Di susun Oleh :
Abdul Fariz
2102010097
FAKULTAS EKONOMI
2022
LEMBAR PENERIMAAN
…………………………….
2
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Alloh SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Tanpa pertolongannya tentu saja saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada
Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Bahasa Indonesia dengan
judul ”Subjek dan Objek Pajak” yang mana dalam makalah ini terdapat ilmu mengenai
semua pihak yang telah ikut mendukung serta membantu dalam menyelessaikan tugas
ini. Semoga dengan adanya makalah ini bisa bermanfaat untuk kita semua.
Penulis menyadari bahwa dalam segi penulisan dan juga materi masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari pada pembaca
Penulis
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 3
BAB I PENDAHULUAN 5
A. LATAR BELAKANG 5
B. RUMUSAN MASALAH 7
C. TUJUAN 7
D. MANFAAT 7
E. PROSEDUR MAKALAH 7
BAB II PEMBAHASAN 8
A. SUBJEK DAN OBJEK PAJAK 8
1. SUBJEK PAJAK 8
2. OBJEK PAJAK 20
BAB III PENUTUP 23
A. SIMPULAN 23
B. SARAN 23
DAFTAR PUSTAKA 24
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut Rochmat Soemitro dalam buku Pengantar Singkat Hukum Pajak (Eresco,
Bandung, 1992) pajak adalah gejala masyarakat, artinya pajak hanya ada di dalam
masyarakat. Masyarakat adalah kumpulan manusia yang pada suatu waktu berkumpul untuk
tujuan tertentu. Negara adalah masyarakat yang mempunyai tujuan tertentu. Kelangsungan
hidup negara juga berarti kelangsungan hidup masyarakat dan kepentingan masyarakat.
Untuk kelangsungan hidup masing-masing diperlukan biaya. Biaya hidup individu, menjadi
beban dari individu yang bersangkutan dan berasal dari penghasilannya sendiri. Biaya hidup
negara adalah untuk kelangsungan alat-alat negara, administrasi negara, lembaga negara, dan
Pada mulanya pajak belum merupakan suatu pungutan, tetapi hanya merupakan
pemberian sukarela oleh rakyat kepada raja dalam memelihara kepentingan negara, seperti
menjaga keamanan negara, menyediakan jalan umum, membayar gaji pegawai dan lain-lain.
Bagi penduduk yang tidak melakukan penyetoran maka ia diwajibkan melakukan pekerjaan-
pekerjaan untuk kepentingan umum untuk beberapa hari lamanya dalam satu tahun.
Penghasilan negara adalah berasal dari rakyatnya melalui pungutan pajak, dan atau dari
hasil kekayaan alam yang ada dalam negara itu (natural resources). Dua sumber itu
merupakan sumber terpenting yang memberikan penghasilan kepada negara. Penghasilan itu
untuk membiayai kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup kepentingan pribadi
5
individu seperti kesehatan masyarakat, pendidikan, kesejahteraan dan sebagainya. Jadi,
dimana ada kepentingan masyarakat, disana timbul pungutan pajak sehingga pajak adalah
lagi kepada seluruh masyarakat yang bermanfaat bagi rakyat, baik yang membayar maupun
tidak.
Pajak mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan bernegara, khususnya
didalam pembangunan karena pajak merupakan sumber penghasilan negara untuk membiayai
indonesia adalah Self Assessment System yang berarti wajib pajak diberikan kepercayaan
untuk memperhitungkan, menyetorkan, dan melaporkan sendiri atas pajak yang terhutang
terhadap negara. Disamping cara Self Assessment System terdapat cara lain yaitu sistem
pemotongan (withholding system). Withholding System merupakan cara yang paling mudah
yang dilakukan pemerintah untuk memungut pajak, yaitu dengan cara mewajibkan wajib
pajak untuk melakukan pungutan dan pemungutan pajaknya oleh pihak lain. Dengan cara ini
maka pemerintah tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk memungut pajak.
Dalam pemungutan pajak subjek dan objek pajak harus jelas. Oleh karena itu harus
dikelola dengan baik dan benar sehingga data wajib pajak sesuai. Selain itu, tarif pajak harus
ditentukan berdasarkan ketentuan yang berlaku saat itu. Dengan demikian para wajib pajak
dapat rutin dan patuh membayar pajak. Subjek pajak adalah orang, badan atau kesatuan
lainnya yang telah memenuhi syarat-syarat subjektif, yaitu bertempat tinggal atau
berkedudukan di Indonesia. Subjek pajak baru menjadi wajib pajak bila telah memenuhi
6
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini terdapat permasalahan pajak yang harus dipecahkan. Pajak menjadi
salah satu sumber utama perkembangan perekonomian suatu negara. Adapun masalah-
2. Bagaimana cara pengelolaan subjek dan objek pajak yang baik dan benar?
C. TUJUAN
2. Mengetahui cara pengelolaan subjek dan objek pajak yang baik dan benar.
D. MANFAAT
1. Dapat mengetahui masalah perpajakan di Indonesia, terutama tentang apa saja yang
menjadi subjek dan objek pajak, bagaimana cara pengelolaan subjek dan objek pajak
yang baik dan benar, serta mengetahui bagaimana penentuan tarif pajak di Indonesia.
E. PROSEDUR MAKALAH
digunakan adalah metode deskriptif. Melalui metode ini penulis akan menguraikan
permasalahan yang dibahas secara jelas dan komprehensif. Data teoritis dalam makalah
ini dikumpulkan dengan menggunakan Teknik studi pustaka, artinya pengambilan data
melalui kegiatan membaca berbagai literatur yang relavan dengan tema makalah.
7
BAB II
PEMBAHASAN
1. Subjek Pajak
Secara garis besar subjek pajak adalah pihak-pihak (orang maupun badan)
yang akan dikenakan pajak, sedangkan objek pajak adalah segala sesuatu yang akan
dikenakan pajak. Wajib pajak adalah subjek pajak yang telah memenuhi syarat-
syarat objektif sehingga kepadanya diwajibkan pajak. Dengan perkataan lain. Setiap
Subjek pajak adalah orang, badan atau kesatuan lainnya yang telah memenuhi
Subjek pajak baru menjadi wajib pajak bila telah memenuhi syarat-syarat obyektif.
Subjek pajak tidak identik dengan subjek hukum, oleh karena itu untuk
menjadi subjek pajak tidak perlu menjadi subjek hukum. Sehingga firma,
perkumpulan, warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan dapat menjadi
subjek pajak. Demikian juga orang gila, anak yang masih di bawah umur dapat
menjadi subjek atau wajib pajak, tetapi untuk mereka perlu ditunjuk orang atau wali
Secara umum pengertian subjek pajak adalah siapa yang dikenakan pajak.
Secara praktik termasuk dalam pengertian subjek pajak meliputi orang pribadi dan
8
warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, badan, dan bentuk usaha tetap.
Berdasarkan Pasal 2 ayat 1 UU No. 36 Tahun 2008, Subjek pajak tersebut dapat
1) Orang Pribadi dan Warisan yang Belum Terbagi sebagai Satu Kesatuan
Kedudukan orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau
berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia. Orang pribadi tidak melihat batasan
umur dan juga jenjang sosial ekonomi, dengan kata lain berlaku sama untuk semua
(non dicrimination).
subjek pajak pengganti, menggantikan menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli
waris. Penunjukan ahli warisan tersebut dimaksudkan agar pengenaan pajak atas
penghasilan yang berasal dari warisan tersebut tetap dapat dilakasanakan, demikian
2) Badan
Badan adalah sekumpulan orang atau modal yang merupakan kesatuan baik
2. Perseroan Komanditer
4. Badan usaha milik negara (BUMN) atau badan usaha milik daerah (BUMD)
5. Firma
6. Kongsi
7. Koperasi
9
8. Dana pensiun
9. Persekutuan
10. Yayasan
Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang digunakan oleh orang
pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak
lebih dari 183 hari dalam dalam jangka waktu 12 bulan, atau juga badan yang
didirkan atau tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau
2. Cabang perusahaan
3. Kantor perwakilan
4. Gedung kantor
5. Pabrik
6. Bengkel
10. Gudang
10
11. Ruang untuk promosi atau penjualan
13. Pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau oleh orang lain
14. Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas
15. Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak
resiko di Indonesia
16. Komputer, agen elektronik atau peralatan otomatis yang dimiliki sewa atau
negeri dan subjek pajak luar negeri. Pengelompokkan tersebut diatur dalam pasal 2
Subjek pajak dalam negeri adalah subjek pajak yang secara fisik memang berada
atau bertempat tinggal atau bertempat kedudukan di Indonesia. Secara praktis ini
bertempat tinggal di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,
atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan
c. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.
11
2. Subjek Pajak Luar Negeri
Sedangkan yang termasuk sebagai subjek pajak luar negeri adalah sebagai
berikut :
a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan
badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap (BUT)
di Indonesia.
b. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau pun berada di
Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari
dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak
dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui
Subjek pajak dalam negeri akan menjadi pajak apabila telah menerima atau
wajib pajak sehubungan dengan penghasilan yang diterima dari sumber penghasilan
Perbedaan yang penting antara Wajib Pajak dalam negeri dan Wajib Pajak Luar
1) Wajib Pajak dalam negeri dikenai pajak atas penghasilan baik yang diterima
atau diperoleh dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, sedangkan Wajib
12
Pajak luar negeri dikenai pajak hanya atas penghasilan yang berasal dari sumber
penghasilan di Indonesia.
2) Wajib Pajak dalam negeri dikenai pajak berdasarkan penghasilan netto dengan
tarif umum, sedangkan Wajib Pajak luar negeri dikenai pajak berdasarkan
Pajak Penghasilan sebagai sarana untuk menetapkan pajak yang terutang dalam
suatu tahun pajak, sedangkan Wajib Pajak luar negeri tidak wajib
subjektif yang kewajiban pajaknya melekat pada subjek pajak yang bersangkutan,
artinya kewajiban pajak tidak dilimpahkan kepada subjek lainnya. Oleh karenanya,
penentuan saat di mulai dan berakhirnya kewajiban pajak subjektif menjadi penting
1) Bagi Subjek pajak orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, maka
kewajiban pajak subjektifnya akan dimulai pada saat ia lahir di Indonesia dan
lamanya.
2) Bagi subjek pajak badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia,
maka kewajiban pajak subjektifnya akan dimulai pada saat badan tersebut
13
3) Bagi subjek pajak orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183
hari atau badan yang tidak didirikan dan tidak berkedudukan di Indonesia yang
menjalankan usaha melalui badan usaha tetap di Indonesia, dimulai saat orang
pribadi atau badan tersebut menjalankan usaha atau melakukan kegiatan dan
berakhir saat tidak lagi menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui
4) Bagi subjek pajak orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari atau badan yang tidak didirikan dan
dimulai saat orang pribadi atau badan tersebut menerima atau memperoleh
penghasilan dari Indonesia dan berakhir saat tidak lagi menerima atau
5) Untuk warisan yang belum terbagi dan masih dalam satu kesatuan menggantikan
yang berhak, maka kewajiban pajak subjektifnya dimulai pada saat timbulnya
warisan, yaitu pada saat pewaris meninggal dunia, Warisan yang belum terbagi
1. PPh pasal 21
14
a. Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium tunjangan dan
kegiatan.
c. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan
2. PPh Pasal 23
Subjek pajak PPh 23 adalah Wajib Pajak dalam Negeri atau bentuk
usaha tetap. Adapun objek pajak PPh 23 yang dipotong pajak oleh pihak
Dividen
Bunga
Royalti
Hadiah
15
Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta,
konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah
4. Bagian laba.
anggotanya.
6. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa
3. PPh Pasal 26
perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak luar negeri selain bentuk
16
Adapun objek pajak PPh 26 yang dipotong pajak oleh pihak yang wajib
membayarkan adalah :
1. Dividen
harta
obligasi dan surat utang Negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan
17
d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan atau
bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah
dan/atau bangunan.
3) Subjek Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak atas Penjualan Barang Mewah
(PPN-PPnBM)
Subyek PPN adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP). Pengusaha Kena Pajak
(BKP) dan atau Jasa Kena Pajak (JKP) yang dikenakan pajak berdasarkan UU
PKP.
Tahun 1991 yang dapat disebutkan beberapa contoh yang termasuk pengusaha
a. Pabrik
b. Importir
e. Pedagang besar
f. Eksportir
18
i. Pengusaha jasa bidang komunikasi
Subjek Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah PKP yang menghasilkan
Subjek PBB adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai
kewajiban untuk melunasi PBB sesuai dengan ketentuan UU PBB. Subjek PBB
baru akan melunasi utang PBB apabila subjek PBB tersebut secara nyata
mempunyai hak atas bumi dan bangunan dan atau memperoleh manfaat atas
bumi dan bangunan tersebut. Hak-hak atas bumi dan bangunan dalam PBB
adalah mengacu pada ketentuan Undang-undang Agraria yaitu ; Hak Milik, Hak
Guna Bangunan, Hak Guna Usaha, Hak Pakai, dan Hak Pengelolaan.
Subjek pajak BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh
19
2. Objek Pajak
Objek PPh adalah penghasilan itu sendiri. Penghasilan sebagai objek pajak PPh
diartikan secara luas didalam pasal 4 ayat (1) dan ayat (2) yaitu “setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak baik yang berasal
dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan
Menurut ketentuan UU No. 7 Tahun 1983 yang telah diperbaharui oleh UU No.
1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali ditentukan
3. Laba usaha.
5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan
utang.
7. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari asuransi
20
10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.
11. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu
14. Premi asuransi yaitu iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari
anggotanya yang terdiri dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas
15. Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan
pajak
16. Penghasilan dari usaha berbasis syariah atau pun berupa imbalan bunga
Objek pajak PPN sesuai dengan pasal 4 UU No. 8 tahun 1984 sebagaimana telah
1. Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh
kena pajak
21
2. Impor barang kena pajak
3. Penyerahan barang kena pajak yang dilakukan di dalam daerah pabean oleh
4. Pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam
daerah pabean
5. Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
7. Objek PPN sesuai dengan pasal 16 c UU No. 8 tahun 1984 sebagaimana telaha
oleh orang pribadi atau badan, baik yang hasilnya akan digunakan sendiri atau
pihak lain.
8. Objek PPN berdasar pasal 16 D UU No. 8 tahun 1984 yang sebagaimana telah
diubah terakhir degan UU No. 18 tahun 2000 yaitu, penyerahan aktiva oleh
pengusaha kena pajak yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan
22
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Subjek pajak adalah pihak-pihak (orang maupun badan) yang akan dikenakan pajak,
sedangkan objek pajak adalah segala sesuatu yang yang akan dikenakan pajak. Wajib pajak
adalah subjek pajak yang telah memenuhi syarat-syarat objektif sehingga kepadanya
diwajibkan pajak.
Salah satu syarat pemungutan pajak adalah keadilan, baik keadilan dalam prinsip
menciptakan keseimbangan sosial, yang sangat penting untuk kesejahteraan masyarakat pada
umumnya. Penentuan tarif pajak merupakan salah satu cara untuk mencapai keadilan.
B. SARAN
Penghasilan negara terbesar terutama negara kita Indonesia adalah berasal dari pajak.
Pajak memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan suatu negara khususnya
Indonesia. Oleh karena itu, pengelolaan pajak harus dikelola dengan baik dan benar agar
manfaatnya dapat dirasakan oleh rakyat. Selain itu para wajib pajak juga harus rutin dalam
Indonesia. Oleh karena itu, sudah seharusnya kita sebagai warga Negara Indonesia harus
memahami apa-apa saja yang menjadi subjek pajak, objek pajak, serta tarif pajak yang
23
DAFTAR PUSTAKA
Suandi Erly. 2011. Hukum Pajak. Edisi Kelima. Jakarta: Salemba Empat.
Resmi Siti. Perpajakan Teori dan Kasus. Edisi Ketujuh Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
24