Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS HUKUM PAJAK DI INDONESIA

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengantar Hukum Indonesia
Dosen Pengampu : Nabila Luthvita Rahma, M.H.

Di Susun Oleh :
Kelompok 8 / Kelas HKI C

1. Jannatan Kurniadi Sahbana (2320110082)


2. Rima Nella Hanova (2320110091)
3. Nailal Khusna (2320110104)
4. Nova Salwa Talitha (2320110108)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS TAHUN 2023

1
ABSTRAK
Masalah pajak adalah masalah negara, juga menjadi masalah warga negara.
Pajak merupakan salah satu sumber utama pendapatan negara yang diambil dari
sebagian kekayaan warganya; kelalaian dalam membayar dan menyetor pajak bisa
menimbulkan tindakan hukum. Kehormatan seseorang atau badan hukum sebagian
juga diukur dari loyalitasnya dalam membayar pajak, sehingga wajarlah apabila
timbul ungkapan:"warga negara yang baik adalah warga negara yang patuh dan
tepat waktu dalam membayar pajak". Hukum pajak adalah keseluruhan peraturan
yang meliputi wewenang pemerintah untuk memungut sebagian kekayaan
seseorang dan menyerahkannya kembali kepada masyarakat melalui kas negara.
Dengan demikian, hukum pajak merupakan bagian dari hukum publik yang
mengatur hubungan-hubungan hukum antar negara dan wajib pajak yang
didalamnya termuat unsur-unsur hukum tata negara dan hukum pidana dengan
acara pidananya. Salah satu tujuan dibentuknya hukum pajak adalah untuk menjadi
acuan dalam menciptakan sistem pemungutan pajak yang berlandaskan pada
keadilan, efisiensi, dan diatur dengan jelas dalam Undang-Undang yang berkaitan
dengan hukum pajak tersebut

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pajak merupakan pemberian nominal kekayaan dari pihak perorangan
kepada negara untuk membayar pengeluaran dan surplus pada publik saving yang
menjadi sumber dalam pembayaran investasi publik. Pada awalnya pembayaran
pajak merupakan sukarela dari perorangan atau rakyat kepada atasan atau
pemimpin yang berfungsi untuk menyediakan jalan umum, menjaga keamanan,
pembayaran gaji pegawai dan lain sebagainnya. Bagi rakyat yang tidak melakukan
pembayaran secara rutin akan diberikan sanksi.

Pajak diatur oleh sebuah hukum, yaitu hukum pajak. Hukum pajak mengatur
segala aspek yang berkaitan dengan perpajakan baik subjek, objek, sampai jenis-
jenisnya. Dalam proses belajar mengajar, khususnya pada tingkat perkuliah, Hukum
Pajak ini, banyak ditemukan kendala yang mempengaruhi keberhasilan mahasiswa
dalam menyerap pengetahuan tentang hukum pajak. Banyak mahasiswa yang
kurang minat dalam mempelajari hukum pajak, padahal hukum mengenai

2
perpajakan sangat penting dipelajari untuk meningkatkan wawasan ber-
warganegara para mahasiswa. Oleh karena itu Tujuan umum pengajaran hukum
pajak ini, adalah untuk membahas tentang dasar-dasar hukum perpajakan,
ketentuan umum dan karakteristik tentang pajak lainya.

Tujuan
Tujuan umum pembuatan paper ini, untuk membahas tentang dasar-dasar hukum
perpajakan, ketentuan umum, Membedakan subjek pajak, objek pajak, jenis pajak
dan hal-hal yang berhubungan dengan pajak.

Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diatas, penyusun mengambil 7 (tujuh) inti
permasalahan yang kemudian akan dibahas dalam penulisan ini. Permasalahan
tersebut adalah sebagai berikut :
1) Apa definisi dari pajak dan hukum pajak
2) Sebutkan dasar hukum yang mengatur pajak
3) Apa tujuan dibentuknya hukum pajak
4) Apa itu subjek dan objek hukum pajak
5) Sebutkan jenis-jenis hukum pajak
6) Apa manfaat hukum pajak
7) Sebutkan contoh dari hukum pajak

Metode Penelitian
Pada paper mengenai hukum perpajakan ini, penyusun menyusun materi
pembahasan menggunakan metode pengembangan, yaitu sebagai jenis penelitian
yang memfokuskan diri pada tujuan mengembangkan, memperluas, dan menggali
lebih jauh atas sebuah teori. Artinya penyusun membuat paper ini dilandasi sebuah
keinginan untuk mengembangkan atau meningkatkan keilmuan mengenai hukum
pajak, dengan cara menggali sebuah informasi, maupun teori dari sumber buku,
jurnal ilmiah dan lainya. Sehingga Metode penelitian yang digunakan dalam
penulisan paper ini adalah suatu metode yang terarah dan sistematis sebagai cara
dan menguji kebenaran.

3
PEMBAHASAN
Definisi Pajak Dan Hukum Pajak
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai hukum pajak, ada baiknya kita
mengawali dengan memahami tentang apa itu yang diaksud pajak. Secara Etimologi
kata pajak banyak disebutkan dalam berbagai bahasa di dunia, misalnya dalam
Kamus Hukum Belanda Indonesia pajak adalah padanan dari kata belasting
(Belanda) yang artinya adalah perpajakan. Tak hanya itu pajak juga diartikan pada
bahasa lainya misalnya fiscales (Perancis), impuesto (Sepanyol), dhariroh (Arab).
Dalam Kamus Hukum Belanda Indonesia, edisi berbahasa Indonesia menjelaskan
arti dari belisting yaitu suatu pungutan oleh pemerintah dari rakyatnya untuk
membiayai pengeluaran pemerintahan.

Secara Terminologi pajak dijelaskan oleh beberapa para ahli sebagai berikut:

1) Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, pajak adalah kontribusi wajib masyarakat
kepada negara, tanpa imbalan jasa langsung, digunakan untuk membiayai
pengeluaran umum dan tugas negara.
2) Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro, S.H., pajak adalah iuran rakyat
kepada kas negara tanpa imbalan jasa langsung, digunakan untuk
membayar pengeluaran umum dan investasi publik.
3) Menurut Sommerfeld M., Anderson Herschel M., dan Brock Horace R.,
Pajak adalah pengalihan sumber daya dari sektor swasta ke sektor
pemerintah sesuai ketentuan yang telah ditetapkan sebelumnya tanpa
imbalan langsung, untuk mendukung tugas pemerintahan.
4) Menurut definisi Prancis dalam buku Leroy Beaulieau, ajak adalah bantuan
yang dipaksakan pemerintah dari penduduk atau barang untuk membiayai
pengeluaran pemerintahan.
5) Berdasarkan definisi Prof. Edwin R.A Seligman dalam Essays in Taxation,
pajak adalah kontribusi wajib individu kepada pemerintah untuk biaya
bersama tanpa memandang manfaat khusus yang diberikan.

4
Setelah mengetahui tentang definisi pajak sekarang lanjut pada hukum yang
mengatur tentang pajak, bahwa suatu pajak juga membutuhkan suatu hukum
untuk melindungi pajak tersebut maupun subjek dari pajak tersebut. Hukum pajak
adalah sekumpulan peraturan yang mengatur hak dan kewajiban serta hubungan
antara wajib pajak dan pemerintah selaku pemungut pajak. Hukum pajak
mencakup peraturan yang mengatur pemerintah dalam mengambil sebagian
kekayaan individu dan mengembalikannya kepada masyarakat melalui kas
negara. Ini adalah bagian dari hukum publik yang mengatur hubungan antara
negara dan individu atau badan hukum yang membayar pajak. Para ahli hukum
mendefinisikan hukum pajak sebagai berikut :

1) Santoso Brotodihardjo
Hukum pajak atau yang juga dikenal sebagai hukum fiskal merupakan
aturan-aturan yang meliputi wewenang atau hak pemerintah dalam
mengambil kekayaan seseorang dan memberikannya kembali ke
masyarakat melalui kas negara.
2) Bohari
Hukum pajak merupakan kumpulan peraturan perundang-undangan
yang mengatur rakyat selaku pihak yang membayar pajak dengan
pemerintah selaku pemungut pajak.
3) Rachmat Soemitro
Hukum pajak adalah kumpulan peraturan yang mengatur hubungan
rakyat selaku pembayar pajak dengan pemerintah selaku pemungut
pajak.
4) Erly Suandy
hukum pajak atau hukum fiskal merupakan bagian dari hukum publik
yang mengatur hubungan antara rakyat selaku wajib pajak dengan
penguasa atau pemerintah selaku pemungut pajak.1

1
H. Bohari, S.H., M.S., Pengantar Hukum Pajak, Jakarta, PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 1993.

5
Dasar Hukum Pajak
Reformasi perpajakan (tax reform) yang dilakukan pemerintah tahun 1983
telah memberikan iklim yang konstruktif bagi perpajakan nasional menunjukkan
fungsinya sebagai salah satu sumber penerimaan negara dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dari perkembangan penerimaan pajak
yang diperoleh selama ini terlihat adanya peningkatan yang cukup signifikan
setiap tahunnya, sehingga pajak menjadi dominan dalam struktur penerimaan -
(APBN). Ini bisa terjadi tentu tidak terlepas dari dilakukannya terus menerus
penyempurnaan aturan perpajakan yang ada sebelumnya, baik menyangkut
aspek formal maupun aspek material.

Hal mendasar dari reformasi perpajakan yang dilakukan adalah dibuatnya


satu undang-undang yang khusus mengatur tentang ketentuan umum dan tata
cara yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan
semua pihak, baik oleh Wajib Pajak maupun pemerintah (fiskus). Pengaturan ini
dilakukan dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan, yang disingkat dengan KUP. Adanya undang-undang
yang tersendiri mengatur tentang ketentuan maupun tata cara yang berhubungan
dengan perpajakan sangatlah penting dan strategis karena berlaku umum untuk
semua jenis pajak. Di samping itu dasar hukumnya cukup kuat, yang sekaligus
merupakan pelaksanaan amanat Pasal 23 ayat (2) Undang-undang Dasar 1945.

Menyikapi perkembangan yang terjadi di berbagai bidang di negara kita, baik


itu bidang ekonomi, sosial, manajemen, administrasi maupun teknologi informatika
pemerintah terus berupaya mengakomodir perkembangan tersebut. Hal ini terlihat
dengan dilakukannya 2 (dua) kali perubahan atas Undang-undang KUP, yaitu
dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994 dan terakhir dengan Undang-
undang Nomor 16 Tahun 2000.2

2
Liberty Pandiangan, S.E., M.Si., Pemahaman Praktis Undang-Undang Perpajakan Indonesia,
Erlangga, 2002.

6
Ringkasan dari beberapa dasar hukum yang melandasi hukum pajak adalah
sebagai berikut :

 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 Tentang Bea Materai.


 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 Tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan.
 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 Tentang Penghasilan.
 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 Tentang Pajak Pertambahan Nilai
atas Barang dan Jasa dan Penjualan atas Barang Mewah.
 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan
Surat Paksa.
 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Bea Perolehan Hak Atas
Tanah dan Bangunan.
 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak.

Tujuan Hukum Pajak


Sebagian dari hukum nasional adalah hukum pajak, hukum pajak mengemban
tujuan hukum yang bersifat universal yaitu untuk menunjang ketertiban,
ketentraman, kedamaian, dan kesejahteraan dalam tata kehidupan bermasyarakat
berbangsa dan bernegara. Dalam konteks ini, peraturan, penerapan, dan penegakan
hukum pajak diorientasikan pada adanya kesadaran bersama bahwa kewajiban
pajak merupakan kewajiban warga terhadap negara yang ditentukan berdasarkan
undang-undang. Dan negara berhak memperoleh penerimaan pajak dari warganya
dan berkewajiban mengelolanya demi kesejahteraan hidup bersama dan
kemandirian bangsa. Sebagai spesialisasi hukum dibidang perpajakkan, hukum
pajak mempunyai tujuan utama yaitu: Memberikan kepastian hukum agar
perpindahan harta(dana pembayaran pajak) dari masyarakat (wajib pajak) kepada
negara (dengan melalui kas negara) tersebut berjalan dengan baik, teratur, tertib,
dan adil serta tidak menimbulkan kesewenang- wenangan dari pelaksanaan hukum
(fiskus). Tujuan hukum pajak ini, untuk mendukung bagi pelaksaan fungsi dan tugas
utama dari negara dalam rangka melindungi segenap kepentingan dan hak warga
negaranya yang dalam pelaksanaannya membutuhkan biaya yang berjumlah besar
dan bersifat rutin. Sebagian besar biaya tersebut harus ditanggung oleh setiap

7
warganya yang dinilai mampu memberikan sumbangsih (partisipasi atau kontribusi
wajib) berbentuk pajak, sesuai syarat dan ketentuan yang diatur dalam hukum pajak.

Tujuan hukum pajak berupa keadilan dapat tercermin dalam pengenaan pajak
atau tidak kepada wajib pajak, karena dianggap memiliki objek pajak tetapi tidak
tergolong sebagai objek kena pajak berarti wajib pajak yang bersangkutan tidak
perlu membayar pajak. Apalagi kalau wajib pajak sama sekali tidak memiliki objek
pajak karena secara hukum dinyatakan pailir, maka tidak adil kalau wajib pajak
dikenakan pajak.

Bagi kemanfaatan sebagai tujuan hukum pajak tercermin dari penggunaan


pajak untuk membiayai pemerintah dan pembangunan dalam upaya mengurangi
batas pemisah antara orang kaya dengan orang miskin. Pajak yang dipungut dari
wajib pajak tentunya dikembalikan ke dalam masyarakat agar dapat menikmati oleh
wajib pajak maupun yang bukan wajib pajak.

Kepastian hukum sebagai tujuan hukum pajak dapat diterapkan dalam hal
penagihan pajak maupun dalam penyelesaian sengketa pajak. Berhubungan karena
penagihan pajak tidak boleh dilakukan oleh siapa pun kecuali yang telah ditentukan,
termasuk pula bentuk dan jangka waktu yang harus dipenuhi agar tergolong sebagai
penagihan pajak yang sah. Demikian pula dalam penyelesaian sengketa pajak
terdapat lembaga Peradilan pajak yang berwenang memeriksa dalm memutuskan
sengketa pajak. Sementara itu, perlindungan hukum wajib tercermin kepada wajib
pajak maupun penjabat pajak ketika hukum pajak dilaksanakan dan ditegakkan

Hukum pajak tidak slalu dapat mewujudkan tujuannya, beberapa keadilan,


kemanfaatan, kepastian hukum, dan perlindungan hukum secara sekaligus dalam
suatu penyelesaian sengketa pajak. Kenyataannya bahwa kemanfaatan, keadilan,
dan kepastian hukum kadangkala terjadi pertentangan sehingga tidak
mencerminkan perundang-undangan hukum dalam keputusan penyelesaian
sangketa pajak. Pihak-pihak yang merasa dirugikan akan menggunakan upaya
hukum untuk melawan keputusan tersebut agar keinginannya dapat dikabulkan.3

3
M. Farouq S.,A.Md.,S.E.,S.H.,S.HI.,Bkp. Hukum Pajak Di Indonesia, Prenadamedia Group, Jakarta,
2018

8
Subjek Dan Objek Hukum Pajak
1) Subjek
Subjek pajak adalah orang, badan atau kesatuan lainnya yang telah memenuhi
syarat-syarat tertentu sebagai pelaku pajak. Pengertian subjek pajak dapat
ditemukan dalam beberapa Undang-undang pajak yang tergolong Hukum pajak
matereiil, seperti yang dapat dilihat di Undang-undang tentang pajak
penghasilan (Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana terakhir
dirubah dengan Undang-undang Nomor 38 tahun 2008) dan Undang-undang
tentang pajak bumi dan bangunan (Undang-undang Nomor 12 tahun 1985
sebagaimana dirubah terakhir dengan Undang-undang dengan Nomor 12 tahun
1994). Subjek pajak ada 2 macam yaitu :
 Subjek pajak dalam negeri
- Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang
berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu
tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat
tinggal di Indonesia.
- Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit
tertentu dari badan pemerintah.
- Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang
berhak.
 Subjek pajak luar negeri
- Orang pribadi yang menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia
apabila, tidak bertempat tinggal di Indonesia, berada di Indonesia tidak lebih
dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua
belas).
- Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia,
yangmenjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di
Indonesia; menerima/memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak melalui
BUT.

9
2) Objek
Objek pajak adalah sumber penghasilan atau pendapatan yang dikenakan
pajak. Pasal 4 ayat (1) Undang-undang tentang pajak penghasilan 2008
menyatakan, yang menjadi objek pajak adalah pengahasilan yaitu setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik
yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai
untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang
bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun. Yang termasuk objek
pajak antara lain :
 Penghasilan karena pekerjaan / jasa, gaji, upah, tunjangan, honorarium,
komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun dan imbalan lainnya terkecuali
ditentukan lain dalam Undang-undang.
 Hadiah undian, hadiah dari pekerjaan atau kegiatan dan hadiah
penghargaan.
 Laba usaha.
 Keuntungan penjualan atau keuntungan dari pengalihan harta.
 Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan,
dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal.
 Keuntungan yang diperoleh karena adanya pengalihan harta kepada para
pemegang saham, sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan,
persekutuan, dan badan lainnya.
 Dll4

4
Andrian Sutedi. S.H,. M.H. HUKUM PAJAK. SINAR GRAFIKA. (2013).

10
Jenis – Jenis Pajak Dan Hukum Pajak
A) Jenis Pajak
Jenis-jenis pajak dapat digolongkan dalam tiga golongan, yaitu menurut
golongan, sifat , dan lembaga pemungutannya:
1. Berdasarkan golongannya, pajak dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
 Pajak Langsung
pajak yang harus ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat
dialihkan atau dibebankan ke orang lain maupun pihak lain. Pajak
tersebut harus menjadi tanggungan Wajib Pajak yang bersangkutan.
 Pajak Tak Langsung
pajak yang dapat dialihkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak
lain. Pajak tidak langsung bisa terjadi jika terdapat suatu kegiatan,
peristiwa, atau perbuatan yang menyebabkan pajak terhutang, misalnya
ketika terjadi penyerahan barang dan jasa.
2. Berdasarkan sifatnya, pajak dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
 Pajak Subjektif
Pajak yang dalam pengenaannya memperhatikan keadaan pribadi wajib
pajak. Pajak subjektif adalah pajak yang memperhatikan
keadaan subjeknya. misalnya pajak penghasilan dalam menentukan
besar kecilnya utang pajak akan dilihat kondisi atau jumlah tanggungan
wajib pajak.
 Pajak Objektif
Pajak yang dalam pengenaannya memperhatikan objek yang berupa
benda, keadaan, perbuatan, dan atau peristiwa yang menyebabkan
munculnya kewajiban untuk membayar pajak, tanpa memperhatikan
keadaan pribadi Wajib Pajak.
3. Berdasarkan Lembaga Pemungutnya
 Pajak Negara, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat. Hasil
pemungutan pajak tersebut digunakan untuk membiayai keperluan umum
rumah tangga Negara.
 Pajak Daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah, baik
itu pemerintah daerah tingkat I (pajak provinsi), maupun pemerintah

11
daerah tingkat II (pajak kabupaten/kota). Hasil pemungutan pajak tersebut
digunakan untuk membiayai keperluan umum daerah masing- masing.

B) Jenis Hukum Pajak


Jenis-jenis dasar hukum pajak dapat digolongkan menjadi dua, yaitu hukum
formil dan materiil :
1. Hukum Pajak Formil
Hukum pajak yang memuat adanya ketentuan-ketentuan dalam mewujudkan
hukum pajak material menjadi kenyataan. Hukum pajak formal memuat tata
cara atau prosedur penetapan jumlah utang pajak, hak-hak fiskus untuk
mengadakan evaluasi. Hukum pajak formal juga menentukan kewajiban
wajib pajak untuk mengadakan pembukuan, serta prosedur pengajuan surat
keberatan maupun banding. Pada dasarnya, hukum pajak formal mengatur
mengenai mekanisme pelaksanaan dan prosedur yang berkaitan dengan
perpajakan. Contoh jenis hukum pajak formil adalah :
 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 mengenai perubahan atas
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 mengenai penagihan pajak
dengan surat paksa
 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 mengenai perubahan kedua
atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 mengenai ketentuan
umum dan tata cara perpajakan
Peraturan di atas menjelaskan Mengenai ketentuan atau tata cara dalam
melakukan perpajakan, yang telah diatur dalam Undang-Undang tersebut.
2. Hukum Pajak Materiil
Sedangkan untuk hukum pajak material ini berisi mengenai norma-norma
yang menerangkan keadaan, perbuatan, peristiwa hukum yang dikenakan
pajak (objek pajak), tokoh yang dikenakan pajak (subjek pajak), besaran
pajak yang dikenakan (tarif pajak), segala sesuatu yang dapat menimbulkan
atau terhapuskannya utang pajak, serta hubungan hukum antara Wajib
5
Pajak dan pemerintah. Contoh jenis hukum pajak materiil adalah :
 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Materiil
5
Dr. Mustaqiem. S.H,. M.Si. PERPAJAKAN DALAM KONTEKS TEORI DAN HUKUM PAJAK DI
INDONESIA. Buku Litera Yogyakarta. (2014)

12
Manfaat Hukum Pajak
Pajak memiliki banyak fungsi atau manfaat dalam kehidupan salah satunya
adalah untuk membiayai pembangunan, seperti pajak bumi dan bangunan, kita wajib
membayar pajak bumi dan bangunan karena kita menempati wilayah negara.
Membiayai belanja modal, yaitu belanja pegawai, barang, untuk membangun sarana
publik. Pajak yang didapat oleh pemerintah pusat juga di transfer ke daerah untuk
kelangsungan pergerakan pembangunan di daerah baik secara langsung maupun
secara tidak langsung.
Pajak juga memiliki fungsi, selain sebagai sumber dana (budgetair) pajak juga
dapat berfungsi untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan tertentu (reguleren).
Penjabaran fungsi-fungsi pajak antara lain :
 Fungsi Penerimaan (Budgetair) Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang
diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Dalam
APBN Pajak merupakan sumber penerimaan dalam negeri.
 Fungsi Mengatur (Reguleren) Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur
atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi, misalnya PPn BM
untuk minuman keras dan barang-barang mewah lainnya.
 Fungsi Redistribusi pendapatan yaitu penerimaan negara dari pajak digunakan
untuk membiayai pengeluaran umum dan pembangunan nasional sehingga
dapat membuka kesempatan kerja dengan tujuan untuk meningkatkan
pendapatan masyarakat.
 Fungsi Demokrasi, Pajak dalam fungsi demokrasi merupakan wujud sistem
gotong royong. Fungsi ini dikaitkan dengan tingkat pelayanan pemerintah
kepada masyarakat pembayar pajak.6

6
DR. Agus Salim, HR, S.E.,M.M, DASAR-DASAR PERPAJAKAN, LPP-Mitra Edukasi, Palu, 2019

13
Contoh Pajak
Didalam kehidupan bernegara kita sebagai warga negara, pasti tak luput
berhubungan dengan namanya pajak, karena sebagai warga negara yang baik kita
harus menaati peraturan, salah satunya yaitu membayar pajak. Di Indonesia banyak
contoh kegiatan perpajakan, antara lain :
1. Pajak di tingkat Provinsi
 Pajak kendaraan bermotor
 Bea balik kendaraan bermotor
 Pajak bahan bakar kendaraan bermotor
 Pajak air permukiman
 Pajak rokok
2. Pajak di tingkat Kabupaten/Kota
 Pajak hotel
 Pajak restoran
 Pajak hiburan
 Pajak penerangan jalan
 Pajak parkir
 Pajak air7

PENUTUP
Kesimpulan
Setelah dijelaskan oleh penyusun mengenai penjelasan tentang hukum pajak, kini
tiba saatnya kami menyimpulkan isi dari paper ini. Pajak adalah iuran wajib rakyat
kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang mengatur untuk kepentingan
bersama antara rakyat dengan pemerintah. Dasar hukum tertinggi yang mengatur tentang
perpajakan terdapat pada Pasal 23 A Undang-Undang Dasar 1945. Pajak memiliki dua
komponen yaitu subjek dan objek, subjek pajak adalah pelaku dari pajak, sedangkan objek
pajak adalah sumber penghasilan tiap individu yang dikenai pajak. Selain itu pajak terdiri
dari beberapa jenis yang memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Salah satu manfaat pajak
yang paling utama yaitu sebagai penyokong utama anggaran negara yang berkaitan dengan
pembangunan dan kepentingan negara.

7
Supramono dan Theresia Damayanti, Perpajakan Indonesia, Mekanisme dan perhitungan,
Yogyakarta, 2005

14
DAFTAR PUSTAKA

H. Bohari, S.H., M.S., Pengantar Hukum Pajak, Jakarta, PT RAJAGRAFINDO


PERSADA, (1993).

Liberty Pandiangan, S.E., M.Si., Pemahaman Praktis Undang-Undang Perpajakan


Indonesia, Erlangga, (2002).

M. Farouq S.,A.Md.,S.E.,S.H.,S.HI.,Bkp., Hukum Pajak Di Indonesia, Prenadamedia


Group, Jakarta, (2018).

Andrian Sutedi. S.H,. M.H., HUKUM PAJAK. SINAR GRAFIKA. (2013).

Dr. Mustaqiem. S.H,. M.Si., PERPAJAKAN DALAM KONTEKS TEORI DAN HUKUM
PAJAK DI INDONESIA. Buku Litera Yogyakarta. (2014).

DR. Agus Salim, HR, S.E.,M.M., DASAR-DASAR PERPAJAKAN, LPP-Mitra


Edukasi, Palu, (2019).

Supramono dan Theresia Damayanti, Perpajakan Indonesia, Mekanisme dan


perhitungan, Yogyakarta, (2005).

15

Anda mungkin juga menyukai