Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

SUBJEK DAN OBJEK PAJAK

Disusun untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah


Bahasa Indonesia

Di susun Oleh :
Abdul Fariz

2102010097

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PERJUANGAN TASIKMALAYA

2022
LEMBAR PENERIMAAN

Makalah ini diterima pada hari tanggal


Oleh
Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia

…………………………….

2
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Alloh SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga

saya dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Tanpa pertolongannya tentu saja saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan

makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada

Nabi Muhammad SAW.

Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Bahasa Indonesia dengan

judul ”Subjek dan Objek Pajak” yang mana dalam makalah ini terdapat ilmu mengenai

bisnis. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada

semua pihak yang telah ikut mendukung serta membantu dalam menyelessaikan tugas

ini. Semoga dengan adanya makalah ini bisa bermanfaat untuk kita semua.

Penulis menyadari bahwa dalam segi penulisan dan juga materi masih banyak

kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari pada pembaca

sangat penulis harapkan agar bisa lebih baik.

Tasikmalaya, Juni 2022

Penulis

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 3
BAB I PENDAHULUAN 5
A. LATAR BELAKANG 5
B. RUMUSAN MASALAH 7
C. TUJUAN 7
D. MANFAAT 7
E. PROSEDUR MAKALAH 7
BAB II PEMBAHASAN 8
A. SUBJEK DAN OBJEK PAJAK 8
1. SUBJEK PAJAK 8
2. OBJEK PAJAK 20
BAB III PENUTUP 23
A. SIMPULAN 23
B. SARAN 23
DAFTAR PUSTAKA 24

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menurut Rochmat Soemitro dalam buku Pengantar Singkat Hukum Pajak (Eresco,

Bandung, 1992) pajak adalah gejala masyarakat, artinya pajak hanya ada di dalam

masyarakat. Masyarakat adalah kumpulan manusia yang pada suatu waktu berkumpul untuk

tujuan tertentu. Negara adalah masyarakat yang mempunyai tujuan tertentu. Kelangsungan

hidup negara juga berarti kelangsungan hidup masyarakat dan kepentingan masyarakat.

Untuk kelangsungan hidup masing-masing diperlukan biaya. Biaya hidup individu, menjadi

beban dari individu yang bersangkutan dan berasal dari penghasilannya sendiri. Biaya hidup

negara adalah untuk kelangsungan alat-alat negara, administrasi negara, lembaga negara, dan

seterusnya, dan harus dibiayai dari penghasilan negara.

Pada mulanya pajak belum merupakan suatu pungutan, tetapi hanya merupakan

pemberian sukarela oleh rakyat kepada raja dalam memelihara kepentingan negara, seperti

menjaga keamanan negara, menyediakan jalan umum, membayar gaji pegawai dan lain-lain.

Bagi penduduk yang tidak melakukan penyetoran maka ia diwajibkan melakukan pekerjaan-

pekerjaan untuk kepentingan umum untuk beberapa hari lamanya dalam satu tahun.

Penghasilan negara adalah berasal dari rakyatnya melalui pungutan pajak, dan atau dari

hasil kekayaan alam yang ada dalam negara itu (natural resources). Dua sumber itu

merupakan sumber terpenting yang memberikan penghasilan kepada negara. Penghasilan itu

untuk membiayai kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup kepentingan pribadi

5
individu seperti kesehatan masyarakat, pendidikan, kesejahteraan dan sebagainya. Jadi,

dimana ada kepentingan masyarakat, disana timbul pungutan pajak sehingga pajak adalah

senyawa dengan kepentingan umum.

Pungutan pajak mengurangi penghasilan atau kekayaan individu tetapi sebaliknya

merupakan penghasilan masyarakat yang kemudian di kembalikan lagi kepada masyarakat,

melaui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan yang akhirnya kembali

lagi kepada seluruh masyarakat yang bermanfaat bagi rakyat, baik yang membayar maupun

tidak.

Pajak mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan bernegara, khususnya

didalam pembangunan karena pajak merupakan sumber penghasilan negara untuk membiayai

semua pengeluaran, termasuk pengeluaran pembangunan. Sistem pemungutan pajak di

indonesia adalah Self Assessment System yang berarti wajib pajak diberikan kepercayaan

untuk memperhitungkan, menyetorkan, dan melaporkan sendiri atas pajak yang terhutang

terhadap negara. Disamping cara Self Assessment System terdapat cara lain yaitu sistem

pemotongan (withholding system). Withholding System merupakan cara yang paling mudah

yang dilakukan pemerintah untuk memungut pajak, yaitu dengan cara mewajibkan wajib

pajak untuk melakukan pungutan dan pemungutan pajaknya oleh pihak lain. Dengan cara ini

maka pemerintah tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk memungut pajak.

Dalam pemungutan pajak subjek dan objek pajak harus jelas. Oleh karena itu harus

dikelola dengan baik dan benar sehingga data wajib pajak sesuai. Selain itu, tarif pajak harus

ditentukan berdasarkan ketentuan yang berlaku saat itu. Dengan demikian para wajib pajak

dapat rutin dan patuh membayar pajak. Subjek pajak adalah orang, badan atau kesatuan

lainnya yang telah memenuhi syarat-syarat subjektif, yaitu bertempat tinggal atau

berkedudukan di Indonesia. Subjek pajak baru menjadi wajib pajak bila telah memenuhi

syarat-syarat obyektif. Objek pajak adalah apa yang dikenakan pajak.

6
B. RUMUSAN MASALAH

Dalam makalah ini terdapat permasalahan pajak yang harus dipecahkan. Pajak menjadi

salah satu sumber utama perkembangan perekonomian suatu negara. Adapun masalah-

masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apa pengertian subjek dan objek pajak?

2. Bagaimana cara pengelolaan subjek dan objek pajak yang baik dan benar?

3. Apakah yang dimaksud dengan tarif pajak?

C. TUJUAN

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai beikut :

1. Mengetahui apa saja yang menjadi subjek dan objek pajak.

2. Mengetahui cara pengelolaan subjek dan objek pajak yang baik dan benar.

D. MANFAAT

1. Dapat mengetahui masalah perpajakan di Indonesia, terutama tentang apa saja yang

menjadi subjek dan objek pajak, bagaimana cara pengelolaan subjek dan objek pajak

yang baik dan benar, serta mengetahui bagaimana penentuan tarif pajak di Indonesia.

2. Dapat menjadi bahan pengetahuan bagi mahasiswa tentang perpajakan.

E. PROSEDUR MAKALAH

Makalah ini disusun dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode yang

digunakan adalah metode deskriptif. Melalui metode ini penulis akan menguraikan

permasalahan yang dibahas secara jelas dan komprehensif. Data teoritis dalam makalah

ini dikumpulkan dengan menggunakan Teknik studi pustaka, artinya pengambilan data

melalui kegiatan membaca berbagai literatur yang relavan dengan tema makalah.

7
BAB II

PEMBAHASAN

A. SUBJEK DAN OBJEK PAJAK

1. Subjek Pajak

Secara garis besar subjek pajak adalah pihak-pihak (orang maupun badan)

yang akan dikenakan pajak, sedangkan objek pajak adalah segala sesuatu yang akan

dikenakan pajak. Wajib pajak adalah subjek pajak yang telah memenuhi syarat-

syarat objektif sehingga kepadanya diwajibkan pajak. Dengan perkataan lain. Setiap

wajib pajak adalah subjek pajak.

Subjek pajak adalah orang, badan atau kesatuan lainnya yang telah memenuhi

syarat-syarat subjektif, yaitu bertempat tinggal atau berkedudukan di Indonesia.

Subjek pajak baru menjadi wajib pajak bila telah memenuhi syarat-syarat obyektif.

Subjek pajak tidak identik dengan subjek hukum, oleh karena itu untuk

menjadi subjek pajak tidak perlu menjadi subjek hukum. Sehingga firma,

perkumpulan, warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan dapat menjadi

subjek pajak. Demikian juga orang gila, anak yang masih di bawah umur dapat

menjadi subjek atau wajib pajak, tetapi untuk mereka perlu ditunjuk orang atau wali

yang dapat dipertanggungjawabkan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya.

a. Subjek Pajak dari Pajak Penghasilan (PPh)

Secara umum pengertian subjek pajak adalah siapa yang dikenakan pajak.

Secara praktik termasuk dalam pengertian subjek pajak meliputi orang pribadi dan

8
warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, badan, dan bentuk usaha tetap.

Berdasarkan Pasal 2 ayat 1 UU No. 36 Tahun 2008, Subjek pajak tersebut dapat

dikemukakan sebagai berikut :

1) Orang Pribadi dan Warisan yang Belum Terbagi sebagai Satu Kesatuan

Menggantikan yang Berhak

Kedudukan orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau

berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia. Orang pribadi tidak melihat batasan

umur dan juga jenjang sosial ekonomi, dengan kata lain berlaku sama untuk semua

(non dicrimination).

Sedangkan warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan

subjek pajak pengganti, menggantikan menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli

waris. Penunjukan ahli warisan tersebut dimaksudkan agar pengenaan pajak atas

penghasilan yang berasal dari warisan tersebut tetap dapat dilakasanakan, demikian

juga dengan tindakan penagihan selanjutnya.

2) Badan

Badan adalah sekumpulan orang atau modal yang merupakan kesatuan baik

yang melakukan usaha atau tidak melakukan usaha yang meliputi :

1. Perseroan Terbatas (PT)

2. Perseroan Komanditer

3. Perseroan atau perkumpulan lainnya

4. Badan usaha milik negara (BUMN) atau badan usaha milik daerah (BUMD)

dengan nama dan dalam bentuk apapun.

5. Firma

6. Kongsi

7. Koperasi

9
8. Dana pensiun

9. Persekutuan

10. Yayasan

11. Organisasi massa

12. Organisasi sosial politik

13. Bentuk usaha tetap

14. Bentuk usaha lainnya.

3) Bentuk Usaha Tetap

Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang digunakan oleh orang

pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak

lebih dari 183 hari dalam dalam jangka waktu 12 bulan, atau juga badan yang

didirkan atau tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau

melakukan kegiatan di Indonesia, yang dapat berupa :

1. Tempat kedudukan manajemen

2. Cabang perusahaan

3. Kantor perwakilan

4. Gedung kantor

5. Pabrik

6. Bengkel

7. Pertambangan dan penggalian sumber alam

8. Wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi

9. Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan atau kehutanan

10. Gudang

10
11. Ruang untuk promosi atau penjualan

12. Proyek konstruksi, instalasi atau proyek perakitan

13. Pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau oleh orang lain

14. Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas

15. Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak

bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi atau menanggung

resiko di Indonesia

16. Komputer, agen elektronik atau peralatan otomatis yang dimiliki sewa atau

digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan

usaha melalui internet.

b. Subjek Pajak Dalam Negeri dan Subjek Pajak Luar Negeri

Subjek pajak penghasilan juga dikelompokkan menjadi subjek pajak dalam

negeri dan subjek pajak luar negeri. Pengelompokkan tersebut diatur dalam pasal 2

ayat 2 UU No. 26 tahun 2008

1. Subjek pajak dalam negeri

Subjek pajak dalam negeri adalah subjek pajak yang secara fisik memang berada

atau bertempat tinggal atau bertempat kedudukan di Indonesia. Secara praktis ini

dapat dilihat dalam ketentuan berikut :

a. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang

bertempat tinggal di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,

atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan

mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.

b. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia.

c. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.

11
2. Subjek Pajak Luar Negeri

Sedangkan yang termasuk sebagai subjek pajak luar negeri adalah sebagai

berikut :

a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang

berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan

badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang

menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap (BUT)

di Indonesia.

b. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau pun berada di

Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari

dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak

berkedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan

dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui

bentuk usaha tetap di Indonesia.

Subjek pajak dalam negeri akan menjadi pajak apabila telah menerima atau

memperoleh penghasilan, sedangkan subjek pajak luar negeri sekaligus menjadi

wajib pajak sehubungan dengan penghasilan yang diterima dari sumber penghasilan

di Indonesia atau di peroleh melalui badan usaha tetap di Indonesia.

Perbedaan yang penting antara Wajib Pajak dalam negeri dan Wajib Pajak Luar

Negeri terletak dalam pemenuhan kewajiban pajaknya, antara lain :

1) Wajib Pajak dalam negeri dikenai pajak atas penghasilan baik yang diterima

atau diperoleh dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, sedangkan Wajib

12
Pajak luar negeri dikenai pajak hanya atas penghasilan yang berasal dari sumber

penghasilan di Indonesia.

2) Wajib Pajak dalam negeri dikenai pajak berdasarkan penghasilan netto dengan

tarif umum, sedangkan Wajib Pajak luar negeri dikenai pajak berdasarkan

penghasilan bruto dengan tarif pajak sepadan.

3) Wajib Pajak dalam negeri wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan

Pajak Penghasilan sebagai sarana untuk menetapkan pajak yang terutang dalam

suatu tahun pajak, sedangkan Wajib Pajak luar negeri tidak wajib

memberitahukan Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan karena kewajiban

pajaknya dipenuhi melalui pemotongan pajak yang bersifat final.

Sebagaimana diketahui bahwa pajak penghasilan merupakan jenis pajak

subjektif yang kewajiban pajaknya melekat pada subjek pajak yang bersangkutan,

artinya kewajiban pajak tidak dilimpahkan kepada subjek lainnya. Oleh karenanya,

penentuan saat di mulai dan berakhirnya kewajiban pajak subjektif menjadi penting

sebagaimana diatur dalam Pasal 2 A UU PPh, yaitu sebagai berikut :

1) Bagi Subjek pajak orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, maka

kewajiban pajak subjektifnya akan dimulai pada saat ia lahir di Indonesia dan

berakhir saat meninggal dunia atau meninggalkan Indonesia untuk selama-

lamanya.

2) Bagi subjek pajak badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia,

maka kewajiban pajak subjektifnya akan dimulai pada saat badan tersebut

didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia dan berakhir saat di bubarkan

atau tidak lagi berkedudukan di Indonesia.

13
3) Bagi subjek pajak orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183

hari atau badan yang tidak didirikan dan tidak berkedudukan di Indonesia yang

menjalankan usaha melalui badan usaha tetap di Indonesia, dimulai saat orang

pribadi atau badan tersebut menjalankan usaha atau melakukan kegiatan dan

berakhir saat tidak lagi menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui

bentuk usaha tetap.

4) Bagi subjek pajak orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau

berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari atau badan yang tidak didirikan dan

tidak berkedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh

penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau memperoleh

penghasilan melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia,

dimulai saat orang pribadi atau badan tersebut menerima atau memperoleh

penghasilan dari Indonesia dan berakhir saat tidak lagi menerima atau

memperoleh penghasilan tersebut.

5) Untuk warisan yang belum terbagi dan masih dalam satu kesatuan menggantikan

yang berhak, maka kewajiban pajak subjektifnya dimulai pada saat timbulnya

warisan, yaitu pada saat pewaris meninggal dunia, Warisan yang belum terbagi

baru menjadi wajib pajak apabila warisan tersebut mengeluarkan penghasilan

Dan berakhirnya pajak warisan tersebut setelah warisan selesai dibagi.

c. Undang-undang tentang Pajak Penghasilan (PPh)

1. PPh pasal 21

Subyek PPh 21 adalah penerima penghasilan yang dipotong oleh :

14
a. Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium tunjangan dan

pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang

dilakukan oeh pegawai atau bukan pegawai.

b. Bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium

tunjangan dan pembayara lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau

kegiatan.

c. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan

pembayaran lain dengan nama apapun dalam rangka pensiun.

d. Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai

imbalan sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang

melakukan pekerjaan bebas.

e. Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan

dengan pelaksanan suatu kegiatan

2. PPh Pasal 23

Subjek pajak PPh 23 adalah Wajib Pajak dalam Negeri atau bentuk

usaha tetap. Adapun objek pajak PPh 23 yang dipotong pajak oleh pihak

yang membayarkan adalah :

a. Sebesar 15% dari jumlah bruto atas :

 Dividen

 Bunga

 Royalti

 Hadiah

b. Sebesar 2% dari jumlah bruto atas :

15
 Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta,

kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan

harta yang telah dikenai Pajak Penghasilan.

 Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa

konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah

dipotong Pajak Penghasilan.

Sedangkan yang bukan termasuk objek Pajak PPh 23 adalah :

1. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank.

2. Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna

usaha dengan hak opsi.

3. Dividen yang diterima oleh orang pribadi.

4. Bagian laba.

5. Sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada

anggotanya.

6. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa

keuangan yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau

pembiayaan yang diatur dengan peraturan Menteri Keuangan.

3. PPh Pasal 26

Subjek pajak PPh 26 adalah badan pemerintah, subjek pajak dalam

negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan

perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak luar negeri selain bentuk

usaha tetap di Indonesia.

16
Adapun objek pajak PPh 26 yang dipotong pajak oleh pihak yang wajib

membayarkan adalah :

1. Dividen

2. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan

jaminan pengembalian utang

3. Royalti, sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan

harta

4. Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan

5. Hadiah dan penghargaan

6. Pensiun dan pembayaran berkala lainnya

7. Premi swap san transaksi lindung nilai lainnya, serta

8. Keuntungan karena pembebasan utang.

3. PPh Pasal 4 ayat 2

Objek PPh yang dapat dikenai pajak bersifat final adalah :

a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga

obligasi dan surat utang Negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan

oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi.

b. Penghasilan berupa hadiah undian.

c. Penghasilan dari tansaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi

derivatif yang diperdagangkan di bursa dan transaksi penjualan saham

atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang

diterima oleh perusahaan modal ventura.

17
d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan atau

bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah

dan/atau bangunan.

3) Subjek Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak atas Penjualan Barang Mewah

(PPN-PPnBM)

1) Subyek Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Subyek PPN adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP). Pengusaha Kena Pajak

adalah pengusaha yang melakukan melakukan penyerahan Barang Kena Pajak

(BKP) dan atau Jasa Kena Pajak (JKP) yang dikenakan pajak berdasarkan UU

PPN, tidak termasuk pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan Menteri

Keuangan, kecuali pengusaha kecil tersebut memilih untuk dikukuhkan menjadi

PKP.

Berdasarkan PP No. 22 Tahun 1985, PP No.28 Tahun 1988 serta PP No. 75

Tahun 1991 yang dapat disebutkan beberapa contoh yang termasuk pengusaha

kena pajak sebagai subjek PPN yaitu :

a. Pabrik

b. Importir

c. Agen utama atau penyalur utama

d. Pengusaha pemegang hak atau menggunakan paten atau merek dagang

Barang Kena Pajak.

e. Pedagang besar

f. Eksportir

g. Pedagang eceran beras

h. Pemborong atau Kontraktor

18
i. Pengusaha jasa bidang komunikasi

j. Pengusaha jasa angkatan udara dalam negeri

k. Pengusaha lain yang ditetapkan oleh direktur jenderal pajak

2) Subjek Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

Subjek Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah PKP yang menghasilkan

BKP yang tergolong mewah dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya

dan pengusaha yang mengimpor barang yang tergolong mewah.

3) Subjek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Subjek PBB adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai

kewajiban untuk melunasi PBB sesuai dengan ketentuan UU PBB. Subjek PBB

baru akan melunasi utang PBB apabila subjek PBB tersebut secara nyata

mempunyai hak atas bumi dan bangunan dan atau memperoleh manfaat atas

bumi dan bangunan tersebut. Hak-hak atas bumi dan bangunan dalam PBB

adalah mengacu pada ketentuan Undang-undang Agraria yaitu ; Hak Milik, Hak

Guna Bangunan, Hak Guna Usaha, Hak Pakai, dan Hak Pengelolaan.

4) Subjek Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

Subjek pajak BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh

hak atas Tanah dan/atau Bangunan.

19
2. Objek Pajak

a. Objek Pajak Penghasilan (PPh)

Objek PPh adalah penghasilan itu sendiri. Penghasilan sebagai objek pajak PPh

diartikan secara luas didalam pasal 4 ayat (1) dan ayat (2) yaitu “setiap tambahan

kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak baik yang berasal

dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau

untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan

dalam bentuk apapun.”

Menurut ketentuan UU No. 7 Tahun 1983 yang telah diperbaharui oleh UU No.

36 Tahun 2008 pasal 4 ayat 1 yang termasuk dalam penghasilan adalah :

1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima

atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus,

gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali ditentukan

lain dalam undang-undang ini.

2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan.

3. Laba usaha.

4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta.

5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan

pembayaran tambahan pengembalian pajak.

6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian

utang.

7. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari asuransi

kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.

8. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak.

9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.

20
10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.

11. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu

yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

12. Keuntungan selisih kurs mata uang asing.

13. Karena penilaian kembali aktiva

14. Premi asuransi yaitu iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari

anggotanya yang terdiri dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan

bebas

15. Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan

pajak

16. Penghasilan dari usaha berbasis syariah atau pun berupa imbalan bunga

sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai

ketentuan umum dan tata cara perpajakan

17. Surplus Bank Indonesia.

b.Objek Pajak PPN

Objek pajak PPN sesuai dengan pasal 4 UU No. 8 tahun 1984 sebagaimana telah

diubah terakhir dengan UU No. 18 tahun 2000 adalah :

1. Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh

pengusaha dengan syarat :

 Barang berwujud atau tidak berwujud yang diserahkan merupakan barang

kena pajak

 Penyerahan dilakukan di dalam daerah pabean

 Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.

21
2. Impor barang kena pajak

3. Penyerahan barang kena pajak yang dilakukan di dalam daerah pabean oleh

pengusaha dalam syarat :

 Jasa yang diserahkan merupakan jasa kena pajak,

 Penyerahan yang dilakukan harus di dalam daerah pabean,

 Penyerahan yang dilakukan harus dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.

4. Pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam

daerah pabean

5. Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.

6. Ekspor barang kena pajak oleh pengusaha kena pajak.

7. Objek PPN sesuai dengan pasal 16 c UU No. 8 tahun 1984 sebagaimana telaha

diuah terakhir dengan UU No. 18 tahun 2000 yaitu, kegiatan membangun

sendiri yang dilakukan tidak di dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya,

oleh orang pribadi atau badan, baik yang hasilnya akan digunakan sendiri atau

pihak lain.

8. Objek PPN berdasar pasal 16 D UU No. 8 tahun 1984 yang sebagaimana telah

diubah terakhir degan UU No. 18 tahun 2000 yaitu, penyerahan aktiva oleh

pengusaha kena pajak yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan

sepanjang PPN yang dibayar pada saat perolehannya dapat dikreditkan.

22
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Subjek pajak adalah pihak-pihak (orang maupun badan) yang akan dikenakan pajak,

sedangkan objek pajak adalah segala sesuatu yang yang akan dikenakan pajak. Wajib pajak

adalah subjek pajak yang telah memenuhi syarat-syarat objektif sehingga kepadanya

diwajibkan pajak.

Salah satu syarat pemungutan pajak adalah keadilan, baik keadilan dalam prinsip

maupun keadilan dalam pelaksanaannya. Dengan adanya keadilan, pemerintah dapat

menciptakan keseimbangan sosial, yang sangat penting untuk kesejahteraan masyarakat pada

umumnya. Penentuan tarif pajak merupakan salah satu cara untuk mencapai keadilan.

B. SARAN

Penghasilan negara terbesar terutama negara kita Indonesia adalah berasal dari pajak.

Pajak memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan suatu negara khususnya

Indonesia. Oleh karena itu, pengelolaan pajak harus dikelola dengan baik dan benar agar

manfaatnya dapat dirasakan oleh rakyat. Selain itu para wajib pajak juga harus rutin dalam

membayar pajak demi tercapainya pembangunan dan pertumbuhan ekonomi bangsa

Indonesia. Oleh karena itu, sudah seharusnya kita sebagai warga Negara Indonesia harus

memahami apa-apa saja yang menjadi subjek pajak, objek pajak, serta tarif pajak yang

berlaku di Negara Indonesia.Sehingga bisa dimanfaatkan dalam kehidupan bermasyarakat

dan menjadi warga Negara yang taat terhadap pajak.

23
DAFTAR PUSTAKA

Suandi Erly. 2011. Hukum Pajak. Edisi Kelima. Jakarta: Salemba Empat.

Resmi Siti. Perpajakan Teori dan Kasus. Edisi Ketujuh Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

24

Anda mungkin juga menyukai