Anda di halaman 1dari 6

MODUL PEMBELAJARAN

PROGRAM STUDI AKUNTANSI PJJ S1

MATA KULIAH : PERPAJAKAN


BOBOT SKS : 2
DOSEN PENGEMBANG : Nurhayati Siregar, S.E.,M.Ak.,CSRS.,CSRA.,CSP
TUTOR : Nurhayati Siregar, S.E.,M.Ak.,CSRS.,CSRA.,CSP
CAPAIAN : 1. Menunjukan sikap bertanggung jawab atas pekerjaan
PEMBELAJARAN dibidang keahliannya secara mandiri.
MATA KULIAH 2. Mampu memformulasikan permasalahan Perpajakan
sesuai dengan ketentuan dalam UU Perpajakan.
3. Mampu menerapkan pemikiran yang logis dan
sistematis dalam pemenuhan kewajiban Perpajakan.
4. Mampu menunjukan kinerja mandiri, bermutu dan
terukur.
KOMPETENTSI Mahasiswa mampu menjelaskan sejarah pemungutan pajak dan
AKHIR DI SETIAP susmber-sumber penerimaan negara

TAHAP (Sub-CPMK)
Minggu Perkuliahan Sesi 1
Online ke-

JUDUL TOPIK
Sejarah Pemungutan Pajak
1. Pendahuluan
Perpajakan di Indonesia diatur melalui pasal 23A UUD 1945 dan peraturan lainnya
seperti UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Berbicara mengenai perpajakan di Indonesia, sudah tentu cakupan bahasannya akan sangat
meluas. Namun, dalam artikel ini, pokok bahasan hanya dikerucutkan pada tiga tema besar
yakni sejarah, sistem dan dasar hukum perpajakan.
Pajak adalah kontribusi wajib yang diberikan wajib pajak kepada negara. Saat
membayarkan pajak, negara tidak memberikan imbalan langsung. Pajak pun bersifat
memaksa dan hasil pungutannya tersebut harus digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Di Indonesia, pajak dikategorikan berdasarkan tiga hal. Pertama, berdasarkan
golongannya/cara pemungutannya (pajak langsung dan pajak tidak langsung). Kedua,
berdasarkan sifatnya (pajak subjektif dan pajak objektif). Ketiga, berdasarkan lembaga
pemungutannya (pajak pusat dan pajak daerah).

1
MODUL PEMBELAJARAN
PROGRAM STUDI AKUNTANSI PJJ S1

2. Isi topik
2.1 Terbentuknya negara
Konsep dan pengertian negara sebagai organisasi kekuasaan dipelopori oleh J.H.A.
Logemaan dalam bukunya, Over De Theorie Van Een Stelling Staadrecht, yaitu bahwa
keberadaan negara bertujuan untuk mengatur dan menyelenggarakan masyarakat yang
dilengkapi dengan kekuasaan tertinggi. Pandangan seperti itu kemudian diikuti oleh Harold J.
Laski, Max Weber, dan Leon Duguit, dalam pengertian yang luas mengenai negara, negara
merupakan satuan sosial (masyarakat) yang diatur secara konstitusional untuk mewujudkan
kepentingan bersama (Suhady, 2003 dalam Devano dan Rahayu, 2006: 2). Negara dalam
konteksnya sebagai organisasi kekuasaan di dalamnya terdapat suatu mekanisme atau tata
hubungan kerja yang mengatur suatu kelompok manusia (rakyat) agar berbuat, atau bersikap
sesuai dengan kehendak negara, agar mematuhi aturan yang telah dibuat negara.
Agar negara bisa mengatur rakyatnya, maka negara diberi kekuasaaan (authority) yang
dapat memaksa seluruh anggotanya untuk mematuhi segala peraturan/ketentuan yang telah
ditetapkan oleh negara. Kekuasaan tersebut berhak dimiliki oleh negara, karena secara historis
timbulnya negara adalah untuk mengatur kehidupan yang lebih baik.
Untuk menghindari adanya kekuasaan yang sewenangwenang, di sisi lain negara juga
menetapkan cara-cara dan batasbatas sampai di mana kekuasaan itu bisa digunakan dalam
kehidupan bersama, baik oleh individu, golongan, organisasi, maupun oleh negara itu sendiri.

2.1.1 Teori Mengenai Negara


Berbagai teori yang dikemukakan oleh para ahli tentang asal mula negara dan
kedaulatan, baik Teori Perjanjian yang dikemukakan oleh Jean Jacques Rousseau maupun
Teori Homo Homini Lupus oleh Thomas Hobbes, berkesimpulan sebelum zaman Romawi
dan Yunani Kuno telah ada suatu wadah yang menguasai dan memerintah penduduk.
Mengenai terjadinya suatu negara terdapat beberapa teori antara lain sebagai berikut :
a. Teori Kenyataan Negara timbul adalah sebagai suatu kenyataan. Jika sudah
terpenuhinya unsur daerah kekuasaan, adanya rakyat, dan ada pemerintah yang
berdaulat dan diakui oleh rakyat maupun kelompok besar lainnya, maka sudah
terbentuklah suatu negara. Ini berdasarkan kenyataan yang telah ada membuat
secara langsung terbentuknya suatu negara.
b. Teori Ketuhanan Adanya suatu negara adalah atas kehendak Tuhan. Segala sesuatu,
apapun itu, tak akan terjadi apabila Tuhan tidak menghendakinya. Begitu pula
dengan negara, jika Tuhan berkehendak suatu negara timbul, maka timbullah
negara tersebut.
c. Teori Perjanjian Perjanjian yang dibuat antara orang-orang yang tadinya hidup
bebas merdeka, terlepas satu sama lain tanpa ikatan kenegaraan, untuk hidup
bersama, berkelompok, bekerja sama, dan bersosialisasi dalam suatu ikatan dan
wadah yang dipimpin oleh pemimpin yang sudah diakui dalam bentuk organisasi
2
MODUL PEMBELAJARAN
PROGRAM STUDI AKUNTANSI PJJ S1

kenegaraan. Perjanjian ini diadakan agar kepentingan bersama dapat terpelihara


dan terjamin, supaya “orang yang satu tidak merupakan binatang buas bagi orang
yang lain” (homo homini lupus).
2.2 Sistem Perpajakan di Indonesia
Sejak tahun 1983, pemerintah Indonesia telah mengubah sistem pemungutan pajak
yang semula menggunakan official assessment (dipakai saat era kolonial Belanda) menjadi
self assessment.
Apa perbedaan dua sistem tersebut? Salah satu inti perbedaan dari dua sistem pemungutan
pajak ini adalah wewenang menetapkan besaran pajak terutang. Jika pada official assessment,
wewenang penetapan besaran pajak ada pada pemerintah, sedangkan pada self assessment
wewenang tersebut ada pada wajib pajak.

2.3 Upeti Sebagai Cikal Bakal pajak


Di era pra kolonial (sebelum masuknya Belanda), pajak dikenal dengan istilah upeti.
Upeti dipungut oleh raja untuk kepentingan pribadi dan operasional kerajaannya. Contohnya
seperti membangun istana atau membiayai rumah tangga kerajaan. Jenis pajak yang
diberlakukan di era ini misalnya pajak tol dan pajak candu.

2.4 Perpajakan di Indonesia Pada Masa Belanda


Saat Indonesia dijajah oleh Belanda, saat itulah sistem kita mengenal sistem
perpajakan modern. Salah satu jenis pajak yang berlaku saat itu di antaranya pajak rumah
tinggal yang diberlakukan tahun 1839 dan pajak usaha.
Pemerintah Kolonial Belanda juga membedakan besar tarif pajak berdasarkan
kewarganegaraan wajib pajak. Pada tahun 1885 misalnya, pemerintah memberlakukan
kenaikan pajak tinggal untuk warga Asia menjadi 4%.
Pada era pra kemerdekaan, penjajah Belanda dan Inggris juga telah memperkenalkan sistem
pemungutan pajak yang sistematis.

2.5. Dasar Hukum Perpajakan di Indonesia


Setelah tahu bagaimana sejarah perpajakan di Indonesia, kini kita akan membahas dasar
hukum perpajakan di Indonesia pada era kemerdekaan. Untuk lebih jelasnya lagi, berikut ini
berbagai dasar hukum yang mengatur perpajakan di Indonesia.
1. Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang diatur dalam UU
No. 6/1983 dan diperbarui oleh UU No. 16/2000.
2. Undang-Undang Pajak Penghasilan (PPh) yang diatur dalam UU No. 7/1983 dan
diperbarui oleh UU No. 17/2000.
3. Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan yang diatur oleh UU
No. 8/1983 dan diganti menjadi UU No. 18/2000.
4. Undang-undang penagihan pajak dan surat paksa yang diatur dalam UU No. 19/1997
dan diganti menjadi UU No. 19/2000.
3
MODUL PEMBELAJARAN
PROGRAM STUDI AKUNTANSI PJJ S1

5. Undang-Undang Pengadilan Pajak yang diatur dalam UU N0. 14/2002.

2.6 Asas Perpajakan Di Indonesia


Di samping memiliki dasar hukum, perpajakan di Indonesia juga memiliki asas yang jelas.
Berikut ini berbagai asas perpajakan yang berlaku di Indonesia.
 Asas Finansial.
 Asas Ekonomis.
 Asas Yuridis.
 Asas Umum.
 Asas Sumber.
 Asas Kebangsaan atau Nasionalitas.
 Asas Wilayah atau Teritorial.

Macam macam Pungutan di Indonesia


1. Pajak adalah Iuran wajib pajak kepada kas negara berdasarkan Undang undang yang
bersifat dapat dipaksakan serta tidak mendapatkan langsung jasa timbal (kontraprestasi),
serta dapat ditunjukkan serta digunakan untuk membelanjai biaya-biaya dan pengeluaran
umum Pemerintah.
2. Retribusi adalah pembayaran kepada negara yang dilakukan oleh pihak-pihak yang
memanfaatan fasilitas negara. Contoh: retribusi parkir, retribusi pasar, ijin membuat
bangunan, dan lain lain.
3. Sumbangan/iuran adalah biaya-biaya yang dibayarkan kepada negara untuk prestasi
tertentu. Prestasi itu tdk ditujukan kepada seluruh masyarakat, melainkan hanya utk
sebagian tertentu saja. Contoh: sumbangan wajib pemeliharaan prasarana jalan.
4. Penerimaan negara bukan pajak (UU No. 20 Tahun 1997); misalnya: SIM, lelang, pass
kayu, dll.

Asas Pemungutan Pajak Asas pemungutan Pajak untuk mencapai tujuannya.


Asas pemungutan pajak berdasarkan Adam Smith, dikenal dengan The Four Maxims:
1. Asas Equality Pembagian tekanan pajak pada masing-masing subjek pajak hendaknya
dilakukan secara seimbang sesuai kemampuannya, yaitu seimbang dengan penghasilan
yang dinikmatinya masing-masing di bawah perlindungan pemerintah.
2. Asas Certainty Pajak yang dibayar harus jelas (certain) dan tidak mengenal kompromis
(nonarbitrary). Kepastian hukum akan subjek, objek dan tarif dan waktu pembayaran
harus jelas
3. Asas Convinience Pajak yang dipungut sebaiknya pada saat yang paling baik bagi wajib
pajak, misalnya pada saat diterimanya penghasilan yang bersangkutan.
4. Asas Economy/ Eficiency Pemungutan pajak hendaknya dilakukan sehemat-hematnya,
jangan sekali-sekali biaya pemungutan pajak melebihi pemasukan pajaknya
4
MODUL PEMBELAJARAN
PROGRAM STUDI AKUNTANSI PJJ S1

Sistem Pemungutan Pajak


Sistem pemungutan pajak dapat dibagi dalam beberapa macam yaitu:
1. Sistem pemungutan Self Assesment System. Dalam sistem pemungutan pajak ini Wajib
Pajak menetapkan sendiri jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan. Dalam sistem pemungutan ini, kegiatan pemungutan
pajak diletakkan kepada aktivitas masyarakat wajib pajak sendiri, dimana wajib pajak
diberi kepercayaan untuk: a) Menghitung sendiri pajak yang terutang. b)
Memperhitungkan sendiri pajak yang terutang. c) Membayar sendiri jumlah pajak yang
terutang. d) Melaporkan sendiri pajak yang terutang.
2. Sistem pemungutan Official Assessment System. Dalam system pemungutan pajak ini,
dimana aparatur pajak (fiskus) menetapkan jumlah pajak yang terutang dari Wajib Pajak.
Dalam sistem ini inisiatif dan kegiatan dalam mengitung dan menetapkan pajak
sepenuhnya berada pada aparatur pajak (fiskus).
3. Sistem pemungutan Witholding System. Dalam sistem pemungutan pajak, dimana
perhitungan pemotongan dan pembayaran pajak serta pelaporan pajak dipercayakan
kepada pihak ketiga oleh Negara. Pihak ketiga yang diberi kepercayaan pemerintah untuk
memotong atau memungut pajak misalnya Badan-badan tertentu, Direktorat Jenderal Bea
Cukai, Direktorat Jenderal Anggaran, Bendaharawan dan lain-lain. Contoh Pajak yang
menganut sistem ini misalnya PPh Pasal-pasal 4 (2), 15, 21, 22, 23, dan 26.

Jenis Pajak
Jenis Pajak menurut Golongan :
1. Pajak Langsung Pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada pihak lain. Contoh: Pajak Penghasilan (PPh) dan
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan lain lain.
2. Pajak Tidak Langsung Pajak yang pembebanan-nya dilimpahkan kepada pihak lain.
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM)
dan lain lain

Jenis Pajak menurut Sifatnya :


1. Pajak Subjektif Pajak subjektif yaitu pajak yang memperhatikan pertama-tama keadaan
subjek pajak, baru kemudian ditentukan objek pajaknya. Contoh : Pajak Penghasilan
(PPh) dan obyeknya adalah penghasilan.
2. Pajak Obyektif Pajak yang pertama-tama melihat keadaan objek pajak, meliputi benda,
atau keadaan, per-buatan, peristiwa yang menyebabkan timbulkan kewajiban membayar,
baru kemudian ditentukan subyek pajaknya, tidak mempersoalkan apakah subyek ini
bertempat kedudukan di Indonesia atau tidak. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
dan PPnBM

5
MODUL PEMBELAJARAN
PROGRAM STUDI AKUNTANSI PJJ S1

Jenis Pajak menurut Pemungut


1. Pajak Pusat Pajak Pusat yaitu pajak yang yang dipungut oleh pemerintah pusat: –
Dipungut Direktorat Jenderal Pajak meliputi: Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan Bea
Meterai. – Dipungut Direktorat Jenderal Bea dan Cukai meliputi: Bea Masuk (impor),
Bea Masuk Tambahan (impor), dan Cukai.
2. Pajak Daerah Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah Provinsi
atau Kabupaten/Kota (c.q. Dinas Pendapatan Daerah): – Pemerintah Daerah Provinsi
meliputi: Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Kendaraan di Atas Air, Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan Kendaraan di Atas Air, Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor, dll. – Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota meliputi: Pajak Hotel,
Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak
Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian C, dll

3. Contoh Soal dan Pengerjaan/Studi Kasus


Jelaskan jenis jenis pajak berdasarkan golongan, sifat dan lembaga pemungutnya !
4. Soal Mandiri
Jelaskan pengertian pajak menurut anda ?

5. REFERENSI/DAFTAR PUSTAKA
Siti Resmi, Perpakajan : Teori dan Kasus, Buku 1 (Edisi 11), Salemba Empat
Prof Dr. Mardiasmo, MBA, Ak, Perpajakan, Andi Yogyakarta, 2018.
www.klikpajak.id
www.online-pajak.com/
www.pajak.go.id

Anda mungkin juga menyukai