PENDAHULUAN
1
wajib untuk membayar pajak. Selain itu, hukum pajak diartikan sebagai keseluruhan dari
peraturan-peraturan yang mencakup tentang kewenangan pemerintah untuk mengambil
kekayaan seseorang dan menyerahkan kembali kepada masyarakat melalui uang/kas negara.
Oleh karena itu, makalah ini membahas sedikit mengenai fungsi dan tujuan hukum
pajak itu sendiri sehingga para pembaca dapat memahami tujuan dan fungsi hukum pajak,
serta menjalankan kewajiban perpajakan yang telah diamanahkan dalam undang-undang.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang
dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan
umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat
ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum
berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Sedangkan menurut Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., & Brock Horace R,
pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat
pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih
dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat
melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.
4
hingga untuk mencapai kebahagian. Sedangkan tujuan hukum pajak secara umum, adalah
menciptakan keadilan di dalam pemungutan pajak yang dilakukan oleh penguasa (Negara)
kepada masyarakatnya. Perlu diketahui bahwa nilai adil di setiap negara dalam pemungutan
pajak sangat berbeda, seperti di Jepang, pegawai negeri dibebaskan dari pajak pendapatan
karena dipandang adil karena pegawai negeri telah langsung menyumbangkan tenaga dan
pikirannya kepada pemerintah.
Di dalam melakukan pemungutan pajak, keadilan memang sangat sulit di dalam praktik
pelaksanaannya, tetapi dengan adanya asas-asas yang menjiwai setiap hukum pajak,
diharapkan pemungutan pajak dapat dilakukan secara baik (proposional). Dalam abad ke-18,
Adam Smith (1723-1790) dalam bukunya “An Inquiry into the Nature and Causes of the
Wealth of Nations” melancarkan ajarannya sebagai asas pemungutan pajak yang dinamainya
“The Four Maximx” dengan uraiannya sebagai berikut:
1. Pembagian tekanan pajak di antara subjek pajak masing-masing hendaknya dilakukan
seimbang dengan kemampuannya, yaitu seimbang dengan penghasilan yang
dinikmatinya masing-masing, di bawah perlindungan pemerintah
(asas-pembagian/asas kepentingan). Dalam asas “equality” ini tidak diperbolehkan
suatu negara mengadakan diskriminasi di antara sesama wajib pajak. Dalam keadaan
yang sama, para wajib pajak harus dikenakan pajak yang sama pula.
2. Pajak yang harus dibayar oleh seseorang harus terang (certain) dan tidak mengenal
kompromi (not arbitary). Dalam asas “certainty” ini, kepastian hukum yang
dipentingkan adalah yang mengenai subjek, objek, besarnya pajak, dan juga ketentuan
mengenai waktu pembayarannya.
3. Teknik pemungutan pajak yang dianjurkan disebut “convenience of payment”,
menetapkan bahwa pajak hendaknya dipungut pada saat yang paling baik bagi para
wajib pajak, yaitu saat sedekat-dekatnya dengan detik diterimanya penghasilan yang
bersangkutan.
4. “Every tax ought to be so contrived as both to take out and to keep out of the pockets
of the people as little as possible over and above what it brings into the public treasury
of the State”. Asas efisiensi ini menetapkan bahwa pemungutan pajak hendaknya
5
dilakukan sehemat-hematnya, sehingga dapat dihindari terjadinya biaya pemungutan
melebihi pemasukan pajaknya.
Perlu diketahui bahwa asas yuridis , asas ekonomis, dan asas finansial telah dimiliki
oleh “The Four Maxims” diatas, seperti asas keadilan dalam maxim pertama, asas yuridis
dalam maxim kedua, asas ekonomis dianut di dalam maxim ketiga, dan finansial dianut
keempat. Menurut Prof. Hofstra dalam mengemukakan pendapatnya mengenai “The Four
Maxims” dari Adam Smith ini mengatakan bahwa dalam "formulasi klasik dari teori tentang
pajak" itu terlihat adanya kepincangan dalam tubuh asas-asas tersebut, disamping kenyataan,
bahwa cara perumusan Maxim pertama dirasakannya kurang tandas dan tuntas (exact).
Misalnya, oleh Adam Smith diwariskan kepada generasi penerusnya suatu persoalan penting,
yaitu apa saja yang dapat dipakai sebagai ukuran untuk mengukur “equality” tersebut.
Namun demikian, ungkapan (Adam Smith) itu merupakan sesuatu yang merumuskan
suatu asas pemungutan pajak yang dalam prinsip diikuti oleh para sarjana pengikutnya.
Menurut John Stuart Mill, sekitar tahun 1830 ditemukan formulasi yang lebih konkret, yaitu
bahwa dalam pajak atas pendapatan bukanlah pendapatan itu sendiri yang dipakai sebagai
ukuran pengenaan pajak pendapatan, yang dikenal dengan sebutan “gaya pikul” atau ability to
pay taxes.
6
Pajak yang sedang diupayakan untuk menjadi salah satu sumber penghasilan
pemerintah dari dalam negeri, akan dapat di wujudkan apabila proses pelaksanaannya sendiri
dilakukan dengan terarah. Indonesia adalah negara yang memiliki wilayah kekuasaan yang
luas. Untuk menyeragamkan proses perpajakan demi terwujudnya keadilan, hukum pajak
dijadikan dasar perpajakan di setiap wilayah NKRI. Dengan adanya aturan yang sama maka
setiap pemerintah daerah memiliki pedoman. Pemerintah daerah tidak akan bertindak sendiri-
sendiri tanpa aturan. Oleh karena itu, peranan hukum pajak juga sangat jelas. Hukum pajak
digunakan sebagai dasar pelaksanaan perpajakan di Indonesia.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa ditarik dari pembahasan adalah:
1. Hukum atau ilmu hukum adalah suatu sistem aturan atau adat yang secara resmi
dianggap mengikat dan dikukuhkan oleh penguasa, pemerintah atau otoritas melalui
lembaga atau institusi hukum untuk mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat.
2. Menurut KUHP undang-undang no 28 tahun 2007, pajak adalah kontribusi wajib
kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kenakmuran rakyat.
3. Hukum pajak adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan yang meliputi wewenang
pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan menyerahkannya kembali
kepada masyarakat melalui kas negara sehingga hukum pajak tersebut merupakan
hukum publik yang mengatur hubungan negara dan orang-orang atau badan-badan
hukum yang berkewajiban membayar pajak.
4. Tujuan hukum pajak adalah menciptakan keadilan di dalam pemungutan pajak yang
dilakukan oleh penguasa (Negara) kepada masyarakatnya.
5. Fungsi hukum pajak adalah sebagai dasar pelakasanaan perpajakan, mengatur tata cara
pelunasan pajak dan memberi kepastian hukum kepada wajib pajak dan fiskus.
8
Daftar Pustaka