Anda di halaman 1dari 13

HUKUM PAJAK

Oleh:

Adela Putri Maharani

2209111909

JURUSAN ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS RIAU

2022
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Dasar-Dasar Hukum Pajak dengan
tepat waktu. Penulis ucapkan terima kasih kepada ibu Roza Afifah, S.Pd.,
M.Hum. selaku dosen pengampu yang telah membimbing dalam pengerjaan
makalah ini. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah bahasa
Indonesia. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memahami dan menambah
wawasan pembaca dan penulis tentang dasar-dasar hukum pajak yang ada di
Indonesia. Penulis meminta maaf atas kesalahan yang terdapat di dalam makalah
ini. Untuk itu, penulis menerima segala bentuk kritik dan saran yang dapat
membantu dalam peningkatan penulisan makalah maupun karya ilmiah lainnya.

Pekanbaru, 18 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3

1.1 Latar Belakang..................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................4

1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5

2.1 Definisi Hukum Pajak.......................................................................................5

2.2 Kedudukan Hukum Pajak.................................................................................6

2.3 Tata Cara Pemungutan Pajak............................................................................7

2.4 Hambatan Pemungutan Pajak...........................................................................8

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah pemungutan pajak telah berubah sejak waktu ke waktu sebagai


respons terhadap perkembangan sosial dan nasional baik di bidang ekonomi
nasional maupun sosial. Awalnya, pajak merupakan sumbangan sukarela dari
masyarakat, bukan pungutan, hanya sebagai sumbangan kesukarelaan rakyat
untuk menjaga keperluan negara, seperti menjalankan kesejahteraan negara,
menyediakan jalan umum, membayar upah karyawan, dan sejenisnya. Dalam
masyarakat di mana ada jalinan antar individu, selalu ada ketentuan atau hukum,
yang mengikat mereka, yaitu hukum yang menangani hak dan tanggung jawab
manusia. Hak atas gaji/upah dari pekerjaan disertai dengan kewajiban untuk
mencari atau bekerja, dan ini tidak hanya berdasarkan hukum publik. Seperti
halnya pajak, hak untuk mencari dan mendapat pendapatan maksimum disertai
dengan kewajiban untuk membayar sebagian darinya dalam bentuk pajak kepada
pemerintah untuk membantunya menghasilkan kekayaan umum. Demikian pula,
hak untuk mendapat dan mempunyai bangunan, kendaraan, dan benda-benda
lainnya disertai dengan kemestian untuk berbakti kepada negara.

Pajak adalah iuran wajib, dalam bentuk uang maupun barang, yang
dikumpulkan oleh pihak berwenang berlandaskan norma-norma hukum untuk
menutupi tarif produksi kolektif barang dan jasa dalam memperoleh kesejahteraan
umum. Pencantuman kata “wajib” diperlukan agar dapat memenuhi sifat bahwa
pajak dipungut dengan bantuan dari kerja sama wajib pajak (Soehamidjaya dalam
Bohari 2001:24). Keutuhan aturan atau norma hukum yang mengatur
penyelenggaraan pemerintahan dan kekuasaan negara untuk mengambil sebagian
kekayaan seseorang untuk kepentingan penyelenggaraan pemerintahan dan
kepentingan umum disebut sebagai hukum pajak. Undang-Undang Perpajakan
mengatur hubungan hukum antara pemerintah (fiskus) selaku pemungut pajak
dengan masyarakat umum sebagai wajib pajak.

3
Undang-Undang Perpajakan memuat undang-undang yang erat kaitannya
dengan bidang lain, seperti di bidang hukum perdata dan pidana. Hubungan antara
hukum pajak dan hukum perdata bersifat timberbalasan, sebab hukum pajak
menggunakan banyak istilah yang biasa digunakan dalam hukum perdata, hukum
pajak juga memiliki kaitan yang erat dengan hukum pidana, hal ini terlihat jelas
pada pasal 103 KUHP. Pasal itu berbunyi sebagai berikut: “Ketentuan dari
perbuatan dalam bab yang pertama dari buku ini, berlaku juga terhadap perbuatan
yang dapat dihukum menurut peraturan undang-undang atau ordonansi
menentukan lainnya.”

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan hukum pajak?


2. Bagaimana kedudukan hukum pajak?
3. Bagaimana tata cara pemungutan pajak?
4. Apa saja penyebab hambatan-hambatan pajak yang ada di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari makalah ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui definisi dari hukum pajak


2. Untuk mengetahui kedudukan hukum pajak
3. Untuk memahami bagaimana tata cara pemungutan pajak
5. Untuk mengetahui penyebab hambatan-hambatan pajak yang ada di Indonesia

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Hukum Pajak

Pajak adalah iuran atau kewajiban untuk menghibahkan sebagian kekayaan


(pendapatan) kepada negara. Dapat dikatakan bahwa pemerintah bertanggung
jawab atas sebagian daya beli masyarakat untuk negara. Setiap iuran itu bersifat
wajib dalam artian akan dipungut secara paksa jika tidak dipenuhi. Pembayaran
pajak ini wajib didasarkan pada Anggaran Dasar yang berlaku saat ini (Bohari,
2001:25).

Sugiarto (2012:276) mengatakan bahwa “pajak adalah pembiayaan


penyelenggaraan pemerintah untuk kepentingan umum berdasarkan iuran wajib
dari rakyat kepada pemerintah yang dibebankan oleh undang-undang tanpa
kontraprestasi secara langsung kepada individual.” Menurut Adriani dalam
Pudyatmoko (2009:3) pajak merupakan suatu insentif atau iuran yang diberikan
oleh rakyat kepada negara yang bersifat memaksa, setiap wrga wajib membayar
pajak sesuai dengan peraturan yang ditetapkan. Pajak yang dikeluarkan ini tidak
mendapatkan hasil kembali secara langsung, dan gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan. Brotodihardjo dalam Pudyatmoko (2007:1)
mengatakan bahwa “hukum pajak juga biasa disebut dengan hukum fiskal adalah
seluruh aturan tentang kekuasaan pemerintah untuk mengambil sebagian
kekayaan seseorang dan mengembalikannya kepada masyarakat melalui kas
negara. Dengan demikian, hukum pajak merupakan bagian dari hukum publik
yang mengatur hubungan hukum antara negara dan badan hukum yang
berkewajiban membayar pajak (selanjutnya disebut Wajib Pajak).”

Menurut beberapa pengertian di atas, pajak adalah suatu insentif paksaan


yang harus dibayar oleh rakyat kepada negara dalam rangka membiayai
penyelenggaraan negara. Hukum pajak pada hakekatnya adalah seperangkat
kebijakan yang mengatur hak dan kewajiban. Dana tersebut digunakan untuk

5
mendanai belanja pemerintah pusat dan daerah. Definisi pajak mengandung
unsur-unsur pengertian pajak sebagai berikut:

1. Ada kontribusi wajib dari warga negara kepada negara;


2. Dipungut (dimandatkan oleh undang-undang);
3. Tidak ada perbandingan individu secara langsung;
4. Mendanai penyelenggaraan pemerintah untuk kepentingan umum.

2.2 Kedudukan Hukum Pajak

Sistem hukum yang tumbuh di Indonesia adalah sistem hukum yang


pluralistik. Namun, jika dilihat dari sistem hukum yang diwariskan oleh
pemerintah Belanda, jelas bahwa sistem hukum ini berakar pada sistem hukum
Romawi. Sistem hukum Romawi membedakan antara hukum privat dan hukum
publik. Ini juga dikenal sebagai Sistem Hukum Perdata atau Sistem Eropa
Kontinental.
Hukum pajak adalah bagian dari hukum privat dan hukum publik. Hukum
perpajakan mengatur hubungan antara orang pribadi dengan orang lain dalam
kerangka hukum privat. Subyek pajak dalam hal ini dapat berupa orang pribadi
atau badan hukum/badan swasta yang disebut dengan “wajib pajak”. Hanya dalam
hukum perdata istilah "utang" ada. Hukum privat berkaitan dengan semua aspek
hubungan antara warga negara yang setara, seperti perkawinan, warisan, keluarga,
dan kontrak. Sedangkan hukum publik melindungi kepentingan publik, seperti
hubungan warga negara dengan negara. Hukum ini mengatur segala urusan negara
dan tata cara negara dalam menjalankan fungsinya.
Tradisi tidak diikuti di luar sistem ini, seperti di Inggris. Yang diterapkan
adalah the common law. Individu dan organisasi publik/pemerintah di Britania
Raya tunduk pada sistem hukum tunggal. Akibatnya, tidak ada pengadilan di
Inggris yang secara khusus berwenang mengadili kasus-kasus yang melibatkan
negara. Akibatnya, Inggris kekurangan pengadilan yang secara khusus
diberdayakan untuk mengadili kasus-kasus yang melibatkan negara bagian.
Demikian pula kontrak antara warga negara dan negara tunduk pada hukum yang
sama dengan kontrak antara warga negara. Menurut Rahardjo dalam Pudyatmoko

6
(2009:60) bahwa “alam sistem Eropa Kontinental dapat dicontohkan bidang-
bidang hukum yang termasuk dalam hukum privat perdata dan hukum publik."

2.3 Tata Cara Pemungutan Pajak

Pemungutan pajak dibagi atas dasar 3 stelsel berikut ini yaitu stelsel nyata
(riel stelsel), yaitu dikenakan pajak sesuai dengan objeknya (penghasilan yang
sebenarnya) sehingga pajak dapat dipungut pada akhir tahun, yaitu setelah
diketahui penghasilan sebenarnya. Sistem ini memiliki keunggulan dalam
pengenaan pajak yang lebih realistis. Kerugiannya adalah pajak baru dapat
dikenakan pada akhir periode setelah laba aktual ditentukan; Stelsel anggapan
(fictive stelsel), Undang-undang menetapkan praduga untuk perpajakan. Misalnya,
penghasilan dalam satu tahun diperlakukan sama dengan penghasilan pada tahun
berikutnya, sehingga jumlah pajak yang terutang dapat dihitung pada awal tahun.
Keunggulan dari sistem ini adalah pajak dapat dibayarkan sepanjang tahun tanpa
harus menunggu hingga akhir tahun. Sedangkan kekurangannya, yaitu pajak yang
dibayarkan tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya; Stelsel campuran,
Stelsel ini adalah gabungan dari stelsel nyata dan anggapan. Jumlah pajak
dihitung berdasarkan asumsi pada awal tahun dan disesuaikan dengan kenyataan
pada akhir tahun. Jika jumlah pajak sebenarnya melebihi jumlah pajak yang
diasumsikan, wajib pajak harus menjumlahkannya. Sebaliknya, jika potongannya
kurang, bisa diklaim lagi.

Ada dua jenis metode pemungutan pajak: pemungutan pasif dan pemungutan
aktif. Pemungutan pajak dalam metode self assessment harus dilakukan sedini
mungkin melalui pemungutan pajak persuasive atau dialog pajak, sejak kewajiban
pajak muncul hingga tanggal pembayaran atau penyetoran, agar wajib pajak
membayar sendiri atau membayar dengan tepat waktu. (Sudjarwadi dalam
Pudyatmoko, 2007:105). Pemungutan pajak secara pasif biasanya mendorong
wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya, dalam hal kegiatan
perpajakan, instansi administrasi perpajakan mulai berperan aktif dalam
pemungutan pasif ini. Namun, pungutan pasif tidak hanya untuk tujuan
pemungutan pajak, tetapi juga untuk memberikan pendidikan tentang kewajiban

7
perpajakan kepada warga negara, misalnya dengan menyelenggarakan seminar,
pelatihan atau seminar perpajakan.

2.4 Hambatan Pemungutan Pajak

Suatu negara memerlukan faktor pendukung untuk melakukan kegiatan


pembangunan, salah satunya adalah menghasilkan penerimaan pajak yang
memadai. Di Indonesia, Undang-Undang Perpajakan telah dikembangkan dan
diimplementasikan, namun masih banyak permasalahan atau kendala yang
mendasar dalam pelaksanaannya. Hal ini sangat berpengaruh terhadap hasil
pemungutan pajak sebagai sumber penerimaan APBN. Hambatan berbeda yang
disebabkan oleh berbagai faktor akan diuraikan di bawah ini.

Kegagalan pemerintah untuk melibatkan masyarakat sebagai wajib pajak


sehubungan dengan pentingnya membayar pajak, keuntungan membayar pajak,
dan denda yang dikenakan jika wajib pajak gagal memenuhi kewajibannya. Selain
rendahnya kesadaran akan pengetahuan sumber daya manusia (SDM), jika wajib
pajak tidak memahami pentingnya membayar pajak, makan akan terkena pajak
administrasi, perhitungan, dan penilaian diri dari kepemilikan. Tingkat ekonomi
sebagian wajib pajak sangat rendah, dan ini sangat berpengaruh ketika wajib pajak
masih mengutamakan pengeluaran pokok seperti biaya sekolah dan pengobatan
daripada membayar pajak. (Sinaga 2016:153). Basis data yang jauh dari standar
internasional. Padahal basis data sangat penting untuk memastikan keakuratan
pembayaran pajak yang dilakukan melalui sistem self assessment. Kondisi ini
memperumit penelitian empiris yang bertujuan untuk menentukan kepatuhan
wajib pajak. Wajib Pajak dapat menyampaikan laporan yang tidak mencerminkan
kondisi secara akurat. Efisiensi penegakan hukum wajib pajak dipengaruhi oleh
database yang lengkap dan tepat. Selanjutnya, kepatuhan wajib pajak berdampak
pada penerimaan pajak. Ada dua macam kendala pemungutan pajak:

1. Perlawanan Pasif
Perlawanan pasif, artinya masyarakat tidak mau menunaikan pajak karena
pertumbuhan intelektual dan tingkah laku masyarakat, metode perpajakan

8
sulit dipahami oleh warga, dan sistem kontrol dan pemantauan tidak berfungsi
secara efektif.
2. Perlawanan Aktif
Perlawanan aktif melingkupi segala aturan ataupun upaya dan tindakan
langsung terhadap otoritas pajak atau pemerintah untuk tujuan penghindaran
pajak. Bentuk resistensi aktif meliputi:
a) tax ovoidance, yaitu berusaha mengurangi tanggungan pajak dengan tidak
melanggar konstitusi;
b) tax evasion, yaitu berusaha mengurangi tanggungan pajak dengan tidak
melanggar hukum.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Adapun simpulan yang dapat diambil dari makalah Hukum Pajak ini, sebagai
berikut:
1. Pajak merupakan suatu insentif yang wajib dibayarkan oleh rakyat kepada
negara yang bersifat memaksa untuk memenuhi pembiayaan
penyelenggaraan negara.
2. Kedudukan hukum pajak, sebagai berikut:
a) Hukum pajak merupakan bagian hukum privat dan hukum publik;
b) Sebagai bagian hukum privat, hukum pajak mengatur hubungan antara
individu dengan individu lainnya;
c) Subjek pajak dapat berwujud orang-perorangan maupun badan
pribadi/badan hukum yang disebut dengan "wajib pajak" terutang.
3. Pemungutan pajak dilakukan berdasarkan 3 stelsel, yaitu:
a) Stelsel nyata (riel stelsel);
b) Stelsel anggapan (fictive stelsel);
c) Stelsel campuran.
4. Ada dua jenis kendala terhadap pemungutan pajak, sebagai berikut:
a) Perlawanan pasif;
b) Perlawanan aktif yang meliputi tax ovoidance dan tax evasion.

3.2 Saran
Adapun penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Makalah selanjutnya dapat membandingkan penegakan hukum dalam
bidang pajak di Indonesia dan Internasional.
2. Makalah selanjutnya dapat membahas tantangan dan persoalan daam
penegakan hukum di Indonesia.
3.3

10
DAFTAR PUSTAKA

Bohari. 2001. Pengantar Hukum Pajak. Makassar: Rajawali Pers.

Pudyatmoko, Y. S. 2007. Penegakan dan Perlindungan Hukum di Bidang Pajak.


Yogyakarta: Salemba Empat.

Pudyatmoko, Y. S. 2009. Pengantar Hukum Pajak (Edisi Revisi). Yogyakarta:


ANDI Yogyakarta.

Sinaga, N. A. 2016. Pemungutan Pajak dan Permasalahannya di Indonesia. Jurnal


Ilmiah Hukum Dirgantara. Vol. 7 No. 1, 153 (diakses 02 November 2022
https://journal.universitassuryadarma.ac.id/index.php/jihd/article/view/
128)

Sugiarto, U. S. 2012. Pengantar Hukum Indonesia. Malang: Sinar Grafika.

11

Anda mungkin juga menyukai