Oleh:
2209111909
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS RIAU
2022
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Dasar-Dasar Hukum Pajak dengan
tepat waktu. Penulis ucapkan terima kasih kepada ibu Roza Afifah, S.Pd.,
M.Hum. selaku dosen pengampu yang telah membimbing dalam pengerjaan
makalah ini. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah bahasa
Indonesia. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memahami dan menambah
wawasan pembaca dan penulis tentang dasar-dasar hukum pajak yang ada di
Indonesia. Penulis meminta maaf atas kesalahan yang terdapat di dalam makalah
ini. Untuk itu, penulis menerima segala bentuk kritik dan saran yang dapat
membantu dalam peningkatan penulisan makalah maupun karya ilmiah lainnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pajak adalah iuran wajib, dalam bentuk uang maupun barang, yang
dikumpulkan oleh pihak berwenang berlandaskan norma-norma hukum untuk
menutupi tarif produksi kolektif barang dan jasa dalam memperoleh kesejahteraan
umum. Pencantuman kata “wajib” diperlukan agar dapat memenuhi sifat bahwa
pajak dipungut dengan bantuan dari kerja sama wajib pajak (Soehamidjaya dalam
Bohari 2001:24). Keutuhan aturan atau norma hukum yang mengatur
penyelenggaraan pemerintahan dan kekuasaan negara untuk mengambil sebagian
kekayaan seseorang untuk kepentingan penyelenggaraan pemerintahan dan
kepentingan umum disebut sebagai hukum pajak. Undang-Undang Perpajakan
mengatur hubungan hukum antara pemerintah (fiskus) selaku pemungut pajak
dengan masyarakat umum sebagai wajib pajak.
3
Undang-Undang Perpajakan memuat undang-undang yang erat kaitannya
dengan bidang lain, seperti di bidang hukum perdata dan pidana. Hubungan antara
hukum pajak dan hukum perdata bersifat timberbalasan, sebab hukum pajak
menggunakan banyak istilah yang biasa digunakan dalam hukum perdata, hukum
pajak juga memiliki kaitan yang erat dengan hukum pidana, hal ini terlihat jelas
pada pasal 103 KUHP. Pasal itu berbunyi sebagai berikut: “Ketentuan dari
perbuatan dalam bab yang pertama dari buku ini, berlaku juga terhadap perbuatan
yang dapat dihukum menurut peraturan undang-undang atau ordonansi
menentukan lainnya.”
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
mendanai belanja pemerintah pusat dan daerah. Definisi pajak mengandung
unsur-unsur pengertian pajak sebagai berikut:
6
(2009:60) bahwa “alam sistem Eropa Kontinental dapat dicontohkan bidang-
bidang hukum yang termasuk dalam hukum privat perdata dan hukum publik."
Pemungutan pajak dibagi atas dasar 3 stelsel berikut ini yaitu stelsel nyata
(riel stelsel), yaitu dikenakan pajak sesuai dengan objeknya (penghasilan yang
sebenarnya) sehingga pajak dapat dipungut pada akhir tahun, yaitu setelah
diketahui penghasilan sebenarnya. Sistem ini memiliki keunggulan dalam
pengenaan pajak yang lebih realistis. Kerugiannya adalah pajak baru dapat
dikenakan pada akhir periode setelah laba aktual ditentukan; Stelsel anggapan
(fictive stelsel), Undang-undang menetapkan praduga untuk perpajakan. Misalnya,
penghasilan dalam satu tahun diperlakukan sama dengan penghasilan pada tahun
berikutnya, sehingga jumlah pajak yang terutang dapat dihitung pada awal tahun.
Keunggulan dari sistem ini adalah pajak dapat dibayarkan sepanjang tahun tanpa
harus menunggu hingga akhir tahun. Sedangkan kekurangannya, yaitu pajak yang
dibayarkan tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya; Stelsel campuran,
Stelsel ini adalah gabungan dari stelsel nyata dan anggapan. Jumlah pajak
dihitung berdasarkan asumsi pada awal tahun dan disesuaikan dengan kenyataan
pada akhir tahun. Jika jumlah pajak sebenarnya melebihi jumlah pajak yang
diasumsikan, wajib pajak harus menjumlahkannya. Sebaliknya, jika potongannya
kurang, bisa diklaim lagi.
Ada dua jenis metode pemungutan pajak: pemungutan pasif dan pemungutan
aktif. Pemungutan pajak dalam metode self assessment harus dilakukan sedini
mungkin melalui pemungutan pajak persuasive atau dialog pajak, sejak kewajiban
pajak muncul hingga tanggal pembayaran atau penyetoran, agar wajib pajak
membayar sendiri atau membayar dengan tepat waktu. (Sudjarwadi dalam
Pudyatmoko, 2007:105). Pemungutan pajak secara pasif biasanya mendorong
wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya, dalam hal kegiatan
perpajakan, instansi administrasi perpajakan mulai berperan aktif dalam
pemungutan pasif ini. Namun, pungutan pasif tidak hanya untuk tujuan
pemungutan pajak, tetapi juga untuk memberikan pendidikan tentang kewajiban
7
perpajakan kepada warga negara, misalnya dengan menyelenggarakan seminar,
pelatihan atau seminar perpajakan.
1. Perlawanan Pasif
Perlawanan pasif, artinya masyarakat tidak mau menunaikan pajak karena
pertumbuhan intelektual dan tingkah laku masyarakat, metode perpajakan
8
sulit dipahami oleh warga, dan sistem kontrol dan pemantauan tidak berfungsi
secara efektif.
2. Perlawanan Aktif
Perlawanan aktif melingkupi segala aturan ataupun upaya dan tindakan
langsung terhadap otoritas pajak atau pemerintah untuk tujuan penghindaran
pajak. Bentuk resistensi aktif meliputi:
a) tax ovoidance, yaitu berusaha mengurangi tanggungan pajak dengan tidak
melanggar konstitusi;
b) tax evasion, yaitu berusaha mengurangi tanggungan pajak dengan tidak
melanggar hukum.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Adapun simpulan yang dapat diambil dari makalah Hukum Pajak ini, sebagai
berikut:
1. Pajak merupakan suatu insentif yang wajib dibayarkan oleh rakyat kepada
negara yang bersifat memaksa untuk memenuhi pembiayaan
penyelenggaraan negara.
2. Kedudukan hukum pajak, sebagai berikut:
a) Hukum pajak merupakan bagian hukum privat dan hukum publik;
b) Sebagai bagian hukum privat, hukum pajak mengatur hubungan antara
individu dengan individu lainnya;
c) Subjek pajak dapat berwujud orang-perorangan maupun badan
pribadi/badan hukum yang disebut dengan "wajib pajak" terutang.
3. Pemungutan pajak dilakukan berdasarkan 3 stelsel, yaitu:
a) Stelsel nyata (riel stelsel);
b) Stelsel anggapan (fictive stelsel);
c) Stelsel campuran.
4. Ada dua jenis kendala terhadap pemungutan pajak, sebagai berikut:
a) Perlawanan pasif;
b) Perlawanan aktif yang meliputi tax ovoidance dan tax evasion.
3.2 Saran
Adapun penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Makalah selanjutnya dapat membandingkan penegakan hukum dalam
bidang pajak di Indonesia dan Internasional.
2. Makalah selanjutnya dapat membahas tantangan dan persoalan daam
penegakan hukum di Indonesia.
3.3
10
DAFTAR PUSTAKA
11