Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

RINGKASAN MATERI
KONSEP DASAR PERPAJAKAN

Disusun oleh:
1. Retno Palupi (17)
2. Revi Delva Mariska (18)
3. Rifqi Bibta Septania (19)
4. Rizky Dwi Pangestuti (20)

Kelas: XI AKL 3

SMKN 1 BOYOLANGU
TAHUN AJARAN
2021/2022

1
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul KONSEP DASAR PERPAJAKAN tepat waktu.
Makalah KONSEP DASAR PERPAJAKAN disusun guna memenuhi tugas Bu Titin Sukma
Sari, S.Pd pada pelajaran Administrasi Pajak di SMKN 1 BOYOLANGU.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bu Titin Sukma Sari, S.Pd selaku
guru Etika Profesi. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait Dasar Perpajakan. Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak
yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Tulungagung, 10 Agustus 2021

Retno, Revi, Rifqi, Rizky

2
DAFTAR ISI
Halaman judul......................................................................................................1
Kata pengantar....................................................................................................2
Daftar Isi...............................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAM
 A. Latar Belakang.....................................................................................4
 B. Rumusan Masalah................................................................................4
 C. Tujuan....................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
 Definisi pajak................................................................................................6
 Pungutan selain pajak..................................................................................7
 Fungsi Pajak.................................................................................................8
 Kedudukan Hukum Pajak..........................................................................9
 Jenis Pajak..................................................................................................10
 Tata cara pemungutan pajak....................................................................11
 Asas pemungutan pajak............................................................................13
 Teori pemungutan pajak...........................................................................13
 Tarif pajak.................................................................................................`15

BAB III PENUTUP


 Kesimpulan.................................................................................................17
 Saran...........................................................................................................17

3
BAB 1 PENDAHULUAN
 Latar belakang
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang utama bagi
pelaksanaan dan peningkatan pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Pemungutan pajak dilaksanakan untuk
kepentingan rakyat, maka pemungutan pajak tersebut haruslah terlebih dahulu
disetujui
oleh rakyatnya sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 23 ayat (2) UUD 1945 yang telah
diamandemenkan dalam Pasal 23A Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi :
“Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur
dengan
Undang-Undang”.1 Hal ini memperlihatkan bahwa pajak yang dipungut harus
berdasarkan Undang-Undang sehingga menjamin adanya kepastian hukum, baik bagi
pengumpul pajak maupun bagi wajib pajak itu sendiri.
 Rumusan masalah
1. Apa Definisi Pajak?
2. Apa Definisi Pungutan selain Pajak?
3. Apa saja Fungsi Pajak?
4. Bagaimana kedudukan hukum pajak?
5. Apa saja jenis-jenis pajak?
6. Bagaimana tata cara pemungutan pajak?
7. Apa saja asas dalam pemungutan pajak?
8. Apa saja teori dalam pemungutan pajak?
9. Berapa tarif pajak?
 Tujuan
1. Mendefinisikan pengertian pajak
2. Mengidentifikasi pungutan selain pajak
3. Menjelaskan fungsi pajak
4. Menjelaskan kedudukan hukum pajak
5. Menjelaskan jenis pajak
4
6. Menjelaskan tata cara pemungutan pajak
7. Menjelaskan asas pemungutan pajak
8. Menjelaskan teori pemungutan pajak
9. Mengidentifikasi tarif pajak

5
BAB II PEMBAHASAN
A. DEFINISI PAJAK
Sejak pajak diperhitungkan sebagai salah satu pemasukan paling penting bagi
sebuah negara, banyak ahli ekonomi mengemukakan pendapatnya tentang definisi
pajak. Berikut disajikan sejumlah pendapat para ahli mengenai definisi pajak.
1. Leroy Beaulieu dalam buku berjudul Traite de la Science des Finances, 1906
“L'impot et la contribution, soit directe soit dissimulee, gue la puissance
publigue exige des habitans ou des biens pur subvenir aux depenses du
government." (Pajak adalah bantuan, baik secara langsung maupun tidak, yang
dipaksakan oleh kekuasaan publik dari penduduk, untuk menutup belanja
pemerintah).
2. Deutsche Reichs Abgaben Ordnung (RAO-1919)
Pajak adalah bantuan uang secara insidental atau secara periodik, tanpa kontra-
prestasi, yang dipungut oleh badan yang bersifat umum (negara) untuk
memperoleh pendapatan ketika terjadi suatu tatbestand (sasaran pemajakan)
karena undang-undang telah menimbulkan utang pajak.
3. Prof. Edwin R.A. Seligman dalam Esays in Taxation Banyak terdengar
keberatan atas kalimat "without reference” karena bagaimanapun juga uang
pajak tersebut digunakan untuk produksi barang dan jasa, sementara benefit
yang diperoleh akan diberikan kepada masyarakat, hanya tidak mudah
ditunjukkan apalagi secara perorangan.
4. Mr. Dr. N.J. Fieldmann dalam bukunya De overheidsmiddelen van Indonesia,
Leiden, 1949 Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh terutang
kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum),
tanpa adanya kontra-prestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup
pengeluaran-pengeluaran umum.
5. Prof. Dr. M.J.H. Smeets dalam bukunya De Economische Betekenis der
Belastingen, 1951 Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang
melalui norma-norma hukum, dan yang dapat dipaksakan tanpa adanya kontra-
prestasi, yang dapat ditunjukkan dalam kasus yang bersifat individual,
maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
6. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas
negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak
mendapat jasa timbal (kontra-prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan
yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (dalam DasarDasar
Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan).

6
7. Prof. Dr. PJ.A. Adriani
Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh
mereka yang wajib membayarnya menurut peraturan, tanpa mendapat prestasi-
kembali yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran umum terkait dengan tugas negara dalam
menyelenggarakan pemerintahan.
8. Sommerfield Ray M, Anderson Herschel M, dan Brock Horac R.
Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah,
bukan akibat dari pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan berdasarkan
ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung
dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugasnya untuk
menjalankan pemerintahan.
9. Dr. Soeparman Soemahamidjaja
Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa
berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang dan
jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum."
10.Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan Pasal 1
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

B. PUNGUTAN SELAIN PAJAK


Pungutan lain yang serupa dengan pajak tetapi mempunyai perlakuan dan sifat yang
berbeda dengan pajak, antara lain:
1. Bea meterai, yaitu pungutan yang dikenakan atas dokumen dengan
menggunakan benda materai.
2. Bea masuk dan bea keluar
Bea dan cukai merupakan pungutan negara yang dilakukan oleh Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai berdasarkan undang-undang yang berlaku. Bea masuk
adalah pungutan yang dimasukkan ke dalam daerah pabean berdasarkan
harga/nilai barang atau tarif tertentu. Bea keluar adalah pungutan yang
dilakukan atas barang yang dikeluarkan dari daerah pabean berdasarkan tarif
yang sudah ditentukan.

7
3. Cukai, yaitu pungutan yang dikenakan atas barang tertentu yang sudah
ditetapkan untuk masing-masing jenis barang tertentu yang mempunyai sifat
atau karakteristik yang ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 11
Tahun 1995 tentang Cukai.
4. Retribusi, yaitu pungutan yang dikenakan sehubungan dengan suatu jasa atau
fasilitas yang diberikan pemerintah secara langsung dan nyata kepada
pembayar. Retribusi pada umumnya mempunyai hubungan langsung dengan
kembalinya prestasi karena pembayaran tersebut ditujukan semata-mata untuk
mendapatkan prestasi dari pemerintah.
Retribusi di Indonesia didasarkan pada Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pasal 1 Angka 26 UU Retribusi
adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan danvatau diberikan oleh pemerintah daerah
untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Retribusi dipungut dengan
menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah.

C. FUNGSI PAJAK
1. Fungsi Anggaran (budgetair). Pajak berfugsi sebagai sumber keuangan negara
yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran pemerintah.
2. Fungsi mengatur (regularend).Pajak sebagai alat untuk mengatur kebijakan
tertentu di bidang ekonomi,politik,sosial, budaya,pertahanan dan keamanan .
3. Fungsi pemerataan pendapatan (redistribution). Pajak yang dipungut negara
selanjutnya akan dikembaikan kepada masyarakat dalam bentuk penyediaan
fasilitas publik di seluruh wilayah negara.
4. Legalitas pemerintahan (representation). Pemerintah membebani pajak atas
warga negara dan sebaliknya warga negara berhak meminta akuntabilitas dari
pemerintah sebagai bagian dari kesepakatan
5. Fungsi stabilitas. Pemerintah memiiki dana untuk menjalankan kebijakan yang
berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, antara
ain dengan cara mengatur peredaran uang di masyarakat,pemungutan pajak,
penggunaan pajak yg efektif dan efisien

8
D. KEDUDUKAN HUKUM PAJAK
Hukum pajak adalah kumpulan peraturan yang mengatur hubungan antara
pemerintah, dengan Wajib Pajak. Hukum pajak merupakan bagian dari hukum publik
yang mengatur hubungan antara penguasa sebagai Pemungut Pajak dan rakyat sebagai
Wajib Pajak.
Menurut Santoso Brotodihardjo, yang termasuk ke dalam hukum publik Ini,
antara lain hukum tata negara, hukum pidana, dan hukum administratif, sedangkan
hukum pajak Merupakan anak bagian dart hukum administratif
1. Hukum Pajak Formal
Hukum pajak formal mengatur cara untuk mewujudkan hukum material
menjadi suaty kenyataan, memuat norma tentang tata cara penetapan pajak,
kewajiban menyelenggarakan pembukuan, hak dan kewajiban Wajib Pajak, hak
dan kewajiban fiskus, tata cara pemungutan pajak.
2. Hukum Pajak Material
Hukum pajak material mengatur norma yang menerangkan keadaan, perbuatan,
peristiwa yang dikenakan pajak, siapa yang dikenakan pajak, besarnya pajak,
dan sanksi pajak, memuat norma tentang objek pajak, subjek pajak, tarif pajak,
dan sanksi.
3. Berkhirnya Utang Pajak
 Pelunasan/pembayaran: melalui kas negara, bank persepsi, kantor pos.
 Kompensasi jika Wajib Pajak untuk satu jenis pajak mempunyai
kelebihan pembayaran pajak, sedangkan jenis pajak lain mengalami
kekurangan.
 Penghapusan utang Wajib Pajak, utang pajak berakhir dengan cara
dihapuskan jika Wajib Pajak menghadapi kebangkrutan, kadaluwarsa,
atau lewat waktu.
 Pembebasan utang, berakhirnya utang pajak tanpa persetujuan Wajib
Pajak (biasanya diberikan terhadap sanksi administrasi).
 Penundaan penagihan. Penagihan ditunda dalam jangka waktu tertentu,
jika Wajib Pajak ternyata mampu, akan ditagih, jika kemudian tidak
mampu, akan dihapus.
4. Perlawanan terhadap Pajak
Perlawanan terhadap pajak adalah hambatan-hambatan yang terjadi dalam
upaya pemungutan pajak. Perlawanan pajak dapat dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu:
1) Perlawanan pasif
9
Yaitu perlawanan pajak yang berkaitan erat dengan keadaan sosial
ekonomi masyarakat karena kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam
masyarakat tersebut. Contoh: masyarakat menyimpan uang di rumah atau
dibelikan emas karena belum terbiasa dengan perbankan.
2) Perlawanan aktif
Yaitu serangkaian usaha yang dilakukan oleh Wajib Pajak untuk tidak
membayar pajak atau mengurangi jumlah pajak yang seharusnya dibayar,
yaitu dengan tax avoidance dan tax evasion.

E. JENIS PAJAK
1. Berdasarkan lembaga pemungutan
a. Pajak Pusat
Yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga negara pada umumnya Pengelolanya adalah
Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal Bea Cukai. Jenis pajak
yang dipungut, antara lain Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) dan PPn-BM, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Mulai tahun 2011
untuk PBB dan BPHTB menjadi pajak daerah
b. Pajak daerah
Yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk
pembiayaan rumah tangga daerah.
2. Bedasarkan Cara Pemungutan
a. Pajak langsung
Yaitu pajak yang d pikul send ni oleh Way b Pajak yang bersangkutan
dan tidak dilimpahkan kepada orang lain (secara ekonomis) dan d pungut
secara berulang pada waktu tertentu, misalnya setiap bulan atau tahun
berkala). Contoh PPh dan PBB
b. Pajak tidak langsung
Yaitu pajak yang pemungutanya tidak didaftar berdasarkan nomor kohir,
tetapi jika ada peristiwa, perbuatan tertentu, pembayar pajak dapat
melimpahkan beban pajaknya kepada orang lain, Contoh: PPN, PPnBM,
Bea Cukai dan Bea Meterai.

3. Berdasarkan Sifat Pemungutan


10
a. Pajak subyektif
Yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan kondisi/keadaan Wajib
Pajak. Penentuan pajak harus disertai alasan objektif yang berhubungan
erat dengan keadaan materialnya, yaitu daya pikul.
b. Pajak objektif Yaitu pajak yang pengenaannya pertama-tama
memperhatikan objeknya (benda, keadaan, perbuatan, peristiwa) yang
menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak, kemudian
ditetapkan subjeknya. Contoh: PPN, PPnBM.

F. TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK


1. Cara Pemungutan Pajak
a. Stelsel nyata (riil stelsel)
Yaitu pengenaan pajak yang didasarkan pada objek yang sesungguhnya,
yang benar-benar ada, dan dapat ditunjuk. Contoh: Pajak Penghasilan.
Penghasi . Penghasilan sesungguhnya yang diperoleh dalam tahun baru
diketahui pada akhir tahun sehingga pengenaan pajaknya baru dapat
dilakukan pada akhir tahun tersebut.
b. stelsel anggaran (fictive stelsel)
Yaitu pengenaan pajak yang dipungut oleh negara yang selanjutnya akan
dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk penyediaan fasilitas
publik di seluruh wilayah negara. Contoh: penetapan besaran angsuran
pajak di awal tahun yang didasarkan pada anggapan bahwa pendapatan
tahun ini adalah sama dengan pendapatan tahun lalu.
c. Stelsel campuran
Stelsel Campuran merupakan gabungan dari stelsel riil dan stelsel fiktif,
yaitu pada awal tahun pajak digunakan stelsel fiktif, setelah akhir tahun
digunakan stelsel riil. Contoh: Pajak Penghasilan.
2. Sistem Pemungutan Pajak
a. Official Assesment System
Besarnya pajak ditentukan oleh fiskus dengan mengeluarkan Surat
Ketetapan Pajak. Wajib Pajak bersifat pasif, tahapan-tahapan dalam
menghitung dan memperhitungkan pajak yang terutang ditetapkan oleh
fiskus yang tertuang dalam SKP. Wajib Pajak baru aktif ketika
melakukan penyetoran pajak terutang berdasarkan ketetapan SKP.
b. Self Assesment System |

11
Sistem ini mulai diaplikasikan bersamaan dengan reformasi perpajakan
tahun 1983 setelah terbitnya UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan yang mulai berlaku 1 Januari 1984.
c. Withholding Tax System
Pemungutan dan pemotongan pajak dilakukan melalui pihak ketiga.
Sistem ini tecermin pada pelaksanaan pengenaan Pajak Penghasilan dan
Pajak Pertambahan Nilai. Contoh: PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 23, PPh
Pasal 22 dan PPN.
3. Syarat Pemungutan Pajak
a. Syarat keadilan
Pemungutan pajak harus adil, sesuai dengan tujuan hukum, yakni
mencapai keadilan undang-undang. Pelaksanaan pemungutan juga harus
adil, yaitu dikenakan kepada orang-orang pribadi sebanding dengan
kemampuannya untuk membayar (ability to pay) pajak tersebut serta
sesuai dengan manfaat yang diterimanya.
b. Syarat yuridis
Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang karena bersifat
dapat dipaksakan Hak dan kewajiban Wajib Pajak maupun petugas pajak
diatur di dalam syarat ini Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 yang telah
diubah dengan UU No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan, memberi kesempatan kepada Wajib Pajak yang
tidak puas untuk mengajukan keberatan dan banding. Undang. undang
memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan baik bagi negara
maupun warganya.
c. Syarat ekonomis
Pemungutan pajak harus bisa menjaga keseimbangan kehidupan ekonomi
dan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun
perdagangan agar tidak menimbulkan kelesuan perekonomian
masyarakat.
d. Syarat finansial
Pemungutan pajak harus efisien, sesuai dengan fungsi budgetair: biaya
pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dan hasil
penghasilannya.
e. Sederhana Pemungutan harus sederhana agar memudahkan dan
mendorong masyarakat dalam rnemenuhi kewajiban perpajakannya.
G. ASAS PEMUNGUTAN PAJAK

12
1. Menurut Adam Smith
a. Asas kesesuaian (equality), artinya pemungutan pajak yang dilakukan
oleh negara harus sesuai dengan kemampuan dan penghasilan Wajib
Pajak. Negara tidak boleh bertindak diskriminatif terhadap Wajib Pajak.
b. Asas kepastian hukum (certainty), artinya semua pemungutan pajak harus
berdasarkan undang-undang sehingga yang melanggar dikenai sanksi
hukum.
c. Asas pemungutan pajak tepat waktu (convenience of payment), artinya
pajak harus dipungut pada saat yang tepat bagi Wajib Pajak. Contoh: saat
menerima penghasilan ataupun menerima hadiah.
d. Asas efisiensi, artinya biaya pemungutan pajak diusahakan sehemat
mungkin, jangan sampai terjadi biaya pemungutan pajak lebih besar dari
hasil pemungutan pajak.
2. Menurut W.J. Langen
a. Asas daya pikul, artinya besar kecilnya pajak yang dipungut harus
berdasarkan penghasilan Wajib Pajak: semakin tinggi penghasilan,
semakin tinggi pajak yang dibebankan.
b. Asas manfaat, artinya pajak yang dipungut harus digunakan untuk
kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi kepentingan umum.
c. Asas kesejahteraan, artinya pajak yang dipungut digunakan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
d. Asas kesamaan, artinya dalam kondisi yang sama, Wajib Pajak yang satu
dengan yang lain harus dikenakan pajak dengan jumlah yang sama.
e. Asas beban sekecil-kecilnya, artinya pemungutan pajak diusahakan
serendah-rendahnya jika dibandingkan dengan nilai Objek Pajak sehingga
tidak memberatkan para Wajib Pajak.
H. TEORI PEMUNGUTAN PAJAK
1. Teori Asuransi
Menurut teori ini, tugas negara adalah melindungi jiwa, raga, dan harta benda
perseorangan. Dalam kerangka itu, untuk mendapat perlindungan, warga negara
membayar pajak sebagai premi. Teori ini sudah lama ditinggalkan dan sekarang
praktis tidak ada pembelanya lagi. Perbandingan ini tidak cocok dengan
kenyataan dan tidak mengganti kerugian seperti halnya dalam asuransi. Pada
kenyataannya, tidak ada hubungan langsung antara pembayaran pajak dan nilai
perlindungannya terhadap pembayar pajak.
2. Teori Kepentingan
13
Menurut teori ini, pembayaran pajak mempunyai hubungan dengan kepentingan
individu yang diperoleh dari pekerjaan negara. Penganggur dan orang miskin
yang memperoleh bantuan dari pemerintah menikmati banyak sekali jasa dari
pekerjaan negara, tetapi mereka justru tidak membayar pajak.
3. Teori Daya Pikul
Menurut teori ini, pemungutan pajak harus sesuai dengan kekuatan membayar
dari Wajib Pajak. Tekanan pajak harus sesuai dengan daya pikul Wajib Pajak
dengan memperhatikan besarnya penghasilan dan pengeluaran belanja Wajib
Pajak tersebut.
4. Teori Kewajiban Mutlak atau Teori Bakti
Organisasi negara (organische staatsleer) mengajarkan bahwa negara
mempunyai tugas menyelenggarakan kepentingan umum. Negara harus
mengambil tindakan yang diperlukan termasuk keputusan di bidang pajak.
Negara mempunyai hak mutlak untuk memungut pajak dari rakyat sebagai
tanda buktinya.
5. Teori Daya Beli
Teori ini tidak mempersoalkan asal mula suatu negara memungut pajak, tetapi
lebih melihat "efeknya", dan memandang efek yang baik itu sebagai dasar
keadilannya. Menyelenggarakan kepentingan masyarakat dianggap sebagai
dasar keadilan pemungutan pajak, bukan kepentingan individu maupun
kepentingan negara, melainkan kepentingan masyarakat yang meliputi
keduanya itu. Teori ini menyatakan keadilan pemungutan pajak oleh negara
sehingga para ahli atau pemikir menamakannya sebagai asas menurut falsafah
hukum, yang tercantum dalam "the four maxims".

I. TARIF PAJAK
1. Tarif Tetap
Yaitu, tarif berupa jumlah atau angka yang tetap
Contohnya: No. Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak
1 Rp 1.000.000 Rp 7.000
2 Rp 5.000.000 Rp 7.000
3 Rp 25.000.000 Rp 7.000
4 Rp 50.000.000 Rp 7.000

2. Tarif Degresif
14
Yaitu penetapan tarif yang presentasinya semakin menurun jika dasar
pengenaan pajaknya semakin besar.
Contohnya:
No. Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak
1 Rp 30.000.000 30%
2 Rp 300.000.000 20%
3 Rp 5.000.000.000 10%

3. Tarif Proporsional
Yaitu pengenaan tarif pajak dengan presentase tertentu yang sifatnya tetap
(tidak berubah). Semakin besar pengenaan pajaknya, semakin besar pula jumlah
utang pajak yang harus dibayar, namun persentasinya tetap sama.
Contohnya:
No. Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak Utang Pajak
1 Rp 1.000.000 10% Rp 100.000
2 Rp 10.000.000 10% Rp 1.000.000
3 Rp 100.000.000 10% Rp 10.000.000

4. Tarif Progresif
Yaitu penetapan tarif pajak dengan persentase tententu yang semakin besar jika
dasar pengenaan pajaknya semakin besar. Pengenaan tarif pajak progresif
dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Progresif progresif
Yaitu tarif pajak berupa persentase ertentu yang semakin meningkat
dengan meningkatnya dasar pengenaan pajak, dengan kenaikan tetap
Contohnya:
No Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak Kenaikan % Tarif
1 Rp 50.000.000 10%  
2 Rp 100.000.000 15% 5%
3 Rp 200.000.000 20% 10%

b. Progresif proporsional
No Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak Kenaikan % Tarif
1 Sampai dengan Rp.10.000.000 15%  
2 Di atas Rp10.000.000 s/d Rp25.000.000 25% 10%
3 Di atas Rp25.000.000 35% 10%
c. Progresif degresif

15
No Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak Kenaikan % Tarif
1 Sampai dengan Rp.10.000.000 15%  
2 Di atas Rp10.000.000 s/d Rp25.000.000 25% 10%
3 Di atas Rp25.000.000 30% 5%

BAB III PENUTUP


16
A. KESIMPULAN
Dari penjelasan materi di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pajak
adalah pembayaran yang dilakukan rakyat, dan merupakan sumber dana untuk
pembangunan. Selain itu pajak berbeda dengan retribusi dan sumbangan. Dalam
penetapan besaran pajak harus sesuai dengan pancasila. Pajak sendiri memiliki banyak
jenis dan asas yang digunakan pun beraneka ragam. Tarif pajak berbeda tergantung
dasar yang digunakan. Selain itu pemerintah telah memberikan batasan segala hal
yang berkaitan dengan pajak di dalam UU perpajakan nasional yang merupakan
modernisasi dari UU pajak jaman kolonial. Untuk menarik pajak yang ada di luar
negeri pemerintah melakukan kerja sama dengan negara lain dalam perpajakan yang
lazim diebut perjanjian traktat, yang hal tersebut diatur dalam HUKUM PAJAK
INTERNASIONAL.

B. SARAN
Setelah mempelajari materi ini hendaklah kita sadar akan kewajiban kita untuk
membayar pajak, agar pembangunan dapat terus berjalan.

17

Anda mungkin juga menyukai