Anda di halaman 1dari 84

HUKUM PAJAK

Pengantar,
sejarah,
definisi,
tujuan,
fungsi
Sejarah Pemungutan Pajak

• Mengapa penduduk/rakyat harus patuh pada


pemerintah negaranya ?

• → LE CONTRAT SOCIAL
• Sebelum zaman Romawi dan Yunani Kuno ,
telah ada suatu wadah yang menguasai dan
memerintah penduduk.
Eka Sri Sunarti - FHUI 2
Le Contrat Social atau perjanjian
masyarakat → Jean Jacques
Rousseau

→ sebagian dari hak penduduk diserahkan


kepada suatu wadah yang akan mengurus
kepentingan bersama.

L’etat → Staat → State → Negara


Eka Sri Sunarti - FHUI 3
Zaman dahulu masyarakat hidup di
gua/diatas pohon dan berbukit dalam
kelompok -kelompok kecil (kemudian
melakukan ekspansi/meluaskan wilayah)

Bergabung bersatu
menjadi besar dan kuat

Sepakat mengadakan perjanjian


masyarakat / le contrat social

Eka Sri Sunarti - FHUI 4


Unsur – unsur negara :

1. Daerah / wilayah

2. Rakyat

3. Pemerintahan

4. Kedaulatan

Eka Sri Sunarti - FHUI 5


Fungsi pemerintahan negara :
1. Melaksanakan penertiban (law and order)
untuk mencapai tujuan bersama dan
mencegah bentrokan - bentrokan dalam
masyarakat .
2. Mengusahakan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyatnya.
3. Pertahanan negara → untuk menjaga
serangan dari luar.
4. Menegakkan keadilan → badan – badan
peradilan
Eka Sri Sunarti - FHUI 6
Negara memerlukan :
1. Dana → pajak, retribusi, sumbangan, dll.

2. Daya → tenaga kerja (terdidik, terlatih , dll)

3. Sumber alam → kekayaan alam, hutan,


laut.

Eka Sri Sunarti - FHUI 7


Pajak
→ Pro : para bangsawan , para penguasa.
contoh : Louise XIV dari Perancis

→ Kontra : petani, nelayan, pedagang.


Contoh : revolusi Amerika terjadi
diundangkannya “The Stamp Act” 1765
(pajak koran, akte perkawinan, kertas dll.)
dan “The Townshend Act” 1767 (pajak
teh, cat, kartu, dll) .
Eka Sri Sunarti - FHUI 8
Oliver Wendell Holmes Jr.(1841-1935)
mengatakan bahwa : “the taxes are the price
we pay for civilization” ,

Slogan di Amerika selama revolusi Amerika


(1775-1783) :
1. No taxation without representation ,
2. Taxation without representation is robbery,
3. Taxation without representation is tyranny.

Eka Sri Sunarti - FHUI 9


Definisi Pajak :
Pajak → belasting (belast om te betalen) :
beban yang harus dibayar.

Pajak → tax (compulsory payment) :


pembayaran wajib.

Fiscal → fiscina → pundi-pundi / bejana uang


→ fiscus.
Eka Sri Sunarti - FHUI 10
Prof.P.J.A.Adriani
(bk. “Het Belastingrecht”)
• Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan-peraturan
dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang
langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya
adalah untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran umum berhubung dengan tugas
negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan.
Eka Sri Sunarti - FHUI 11
Prof. Rochmat Soemitro

• Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara


(peralihan kekayaan dari sektor partikulir ke
sektor pemerintah) berdasarkan Undang-
undang (dapat dipaksakan ) dengan tiada
mendapat jasa timbal (tegen prestasi), yang
langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum .

• Bk.”Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan 1944”.

Eka Sri Sunarti - FHUI 12


Ray M.Sommerfeld
• Tax is any nonpenal yet compulsory transfer
of resources from the private to the public
sector, levied on the basis of predetermined
criteria and without receipt of a specific
benefit or equal value in order to accomplish
some of a nation’s economic and social
objectives.

• Buku. “An introduction to Taxation” .


Eka Sri Sunarti - FHUI 13
R.Santoso Brotodihardjo :
Hukum pajak adalah keseluruhan dari
peraturan-peraturan yang meliputi wewenang
pemerintah untuk mengambil kekayaan
seseorang dan menyerahkan kembali kepada
masyarakat dengan melalui kas negara
sehingga ia merupakan bagian dari hukum
publik yang emngatur hubungan-hubungan
hukum antara negara dan orang-orang atau
badan-badan yang berkewajiban membayar
pajak.
Eka Sri Sunarti - FHUI 14
Unsur- unsur pajak :

1. Iuran kepada negara ,


2. Yang dapat dipaksakan,
3. Berdasarkan undang-undang,
4. Dengan tidak mendapat imbalan prestasi
secara langsung,
5. Digunakan untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran umum yang berhubungan tugas
negara.
Eka Sri Sunarti - FHUI 15
Tujuan pajak :
Menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat .

→ Hukum pajak merupakan hukum yang hidup


karena senantiasa mengikuti perkembangan
kehidupan sosial dan ekonomi suatu bangsa
dan negara karenanya kebutuhan kehidupan
bangsa dan negara ditumpukan pada
berhasilnya pemungutan pajak.
Eka Sri Sunarti - FHUI 16
Macam-macam pungutan :
1. Pajak ;
2. Bea cukai ;
3. Retribusi ;
4. Sumbangan / iuran ;
5. Pungutan .

Eka Sri Sunarti - FHUI 17


Fungsi Pajak :
Menurut prof.Rochmat Soemitro dan
R.Santoso Brotodihardjo :

1. Fungsi Budgeter → memungut pajak


untuk kas negara

2. Fungsi Regulerent → mengatur

Eka Sri Sunarti - FHUI 18


Fungsi Pajak :
Menurut Richard A.Musgrave dan R.Soetomo :
1. Fungsi Budgeter ,
2. Fungsi Regulerend,
3. Fungsi Distribution of income ,
4. Fungsi Harmonization of political wants and
economy,
5. Fungsi Stabilization of economy

Eka Sri Sunarti - FHUI 19


Materi perpajakan meliputi :
1. Aspek yuridis ,

2. Aspek ekonomi,

3. Aspek akuntansi

Eka Sri Sunarti - FHUI 20


Hubungan hukum pajak dengan
hukum lain :
1. Hukum Pajak merupakan Hukum Publik ;
contoh : mengatur hubungan antara warga
masyarakat dengan negara .

2. Hukum Pajak merupakan bagian dari Hukum


Administrasi Negara ;
contoh : pajak yang dipungut di masukkan
kedalam kas negara .
Eka Sri Sunarti - FHUI 21
3.Hukum Pajak dengan hukum Perdata :
→ Dalam mencari dasar perhitungan
pemungutannya berdasarkan taatbestand
(keadaan , kejadian dan perbuatan hukum )
yang bergerak dalam bidang hukum perdata .

contoh : pasal 1602 KUHPer → kekayaan,


warisan, pendapatan, dll.

Eka Sri Sunarti - FHUI 22


Hukum Pajak dengan Hukum Pidana :
→ Dalam undang-undang perpajakan terdapat
ketentuan pidana ;

contoh : psl 38, 39 KUP, pemalsuan


dokumen, pemalsuan tandatangan.

Eka Sri Sunarti - FHUI 23


Terimakasih,
semoga bermanfaat .

Eka Sri Sunarti - FHUI 24


HUKUM PAJAK 2:
Prinsip dan Teori Hukum Pajak
Henry D. Hutagaol
h.hutagaol@ui.ac.id dan h.d.hutagaol@gmail.com
Universitas Indonesia Fakultas Hukum
Agustus 2022

❖Landasan hukum,
❖asas-asas,
❖sistem pemungutan pajak,
❖teori pembenaran,
❖penggolongan pajak
Landasan Hukum Perpajakan:
• Landasan Falsafah 🡪 Pancasila
asas-asas dalam hukum perpajakan tidak boleh
bertentangan dengan sila-sila dari Pancasila.

2
Landasan Konstitusional : UUD NRI 1945

Pasal 23 A :
Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa
untuk keperluan negara diatur dengan undang-
undang.

Pasal 27 (1):
Segala warga negara bersamaan kedudukannya di
dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya.
3
Asas- asas Pemungutan Pajak
A. Asas – asas menurut Adam Smith
Adam Smith kelahiran Skotlandia (1723-1790)
termasuk dalam mazhab klasik mengemukakan
dalam bukunya yang berjudul “The Wealth of
Nation” (Kemakmuran Bangsa-bangsa , Th 1776),
menyatakan 4 kaedah yang harus diperhatikan
dalam membuat undang-undang perpajakan .
Four maxim atau four canons , yaitu :

4
Four maxim (four canons):
1. Equality and equity: (Kesamaan /keseimbangan
dan Keadilan);
2. Certainty (Kepastian);
3. Conveniency of Payment (pajak harus dipungut
pada saat yang tepat);
4. Efficiency / Economic of collection (pajak harus
dipungut dengan biaya yang rendah).

5
B. Asas menurut Falsafah Hukum
🡪pajak harus mengabdi pada keadilan

C. Asas Yuridis 🡪 pajak harus dapat memberikan jaminan


hukum yang perlu untuk menyatakan keadilan .

D. Asas Ekonomis 🡪 pajak tidak boleh menghambat


perekonomian rakyat

E. Asas Financial 🡪 pengenaan pajak harus dilakukan pada


saat yang tepat .

6
Sistem Pemungutan Pajak
Self assessment system:
wajib pajak scr mandiri menghitung, membayar ke
kantor pajak

Official assessment system (Pejabat Resmi/Berwenang)


besaran pajak ditentukan Fiskus (Petugas Pajak),
Fiskus menerbitkan Surat Ketetapan Pajak

Withholding tax system:


oleh pihak ketiga
Misal: Bendahara Kantor memotong pajak karyawan 7
Teori Pembenaran
Pemungutan Pajak
(Justifikasi Pemungutan Pajak)

8
Teori Pembenaran Pemungutan Pajak 1

Teori Perjanjian Masyarakat (le contrat social)

• Dikemukakan oleh J.J.Rousseau (1712-1778).


Dalam naskah ‘Leges Fundamentalis’ 🡪 penguasa
akan melindungi dan mengurus kepentingan warga
masyarakatnya dan masyarakat akan membayar
biaya tersebut.

9
Teori Pembenaran Pemungutan Pajak 2

2. Teori Asuransi
Menurut teori asuransi, fiskus berhak memungut
pajak dari penduduknya karena negara dianggap
sama dengan perusahaan asuransi. Wajib pajak
adalah tertanggung yang wajib membayar premi
dalam hal ini pajak. Karena negara melindungi
segenap masyarakat

10
Teori Pembenaran Pemungutan Pajak 3

3. Teori Kepentingan
Penduduk negara mempunyai kepentingan kepada
negara . Makin besar kepentingan penduduk
kepada negara , maka makin besar pula
perlindungan negara kepadanya.
Contoh :
penduduk desa 🡪 perlu KTP (Lebih sedikit)

Penduduk kota 🡪 KTP, Paspor, surat keterangan


untuk sekolah, SIM, surat nikah, dll. (Lebih banyak)
11
Teori Pembenaran Pemungutan Pajak 4

4. Teori Bakti
Penduduk adalah bagian dari suatu negara ,
penduduk terikat pada keberadaan negara
sehingga penduduk wajib berbakti kepada negara
dengan membayar pajak.

12
Teori Pembenaran Pemungutan Pajak 5

5. Teori Gaya Pikul


Pemerintah dalam memungut harus sesuai dengan
daya pikul dari wajib pajak. Wajib pajak hanya
membayar pajak sesuai dengan daya pikulnya.
Biaya untuk mempertahankan hidupnya haruslah
dikeluarkan terlebih dahulu sebelum dikenakan tarif
pajak.
Biaya yang dikeluarkan tersebut disebut penghasilan
tidak kena pajak (PTKP) atau minimum of
subsistence. 🡪 Delangen .
13
Teori Pembenaran Pemungutan Pajak 6

6. Teori Daya Beli


🡪 Dampak dari pemungutan pajak yaitu positif
karena akan tersedia dana untuk membiayai
keperluan umum negara .

14
Teori Pembenaran Pemungutan Pajak 7

7. Teori Pembangunan
• Dana yang dipungut dari pajak dipergunakan untuk
pembangunan yang akan membuat rakyat menjadi
adil, makmur, sejahtera lahir maupun bathin . Jadi
pemerintah diperbolehkan memungut pajak .

15
Asas pengenaan pajak :
Asas tempat tinggal

Asas kebangsaan

Asas sumber

16
Stelsel (system) penghitungan pemungutan pajak :

Stelsel nyata (riil stelsel)


didasarkan pd obyek nyata, pemungutan dilakukan setelah
penghasilan diketahui

Stelsel anggapan (fictive stelsel)


Misal: Penghasilan th skrg dianggap sama dgn tahun lalu, keunggulan:
pajak dapat dibayar di tengah thn.

Stelsel campuran
Didasarkan pd anggapan, silahkan bayar dulu,
Di akhir tahun (jika kurang, silahkan dilunasi/bayar. Tapi jika lebih, dapat meminta
kelebihan bayar)

17
Klasifikasi Hukum Pajak:
Hukum Pajak Materiil
mengatur norma-norma ttg keadaan, perbuatan , peristiwa hukum
yang dikenakan pajak (objek-objek), siapa yang dikenakan pajak
(subjek), berapa besar pajak yang dikenakan (Tarif), segala sesuatu
tentang timbul dan hapusnya utang pajak, dan hubungan hukum
antara pemerintah & wajib pjk
contoh : Undang-undang PPh,

Hukum Pajak Formal


mengatur tata cara untuk mewujudkan hukum materiil menjadi
kenyataan
hukum pajak formal ini memuat antara lain
Contoh: UU KUP mengatur fiskus untuk mengawasi wajib pajak
mengenai keadaan yang menimbulkan utang pajak.
UU KUP mengatur Kewajiban Wajib Pajak dalam menyelenggarakan
pembukuan 18
Penggolongan Pajak
• Pajak langsung (direct • Pajak tidak langsung
tax) (indirect tax )

• Pajak Subjektif • Pajak Objektif

• Pajak Pusat • Pajak Daerah

• Pajak Tertulis • Pajak tidak tertulis

19
Terima kasih
Semoga bermanfaat

20
HUKUM PAJAK
2023
Minggu 3

• Yurisdiksi Hukum Pajak.


• Menjelaskan tentang asas pengenaan pajak (asas tempat tinggal dan asas
sumber)
• Penghindaran pengenaan pajak berganda
Yurisdiksi Hukum Pajak
Yurisdiksi : wilayah/daerah tempat berlakunya
sebuah undang-undang yang berdasarkan
hukum.

Ius atau iuris : Hukum

Siapa (negara atau otoritas mana) yg berwenang


untuk memungut pajak,

2
ASAS PENGENAAN PAJAK
Sistem pajak memperhatikan berbagai faktor
terkait sumber penghasilan atau manfaat (objek
pajak) Dan penerima penghasilan atau manfaat
(subjek pajak)

1.Asas Domisili (residence Principle);


2.Asas Sumber (Source Principle);
3.Asas Kebangsaan (Nationality, Citizenship
Principle)
3
1. Asas Domisili (Domicile, Residence Principle)

Negara mengenakan pajak atas suatu penghasilan yang diterima


atau diperoleh orang pribadi atau badan, apabila untuk
kepentingan perpajakan, orang pribadi tersebut merupakan
penduduk atau berdomisili di negara itu atau badan yang
berkedudukan di negara itu.
*Sistem Pajak dan Fiskus tidak mempersoalkan asal penghasilan
tsb. (dalam negeri atau luar negeri)

4
2. Asas Sumber (Source Principle)
Negara X mengenakan pajak jika sumber penghasilan Badan/Orang tsb
berasal dari Negara X.
Landasan pengenaan pajak adalah objek pajak yang timbul atau berasal dari
negara X.
(Negara tidak mempersoalkan siapa dan apa status dari orang atau badan
yang memperoleh penghasilan tersebut)

Contoh:
TKA bekerja di Indonesia maka dari penghasilan yang didapat di Indonesia
akan dikenakan pajak oleh pemerintah Indonesia.

5
3. Asas Kebangsaan, Nasionalitas, Kewarganegaraan
(Nationality, Citizenship Principle)

landasan pengenaan pajak adalah status kewarganegaraan dari


orang atau badan yang memperoleh penghasilan.
*Tidak mempersoalkan dari mana penghasilan yang akan
dikenakan pajak berasal (menyerupai asas domisili).

6
Asas Pengenaan Pajak di Indonesia
Pemerintah Indonesia pada dasarnya menganut asas pengenaan pajak atas
seluruh penghasilan, termasuk penghasilan dari luar negeri.

Untuk wajib pajak dalam negeri, pengenaan pajak didasarkan atas asas
domisili.

Untuk WNA yang tinggal dan memperoleh penghasilan di Indonesia:


dilakukan pengecekan batas waktu untuk menentukan apakah orang pribadi
atau badan termasuk wajib pajak dalam negeri (tinggal di Indonesia lebih dari
183 hari dalam 12 bulan), atau termasuk wajib pajak luar negeri (tinggal di
Indonesia maksimal 183 hari dalam 12 bulan).
Terhadap wajib pajak luar negeri, hanya dikenakan terhadap penghasilan
yang diperoleh di Indonesia saja.
Untuk praktik perpajakan lintas negara: diatur perjanjian perpajakan antar
negara untuk menghindari pemajakan berganda.

7
Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda
(P3B) atau tax treaty
Mencegah Double Taxation:
Pengenaan pajak lebih dari satu kali oleh dua negara atau lebih
terhadap satu penghasilan yang sama.

Fokus Tax treaty:


menentukan alokasi kewenangan pajak thd suatu transaksi yang
terjadi. Antara negara sumber (negara tempat sumber
penghasilan berasal) Dan negara domisili (negara tempat wajib
pajak tinggal atau menetap).

8
5 Prinsip tax treaty :
1. menghindari pajak berganda yang akan
membebani dunia usaha;
2. meningkatkan investasi asing;
3. meningkatkan sumber daya manusia (SDM);
4. pertukaran informasi untuk mencegah
pengelakan pajak (tax evasion);
5. kedudukan antar negara adalah setara (non
diskriminatif).

9
Contoh: A adalah Badan Hukum (PT) di Singapore;
A Menerima pembayaran dividen dari kepemilikan saham di PT B
(perusahaan go public di Indonesia);
Tarif pajak atas dividen (berdasarkan UU PPh Indonesia adalah 20%, dan
besar tarif pajak perusahaan Singapore adalah 17%.

Jika Indonesia dan Singapore TIDAK PUNYA TAX TREATY, maka transaksi tsb
akan dikenakan 20% (lebih besar 3% dari pajak Singapore).

Jika Indonesia dan Singapore MEMILIKI TAX TREATY, maka akan diberlakukan
beberapa skema, misalnya:

• A membayar 10% pajak di Indonesia,


• A membawa bukti potong (10%) ke otoritas pajak Singapore,
• A membayar selisih (7%),
• *sehingga A membayar total 17% (sama seperti penerima dividen lain di
Singapore) 10
Terima kasih

Semoga bermanfaat

11
Hukum Pajak 4
Subjek pajak; dimulai dan berakhirnya;
Pengecualian; dan
objek pajak.

1
SUBJEK PAJAK
PENGERTIAN SUBJEK PAJAK :
Orang atau Badan yang melakukan kegiatan usaha dan atau
yang melakukan tindakkan hukum terhadap pihak lain dan atau
yang mempunyai harta kekayaan dan penghasilan yang
menurut undang-undang peraturan perpajakan berkewajiban
melaksanakan kewajiban formil dan materil perpajakan.

→ Subjek pajak adalah orang atau badan yang memenuhi


syarat-syarat subjektif ( bertempat tinggal atau berkedudukan
di Indonesia ).

2
PENGERTIAN WAJIB PAJAK :

⚫Adalah Orang Pribadi atau Badan yang


menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan ditentukan untuk
melakukan kewajiban perpajakan
termasuk pemungutan pajak atau
pemotongan pajak tertentu.
⚫ → Wajib Pajak adalah subjek pajak
yang memenuhi syarat-syarat subjektif
dan syarat objektif ( menerima atau
memperoleh penghasilan kena pajak )
3
Yang menjadi subjek pajak
adalah :

• A.1.Orang Pribadi
2. Warisan yang belum terbagi sebagai
satu kesatuan mengganti yang berhak;

• B.Badan

• C.Bentuk Usaha Tetap


4
Menurut Status Hukumnya :

Subjek Pajak Dalam negeri ( psl.2


ayat 3)

Subjek Pajak Luar negeri (psl.2


ayat 4)

5
Subjek Pajak Dalam Negeri
adalah :
a. Orang pribadi yang bertempat
tinggal di Indonesia atau orang
pribadi yang berada di Indonesia
lebih dari 183 hari dalam jangka
waktu 12 bulan, atau orang pribadi
yang dalam suatu tahun pajak berada
di Indonesia dan mempunyai niat
untuk bertempat tinggal di Indonesia.
6
b. Badan yang didirikan atau
bertempat kedudukan di
Indonesia.

c. Warisan yang belum terbagi


sebagai satu kesatuan,
menggantikan yang berhak

7
Subjek Pajak Luar Negeri

A.Orang Pribadi yang tidak


bertempat tinggal di Indonesia
atau berada di Indonesia tidak
lebih dari 183 hari dalam jangka
waktu 12 bulan, dan badan
yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di
Indonesia yang menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan
melalui bentuk usaha tetap. 8
B.Orang Pribadi yang tidak bertempat
tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam
jangka waktu 12 bulan, dan badan yang
tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia yang dapat
menerima atau memperoleh penghasilan
dari Indonesia bukan dari menjalankan
usaha melalui kegiatan bentuk usaha
tetap di Indonesia.
9
Kriteria yang membedakan :

• 1. Keberadaan ( staying principles )

• 2. Kehendak ( intension principles )

• 3. Ukuran waktu ( time test )

10
Bentuk Usaha Tetap :
• Adalah Bentuk usaha yang
dipergunakan oleh orang pribadi yang
tidak bertempat tinggal di Indonesia
atau berada di Indonesia tidak lebih
dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan, atau badan yang tidak didirikan
dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia , untuk menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan di
Indonesia (psl 2 ayat 5 ). 11
Bermula menjadi Subjek Pajak
Dalam Negeri :
a. Saat ia dilahirkan di Indonesia.
b. Saat ia menetap di Indonesia
(datang dari luar negeri).
c. Pada awal masa ia berada di
Indonesia yang melebihi 183 hari
dalam jangka waktu 12 bulan secara
berturut-turut.
d. Badan-badan mulai menjadi subjek pajak
pada saat badan itu didirikan.
12
Berakhir menjadi Subjek Pajak
Dalam Negeri :

◼ a. Saat Orang Pribadi meninggal dunia.

◼ b. Saat Orang Pribadi meninggalkan


Indonesia untuk selam-lamanya.

◼ c. Untuk Badan yaitu berakhir pada saat


badan itu bubar

◼ d. Warisan pada saat warisan itu terbagi


13
Subjek Pajak yang dikecualikan :

1.Badan perwakilan negara asing


2.Pejabat-pejabat perwakilan diplomat dan
konsulat atau pejabat-pejabat lain dari
negara lain
3.organisasi-organisasi Internasional
→ ditetapkan oleh men.keu.
4.Pejabat-pejabat perwakilan organisasi
Internasional → asas resiprositas
(timbal balik )
14
OBJEK PAJAK

⚫ Adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan


sasaran pajak atau dapat dikenakan pajak
baik berupa keadaan, perbuatan maupun
peristiwa.

⚫ (Dalam bahasa Jerman disebut


Taatbestand).

15
⚫ Contoh :
⚫ Keadaan : kekayaan seseorang pada saat
tertentu, memiliki kendaraan,
tanah, rumah.

⚫ Perbuatan : melakukan penyerahan barang


karena jual beli, perjanjian, dll.

⚫ Peristiwa : segala sesuatu yang terjadi diluar


perkiraan manusia, keuntungan
secara mendadak, mendapat anugrah
atau penghargaan yang dapat dinilai
dengan uang.
16
Ada 3 kelompok objek pajak :

◼ 1. Objek Pajak berupa Kekayaan,


contoh : Pajak Bumi dan Bangunan.

◼ 2. Objek Pajak berupa Penghasilan,


contoh : Pajak Penghasilan.

◼ 3. Objek Pajak berupa Kegiatan dalam


Lalulintas Hukum ,
contoh : PPN, Bea Meterai, BPHTB.
17
Objek Pajak berupa
Kekayaan :
adalah harta yang dimiliki
seseorang dapat berupa harta
berwujud, tak berwujud,
bergerak dan tak gerak dengan
ukuran harta tersebut
mempunyai nilai sosial dan nilai
ekonomis.
18
◼ Nilai Sosial :

Kekayaan itu mempunyai nilai


dalam kehidupan masyarakat.
Harta mempunyai fungsi sosial
berarti harta tersebut diperlukan
dalam kehidupan sosial.

19
Nilai Ekonomis :

◼ Yaitu harta tersebut dapat


dinilai dengan uang.

20
Sekian,
◼ Terimakasih

21
Hukum Pajak 5
Perlawanan Pajak
dan
Pajak Daerah & Retribusi Daerah
(UU 28 tahun 2009)

1
Perlawanan Pajak
yaitu:
Tindakan-tindakan yang terdiri dari hambatan-
hambatan yang mempersulit pemungutan pajak
yang erat hubungannya dengan struktur ekonomi
suatu negara, pengembangan intelektual dan
moral penduduk

• Perlawanan Pajak dapat diklasifikasikan menjadi:


1. Perlawanan Pasif;
2. Perlawanan Aktif.
Perlawanan Pajak Pasif
yaitu:
Suatu usaha/tindakan dari wajib pajak untuk tidak
membayar pajak sebagaimana mestinya dikarenakan sistem
perpajakan sulit pelaksanaannya, sehingga banyak faktor
formal yang menyebabkan wajib pajak tidak membayar
pajak.

Contoh:
Formalitas-formalitas yang harus dilakukan dan ketentuan-
ketentuan yang rumit mengakibatkan masyarakat enggan
untuk berurusan dengan kantor pajak dan tidak semua
masyarakat mengerti/memahami bahasa undang-undang.
Perlawanan Pajak Aktif
yaitu:
Suatu usaha/tindakan dari wajib pajak untuk
tidak membayar pajak sebagaimana mestinya
dengan melakukan suatu perbuatan.

Perlawanan Pajak Aktif dapat dibedakan:


1. TAX AVOIDANCE (Menghindarkan diri)
2. TAX EVASION (Penyeludupan/mengelak)
3. MELALAIKAN PAJAK.
1. TAX AVOIDANCE (menghindarkan
diri dari membayar pajak)
Yaitu:
Perbuatan wajib pajak yang legal (tidak
melanggar hukum) dalam rangka
menghindarkan diri dari pembayaran pajak
sehingga mengurangi jumlah pajak yang
masuk ke kas negara.

Contoh: Tidak merokok


2. TAX EVASION (Penggelapan/
Pengelakan/ Penyeludupan Pajak)
Yaitu Perbuatan wajib pajak yang ilegal (melanggar
hukum) dalam rangka menghindarkan diri dari
pembayaran pajak.

Ada dua macam penyeludupan pajak:


1. Penyeludupan Fisik
Contoh: Impor Barang yang tidak dilengkapi dokumen/surat.
2. Penyeludupan Administrasi
Contoh: Membuat faktur pajak fiktif, mengirim barang tidak
sesuai dokumen, membuat laporan keuangan yang tidak
benar.
3. Melalaikan Pajak
Dalam UU tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan diatur mengenai kewajiban
mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP) bagi masyarakat
yang sudah mempunyai penghasilan diatas
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
• Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai