Anda di halaman 1dari 15

KONSEP DASAR PERPAJAKAN

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Ketentuan Umum Perpajakan Semester I

Dosen Mata Kuliah : Dr.Tjok.Gde Indraputra,


SE.Sk.M.Ak.MAP

Oleh :

1. Ni Kadek Nia Pibrianti ( 2302022975 )


2. Ni Made Bunga Arta Sari ( 2302022980

) Kelas 1 A Akuntansi Pagi

S1-Akuntansi

Fakultas Ekonomi Bisnis dan Pariwisata

Universitas Hindu Indonesia

Tahun Ajaran 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena
atas limpahan rahmat dan anugerahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah
yang berjudul “Konsep Dasar Perpajakan” Ini sebagai pemenuhan tugas dari Dosen Mata Kuliah
Ketentuan Umum Perpajakan.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak dapat terwujud tanpa adanya
bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak atau sumber. Oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati penyusun menyampaikan terima kasih kepada bapak Dosen Dr.Tjok.Gde
Indraputra, SE.M.Ak.MAP yang telah memberikan arahan dan bimbingan sehingga penyusunan
makalah dapat terselesaikan.

Makalah ini ditulis dengan kemampuan maksimal yang penulis miliki, namun tidak
menutup kemungkinan masih terdapat kekurangan, baik dari segi materi maupun metodologi.
Karena itu, segala saran kritik dan koreksi terhadap isi makalah ini sangat penulis harapkan
terutama dari bapak Dosen Dr.Tjok.Gde Indraputra, SE.M.Ak.MAP selaku penilai makalah ini.
Demikian kata pengantar yang dapat penulis utarakan mudah-mudahan segala kebaikan semua
pihak atau sumber yang telah membantu mendapatkan berkah dan limpahan rahmat dari Tuhan
dan semoga makalah yang sederhana ini bermanfaat bagi pembacanya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1

A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan.........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................2

A. Definisi Pajak.....................................................................................................................2
B. Fungsi Pajak......................................................................................................................3
C. Asas Pemungutan Pajak...................................................................................................4
D. Kedudukan Hukum Pajak................................................................................................6
E. Sistem Pemungutan Pajak................................................................................................8
F. Jenis Pajak.........................................................................................................................9
G. Tarif Pajak.......................................................................................................................10

BAB II PENUTUP.......................................................................................................................11

A. Simpulan..........................................................................................................................11
B. Saran................................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sistem perpajakan yang lama ternyata sudah tidak sesuai lagi dengan tingkat
kehidupan sosial ekonomi masyarakat Indonesia, baik dari segi kegotong royongan
maupun dari laju pembangunan nasional yang telah dicapai. Oleh karena itu, pemerintah
menciptakan system perpajakan baru yaitu dengan lahirnya UU No.6 Thn 1934 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana yang telah diubah terahir dengan
UU No.16 Tahun 2009.
Perubahan tersebut bertujuan untuk lebih memberikan keadilan, meningkatkan
pelayanan kepada wajib pajak, meningkatkan kepastian dan penegakan hukum serta
mengatisipasi kemajuan di bidang teknologi informasi dan perubahan ketentuan material
di bidang perpajakan. Selain itu, perubahan tersebut juga di maksudkan untuk
meningkatkan profesionalisme aparatur perpajakan, meningkatkan keterbukaan
administrasi perpajakan dan meningkatkan kepatuhan sukarela wajib pajak. Perubahan
tersebut kususnya berkaitan dengan peningkatan keseimbangan hak dan kewajiban bagi
masyarakat wajib pajak sehingga masyarakat wajib pajak dapat melaksanakan hak dan
kewajiban perpajakan dengan lebih baik.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah definisi dan fungsi pajak?
2. Bagaimana penjelasan mengenai asas dasar pemungutan pajak?
3. Bagaimanakah penjelasan mengenai tinjauan aspek hukum kedudukan hukum
pajak?
4. Bagaiamana sistem jenis dan tarif pajak yang berlaku di Indonesia?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
Untuk memahami lebih mendalam definisi dan fungsi dari perpajakan, bagaimana asas
dasar dalam pemungutan pajak, penjelasan mengenai aspek hukum kedudukan hukum
pajak dan untuk mengetahui sistem jenis dan tarif pajak yang berlaku di Indonesia saat ini.
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI PAJAK
Sejak pajak diperhitungkan sebagai salah satu pemasukan paling penting bagi
sebuah negara, banyak ahli ekonomi mengemukakan pendapatnya tentang definisi pajak.
Berikut disajikan sejumlah pendapat para ahli mengenai definisi pajak.
1. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H.
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontra-prestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (dalam Dasar-
Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan).
Selanjutnya dalam bukunya Pajak dan Pembangunan : “Pajak adalah peralihan dari
pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya
digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama dalam membiayai public
invesment”.
2. Prof. Dr. P.J.A Adriani
Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh mereka
yang wajib membayarnya menurut peraturan, tanpa mendapat prestasi-kembali yang
langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran umum
terkait dengan tugas negara dalam menyelenggarakan pemerintahan.
3. Kemudian dijelaskan pula dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1.
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
B. FUNGSI PAJAK
Pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran.
Fungsi pajak yang dipungut oleh negara, antara lain sebagai berikut :
1. Fungsi anggaran (budgetair)
Pajak berfungsi sebagai sumber keuangan negara yang diperuntukan bagi pembiayaan
pengeluaran pemerintah, baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan
sarana umum
2. Fungsi mengatur (regularend)
Pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur kebijakan tertentu di bidang ekonomi,
politik, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan.
3. Fungsi pemerataan pendapatan (redistribution)
Pajak yang dipungut oleh negara selanjutnya akan dikembalikan kepada masyarakat
dalam bentuk penyediaan fasilitas publik di seluruh wilayah negara.
4. Legalitas pemerintahan (representation)
Slogan revolusioner di Inggris yang menyerukan “No taxation without representation”,
dan di Amerika Serikat yang berbunyi “Taxation wihtout representation is robbery”
mengimplikasikan bahwa pemerintah membebani pajak atas warga negara dan
sebaliknya warga negara berhak meminta akuntabilitas dari pemerintah sebagai bagian
dari kesepakatan
5. Fungsi stabilitas
Pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan
stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, antara lain dengan cara mengatur
peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan
efisien.
C. ASAS PEMUNGUTAN PAJAK
1. Menurut Adam Smith
Menurut Adam Smith, dalam bukunya The Wealth of Nation, asas pemungutan
pajak adalah sebagai berikut.
a. Asas kesesuaian (equality), artinya pemungutan pajak yang dilakukan oleh
negara harus sesuai dengan kemampuan dan penghasilan Wajib Pajak. Negara
tidak boleh bertindak diskriminatif terhadap Wajib Pajak.
b. Asas kepastian hukum (certainy), artinya semua pemungutan pajak harus
berdasarkan undang-undang sehingga yang melanggar dikenai sanksi hukum.
c. Asas pemungutan pajak tepat waktu (conveniece of payment), artinya pajak
harus dipungut pada saat yang tepat bagi Wajib Pajak. Contoh : saat menerima
penghasilan ataupun menerima hadiah.
d. Asas efisiensi, artinya biaya pemungutan pajak diusahakan sehemat mungkin,
jangan sampai terjadi biaya pemungutan pajak lebih besar dari hasil pemungutan
pajak.
2. Menurut W.J. Langen
a. Asas daya pikul, artinya besar kecilnya pajak yang dipungut harus berdasarkan
penghasilan Wajib Pajak : semakin tinggi penghasilan, semakin tinggi pajak
yang dibebankan.
b. Asas manfaat, artinya pajak yang dipungut harus digunakan untuk kegiatan-
kegiatan yang bermanfaat bagi kepentingan umum.
c. Asas kesejahteraan artinya pajak yang dipungut digunakan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
d. Asas kesamaan artinya dalam kondisi yang sama, Wajib Pajak yang satu dengan
yang lain harus dikenakan pajak dengan jumlah yang sama.
e. Asas beban sekecil-kecilnya artinya pemungutan pajak diusahakan serendah-
rendahnya jika dibandingkan dengan nilai Objek Pajak sehingga tidak
memberatkan para wajib Pajak.
3. Menurut Adolf Wagner
a. Asas politik finansial, artinya pajak yang dipungut negara jumlahnya memadai
sehingga dapat membiayai atau mendorong semua kegiatan negara
b. Asas ekonomi, artinya penentuan Objek Pajak harus tepat.
Contoh : PPN, PPn-BM
c. Asas keadilan, artinya pungutan pajak berlaku secara umum tanpa diskriminasi.
d. Asas administrasi, yaitu menyangkut masalah kepastian perpajakan, kapan, di
mana harus membayar pajak, keluwesan cara membayar, dan besarnya pajak
e. Asas yuridis, segala pungutan pajak harus berdasarkan undang-undang
4. Asas Pemungutan Pajak di Indonesia
Berdasarkan pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945, segala pajak untuk
keuangan negara ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Dasar Pengenaan Pajak, yaitu
a. Asas domisili/asas kependudukan (domicile/residence principle)
Artinya, pengenaan Pajak Penghasilan orang pribadi atau badan adalah
penduduk (resident) yang berdomisili di negara itu.
b. Asas sumber
Artinya, pengenaan pajak penghasilan yang diperoleh orang pribadi atau badan
adalah Objek Pajak yang timbul dari negara itu. Contoh : tenaga kerja asing yang
bekerja di Indonesia akan dikenakan pajak oleh pemerintah Indonesia.
c. Asas kebangsaan (nationality/citizenship principle)
Artinya pembebanan pajak berdasarkan status kewarganegaraannya, yang
dilakukan dengan cara menggabungkan asas nasionalitas dengan konsep
pengenaan pajak atas worldwide income.
D. KEDUDUKAN HUKUM PAJAK
Hukum pajak adalah kumpulan peraturan yang mengatur hubungan antara
pemerintah dengan Wajib Pajak. Hukum pajak merupakan bagian dari hukum publik
yang mengatur hubungan antara penguasa sebagai Pemungut Pajak dan rakyat sebagai
Wajib Pajak.
Menurut Santoso Brotodihardjo, yang termasuk ke dalam hukum publik ini,
antara lain hukum tata negara, hukum pidana, dan hukum administratif, sedangkan
hukum pajak merupakan anak bagian dari hukum administratif. Sementara itu, menurut
Prof. Dr.P.J.A Adriani, hukum pajak seharusnya diberikan tempat tersendiri di
samping hukum administratif (otonomi hukum pajak) karena hukum pajak
dipergunakan sebagai alat untuk menentukan politik perekonomian, mempunyai tata
tertib, dan istilah-istilah tersendiri untuk lapangan pekerjaannya.
1. Hukum Pajak Formal
Hukum pajak formal mengatur cara untuk mewujudkan hukum material menjadi
suatu kenyataan, memuat norma tentang tata cara penetapan pajak, kewajiban
menyelenggarakan pembukuan, hak dan kewajiban Wajib Pajak, hak dan
kewajiban fiskus, tata cara pemungutan pajak. Surat Ketetapan Pajak merupakan
syarat mutlak timbulnya utang pajak. Surat Ketetapan Pajak merupakan ketetapan
yang menimbulkan hak dan kewajiban (konstitutif), tanpa ada Surat Ketetapan
Pajak , tidak ada utang pajak
2. Hukum Pajak Material
Hukum pajak material mengatur norma yang menerangkan keadaan, perbuatan,
peristiwa yang dikenakan pajak, siapa yang dikenakan pajak, besarnya pajak, dan
sanksi pajak, memuat norma tentang objek pajak, subjek pajak, tarif pajak, dan
sanksi.
Utang pajak timbul karena ada undang-undang pajak dan adanya perbuatan,
keadaan, dan peristiwa (tatbestand). Utang pajak timbul tanpa harus menunggu
adanya Surat Ketetapan Pajak dari fiskus. Wajib pajak yang mendaftar sendiri,
menghitung sendiri, membayar sendiri, dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang
terutang, tanpa menunggu Direktur Jenderal Pajak mengeluarkan Surat Tagihan
Pajak (STP) atau Surat Ketetapan Pajak.
3. Berakhirnya Utang Pajak
a. Pelunasan pembayaran : melalui kas negara, bank persepsi, kantor pos
b. Kompensasi jika Wajib Pajak untuk satu jenis pajak yang mempunyai kelebihan
pembayaran pajak, sedangkan jenis pajak lain mengalami kekurangan.
c. Penghapusan utang Wajib Pajak, utang pajak berakhir dengan cara dihapuskan
jika Wajib Pajak menghadapi kebangkrutan, kadaluwarsa, atau lewat waktu.
d. Pembebasan utang, berakhirnya utang pajak tanpa persetujuan Wajib Pajak
(biasanya diberikan terhadap sanksi administras)
e. Penundaan penagihan. Penagihan ditunda dalam jangka waktu tertentu, jika
Wajib Pajak ternyata mampu, akan ditagih, jika kemudian tidak mampu, akan
dihapus.
4. Perlawanan terhadap Pajak
Perlawanan terhadap pajak adalah hambatan-hambatan yang terjadi dalam upaya
pemungutan pajak. Perlawanan pajak dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :
a. Perlawanan pasif
Yaitu perlawanan pajak yang berkaitan erat dengan kegiatan sosial ekonomi
masyarakat karena kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat
tersebut. Contoh : masyarakat menyimpan uang di rumah atau dibelikan emas
karena belum terbiasa dengan perbankan
b. Perlawanan aktif
Yaitu serangkaian usaha yang dilakukan oleh Wajib Pajak untuk tidak
membayar pajak atau mengurangi jumlah pajak yang seharusnya dibayar, yaitu
dengan tax avoidance dan tax evasion.
E. SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK
Sistem yang diaplikasikan dalam pemungutan pajak, antara lain sebagai berikut.
a. Official Assesment System
Besarnya pajak ditentukan oleh fiskus dengan mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak. Wajib
Pajak bersifat pasif, tahapan-tahapan dalam menghitung dan memperhitungkan pajak yang
terutang ditetapkan oleh fiskus yang tertuang dalam SKP. Wajib Pajak baru aktif ketika
melakukan penyetoran pajak terutang berdasarkan Ketetapan SKP.
Indonesia pernah menggunakan sistem ini pada kurun waktu awal kemerdekaan
dengan mengadopsi atau tetap memberlakukan beberapa peraturan perpajakan buatan
Belanda hingga Pajak Orang Lain yang oleh sebagian ahli disebut sebagai Semi Self
Assesment System diberlakukan.
b. Self Assesment System
Sistem ini mulai diaplikasikan bersamaan dengan reformasi perpajakan tahun 1983 setelah
terbitnya UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang
mulai berlaku 1 Januari 1984.
Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk melaksanakan gotong royong nasional
melalui sistem menghitung, memperhitungkan, dan membayar sendiri pajak yang terutang
(self assesment). Melalui sistem ini, administrasi perpajakan diharapkan dapat
dilaksanakan dengan lebih rapi, terkendali, sederhana, dan mudah dipahami. Wajib Pajak
harus melaporkan secara teratur jumlah pajak yang terutang dan yang telah dibayar,
aparat perpajakan berkewajiban melakukan pembinaan, penelitian, dan pengawasan
terhadap pelaksanaan kewajiban perpajakan.
c. Withholding Tax System
Pemungutan dan pemotongan pajak dilakukan melalui pihak ketiga. Sistem ini tercermin
pada pelaksanaan penggunaan Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai. Contoh
PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 23, PPh Pasal 22 dan PPN.
F. JENIS PAJAK
1. Berdasarkan Lembaga Pemungutan
a. Pajak pusat
Yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah
tangga negara pada umumnya. Pengelolaannya adalah Direktorat Jenderal Pajak dan
Direktorat Jenderal Bea Cukai. Jenis Pajak yang dipungut, antara lain Pajak Penghasilan
(PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan PPn-BM, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Mulai tahun 2011 untuk PBB dan
BPHTB menjadi pajak daerah.
b. Pajak daerah
Yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk pembiayaan
rumah tangga daerah.
2. Berdasarkan Cara Pemungutan
a. Pajak langsung
Yaitu pajak yang dipikul sendiri oleh Wajib Pajak yang bersangkutan dan tidak
dilimpahkan kepada orang lain (secara ekonomis) dan dipungut secara berulang pada
waktu tertentu, misalnya setiap bulan atau tahun (berkala). Contoh : PPh dan PBB.
b. Pajak tidak langsung
Yaitu pajak yang pemungutannya tidak didaftar berdasarkan nomor kohir, tetapi jika ada
peristiwa, perbuatan tertentu, pembayar pajak dapat melimpahkan beban pajaknya kepada
orang lain. Contoh : PPN, PPnBM, Bea Cukai dan Bea Meterai.
3. Berdasarkan Sifat Pemungutan
a. Pajak subjektif
Yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan kondisi/keadaan Wajib Pajak. Penentuan
pajak harus disertai alasan objektif yang berhubungan erat dengan keadaan materialnya,
yaitu daya pikul
Penerapan di Indonesia dapat dilihat dalam pengenaan Pajak Penghasilan orang
pribadi (PPh pasal 21), sebelum dikenakan pajak terlebih dahulu penghasilan neto
dikurangkan dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
Keadaan pribadi Wajib Pajak (daya pikulnya) sangat mempengaruhi besar jumlah
pajak yang terutang. Besarnya sangat dipengaruhi oleh keadaan Wajib Pajak, pekerjaan,
banyaknya tanggungan, status kawin/tidak kawin. Contoh : Pajak Penghasilan
b. Pajak objektif
Yaitu pajak yang pengenaannya pertama-tama memperhatikan objeknya (benda, keadaan,
perbuatan, peristiwa) yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak,
kemudian ditetapkan subjeknya. Contoh : PPN, PPnBM.
G. TARIF PAJAK
Untuk menghitung besarnya pajak yang terutang diperlukan tarif pajak dan dasar
pengenaan pajak. Jenis tarif pajak antara lain sebagai berikut.
1. Tarif tetap, adalah tarif berupa jumlah atau angka yang tetap.
2. Tarif degresif, adalah tarif pajak dengan persentase semakin menurun jika dasar
pengenaan pajaknya semakin besar.
3. Tarif proporsional, adalah tarif pajak dengan persentase tertentu yang sifatnya tetap.
4. Tarif progresif, adalah tarif pajak dengan persentase tertentu yang semakin besar jika
dasar pengenaan pajaknya semakin besar
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN
Pajak yang merupakan kontribusi wajib kepada negara yang dibayar oleh individu atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, tidak menerima imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara dan untuk kemakmuran rakyat.Pajak
melakukan banyak hal, seperti mengumpulkan anggaran, mengontrol kebijakan negara,
melibatkan masyarakat, dan menstabilkan ekonomi negara.Negara yang berdasarkan
undang-undang harus memastikan pemungutan pajak yang lancar. Salah satu jaminan
hukum bagi para wajib pajak adalah bahwa mereka tidak akan diperlakukan secara
umum. Ini akan menjaga kerahasiaan mereka. Teori asuransi menggambarkannya
sebagai pembayaran premi karena mendapatkan jaminan negara. Negara bertanggung jawab
untuk menjaga keselamatan dan keamanan jiwa dan harta benda warganya.
B. SARAN
Di Indonesia, sistem perpajakan self-assesment memungkinkan wajib pajak untuk
menghitung, menetapkan, dan melaporkan pajak penghasilan mereka sendiri. Namun,
sistem perpajakan seperti ini memerlukan wajib pajak untuk lebih memahami pentingnya
pemenuhan pajak dan penghasilan sebagai objek pajak penghasilan. Untuk mencapai
tujuan ini, pemerintah, khususnya Direktorat Jendral Pajak, harus meningkatkan kampanye
sosialisasi, baik secara langsung di lapangan maupun melalui media massa. Selain itu,
harus ada peningkatan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah, khususnya Direktorat
Jendral Pajak, terhadap jajaran pegawainya yang menangani dana dari pemenuhan pajak
penghasilan untuk mencegah tindakan korup yang dilakukan oleh aparat pemeriksaan.
seperti apa yang menjadi objek pajak penghasilan. Makalah yang disusun oleh penulis
menyajikan tentang konsep dasar perpajakan. Yang dimana masih terdapat banyak
kekurangan didalam baik dalam penulisan kata, tanda baca maupun isi yang kurang sesuai.
Oleh karena itu kami berpesan agar para pembaca mengambil pelajaran positif yang
dapat menjadi wawasan yang sangat bermanfaat. Semoga dengan makalah ini kita dapat
lebih mengenal apa itu perpajakan, bagaimana bentuk sistem perpajakan itu dan lain-lain.
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo (2009).Perpajakan.Jogjakarta: Andi

Purwanto, Herry (2010). Dasar- dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak. Jakarta : Erlangga

Resmi, Siti (2011). Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat

Suandy, Erly (2011). Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat

Waluyo (2014). Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai