Dari peristiwa tersebut, diketahui proximate cause-nya adalah korban


mengendarai kendaraan dengan kecepatan tinggi sehingga menimbulkan
Diva Humaira Ardhini (FH UI 2018)

kecelakaan. Melalui proximate cause ini dapat diketahui apakah penyebab


terjadinya musibah/kecelakaan tersebut dijamin dalam polis asuransi atau tidak.
Bagaimana cara menentukan bahwa itu tanggung jawab penanggung/bukan?
1. Proximate cause adalah sebab yang dominan, bukan semata-mata
sebab/peristiwa yang terakhir (karena bisa jadi karena kelalaian,
meskipun barang rusak akibat kebakaran)
2. Tidak boleh terputus tahapan-tahapan (peril) hingga terjadinya risiko.
Contoh: rumah kebakaran, api sudah padam malah disulut lagi.
3. Kerugian lain yang tidak dipertanggungkan namun sebagai upaya
mencegah/memperkecil risiko tetap ditanggung. Contoh: kebakaran di
dapur, untuk mematikan api harus memecahkan kaca, ditanggung
4. Sementara kerugian akibat tindakan yang tidak ada kaitannya dengan
upaya memperkecil risiko tidak ditanggung
5. Kerugian yang ditanggung adalah yang berkaitan langsung dengan risiko
(direct loss) dan tidak diperhitungkan biaya-biaya imateriil atau tidak
langsung.
6. Tidak ditanggung peril (faktor) yang dikecualikan dalam polis.

kasus proximate cause


Clayton Daniels was already on the run from the law when he and Wife Molly
dreamed up the perfect disappearing act: They dug up the grave Of an elderly
woman named Charlotte Davis, dressed her in Clayton's clothes, put her body in
his car, set it on fire and pushed it Off a cliff. Their goal: to fake Clayton's death
so Molly could collect on his $110,000 life insurance policy.
Of course, the couple didn't quite account for that Whole pesky DNA test—
ordered by both the criminal investigators and the insurance company—that
determined the body in the car was female. They also didn't account for the fact
that they'd be able to tell that the fire originated in the driver's seat.

SUBROGASI

pengertian
Pasal 284 KUHD:
“Seorang penanggung yang telah membayar kerugian suatu barang yang
dipertanggungkan, menggantikan si tertanggung dalam segala hak yang
diperolehnya terhadap orang-orang ketiga berhubung dengan penerbitan
kerugian tersebut; dan si tertanggung itu adalah bertanggung jawab untuk setiap
perbuatan yang dapat merugikan si penanggung terhadap orang-orang ketiga
itu.”
Pada umumnya, seseorang yang menyebabkan suatu kerugian bertanggung
jawab atas kerusakan atau kerugian tersebut. Dalam asuransi, pihak
penanggung mengambil alih hak menagih ganti kerugian kepada pihak yang
mengakibatkan kerugian setelah penanggung melunasi kewajibannya pada
Diva Humaira Ardhini (FH UI 2018)

tertanggung. Dengan kata lain, apabila tertanggung mengalami kerugian akibat


kelalaian atau kesalahan pihak ketiga, maka penanggung setelah memberikan
ganti rugi kepada tertanggung akan menggantikan kedudukan tertanggung
dalam mengajukan tuntutan ganti rugi kepada pihak tersebut.

tujuan hak subrogasi dalam asuransi


Hak subrogasi ada untuk mencegah penggantian kerugian ganda.
Tertanggung bisa saja langsung menuntut kerugian terhadap pihak ketiga, tetapi
tidak dapat menuntut klaim lagi terhadap perusahaan asuransi. Apabila
tertanggung menuntut kepada kedua belah pihak (perusahaan asuransi dan
pihak ketiga yang bersalah) atau memperoleh penggantian kerugian ganda, akan
menjadi sebuah keuntungan terhadap pihak tertanggung. Hal ini bertentangan
dengan prinsip indemnitas dalam perjanjian asuransi.

ASURANSI GANDA/RANGKAP

Pengertian
Double insurance: contracts where the insured makes two insurances on the
same risk and the same interest.
Asuransi ganda atau rangkap terjadi apabila diadakan asuransi atas obyek yang
sama, evenemen/risiko yang sama, dan waktu yang sama. Asuransi rangkap
dilarang apabila asuransi pertama sudah ditutup dengan nilai penuh dan
diperbolehkan apabila asuransi pertama hanya menutup sebagian dari nilai
kerugian.

dasar hukum
Pasal 252 KUHD
“Kecuali dalam hal-hal yang disebutkan dalam ketentuan undang-undang, maka
tak bolehlah diadakan suatu pertanggungjawaban kedua, untuk jangka waktu
yang sudah dipertanggungkan untuk harganya penuh, dan demikian itu ancaman
batalnya pertanggungan yang kedua tersebut.”
Pasal tersebut menyatakan bahwa untuk pertanggungan yang nilainya
dipertanggungkan secara penuh, tidak boleh diadakan pertanggungan yang
kedua kali. Apabila hal itu terjadi, maka pertanggungan yang kedua batal. Sebab
pertanggungan yang kedua inilah yang disebut dengan double insurance. Hal
tersebut bertujuan untuk mencegah tertanggung mendapatkan ganti kerugian
melebihi nilai benda sesungguhnya karena melanggar prinsip indemnitas.
Pasal 252 KUHD tidak mempedulikan apakah asuransi ganda itu dibuat dengan
itikad baik atau tidak, apakah dibuat dalam polis yang berlain atau tidak, tetap
dilarang atau batal dengan sendirinya.
Diva Humaira Ardhini (FH UI 2018)

asuransi ganda yang dilarang


Pasal 277 KUHD
“Apabila berbagai penanggungan dengan itikad baik telah diadakan mengenai
satu-satunya barang, sedang dalam pertanggungan pertama harga sepenuhnya
telah dipertanggungkan, maka hanya pertanggungan pertama sajalah yang
mengikat, sedang para penanggung berikutnya bebas.”
Ciri-ciri:
- Benda yang sama
- Evenemen yang sama
- Waktu yang sama
- Polis berlainan
- Polis 1 penuh
- Polis kedua dan seterusnya penuh → penanggung dibebaskan
Contoh:
A memiliki sebuah rumah bernilai 400 juta dan mengasuransikannya terhadap
bahaya kebakaran untuk jangka waktu satu tahun.
- Pada 1 Mei 2020 → Asuransi X = 400 juta
- Pada 15 Agustus 2020 → Asuransi Y = 200 juta
- Pada 17 Agustus 2020 → Asuransi Z = 200 juta

Pada 15 Oktober 2020, rumah A terbakar habis. Maka menurut pasal 277,
perusahaan asuransi X wajib membayar klaim kepada A dengan jumlah 400 juta,
sedangkan perusahaan asuransi Y dan Z dibebaskan dari taggungan.
Namun, apabila kebakaran tersebut terjadi pada 15 Juni 2021, perusahaan Y &
Z wajib membayar klaim kepada A masing-masing 200 juta, sedangkan
perusahaan A dibebaskan karena perjanjiannya sudah berakhir.’

asuransi ganda yang diperbolehkan


Pasal 277 KUHD
“Apabila dalam pertanggungan pertama itu tidak dipertanggungkan harga
sepenuhnya, maka penanggung yang berikut bertanggung jawab untuk harga
yang selebihnya, menurut tertib waktu ditutupnya pertanggungan yang berikut
itu.”
Intinya, apabila dalam pertanggungan pertama klaim atas asuransi tidak
ditanggung secara penuh, maka pertanggungan kedua dan seterusnya akan
menanggung sisanya saja.
Ciri-ciri:
- Benda sama
- Evenemen sama
- Waktu sama
Diva Humaira Ardhini (FH UI 2018)

- Polis berlainan
- Polis 1 menanggung sebagian
- Polis 2 menanggung sebagian
Contoh:
X punya rumah bernilai 500 juta, menutup asuransi kebakaran pada beberapa
perusahaan asuransi:
- Pada 1 Januari 2020 → Perusahaan A = 300 juta
- Pada 2 Januari 2020 → Perusahaan B = 100 juta
- Pada 3 Januari 2020 → Perusahaan C = 100 juta
- Pada 4 Januari 2020 → Perusahaan D = 100 juta

Pada 11 November 2010, rumah X terbakar. Maka X berhak mengajukan klaim


pada perusahaan A (300 juta), perusahaan B (100 juta), dan perusahaan C (100
juta). Sedangkan, klaim pada perusahaan D ditolak.

persekutuan penanggung
Pasal 278 KUHD
“Apabila dalam satu-satunya polis, meskipun pada hari-hari yang berlainan, oleh
berbagai penanggung telah diadakan pertanggungan melebihi harga, maka
mereka bersama-sama menurut keseimbangan daripada jumlah-jumlah untuk
mana mereka telah menandatangani polis tadi, memikul hanya harga
sebenarnya yang dipertanggungkan.”
Apabila dalam suatu polis ditandatangani oleh beberapa penanggung, maka
masing-masing penanggung itu bertanggung jawab atas harga yang sebenarnya
dari kerugian yang diderita oleh tertanggung secara imbang atau tanggung
renteng, sesuai dengan jumlah yang mereka perjanjikan dalam polis.
Contoh kasus
Pada tanggal 1 Maret 2020, X mengasuransikan rumahnya yang bernilai 600 juta
dalam satu polis kepada beberapa penanggung:
- Penanggung A = 300 juta
- Penanggung B = 400 juta
- Penanggung C = 200 juta
- Penanggung D = 100 juta
Total = 1 miliar
Pada tanggal 10 Oktober 2020, rumah tersebut habis terbakar sehingga setiap
penanggung membayar kepada X, masing-masing senilai:
- Penanggung A = 300/1000 x 600 juta = 180 juta
- Penanggung B = 400/1000 x 600 juta = 240 juta
- Penanggung C = 200/1000 x 600 juta = 120 juta
- Penanggung D = 100/1000 x 600 juta = 60 juta
Total = 600 juta

Anda mungkin juga menyukai