Anda di halaman 1dari 16

“MAKALAH”

Kelompok 1

Disajikan Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Perpajakan

Disusun oleh:

1. Nama : Qoriah Restu

Npm : 21100009

2. Nama : Purnama

Npm : 21100028

3. Nama : Yosua Marpaung

Npm : 21100003

Dosen Pengampu : Dinda vebrina, S.Pd., M.Pd.E

Mata Kuliah : Perpajakan

Program Studi : Pendidikan Akuntansi


Fakultas : Ips dan Bahasa
Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Sumatra Utara
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji Syukur yang kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas
berkat dan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami ini yang
berjudul “Apa Itu Perpajakan” dengan baik dan selesai tepat pada
waktunya. serta tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
Perpajakan yang telah mengerahkan dan membimbing kami dalam menyelesaikan
makalah ini .

Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, serta
makalah ini dapat di jadikan sebagai referensi belajar kedepannya. Kami menyadari
bahwa keterbatasan dan pengetahuan saya dalam membuat makalah masih terdapat
banyak kekuranga. Oleh karna itu, kami membutuhkan saran dan kritik yang
membangun. Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : Pendahuluan

BAB II : Pembahasan
A. : Pengertian Pajak
B. : Fungsi Pajak
C. : Sistem Pengenaandan Pemungutan pajak dan Penggolongan Pajak
D. : Wajib Pajak
E. : Masa dan Tahun Pajak
F. : Tata Cara Pendaftaran Wajib Pajak
G. : Kewajiban Wajib Pajak
H. : Kewajiban Membayar Pajak
I. : Sanksi Pajak

BAB III : Penutupan


A. : Kesimpulan
B. : Saran

Daftar Pustaka
BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Untuk mengerti dan memahami peraturan perundang – undangan pajak dengan


baik, diperlukan terlebih dahulu penguasaan asas – asas dan dasar – dasar pajak. Pajak
diatur dengan undang – undang. Oleh karena itu pajak harus mempunyai dasar hokum
yang kuat. Untuk mengerti pajak dengan baik, diperlukan juga sekadar pengetahuan
tentang hukum, ekonomi, politik, sosiologi, filsafat, dan sebagainya.

Pembuatan undang – undang adalah suatu perbuatan yang menentukan


peraturan atau norma yang mengikat umum, oleh karena itu harus dilakukan secara
cermat dan hati – hati. Maka pembuatan rancangan undang – undang harus seorang
sarjana Hukum dan wajib menguasai teknik pembuatan undang – undang (legal
dratting) serta wajib pula menguasai penggunaan Bahasa hukum yang memungkinkan
kepadanya menyusun atau peraturan perundangan yang tepat, tegas, tidak ambigius
(mempunyai makna ganda), yang menjamin kepastian hukum. Untuk itu perlu juga
dipahaminya arti hukum dan makna istilah hukum.

Pada masa lampau pajak digunakan sebagai alat untuk memberikan macam –
macam insentif kepada wajib pajak untuk mencapai tujuan tertentu, seperti menarik
modal asing ke Indonesia untuk diinvenstasikan dalam berbagai – bagai proyek yang
mendukung pembangunan di Indonesia, atau untuk memasyarakatkan bentuk
koperasi, untuk menggalakan penggunaan jasa akuntan publik, untuk mendorong
perkembangan pasar modal, dan sebagaiannya pajak – pajak juga dapat digunakan
untuk mencapai tujuan ekonomi, sosial, dan politik.

Pajak di masa inflasi, atau pula dapat digunakan untuk mencegah atau
menghambat inflasi, atau pula dapat digunakan untuk mendorong orang agar lebih
bersikap sosial, dan sebagainya. (Asas dan dasar perpajakan edisi 1 revisi pendapat:
Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro, SH dan Dewi Kania Sugiharti, SH., MH. Ritika
ADITAMA Hal 1-3).

Berdasarkan Pasal 28 ayat 5 UU KUP, pembukuan diselenggarakan dengan


prinsip atau asas konsisten. Artinya, apabila Wajib Pajak telah memilih salah satu
metode tersebut harus diketahui setiap tahunnya secara konsisten.
Berdasarkan Pasal 28 ayat 8 UU KUP, ditetapkan setiap adanya perubahan
dalam prinsip maupun metode penghitungan dalam pembukuan harus mendapat
persetujuan Direktur Jendral Pajak, untuk dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu
tentang ada tidaknya objek pajak yang timbul akibat adanya perubahan tersebut
(Akuntansi Pajak Edisi Revisi Penulis Djoko Muljono Penerbit ANDI Hal 3-4).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi masalah pada makalah ini
adalah:

1. Apa Pengertian Pajal?

2. Apa fungsi Pajak dalam kehidupan masyarakat?

3. Apa saja sistem pengenaan dan, pemungutan Pajak dan Pengolahan Pajak?

C. Tujuan

1. Untuk mengembangkan pengunaan jasa akuntan publik

2. Untuk mengembangkan pasar modal

3. Mengatur tingkat pendapat sektor Swasta

4. Meningkatkan penggunaan bentuk koperasi sebagai badan usaha


BAB II

Pembahasan

1. Pengertian Pajak

Pajak merupakan gejala sosial dan hanya terdapat dalam suatu masyarakat.
Masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat hukum atau Gemeins chaft menurut
istilah Ferdinad Tonnies, bukan masyarakat yang bersifat Geselschaft. Perlu diketahui,
bahwa bahwa manusia hidup bermasyarakat masing – masing (individu) membawa
hak dan kewajiban. Akan tetapi dalam hal ini ada proses timbal balik antara individu
dan masyarakat. Artinya, ada hak dan kewajiban masyarakat terhadap individu. Perlu
diketahui juga dalam hal ini ada pembatasan hak – hak asasi manusia (individu) oleh
masyarakat (Asas dan dasar perpajakan edisi 1 revisi pendapat: Prof. Dr. H. Rochmat
Soemitro, SH dan Dewi Kania Sugiharti, SH., MH. Ritika ADITAMA).

Pajak sebenarnya adalah utang, yaitu utang anggota masyarakat kepada


masyarakat. Utang menurut pengertian hukum adalah perkaitan (verbintenis).
Perkaitan adalah istilah hukum yang perlu dipahami maknanya. Ilmu hukum
membahas timbulnya dan hapusnya perikatan (utang pajak), membahas daluwarsa,
membahas, preterlusi utang, paksa, sita, peradilan, pelanggaran, dan sebagainya. (Asas
dan dasar perpajakan edisi 1 revisi pendapat: Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro, SH dan
Dewi Kania Sugiharti, SH., MH. Ritika ADITAMA).

Pajak, ditinjau dari segi mikroekonomi, merupakan peralihan uang (harta) dari
sektor swasta/individu ke sektor masyarakat/pemerintah, tanpa ada imbalan yang
secara langsung dapat ditunjuk. Pajak mengurangi pendapatan seseorang, dan sudah
barang tentu mengurangi daya beli individu dan pengurangan daya beli individu ini
mempunyai dampak besar pada ekonomi individu (mikroekonomi), sehingga pajak
dapat mengubah pola konsumsi dan pola hidup individu. Pemungutan pajak ada di
tangan pemerintah, dan pembuatan peraturan pajak dipersiapkan oleh pemerintah,
walaupun kemudian diajukan kepada dewan perwakilan rakyat untuk mendapatkan
pesertujuannya. Dalam menyusun peraturan pajak, pemerintah memasukkan politik
yang di kehendakinya. Dalam menyusun peraturan pakjak. Dengan kata lain, pajak
dapat digunakan oleh pemerintah selagi alat untuk mencapai tujuan politiknya
walaupun sebagian orang mengatakan bahwa pajak harus bersifat netral. Pemerintah
yang berhaluan kanan pasti akan menjabarkan politiknya dalam peraturan pajak yang
dibentuknya sebagai bukti kami dapat ke negara – negara di dunia yang berhaluan
liberial , demokratis dank e negara – negara yang berhaluan komunis; di situ jelas
Nampak bahwa sistem perpajakkannya berlainan. Jadi, jika ada orang yang
mengatakan bahwa pajak – pajak itu harus netral, penulis kurang dapat
menyutujuinya.

2. Fungsi Pajak

Fungsi pajak adalah mengolah data kuantitatif yang akan digunakan untuk
menyakinkan laporanya keuangan yang memuat perhitungan perpajakan. Laporan ini
kelak akan digunakan dalam pengambilan keputusan (Akuntansi Pajak Edisi Revisi
Hal 5 Djoko Muljono)

Tujuan kualitatif Pajak antara lain sebagai berikut:

 Relevan
 Dapat dimengerti
 Daya uji
 Netral
 Tepat Waktu
 Daya banding
 Lengkap
 Relevan
Laporan keungan yang dihasilkan dalam akuntansi pajak harus relevan, antara
data yang dimiliki wajib pajak dengan adanya kewajiban ataupun hak yang timbul
dalam perpajakan. Berdasarkan pasal 28 ayat 9, catatan termasuk laporan keungan
yang dihasilkan dapat dipergunakan untuk menghitung besarnya penghasilan kena
pajak dan besarnya pajak yang terhutang. (Hal 6) – Penerbit ANDI.

Dapat Dimengerti
Laporan yang dihasilkan dalam akuntansi pajak harus dapat dimengerti, baik
oleh wajib pajak maupun oleh pihak lain termasuk oleh fiscus (apparat perpajakan).
Berdasarkan pasal 28 ayat 41 pembukuan diselenggarakan dengan menggunakkan
huruf latin dan angka arab, satuan mata uang rupiah, dengan menggunakan Bahasa
Indonesia dihasilkan dapat dimengerti. (Hal 6)

Daya Uji
Laporan keuangan yang dihasilkan dalam akuntansi pajak harus mempunyai
daya uji, perhitungan yang dilakukan oleh wajib pajak akan menghasilkan angka yang
sama apa bila dilakukan oleh pihak lain termasuk oleh fiscus. Berdasarkan pasal 28 ayat
9 UU KUP bahwa catatan yang dipergunakan untuk menghitung penghasilan kena
pajak yang dilakukan oleh wajib pajak akan menghasilkan angka yang sama apabila
dihitung oleh Wajib Pajak akan menghasilkan angka yang sama apabila dihitung oleh
pihak lain, termasuk oleh fiscus. (Hal 6)

Netral
Laporan keuangan yang dihasilkan dalam akuntansi pajak harus netral, tidak
memihak kepada Wajib Pajak dan juga tidak memihak kepada pihak lain termasuk
pihak negara (pihak yang sangat berkaitan dengan penerima perpajakan). Berdasarkan
pasal ayat 28 ayat 3 UU KUP, pembukuan yang dilakukan oleh wajib pajak harus
berdasarkan itikad baik dan mencerminkan keadaan yang sesungguhnya. (Hal 7)

Tepat Waktu
Laporan keuangan yang disajikan dalam akuntansi pajak harus tepat waktu,
sesuai dengan tahun takwih atau tahun yang dipergunakan oleh wajib pajak
berdasarkan pasal 1 ayat 7 UU PPh, laporan keuangan wajib pajak dibuat berdasarkan
tahun takwih atau tahun buku. (Hal 7)

Daya Banding
Laporan keuangan yang dihasilkan dalam akuntansi pajak harus memiliki daya
banding, terutama dengan peraturan perpajakan. Berdasarkan penjelasan pasal 28 ayat
7 UU KUP, pembukuan harus diselenggarakan dengan cara atau sistem yang lazim
dipakai di Indonesia, seperti berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK), atau
berdasarkan ketentuan peraturan perundangan. (Hal 7)

Lengkap
Laporan keuangan yang disajikan dalam akuntansi harus lengkap, tidak
terdapat data yang tidak terakumulasi dalam laporan keuangan. Berdasarkan pasal 28
ayat 7 UU KUP pembukuan sekurang – kurangannya memuat catatan harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, serta pembelian dan penjualan.

3. Sistem Pengenaan Dan Pemungutan Pajak Dan Penggolongan Pajak


Sistem adalah suatu kerangka dari procedure-procedure yang saling
berhubungan dan yang disusun sesuai suatu skema yang menyuluruh untuk
melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama perusahaan (Akuntansi Pajak Edisi
Revisi Hal.16 Penulis Djoko Muljono Penerbit ANDI).Procedure adalah suatu urutan-
urutan pekerjaan kerani,biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu bagian atau
lebih, disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi-
transaksi perusahaan yang sering terjadi (Hal.16)

1. Self Assement System Pemungutan Pajak


Merupakan salah satu sistem pemungutan yang berlaku di Indonesia dimana
sistem ini membebankan penetuan besaran pajak bersangkutan secara mandiri.
Ciri – ciri Self Assessment System
 Penentuan atas besaran pajak terutang dilakukan oleh wajib pajak itu sendiri
 Pemerintah tidak perlu lagi mengeluarkan surat ke tetapan pajak

2. Official Assessment System


Merupakan sistem pemungutan perpajakan yang memberikan wewenang
kepada wajib pajak untuk menentukan besarnya pajak terutang pada focus atau aparat
perpajakan sebagai pemungutan pajak.
Ciri – ciri Official Asseasment System
 Sifat wajib pajak pasti dalam perhitungan pajak karena berdasarkan pajak
terutang dihitung oleh petugas pajak (fikrs) yang dipilih dalam pengolaan pajak.
 Pajak terutang timbul setelah petugas pajak menghitung pajak yang terutang
dengan diterbitkan surat ketetapan pajak.
 Pemerintah mempunyai hak penuh dalam menentukan besarnya pajak yang
wajib dibayarkan oleh wajib pajak

3. With Holding
Ciri dari sistem pajak ini adalah pihak bertiga memiliki wewenang dalam
menentukan berapa besar pajak yang harus di bayar.

SISTEM PENGGOLONGAN PAJAK

1. Berdasarkan Sifatnya

A. Pajak Lansung
Adalah pajak – pajak yang bebannya harus di tanggung sendiri oleh wajib pajak
dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain serta dikenakan secara berulang –
ulang pada waktu tertentu, contohnya pajak penghasilan (PPH)

B. Pajak Tidak Lansung


Adalah pajak yang bebannya bisa dilimpahkan kepada orang lain dan hanya
dikenakan kepada hal – hal tertentu saja. Contohnya pajak pertambahan nilai dan pajak
penjualan atas barang mewah.

2. Berdasrkan Lembaga Pemunglitannya

A. Pajak Pusat
Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat yang dalam peaksanaanya
dilakukan oleh departemen keuangan melalui Direktorat Jendral Pajak.
Jenis – jenis pajak yaitu pajak penghasilan, pajakbumi dan bangunan, pajak
pertambahan nilai, dan pajak penjualan atas barang mewah, pajak perolehan ha katas
tanah dan bangunan, serta bea materi.

B. Pajak Daerah
Adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada di tangan pemerintah
daerah yang dilaksanakannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah.
Pajak daerah provinsi antara lain pajaak kendaraan bermotor, bea balik nama
kendaraan bermotor, pajak bahan bakar bermotor, pajak air permukaan, dan pajak
rokok.
Sedangkan pajak kabupaten/kota meliputi pajak hotel pajak restoran, pajak
mineral, bukan logam atau batuan, pajak parkir, pajak air tanah, pajak sarang burung
wallet, pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkantoran, serta bea hak atas tanah
dan bangunan.

3. Berdasarkan Sasarannya

A. Pajak Subyektif
Adalah jenis pajak yang dikenakan dengan pertama – tama memperhatikan
keadaan pribadi pajak (Subyeknya). Contohnya pajak penghasilan.

B. Pajak Obyektif
Adalah jenis pajak yang dikenakan dengan memperhatikan obyeknya terlebih
dahulu, berupa perbuatan atau peristiwa yang menyebabkan timbulya kewajiban
membayar pajak. Contohnya pajak pertambahan nilai.

4. Wajib Pajak

Wajib pajak menurut Pasal 1 huruf a ketentuan umum Perpajakan adalah orang
atau badan yang menurut ketentuan undang – undang perpajakan. Wajib pajak adalah
subjek pajak yang memenuhi syarat – syarat objektif, jadi memenuhi fatbest band yang
ditentukan oleh undang – undang, yaitu dalam rangka UU PPh 1984, menerima atau
memperoleh penghasilan yang melebih Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP) bagi
wajib pajak dalam negeri.
Jadi jika kita rusumuskan, wajib pajak adalah orang atau badan yang sekaligus
memenuhi syarat – syarat subjektif dan syarat – syarat objektif. Syarat Subjektif
merupakan subjek pajak, tetapi belum tentu merupakan wajib. Sebab, untuk menjadi
wajib pajak, subjek pajak tersebut harus memenuhi syarat objektif, yaitu menerima atau
memperoleh penghasilan kena pajak. Subjek pajak baru merupakan sesuatu yang
potensional, belum mempunyai kewajiban yang harus dipenuhi, antara lain: (Asas dan
dasar perpajakan edisi 1 revisi pendapat: Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro, SH dan Dewi
Kania Sugiharti, SH., MH. Ritika ADITAMA Hal. 5A).
a) Mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) (Pasal
2 UU Ketentuan Umum );
b) Mengambil sendiri Blangko Surat Pemberitahuan (Pasal 3 ayat (2) UU Ketentuan
Umum);
c) Mengisi Surat Pemberitahuan (Pasal 4 ayat 1 UU Ketentuan Umum);
d) Memasukkan Surat Pemberitahuan (Pasal 3 (1) UU Ketentuan (Umum);
e) Mengadakan Pembukaan Atau Menerapkan Norma penghitungan (Pasal 28 UU
Ketentuan Umum );
f) Membayar Pajak dan sebagainya (Pasal 9 ayat (1) Pasal 10 ayat (1) UU Ketentuan
Umum);
g) Memperlihatkan Pembukaan (Pasal 29 ayat (3) UU Ketentuan Umum); (Hal 59)

Masa Pajak Dan Tahun Pajak

Pengertian dari masa pajak dan bagian tahun pajak tercantum dalam Undang –
Undang nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sebagaimana telah beberapa kali di ubah terakhir dengan Undang – Undang Nomor 28
tahun 2007 (UU KUP).
Dalam Pasal 1 angka 7 UU KUP, masa pajak adalah jangka waktu yang menjadi
dasar bagi wajib pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan yang terutang
dalam suatu jangka waaktu tertentu sebagai mana di tentukan dalam Undang –
Undang ini (UU KUP).
Dalam Pasal 2 A UU KUP, masa pajak adalah sama dengan 1 bulan kalender
atau jangka waktu lain yang diatur dengan peraturan Menteri Keuangan paling lama 3
bulan kalender.
Contoh Masa Pajak antara lain;
 Masa Pajak Januari
 Masa Pajak Febuari
 Masa Pajak Maret
 Masa Pajak April
 Masa Pajak Mei
 Masa Pajak Juni
 Masa Pajak Juli
 Masa P ajak Agustus
 Masa Pajak Septermber
 Masa Pajak Oktober
 Masa Pajak November
 Masa Pajak Desember
Dalam Pasal 1 angka 8 UU KUP, pengertian tahun pajak adalah jangka waktu 1
tahun kalender kecuali bila wajib pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama
dengan tahun kalender. Berdasarkan defenisi terkuat dapat disimpulkan bahwa tahun
pajak akan mengikuti tahun buku wajib pajak.
Wajib Pajak diperbolehkan menggunakan tahun pajak yang tidak sama dengan
tahun kalender dengan syarat konsisten selama 12 bulan dan melapor kepada Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) setempat.
Contoh cara menentukan suatu tahun pajak adalah sebagai berikut:
 Tahun Pajak sama dengan tahun kalender di mulai 1 januari 2015 dan berakhir
31 Desember 2015, disebut tahun pajak 2015
 Tahun Pajak tidak sama dengan tahun kalender pembukuan dimulai 1 juli 2014
dan berakhir 30 juni 2015.

Tata Cara Pendaftaran Wajib Pajak


Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pada prinsipnya dapat
dilakukan secara tertulis maupun elektronik dengan dilampiri dokumen yang
diisyarakat rincian masing – masing dokumen untuk setiap jenis Wajib Pajak dapat
dilihat pada tautan berikut.

1. Pendaftaran NPWP secara tertulis


1) Mengisi dan menandatangani formulis pendaftaran Wajib Pajak
2) Melampirkan dokumen yang diisyaratkan
3) Permohonan secara langsung
4) Melalui pos dengan bukti pengiriman surat
5) Melalui perusahan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat

2. Pendaftaran NPWP Secara Elektronik


1) Mengisi dan menyampaikan formulir pendaftaran Wajib Pajak
2) Mengunggah (upload) Salinan digital (soft copy) dokumen yang diisyaratkan.

Kewajiban Wajib Pajak

Telah ditegaskan bahwa wajib pajak merupakan subjek hukum konteks hukum
pajak karena telah memenuhi syarat – syarat subjektif dan syarat – syarat objektif untuk
kenakan pajak.
Kewajiban wajib pajak yang harus dilaksanakan sebagai mana yang ditentukan,
antara lain sebagai berikut.
1. Wajib Pajak wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jendral Pajak yamg
wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan wajib dan
kepadanya diberikan nomor pokok wajib pajak.
2. Wajib Pajak wajib melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jendral Pajak
yang wilayah kerjanya tempat tinggal atau tempat kedudukan pengusaha, dan
kegiatan usaha dilakukan untuk di kukuhkan sebagai pengusaha ketua pajak,
dan kepadanya diberikan keputusan pengukuhan pengusaha kenak pajak.
3. Wajib Pajak wajib mengambil sendiri surat pemberitahuan di tempat-tempat
yang ditetapkan oleh pejabat pajak yang mudah di jangkau oleh wajib pajak.
4. Wajib Pajak wajib mengisi dengan jelas, benar, dan leangkap serta
ditandatangani sendiri surat pemberitahuan, kemudian mengambalikan
kekantor Direktorat Jendral Pajak, dilengkapi dengan lampiran-lampiran.
5. Membuat faktur pajak merupakan kewajiban pengusaha kenak pajak.
Kewajiban Membayar Pajak
Membayar pajak pada dasarnya adalah kewajiban bagi warga Negara Indonesia,
terutama mereka yang sudah di kenai tanggung jawab perpajakan. Jika melanggar atau
tidak mematuhinya, akan mendapat hukuman, seperti denda bunga, hingga kurungan
penjara.
Sanksi Pajak
Sanksi Pajak di Indonesia terdiri dari dua jenis sanksi administrasi dan sanksi
pidana yang di atur dalam UU No. 28 tahun 2007. Kita akan membahas khususnya
sanksi administrative merupakan sanksi diman wajib pajak harus membayarkan
sejumlah uang kepada neraga karena telah melanggar praturan yang berlaku. Sanksi
administrative terdiri dari sanksi denda, sanksi bunga, sanksi kenaikan.

Sanksi Pajak Berupa Denda


Sanksi denda diberikan pada wajib pajak yang melanggar aturan yang berlaku,
baik keterlambatan ataupun tidak melaporkan sama sekali.

Sanksi Pajak Berupa Bunga


Sanksi bunga diberikan pada wajib pajak yang melakukan pelanggaran yang
berhubungan denga kewajiban membayar pajak.

Sanksi Pajak Berupa Kenaikan


Sanksi kenaikan akan diberikan kepada pihak wajib pajak jika mereka
melakukan pelanggaran seperti pemalsuan data, manipulasi jumlah pendapatan
dengan dikecilkan agar pihak yang dikenakan lebih sedikit hingga kecurangan lainya.

Melanggar Peraturan Pajak


 Tidak mendaftarkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
 Tidak mendaftarkan bisnis sebagai pengusaha kenak pajak
 Tidak menyampaikan SPT
 Penyalahgunaan NPWP atau PKP
 Menyampaikan SPT dengan informasi yang tidak sah atau lengkap.
BAB III
Penutupan
A. Kesimpulan
Pajak adalah iuran wajib rakyat kepada kas negara bedasarkan undang – undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kotraprestasi), yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untukmembayar pengeluaran umum.

B. Saran
Sistem perpajakan di Indonesia yang menggunakan Self Assement System ini
memang memberikan kebebasan bagi wajib pajak orang pribadi untuk menghitung
menetapkan dan melaporkan sendiri pajak penghasilannya, akan tetapidengan sistem
perpajakan seperti ini wajib pajak harus lebih ditingkatkan kesadaran dan pemahaman
mengenai pentingnya pemenuhan pajak serta mengenai penghasilan seperti apa yang
merupakan objek pajak penghasilan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara seperti :
1. Perlunya peningkatan sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah khususnya
Direktorat Jendral Pajak baik melalui media massa ataupun sosialisasinya secara
langsung dilapangan.
2. Perlunya peningkatan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah khususnya
Direktorat Jendral Pajak terhadap jajaran pegawainya yang mengelola dan dari
pemenuhan pajak penghasilan agar tidak terjadi lagi kasus korupsi yang
dilakukan oleh apparat pemerintah.
3. Wajib pajak sendiri sebanyaknya memahami pentingnya pemenuhan pajak
penghasilannya, karena pajak penghasilan yang dibayar oleh wajib pajak akan
digunakan sebagai biaya bagi pembangunan nasional yang dilakukan oleh
pemerintah, maka wajib pajak harus memenuhi pajak penghasilannya setiap
tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Asas dan Dasar Perpajakan Edisi 1 Revisi Penulis; Prof. Dr. H. Rochmat, SH dan
Dewi Karia Sugiharti, SH, MM. Retika ADITAMA Hal. 1, 2, dan 3;
Akuntan Pajak Edisi Kevisi Penulis; Djoko Muljono Penerbit Andi Hal. 3, 4, 6,
dan 16.

Anda mungkin juga menyukai