Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Hukum Pajak

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Pajak

Dosen pengampu : Muttaqin Choiri, M.HI

Disusun Oleh: Kelompok I ( Satu )

1. Istiqomah (190711100002)

2. Andi Prasetiya (190711100021)

3. Muhammad Ismail (190711100026)

4. Nunuk Parwati (190711100049)

5. Nailul Amani (190711100051)

HUKUM BISNIS SYARIAH

FAKULTAS KEISLAMAN

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas karunia, hidayah, rahmat, dan nikmat-Nya
sehingga kami penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini ditulis
dan dikerjakan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu
mata kuliah Hukum Pajak.
Makalah ini telah dibuat dan dikerjakan berdasarkan informasi yang kami
peroleh dari berbagai macam sumber pembelajaran, buku, jurnal, baik dari media cetak
maupun internet. Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan pengerjaan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
pengerjaan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengundang pembaca untuk
memberikan saran serta kritik yang dapat membangun. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Bangkalan, 7 september 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan.....................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Identifikasi Ciri dan Unsur Hukum Pajak..............................................................3
B. Identifikasi tentang karakteristik hukum pajak dengan hukum lainnya.................3
C. Teori Pembenaran Pemungutan Pajak....................................................................7
D. Wacana Reformasi Pajak di Pajak..........................................................................8
BAB III............................................................................................................................10
PENUTUP.......................................................................................................................10
A. Kesimpulan.............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................11

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pajak merupakan salah satu instrumen ekonomi suatu negara. Sebagian pajak
sebagai sumber pendapatan nasional berlangsung lebih dari 50% dari pendapatan
nasional. Ketika suatu negara memiliki pendapatan yang lebih tinggi dari pajak
misalnya, lebih banyak pekerjaan dapat diciptakan, pengangguran mengurangi, baik
pendidikan, pelayanan kesehatan dapat mencapai. Dan juga instrumen yang baik
untuk distribusi pendapatan. Sedangkan distribusi pendapatan menjadi masalah
terbesar saat ini ekonomi. Dimana kaya semakin kaya dan miskin semakin miskin.
Ketika pajak menjadi instrumen untuk mengurangi ketidakcocokan pendapatan
apakah itu mempengaruhi kesejahteraan rakyat atau tidak makalah ini akan
menguraikan bahwa. Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam perkembangannya telah
menghasilkan pembangunan yang pesat dalam kehidupan nasional yang perlu
dilanjutkan dengan dukungan Pemerintah dan seluruh potensi masyarakat.
Dalam menyelenggarakan pemerintahan, negara mempunyai kewajiban untuk
menjaga kepentingan rakyatnya, baik dalam bidang kesejahteraan, keamanan,
pertahanan, maupun kecerdasan kehidupannya.2 Hal ini sesuai dengan tujuan negara
yang dicantumkan di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi
“melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan keadilan sosial”.3
Keberhasilan pelaksanaan pembangunan memerlukan dana yang tidak sedikit,
kebutuhan untuk pembangunan sifatnya proporsional dan disesuaikan dengan
kebutuhan pembangunan yang sedang dan akan berlangsung. Kebutuhan akan dana
pembangunan dapat diperoleh melalui berbagai cara yang kesemuanya diharapkan
dapat memperkuat sektor keuangan negara dalam hal ini adalah sektor pajak.

B. Rumusan Masalah
1) Apa identifikasi tentang ciri dan unsur hukum pajak ?
1
2) Apa identifikasi tentang karakteristik hukum pajak dengan hukum lainnya ?
3) Apa saja teori pembenaran dalam pemungutan pajak ?
4) Bagaimana wacana reformasi pajak di Indonesia ?

C. Tujuan
1) Untuk Mengetahui identifikasi tentang ciri dan unsur hukum pajak
2) Untuk Mengetahui identifikasi tentang karakteristik hukum pajak dengan hukum
lainnya
3) Untuk Mengetahui teori pembenaran dalam pemungutan pajak
4) Untuk Mengetahui wacana reformasi pajak di Indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Identifikasi Ciri dan Unsur Hukum Pajak
Adapun ciri-ciri pajak, antara lain :
1) Dapat berupa pajak langsung atau pajak tidak langsung
2) Dapat dipungut sekaligus atau berulang-ulang
3) Dapat dipaksakan
4) Tanpa ada imbalan yang secara langsung dapat ditunjuk
5) Untuk memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke dalam kas Negara
6) Dapat digunakan sebagai alat pendorog atau alat penghambat
7) Dapat dikenakan atas orang atau barang.1
Dengan melihat definisi yang dikemukakan oleh para sarjana , maka “ unsur-
unsur” yang terdapat dalam definisi pajak sendiri adalah:
1) Iuran dari rakyat kepada negara yang berhak memungut pajak adalah negara. Iuran
tersebut berupa uang (bukan barang)
2) Berdasarkan Undang-undang. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan
Undang-undang serta aturan pelaksanaannya.
3) Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat
ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak ditunjukkan adanya kontraprestasi
individual oleh pemerintah
5) Pajak dapat dipaksakan.
4) Digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara, yakni pengeluaran-
pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.2
B. Identifikasi tentang karakteristik hukum pajak dengan hukum lainnya
Pada dasarnya, norma hukum itu mempunyai karakteristik tersendiri dan
berbeda dengan norma lainnya. Karakteristik hukum yang utama adalah bahwa
hukum itu ditetapkan oleh penguasa dalam bentuk formalnya sebagai peraturan
perundang-undangan, berlaku secara universal, membuat tentang kewenangan, hak
dan kewajiban disertai sanksi bagi pelanggarnya. 3 hukum pajak sebagai disiplin
1 Sumyar, dasar-dasar Hukum Perpajakan, Andi Offset, Yogyakarta , 2005. Hlm 3.
2 Mardiasmo, Perpajakan. Cv Andi Offset 2008, Edisi Revisi, hlm 1
3 H. Salim.HS, Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum, ed 1, cet ke -2, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012),
hal 37-38.

3
hukum yang mandiri karena kekhususan di bidang perpajakan menjadikannya
sebagai disiplin bidang hukum yang unik, lain mempunyai ciri-ciri sebagai norma
hukum juga melekat ciri khusus yang menandakan karakteristiknya, antara lain4:
sebagai sistem hukum yang terbuka dengan perubahan dinamika dan dengan sistem
hukum lain sesuai kebutuhan politik hukum dan kebijakan fiskal; sebagai subsistem
dalam kesatuan sistem tata hukum nasional, sebagai pengaturannya berkaitan dengan
disiplin bidang hukum lainnya; sebagai hukum yang bersifat cross border law, karena
mengadopsi asas dan ketentuan yang berlaku di bidang hukum lain secara Concorde
si terbatas, sebagai sarana pengaturan hukum yang berlapis dan conditional untuk
menerapkan sistem pemungutan pajak yang menjamin kepastian hukum dan
memberikan rasa keadilan sebagai hukum khusus yang mengandung kompilasi
keahlian multidisipliner terkait ilmu akuntansi keuangan dan administrasi dan
sebagai hukum dinamis karena selalu berubah, menyesuaikan diri dengan kebutuhan
dan dinamika perkembangan zaman atau update, dan bahkan bersifat progresif yang
mengharuskan perubahan perubahan peraturan pajak nya untuk menyesuaikan diri
dengan kebutuhan masyarakat.
1. Sebagai sistem hukum yang terbuka dengan perubahan dinamika zaman dan
dengan sistem hukum yang lain sesuai kebutuhan politik hukum dan kebijakan
fiskal. Setiap perubahan zaman atau perkembangan lingkungan khususnya
berkaitan dengan aspek penghasilan dan harta kekayaan berikut diversifikasinya
yang menjadi sarana pengenaan pajak serta bergantung pada politik hukum
pemerintah dalam rangka optimalisasi penerimaan pajak di samping orientasi
instrumen kebijakan fiskal. Sehingga ia mempunyai sifat-sifat yang dinamis dan
progresif, karena mempunyai hubungan timbal balik dengan perubahan
lingkungan dan tuntutan atau orientasi politik fiskal pemerintah. Sistem hukum
pajak yang bersifat terbuka itu berpengaruh pula pada konstruksi hukumnya yang
terdiri dari:
a. Pengaturan aspek hukum atau regulasi yang meliputi tujuan hukum landasan
asas dan sumber hukum, jenis dan hierarki hukum perpajakan, subjek dan objek
hukum tugas dan kewenangan pemerintah atau fiskus, tugas dan tanggung jawab
wajib pajak serta hubungan hukum dan timbal balik antara fiskus dan wajib pajak,
berikut akibat hukum yang.

4 Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, cet ke- 5, (Yogyakarya: Cahaya Atma Pustaka,
2014), hal 23-26

4
b. Pengaturan aspek administrasi meliputi penentuan cara bermula dan
berakhirnya pelaksanaan hak dan kewajiban administrasi perpajakan.
c. Penegakan hukum pajak yakni Cara yang ditempuh pemerintah agar masyarakat
mempunyai kesadaran dan kepatuhan terhadap kewajiban perpajakan,
menghindari dari segala bentuk upaya pengelolaan pajak dengan menerapkan
sanksi administrasi dan pidana perpajakan.
2. Sebagai subsistem dari kesatuan sistem tata hukum nasional
Dalam konteks ini, hukum pajak sebagai spesialisasi hukum di
bidangperpajakan merupakan rumpun dari sistem hukum administrasi negara yang
mengatur hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya terkait dengan kewajiban
Administrasi dalam memungut, memotong, membayar dan melaporkan sebagai
kenegaraan yang diatur dalam hukum pajak sebagai subsistem dari sistem hukum
administrasi sekaligus sebagai subsistem dalam kesatuan sistem tata hukum nasional
Indonesia5 . Penerapan hukum pajak sebagai subsistem dari sistem tata hukum
nasional, menjadikan sebagai sistem hukum yang tidak dapat berdiri sendiri, tidak
dapat dengan serta merta terlepas dari keterkaitan dengan sistem hukum lain
melainkan selalu mempunyai korelasi dengan sistem hukum lainnya dalam berbagai
tingkatan atau mempunyai korelasi dengan hukum publik dan hukum privat lainnya
dengan kekhususan tertentu sebagai pengecualiannya, sehingga ini bersifat cross
border law.
3. Sebagai Sistem Hukum yang Bersifat Cross Border Law
Selain bersifat terbuka, hukum pajak itu juga bersifat lintas tata hukum atau
cross-border Law Law, yakni mempunyai keterkaitan dengan bidang hukum lain dan
menjadi bagian dalam kesatuan tatanan hukum nasional. Untuk memperoleh
pemahaman atas apa yang dimaksud atau terkandung dalam peraturan perundang-
undangan perpajakan itu tidaklah dapat dilakukan dengan hanya serta merta
mengartikulasikan kata dan kalimat dalam pasal pasalnya secara fisik melainkan
memerlukan perpaduan dengan pendekatan dalam primat hukum umum baik itu
dimensi hukum publik atau hukum administrasi atau hukum tata usaha negara, hukum
pidana dan hukum perdata internasional maupun hukum privat atau hukum perdata
yang kemudian untuk tujuan perpajakan diterapkan asas Lex Spesicalis Derogate lex
generalis, di mana ketentuan hukum perpajakan dalam hal tertentu diperlukan sebagai

5 Dr. H. Zainal Asikin, Pengantar Tata Hukum Indonesia, ed -1, cet ke-2, ( Jakarta: Rajawali Pers, 2013)

5
ketentuan khusus yang menyimpang dari ketentuan hukum pada umumnya sepanjang
pengkhususan nya.
4. Sebagai Sarana Hukum yanh Berlapis dan Kondisional
Pengaturan hukum pajak itu seringkali bersifat berlapis atau berjenjang,
variatif, dan conditional menyesuaikan dengan keadaan, kemampuan dan kewajaran
serta untuk menghindari terjadinya duplikasi pengenaan pajak atau hindaran
pengenaan pajak secara berganda yang memberatkan WP, dengan menetapkan syarat-
syarat tertentu yang menjadi batas, perluasan maupun pengecualiannya. Sebagai
contoh dalam ini adalah ketentuan dalam pasal 23 ayat 1 UU PPH yang menyatakan
bahwa:
" atas penghasilan tersebut di bawah ini dengan nama dan dalam bentuk apapun
yang dibayarkan komat disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo
pembayarannya oleh bidang pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri,
penyelenggaraan kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar
negeri lainnya kepada wajib pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, dipotong
pajak oleh pihak yang wajib membayarkan sebesar 15% dari jumlah bruto atas".6
5. Sebagai hukum khusus yang mengandung plastik keahlian multidispenliner terkait
ilmu akuntansi keuangan dan
6. Sebagai sistem hukum yang bersifat dinamis dan progresif di bidang perpajakan
Konsep negara hukum dalam era modern, menunjuk pemerintah sebagai
pelaksana kebijakan dan penyelenggaraan pemerintahan dan merupakan suatu
keharusan baginya untuk melaksanakan tugas pelayanan publik ke masyarakat yang
dinamis dan progresif, berdasarkan peraturan perundang-undangan dan asas-asas
umum pemerintahan yang baik (AUPB). Karena pada prinsipnya badan atau pejabat
administrasi pemerintahan tidak boleh menolak untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat dengan alasan hukumannya tidak ada ataupun hukumannya ada tetapi
tidak jelas, banyak hal tersebut masih menjadi kewenangannya. Namun dalam
menggunakan kebijaksanaan tidak diperbolehkan bertentangan dengan asas-asas
umum pemerintahan yang baik khususnya asas larangan penyalahgunaan wewenang
dan asas larangan sewenang-wenang. Selain itu juga tidak boleh bertentangan dengan
kepentingan umum. Kebijakan ini selaras dengan prinsip oportunistis atau disebut
juga prinsip diskresi yaitu prinsip yang menghendaki agar pejabat dalam melakukan
pengambilan keputusan memiliki kebebasan yang dilandasi dengan kebijaksanaan.
6 UU Pph Pas 23 Ayat (1)

6
C. Teori Pembenaran Pemungutan Pajak
Teori pembenaran pemungutan pajak lahir sebagai reaksi dari para ahli
terhadap pihak-pihak yang menentang dilakukannya pemungutan sebagian harta
perorangan oleh negara. Beberapa teori pembenaran pemungutan pajak yang masih
relevan hingga saat ini antara lain : teori gaya pikul dan teori daya beli. Teori gaya
pikul mengusulkan supaya dalam hal pemungutan pajak pemerintah memperhatikan
gaya pikul wajib pajak.
Teori ini menganut bahwa dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada
jasa- jasa yang diberikan oleh negara pada warganya, yaitu perlindungan atas jiwa
dan harta bendanya.Untuk keperluan ini diperlukan biaya- biaya, biaya ini dipikul
oleh orang yang menikmati perlindungan itu, berupa pajak. Pokok pangkal teori ini
adalah asas keadilan, yaitu tekanan pajak haruslah sama beratnya untuk setiap orang.
Pajak harus dipikul menurut gaya pikulnya dan berbagai ukurannya, dapat
dipergunakan selain besarnya penghasilan dan kekayaan juga pengeluaran atau
perbelanjaan seseorang. Teori ini sampai kini masih dipertahankan.7
W. J. de Langen, dalam bukunya, De Grondbeginselen van het Ned
Belastingrecht, Jilid I, 1954, bahwa gaya pikul sampai kini masih tetap merupakan
asas yang terpenting dalam hukum pajak, walaupun tidak dapat disangkal, bahwa ada
asas- asas lain yang semenjak tahun 1919 semakin menduduki tempat yang utama
dan asas kenikmatan. Asas gaya pikul ini menjelmakan cita- cita untuk mendapatkan
tekanan yang sama atas individu , seimbang dengan luasnya pemuasan kebutuhan
yang dapat dicapai oleh seseorang. Saat itulah pemuasan kebutuhan yang diperlukan
untuk kehidupan yang mutlak harus diabaikan, dan sisanya inilah yang disamakannya
dengan gaya pikul seseorang. Untuk itu dapat dikatakan bahwa tabungan- tabungan
seseorang termasuk pula ke dalam pengertian gaya pikulnya.
Definisi gaya pikul menurut De Langen, gaya pikul adalah besarnya kekuatan
seseorang untuk dapat mencapai pemuasan kebutuhan setinggi- tingginya, setelah
dikurangi dengan yang mutlak untuk kebutuhannya yang primer. Mr. A. J. Cohen
Stuart, sarjana yang telah memperdalam penyelidikannya mengenai gaya pikul ini,
dalam disertasinya menyamakan gaya pikul dengan sebuah jembatan, yang pertama-
tama harus dapat memikul bobotnya sendiri sebelum dicoba untuk dibebaninya, dan
menyarankan ajaran, bahwa yang sangat diperlukan untuk kehidupan, harus tidak

7 Adrian Sutendi, Hukum Pajak (Jakarta: Sinar Grafik.a, 2011), 33–34

7
dimasukkan uang kepada negara barulah ada, jika kebutuhan- kebutuhan primer
sudah tersedia untuk hidup.
Maka hak pertama bagi setiap manusia yang dinamakan hak asas negara, yang
pada akhirnya akan dikembalikan atau disalurkan kembali kepada masyarakat.
Pemungutan pajak dalam hal ini oleh pemerintah kepada penulis yang menuangkan
ide bernilai ekonomis dalam bentuk lisan dan tulisan dibenarkan, kewajiban yang
dipaksa oleh pemerintah terhadap penulis berbanding lurus dengan perlindungan
yang diberikan negara atas karya yang telah diterbitkan seorang penulis dalam rangka
perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM).
D. Wacana Reformasi Pajak di Pajak
Reformasi pajak adalah perubahan sistem perpajakan yang menyeluruh,
termasuk pembenahan administrasi perpajakan, perbaikan regulasi, dan peningkatan
basis perpajakan 8. Tujuan dari adanya reformasi pajak disini adalah diharapkan agar
makin adil dan wajar, sehingga di satu pihak mendorong WP melaksanakan dengan
kesadaran kewajibannya dalam membayar pajak dan di lain pihak menutup peluang-
peluang yang selama ini ada bagi WP untuk tidak membayar pajak. Selain itu
reformasi pajak disini juga bertujuan agar sistem perpajakan lebih efektif dan efisien.
Reformasi perpajakan telah dimulai sejak tahun 1983, yaitu yang ditandai
dengan adanya perubahan sistem pemungutan pajak menjadi self assessment. Melalui
sistem tersebut, maka wajib pajak diberikan wewenang untuk melakukan perhitungan
sendiri terhadap beban pajak yang harus dibayarkan ke negara. Sistem self
assessment menuntut wajib pajak untuk mengetahui dan memahami tata cara
menghitung pajak penghasilan serta mengetahui pula proses penyetoran dan
pelaporan pajak penghasilan mereka.
Setelah melakukan reformasi perpajakan dalam bentuk perubahan sistem
pemungutan pajak menjadi self assessment, selanjutnya pemerintah melakukan
penyederhanaan sistem pajak yang ditetapkan dalam Undang-Undang Perpajakan
pada tahun 1991-2000. Penyederhaan sistem pajak tersebut antaralain pembuatan
ketentuan formal hukum pajak dalam satu undang-undang yang disebut Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP). KUP sendiri adalah Hukum Formal yang
berisikan peraturan-peraturan mengenai tata cara pelaksanaan pemungutan pajak oleh

8 Riska Mayasari, "Kajian Kritis Terhadap Strategi Reformasi Perpajakan dalam Menyambut Era Digital", E-
Jurnal Akutansi, Vol 30 No. 2, hlm 415.

8
negara. Pelaksanaan pemungutan pajak oleh negara meliputi tata cara Wajib Pajak
memenuhi hak dan kewajiban perpajakannya.
Reformasi perpajakan selanjutnya juga dilakukan pemerintah melalui
modernisasi sistem administrasi perpajakan dalam bentuk perbaikan pelayanan
melalui perubahan program, penegakan hukum dan pelaksanaan kode etik yang lebih
baik dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi sistem administrasi
perpajakan tersebut. Terdapat tiga sasaran utama dari modernisasi administrasi
perpajakan, yaitu untuk meningkatkan kepatuhan sukarela wajib pajak, meningkatkan
kepercayaan masyarakat, dan meningkatkan integritas aparat pajak

9
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun ciri-ciri pajak, antara lain : Dapat berupa pajak langsung atau pajak
tidak langsung, Dapat dipungut sekaligus atau berulang-ulang, Dapat dipaksakan,
Tanpa ada imbalan yang secara langsung, Untuk memasukkan uang sebanyak-
banyaknya ke dalam kas Negara, digunakan sebagai alat pendorog atau alat
penghambat, dikenakan atas orang atau barang. Sedangkan unsur pajak yaitu: Iuran
dari rakyat kepada negara, Berdasarkan Undang-undang, Tanpa jasa timbal atau
kontraprestasi, Pajak dapat dipaksakan, Digunakan untuk membiayai rumah tangga
Negara.
Ciri khusus yang menandakan karakteristik dari pajak dengan lainnya, antara
lain2 : sebagai sistem hukum yang terbuka dengan perubahan dinamika dan dengan
sistem hukum lain sesuai kebutuhan politik hukum dan kebijakan fiskal; sebagai
subsistem dalam kesatuan sistem tata hukum nasional, sebagai pengaturannya
berkaitan dengan disiplin bidang hukum lainnya; sebagai hukum yang bersifat cross
border law, karena mengadopsi asas dan ketentuan yang berlaku di bidang hukum lain
secara Concorde si terbatas, sebagai sarana pengaturan hukum yang berlapis dan
conditional untuk menerapkan sistem pemungutan pajak yang menjamin kepastian
hukum dan memberikan rasa keadilan sebagai hukum khusus yang mengandung
kompilasi keahlian. Sedangkan Beberapa teori pembenaran pemungutan pajak yang
masih relevan hingga saat ini antara lain : teori gaya pikul dan teori daya beli.
Dalam perkembangannya hukum pajak di indonesia mengalami beberapa
reformasi yaitu: adanya perubahan sistem pemungutan pajak menjadi self assessment,
selanjutanya adanya penyederhanaan sistem pajak yang ditetapkan dalam Undang-
Undang Perpajakan pada tahun 1991-2000, dan yang terakhir adanya modernisasi
sistem administrasi perpajakan dalam bentuk perbaikan pelayanan melalui perubahan
program, penegakan hukum dan pelaksanaan kode etik yang lebih baik.

10
DAFTAR PUSTAKA
Asikin, Zainal. 2013. Pengantar Tata Hukum Indonesia, ed -1, cet ke-2, Rajawali Pers:
Jakarta.
UU Pph Pas 23 Ayat (1)
Mardiasmo. 2008. Perpajakan. Cv Andi Offset
Mayasari Riska, "Kajian Kritis Terhadap Strategi Reformasi Perpajakan dalam Menyambut
Era Digital", E-Jurnal Akutansi, Vol 30 No. 2,
Mertokusumo, Sudikno. 2014. Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, cet ke- 5, (Yogyakarya:
Cahaya Atma Pustaka: Yogyakarta.
Salim.HS. 2012 Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum, ed 1, cet ke -2, Raja Grafindo
Persada: Jakarta.
Sumyar. 2005 dasar-dasar Hukum Perpajakan, Andi Offset: Yogyakarta .
Sutendi ,Adrian. 2011. Hukum Pajak ,Sinar Grafik: Jakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai