Anda di halaman 1dari 15

PELUNASAN PAJAK DALAM TAHUN BERJALAN

DAN MACAM PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN

MAKALAH

DOSEN PENGAMPU
DRA. SUSFA YETTI, M.SI, AK.

DISUSUN
O
L
E
H
KELOMPOK 7 :
1. CLARISA PRAGITA C1C022091
2. M. FAJRI C1C022063

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS JAMBI

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis
mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah dengan judul “Pelunasan Pajak Dalam Tahun Berjalan dan
Macam Pemungutan Pajak Penghasilan”.
Dengan terselesaikannya makalah ini, penulis haturkan ucapan terimakasih
kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini. Terutama
kepada Ibu Dra. Susfa Yetti, MSi.,Ak, selaku dosen pengampu mata kuliah
“Perpajakan 1”. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan pembaca. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan. Namun
kami sebagai penyusun tetap mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
konstruktif sehingga bisa menjadi acuan dalam penyusunan makalah selanjutnya.

Jambi, 27 Mei 2023

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I ....................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................... 2

BAB II ..................................................................................................................... 3

KAJIAN TEORI .................................................................................................... 3

2.1 Pelunasan Pajak Dalam Tahun Berjalan ............................................. 3

2.2 Macam Pemungutan Pajak Penghasilan ............................................ ..6

BAB III.................................................................................................................. 10

PENUTUP............................................................................................................. 10

3.1 Kesimpulan ……...…………………………….…………………….10

3.2 Saran …………………………………………..……………………11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kata ‘pajak’ berasal dari bahasa latin ‘taxo’ yang memiliki arti iuran wajib
yang dibayarkan oleh rakyat untuk kepentingan pemerintah dan kepentingan
masyarakat itu sendiri. Dimana pun kita berada selalu di pungut pajak baik itu di
rumah, di sekolah, di rumah sakit, di pusat perbelanjaan (mall) dan di tempat-
tempat lainnya. Pajak juga merupakan pungutan wajib orang pribadi maupun
badan usaha yang bersifat memaksa sebagai balas jasa atas konstribusi yang telah
diberikan oleh pemerintah, uang tersebut nantinya akan digunakan untuk
mensejahterahkan rakyat seperti membangun fasilitas umum layaknya rumah sakit,
stasiun, jalan raya, jalan tol, sekolah dan lain-lain.
Pada mulanya, pajak bukan sebuah pungutan, melainkan pemberian secara
sukarela yang diberi oleh rakyat kepada raja yang sudah menjaga kepentingan
negara, melindungi negara dari serangan musuh, membayar pegawai kerajaan, dan
lain-lain. Umumnya, warga negara yang tidak memberikan penyetoran dalam
bentuk natura diharuskan untuk mengerjakan hal yang berkaitan dengan
kepentingan umum dalam periode yang telah ditentukan.
Seiring berjalannya waktu, pemberian upeti oleh rakyat tidak lagi dipakai
demi kepentingan suatu pihak saja, melainkan mulai mengarah ke kepentingan
rakyat. Dengan demikian, pemberian harta dari rakyat dipakai demi kepentingan
rakyat juga. Contoh, menjaga keamanan rakyat, membangun saluran air dan sarana
sosial, maupun yang lainnya. Selain itu, pada akhirnya dibuat sebuah aturan yang
lebih baik dengan memedulikan unsur keadilan. Oleh sebab itu, rakyat pun
dilibatkan dalam pembuatan aturan-aturan pemungutan pajak sebab hasil pajak
tersebut nantinya dipakai demi kepentingan rakyat.
Kewajban sebagai warga negara yang baik salah satunya adalah membayar
pajak hal ini juga dijelaskan dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Tahun 1945 pada pasal 23A yang berbunyi sebagai berikut : “Pajak dan pungutan
lainnya yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-

1
undang". Dasar hukum pemungutan pajak juga dimuat dalam dasar hukum
ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah Undang-Undang Nomor 6 Tahun
1983 sebagai mana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2009 yang berbunyi: “Pajak adalah konstribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka, rumusan masalah adalah sebagai


berikut ;

1. Bagaimana pelunasan pajak dalam tahun berjalan?

2. Apa saja macam pemungutan pajak penghasilan?

1.3. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka, tujuan penulisan adalah sebagai


berikut ;

1. Untuk menjelaskan mengenai pelunasan pajak dalam tahun berjalan.

2. Untuk menjelaskan macam dari pemungutan pajak penghasilan.

2
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Pelunasan Pajak Dalam Tahun Berjalan

Ditinjau dari administrasi pemungutan pajak, pajak penghasilan merupakan


pajak langsung, yaitu suatu jenis pajak yang pemungutannya dilakukan secara
periodik atau berkala, yaitu setahun sekali. Tahun yang dimaksud adalah tahun
pajak atau disebut sebagai tahun takwim (suatu tahun yang diawali 1 Januari
sampai 31 Desember). Saat terhutangnya pajak penghasilan adalah akhir tahun
pajak yaitu 31 Desember. Oleh karena itu setelah berakhirnya tahun pajak, pada
diri wajib pajak timbul hutang pajak.
Berdasarkan UU No. 17 tahun 2000, yang telah diubah dengan UU No. 36
tahun 2008, pajak penghasilan dalam pemungutannya menerapkan self assesment,
yaitu suatu sistem yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menghitung
sendiri utang pajaknya. Sesuai dengan saat terutangya pajak adalah pada akhir
tahun pajak, maka setiap setelah berakhirnya tahun pajak, wajib pajak menghitung
sendiri utang pajaknya sekaligus mengisi surat pemberitahuan tahunan (SPT) pajak
penghasilan. Hasil perhitungan bila terdapat kurang bayar untuk orang pribadi
harus dilunasi paling lambat 31 Maret tahun takwim berikutnya dan SPT PPh harus
disampaikan kepada Kantor Pelayanan Pajak selambat-lambatnya 31 Maret tahun
Takwim berikutnya. Hasil perhitungan bila terdapat kurang bayar untuk Badan
harus dilunasi paling lambat 30 April tahun takwim berikutnya dan SPT PPh harus
disampaikan kepada Kantor Pelayanan Pajak selambat-lambatnya 30 April tahun
Takwim berikutnya.
Sistem pemungutan pajak secara periodik setahun sekali ini mengandung
kelemahan, baik bagi pemerintah sebagai pihak yang berkepentingan terhadap
tersediaanya dana untuk pelaksanaan tugas pemerintah, juga bagi diri wajib pajak
yang merasa keberatan bila hutang pajaknya harus dibayar sekaligus setelah
berakhirnya tahun pajak. UU No. 36 Tahun 2008 memberi kesempatan kepada
wajib pajak untuk mengangsur atau mencicil setiap bulannya. Angsuran atau

3
cicilan yang dilaksanakan dalam tahun berjalan itulah yang disebut “Pelunasan
Pajak dalam Tahun Berjalan”.
Sesuai dengan uraian ditas maka sifat pelunasan pajak dalam tahun berjalan
adalah merupakan pembayaran pendahulan atau disebut pula dengan pembayaran
dimuka atau kredit pajak. Karena sifatnya yang merupakan pemungutan angsuran
itulah maka dapat dikreditkan sewaktu menghitung besarnya pajak terhutang setiap
akhir tahun.
Contoh Perhitungan :
1. Wajib pajak badan yang selama tahun 2015 telah menerima atau
memperoleh penghasilan kena pajak (PhKP) sebesar Rp.
1.500.000.000 dengan peredaran bruto Rp 52.000.000.000. Dan
selama tahun 2015 tersebut, wajib pajak telah melunasi pajak
angsuran (PPh Pasal 25) sejumlah Rp. 120.000.000. Hitunglah PPh
yang masih harus dibayar !.
Jawab
25 % X Rp. 1.500.000.000,- = Rp. 375.000.000,-
Pelunsan pajak dalam tahun berjalan ( = Rp. 120.000.000,- )
Pajak yang masih harus dibayar = Rp. 255.000.000,-

Pada dasarnya, pelunasan PPh dalam tahun pajak berjalan dapat dilakukan
melalui:
1. pemotongan PPh oleh pihak lain sehubungan dengan penghasilan dari
pekerjaan, jasa, atau kegiatan sesuai PPh Pasal 21, pemungutan PPh atas
penghasilan dari usaha sesuai PPh Pasal 22, dan pemotongan PPh atas
penghasilan dari modal, jasa, dan kegiatan tertentu sesuai PPh Pasal 23;
dan
2. pembayaran oleh Wajib Pajak sendiri sesuai PPh Pasal 25.

Pelunasan PPh dalam tahun pajak berjalan tersebut merupakan angsuran PPh
yang boleh dikreditkan terhadap PPh yang terutang untuk Tahun Pajak yang
bersangkutan, kecuali untuk penghasilan yang dikenakan PPh bersifat final. Melalui
pelunasan PPh dalam tahun berjalan, diharapkan PPh terutang yang masih harus

4
dibayar di akhir tahun (jika ada) dapat diminimalkan sehingga memberikan
kenyamanan bagi Wajib Pajak. Dengan demikian, untuk Wajib Pajak dalam negeri
dan bentuk usaha tetap (BUT), PPh yang terutang di akhir tahun pajak dihitung
dengan mengurangkan PPh yang terutang pada tahun pajak tersebut dengan
pelunasan PPh dalam tahun berjalan (kredit pajak) yang meliputi:
a. pemotongan PPh atas penghasilan dari pekerjaan, jasa, dan kegiatan
sesuai PPh Pasal 21;
b. pemungutan PPh atas penghasilan dari kegiatan di bidang impor atau
kegiatan usaha di bidang lain sesuai PPh Pasal 22;
c. pemotongan PPh atas penghasilan berupa dividen, bunga, royalti, sewa,
hadiah dan penghargaan, dan imbalan jasa sesuai PPh Pasal 23;
d. PPh yang dibayar atau terutang atas penghasilan dari luar negeri yang
boleh dikreditkan sesuai PPh Pasal 24;
e. Pembayaran PPh yang dilakukan oleh Wajib Pajak sendiri sesuai PPh
Pasal 25;
f. Pemotongan PPh atas penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 26 yang
bersifat tidak final.

Perlu dipahami bahwa sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan


kenaikan serta sanksi pidana berupa denda tidak boleh dikreditkan dengan PPh
yang terutang di akhir tahun. Apabila PPh yang terutang untuk suatu tahun pajak
ternyata lebih besar daripada kredit pajak, kekurangan pembayaran pajak harus
dilunasi sebelum SPT Tahunan PPh disampaikan. Namun jika PPh yang terutang
lebih kecil daripada kredit pajak, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan
setelah diperhitungkan dengan utang pajak berikut sanksinya.
Adapun pelunasan pajak sesudah Tahun Pajak Berakhir dilakukan dengan
cara :
a. Membayar pajak yang kurang disetor yaitu dengan cara menghitung
sendiri jumlah Pajak Penghasilan terutama untuk suatu Tahun Pajak
dikurangi dengan jumlah kredit pajak tahun yang bersangkutan.
b. Membayar pajak yang kurang disetor berdasarkan surat ketetapan
pajak atau surat tagihan pajak yang ditetapkan oleh Dikjen pajak

5
apabila terdapat bukti bahwa jumlah Pajak Penghasilan terutang tidak
benar.

2.2 Macam Pemungutan Pajak Penghasilan


a. PPh Pasal 21
Pemotongan PPh atas gaji, upah, honorarium dan imbalan lainnya
berkenaan dengan hubungan kerja. Pembayaran PPh pasal 21 adalah
pajak penghasilan yang dibayarkan oleh pemberi kerja atas penghasilan
yang diterima karyawan atau pegawai. PPh pasal 21 yang umumnya
dibayarkan oleh pemberi kerja :
 Gaji pokok
 Tunjangan tetap
 Bonus
 THR
 Penghasilan yang diterima oleh mantan karyawan
 Penghasilan yang diterima oleh karyawan atau pegawai yang
telah meninggal dunia.
b. PPh Pasal 22
Pembayaran PPh pasal 22 adalah pajak penghasilan yang dibayarkan
oleh pengusaha atas penghasilan yang diterima dari penjualan barang
atau jasa. PPh Pasal 22 yang umunnya dibayarkan oleh pengusaha :
 Penjualan Impor
 Penjualan Barang Kena Pajak
 Penjualan Barang Tidak Kena Pajak
 Penjualan Jasa
 Penjualan Saham
 Penjualan Aset Tetap

6
Kewajiban pembayaran pajak oleh importir sewaktu melakukan impor
barang,
 Menggunakan angka pengenal impor/API (Tarif 2,5% X nilai
impor ).
 Tanpa API (Tarif 7,5% X nilai impor )

Pemotongan oleh bendaharawan termasuk bendaharawan pemerintah


daerah atas pembayaran kepada rekanan, atau dengan kata lain
pembelian yang dibiayai oleh APBN/APBD (Tarif 1,5% X Harga
Pembelian ) Pemotongan pajak penghasilan oleh Pertamina, Bulog,
Industri rokok, Industri Baja , dan industri tepung terigu, atau dengan
kata lain penjualan atas hasil produksi ( % Tarif pajak X DPP PPN ).
c. PPh Pasal 23
Pembayaran PPh Pasal 23 adalah pajak penghasilan yang dibayarkan
oleh wajib pajak atas penghasilan yang diterima dari sumber
penghasilan tertentu. Berikut adalah beberapa jenis pembayaran PPh
pasal 23 yang umumnya dibayarkan oleh wajib pajak :
 Bunga deposito
 Sewa property
 Royalty
 Jasa teknis
 Jasa lain-lain

Pemotongan pajak atas penghasilan yang berasal dari modal,


penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang dipotong
PPh pasal 21,
 Tarif 15% X Penghasilan bruto (untuk bunga, deviden, royalti
dan hadiah)
 Tarif 15% X Penghasilan neto (untuk sewa dan penghasilan
atas penggunaan harta, imbalan sehubungan dengan jasa yang
diberikan tersebut).

7
d. PPh Pasal 24
Pembayaran pajak atas penghasilan di luar negeri atas penghasilan
yang diterima atau diperoleh atas usaha di luar negeri, yang dapat
dikreditkan atau dikurangkan terhadap pajak yan terhutang didalam
negeri (menghindari pajak berganda). Berikut adalah beberapa jenis
pembayaran PPh pasal 24 yang umumnya dibayarkan oleh pihak yang
membayar penghasilan :
 Gaji karyawan
 Honorarium
 Premi asuransi
 Jasa lain-lain
e. PPh Pasal 25
Mengatur tentang pembayaran bulanan yang harus dilakukan sendiri
oleh wajib pajak dalam tahun berjalan. Pembayaran PPh pasal 25
adalah pajak penghasilan yang dibayarkan oleh wajib pajak badan
atau orang pribadi yang melakukan usaha atau kegiatan tertentu
kepada pihak lain yang buka merupakan wajib pajak. Berikut adalah
beberapa jenis pembayaran PPh pasal 25 yang umumnya dibayarkan
oleh wajib pajak :
 Pembelian barang atau jasa
 Pembayaran bunga dan diskon
 Pembayaran royalty
 Pembayaran sewa
f. PPh Pasal 26
Pembayaran PPh pasal 26 adalah pajak penghasilan yang dibayarkan
oleh wajib pajak badan atau orang pribadi yang memperoleh
penghasilan dalam bentuk dividen atau pembagian keuntungan.
Berikut adalah beberapa jenis pembayaran PPh pasak 26 yang
umumnya dibayarkan oleh wajib pajak:
 Pembagian dividen
 Pembagian keuntungan (laba)

8
 Pembgaian lain-lain yang diperoleh dalam bentuk pembagian
keuntungan atau dividen, seperti Bungan deposito atau imbal
hasil investasi.

Pajak penghasilan untuk wajib pajak luar negeri atas penghasilan


berupa deviden, bunga, royalty, bunga simpanan, dll yang
diterimanya. (tarif 20% X Penghasilan bruto).

g. Pemotongan pajak atas penghasilan kantor pusat dari usaha atau


kegiatan, penjualan barang atau pemberian jasa di Indonesia yang
sejenis dengan yang dijalankan atau dilakukan oleh bentuk usaha tetap
di Indonesia.
h. Pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh
kantor pusat, sepanjang terdapat hubungan efektif antara bentuk usaha
tetap dengan harta atau kegiatan yang memberikan penghaslan yang
dimaksud.

9
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari kajian teori yang telah dijelaskan diatas, dapat disimpulkan bahwa
ditinjau dari administrasi pemungutan pajak, pajak penghasilan merupakan pajak
langsung, yaitu suatu jenis pajak yang pemungutannya dilakukan secara periodik
atau berkala, yaitu setahun sekali. Tahun yang dimaksud adalah tahun pajak atau
disebut sebagai tahun takwim (suatu tahun yang diawali 1 Januari sampai 31
Desember). Saat terhutangnya pajak penghasilan adalah akhir tahun pajak yaitu 31
Desember. Oleh karena itu setelah berakhirnya tahun pajak, pada diri wajib pajak
timbul hutang pajak.
Dalam UU No. 36 Tahun 2008 disebutkan memberi kesempatan kepada
wajib pajak untuk mengangsur atau mencicil setiap bulannya. Angsuran atau
cicilan yang dilaksanakan dalam tahun berjalan itulah yang disebut “Pelunasan
Pajak dalam Tahun Berjalan”. Jadi, Sesuai dengan uraian ditas maka sifat
pelunasan pajak dalam tahun berjalan adalah merupakan pembayaran pendahulan
atau disebut pula dengan pembayaran dimuka atau kredit pajak. Karena sifatnya
yang merupakan pemungutan angsuran itulah maka dapat dikreditkan sewaktu
menghitung besarnya pajak terhutang setiap akhir tahun.
Macam pemungutan pajak penghasilan diantarnya adalah PPh Pasal 21, PPh
pasal 22, PPh pasal 23, PPh pasal 24, PPh pasal 25, dan PPh pasal 26.

10
3.2 Saran
Penghasilan negara terbesar adalah dari pajak. Pajak memiliki peranan
penting dalam pembangunan suatu negara khususnya Indonesia. Oleh karena itu,
pengelolaan pajak harus dikelola dengan baik dan benar agar manfaatnya dapat
dirasakan oleh rakyat. Selain itu juga para wajib pajak harus rutin dalam membayar
pajak demi tercapainya pembangunan dan pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia.
Dengan adanya pembahasan diatas, diharapkan pembaca dapat memahami
lebih lanjut tentang pajak dan dapat menerapkannya di dunia perkuliahan nantinya.
Penulis juga membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
dengan harapan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Andriana, Myra. (2022). Norma Perhitungan Penghasilan Neto. Diakses pada


tanggal 27 Mei 2023. https://komputerisasi-akuntansi-
d4.stekom.ac.id/informasi/baca/NORMA-PERHITUNGAN-
PENGHASILAN-
NETO/bb4024c851d0022430375d6bbe33df9c2e053093
Eka Putra, Wirmie dan Kamadie Sumanda S. (2016). Modul Ajar Pengantar
Perpajakan. Jambi: Salim Media Indonesia.
Dimas, A. (2023). Pelunasan pajak dalam tahun berjalan, dan macam
pemungutan pajak penghasilan. Diakses pada tanggal 27
Mei 2023, https://youtu.be/Tnuscq_9bU0
Mardiasmo. (2019). Perpajakan Edisi 2019. Penerbit Andi.
Resmi, Siti. (2019). Perpajakan Teori & Kasus Edisi 11 Buku 1. Jakarta: Salemba
Empat.
Riki. (Tanpa Tahun). Pelunasan PPh Dalam Tahun Berjalan dan Perhitungan
PPh di Akhir Tahun. Diakses paada tanggal 27 Mei 2023.
https://rikiasp.id/pph/pelunasan-pph-dalam-tahun-berjalan-
dan-penghitungan-pph-di-akhir-tahun/
Pratiwi, Y.R. (2023). Pelunasan Pajak Dalam Tahun Berjalan. Diakses pada
tanggal 26 Mei 2023. https://www.pajak.com/komunitas/opini-
pajak/pelunasan-pajak-dalam-tahun-berjalan/

12

Anda mungkin juga menyukai