Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PERPAJAKAN

PAJAK
Dosen pengampu:

Eko Tamina S.H.,M.Kn

Di Susun Oleh:

Achmad Ridwansyah (2021201014)

PROGRAM PENDIDIKAN D3 AKUNTANSI


INSTITUT MARITIM PRASETYA MANDIRI
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya atas
ijin beliau sang pencipta sehingga makalah dengan judul “PAJAK” ini dapat tersusun hingga
selesai.
Saya berharap makalah ini dapat menjadi bahan pembelajaran dalam mempelajari
pengertian serta penjelasan mengenai Suap Menyuap tersebut
Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun artikel nya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah
Pendidikan Anti Korupsi. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar menambah
pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.
Maka dari itu Kritik dan Saran sangat saya butuhkan agar nantiya pembuatan makalah ini
akan lebih baik nantinya, dan tentunya akan lebih dapat menambah wawasan para pembaca

Bandar lampung, Maret 2022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………….............ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………iii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………iv

1.1 latar belakang……………………………………………………………v


1.2 rumusan masalah……………………………………………...................v
1.3 tujuan masalah

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………....…….1

A. Sejarah Pajak Dunia………………………..............………………......…….,1


B. Pengertian Pajak………………………………...........………………....…….2
C. Unsur-Unsur Pajak……….......................................…………………....…….3
D. Sistem Pemungutan Pajak………...........................……………….........…….4
E. Jenis Pajak dan Pengelompokannya……………………....…..........…………7
F. Fungsi Pajak.......................................................................................................9
G. Ciri-ciri Pajak...................................................................................................11

BAB III PENUTUP..................................................................................................13

A. KESIMPULAN..............................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................14

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat dengan cara meningkatkan pelayanan publik. Namun permasalahan pajak di
Indonesia terus berlangsung, padahal pajak merupakan kewajiban masyarakat sebagai warga
negara, tetapi masih banyak warga negara yang tidak membayar pajak. Bahkan banyak wajib
pajak tidak melakukan pembayaran pajak. Hal ini jelas merugikan negara.
Masalah kepatuhan wajib pajak adalah masalah penting di seluruh dunia, baik negara maju
maupun negara berkembang. Karena jika wajib pajak tidak patuh maka akan menimbulkan
keinginan untuk melakukan tindakan penghindaran, pengelakan penyelundupan, dan pelalaian
pajak, yang pada akhirnya tindakan tersebut akan menyebabkan penerimaan pajak negara akan
berkurang mungkin hal ini sudah menjadi kebiasaan buruk yang mengakar secara turun temurun
Sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia berdasarkan peraturan perundang –
undangan perpajakan menuntut wajib pajak untuk turut aktif dalam pemenuhan kewajiban
pepajakannya. Sistem pemungutan yang berlaku adalah Self Assesment System, dimana segala
pemenuhan kewajiban perpajakan di lakukan sepenuhnya oleh wajib pajak, fiskus hanya
melakukan pengawasan melalui prosedur pemeriksaan.
Self Assesment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
yaitu wajib pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung dan membayar sendiri pajak yang
terutang sehingga dengan cara ini kejujuran dari wajib pajak sangat diperlukan dalam rangka
pemungutan pajak. Wajib pajak disini harus mendaftarkan diri terlebih dahulu pada Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

iv
RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu pajak?
2. Apa saja fungsi pajak itu?
3. Bagaimana sejarah adanya pajak di dunia?
4. Adakah ciri khusus dari pajak?
5. Sebenarnya wajib atau tidak pajak itu di bayar?

TUJUAN MASALAH
1. Sebagai penunjang dan bahan pembelajaran bagi pembaca
2. Untuk sarana belajar pembaca berkenaan dengan pajak
3. Agar dapat menjadi referensi pembaca mengenai pajak
4. Untuk Mengetahui fungsi pajak
5. Untuk mengetahui unsur-unsur pajak

v
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Pajak Dunia
Keberadaan pemungutan pajak pertama kali yang diketahui terjadi di Mesir Kuno
sekitar 3000 – 2800 SM dimana sistem pajak yang dikenal berupa sistem pajak yang bersifat
variabel, yaitu berdasarkan tinggi air sungai Nil. Bentuk perpajakan yang paling awal dan
paling luas adalah corvée dan persepuluhan. Corvée adalah kerja paksa yang diberikan
kepada negara oleh petani yang terlalu miskin untuk membayar bentuk perpajakan lainnya (
"tenaga kerja" dalam bahasa Mesir kuno adalah sinonim untuk pajak).
Perpajakan di Kekaisaran Persia, sistem pajak yang diatur dan berkelanjutan
diperkenalkan oleh Darius I Agung yang berlangsung mulai dari tahun 522-486 SM. Dalam
istilah Persia Kuno yang digunakan untuk “pajak/upeti” adalah baji, dalam bahasa Elam
baziš, yang berarti sesuatu seperti "bagian raja". Sistem perpajakan Persia disesuaikan untuk
setiap Satrapy (daerah yang diperintah oleh seorang Satrap atau gubernur provinsi). Pada
waktu yang berbeda, ada antara 20 dan 30 Satrapies di Kekaisaran dan masing-masing
dinilai menurut produktivitas yang seharusnya dengan peran tanggung jawab Satrap adalah
untuk mengumpulkan jumlah yang harus dibayar dan mengirimkannya ke perbendaharaan,

-Indonesia
Pajak di Indonesia sudah ada sejak zaman kerajaan, kemudian berkembang pada saat
Hindia Belanda menjajah. Hanya saja untuk sistem pungutan pada zaman kerajaaan dan
sekarang berbeda. Sistem perpajakan dalam ekonomi modern pajak menjadi sumber
pendapatan pemerintah merupakan hal paling penting. Di masa penjajahan sistem pajak
dikenal sebagai "upeti" berupa pajak rumah, usaha, sewa tanah dan sebagainya yang harus
diberikan kepada penjajah sehingga berbeda masa sekarang, hasil perpajakan di Indonesia
biasanya berupa layanan publik, dan pembangunan infrastruktur.

1
B. Pengertian Pajak
Pajak (dari bahasa Latin taxo; "rate") adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Menurut Charles E.McLure, Pajak adalah kewajiban finansial atau retribusi yang
dikenakan terhadap wajib pajak (orang pribadi atau Badan) oleh Negara atau institusi yang
fungsinya setara dengan negara yang digunakan untuk membiayai berbagai macam
pengeluaran public. Pajak dipungut berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya
produksi barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum. Penolakan untuk
membayar, penghindaran, atau perlawanan terhadap pajak pada umumnya termasuk
pelanggaran hukum. Pajak terdiri dari pajak langsung atau pajak tidak langsung dan dapat
dibayarkan dengan uang ataupun kerja yang nilainya setara.

Terdapat bermacam-macam batasan atau definisi tentang "PAJAK" yang dikemukakan oleh
para ahli di antaranya adalah:

1) Leroy Beaulieu
Pajak adalah bantuan, baik secara langsung maupun tidak yang dipaksakan oleh
kekuasaan publik dari penduduk atau dari barang, untuk menutup belanja pemerintah.
2) P. J. A. Adriani
Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh
yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan
tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan.
3) Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH
Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut
kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan
dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya

2
digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public
investment.
4) Ray M. Sommerfeld, Herschel M. Anderson, dan Horace R. Brock
Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan
akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang
ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar
pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.

C. Unsur-Unsur Pajak Di Indonesia


1. Subjek Pajak
Unsur pajak di Indonesia yang pertama adalah subjek pajak. Apa yang dimaksud
sebagai subjek pajak? Subjek pajak adalah orang pribadi atau lembaga yang dituntut
untuk melaksanakan kewajiban perpajakan. Subjek pajak kemudian dibagi menjadi dua,
yakni subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri.
Dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, yang tergolong
sebagai subjek pajak dalam negeri di antaranya adalah:
▪ Orang pribadi (baik yang bertempat tinggal di Indonesia, berdiam di Indonesia
lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, maupun yang berdiam di
Indonesia selama satu tahun pajak dan berniat tinggal di Indonesia).
▪ Warisan yang belum dibagikan karena dianggap sebagai pengganti pewaris
sampai nanti warisan terbagi.
▪ Badan.
▪ Bentuk usaha tetap.
Sementara itu, subjek pajak luar negeri mencakup orang pribadi yang tidak bertempat
tinggal di Indonesia serta badan yang tidak dibandung dan tidak memiliki kedudukan di
Indonesia, baik yang menjalankan usaha tetap maupun yang memperoleh penghasilan
dari Indonesia. Subjek pajak disebut sebagai unsur pajak pertama karena tanpa adanya
subjek pajak, perputaran pajak di Indonesia pun tidak akan bisa berjalan. Sebab,
pungutan pajak hanya bisa dibebankan pada subjek pajak, bukan pada benda atau jasa.

3
2. Wajib Pajak
Selanjutnya ada Wajib Pajak. Wajib Pajak adalah subjek pajak yang sudah
memiliki kewajiban dan dianggap layak untuk membayar pajak. Mereka mendapat beban
pungutan pajak dan wajib membayarnya. Jika tidak, maka Wajib Pajak dapat dikenai
sanksi atau denda dengan besaran yang telah ditentukan pemerintah. Wajib Pajak adalah
orang pribadi atau badan. Benda dan jasa tidak termasuk sebagai Wajib Pajak karena
tidak memiliki kemampuan untuk membayar pajak. Orang atau badan yang mewadahi
benda dan jasa tersebut adalah pihak yang bisa dikategorikan sebagai Wajib Pajak.
3. Objek Pajak
Berbicara tentang unsur-unsur pajak di Indonesia tentu tidak lengkap tanpa
menyebut objek pajak. Apa yang dimaksud dengan objek pajak? Seperti yang telah Anda
ketahui, subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang dituntut untuk melakukan
kewajiban perpajakan. Nah, objek pajak inilah yang benda atau jasa yang harus
dibayarkan pajaknya.
Katakanlah Anda memiliki sejumlah penghasilan. Jika dalam satu tahun total
penghasilan tersebut bisa dikenai pajak, maka penghasilan tersebut merupakan objek
pajak. Anda sebagai Wajib Pajak pun memiliki kewajiban untuk membayarkan pajak atas
penghasilan tersebut kepada pemerintah.
4. Tarif Pajak
Unsur pajak di Indonesia yang terakhir adalah tarif pajak. Jika tadi sudah ada
subjek dan objek maka di sini tarif pajak berperan sebagai besaran pajak yang harus
dibayarkan. Tarif pajak adalah nominal yang harus dibayarkan oleh wajib pajak atas
benda atau jasa yang terbebani pajak (objek pajak).
Besaran tarif pajak sangat variatif dan umumnya berbeda satu sama lain. Lalu,
bagaimana cara menentukan besaran tarif pajak? Besaran tarif pajak beserta aturan lain
yang berhubungan telah diatur oleh pemerintah melalui Undang-Undang. Biasanya,
besaran tarif pajak ditentukan menggunakan rumus persentase. Artinya, nominal tarif
pajak yang dibebankan kepada Wajib Pajak adalah sekian persen dari total harga objek
pajak.

4
D. Sistem Pemungutan Pajak di Indonesia
Untuk pemungutan pajak di Indonesia terbagi menjadi tiga sistem yang biasa digunakan oleh
negara kepada wajib pajak

1. Self Assessment System


Self Assessment System adalah sistem penentuan pajak yang membebankan
penentuan besaran pajak yang perlu dibayarkan oleh wajib pajak yang bersangkutan
secara mandiri.
Bisa dikatakan, wajib pajak adalah pihak yang berperan aktif dalam menghitung,
membayar, dan melaporkan besaran pajaknya ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau
melalui sistem administrasi online yang sudah dibuat oleh pemerintah. Peran pemerintah
dalam sistem pemungutan pajak ini adalah sebagai pengawas dari para wajib pajak. Self
assessment system biasanya diterapkan pada jenis pajak pusat. Misalnya adalah jjenis
pajak PPN dan PPh. Sistem pemungutan pajak yang satu ini mulai diberlakukan di
Indonesia setelah masa reformasi pajak pada 1983 dan masih berlaku hingga saat ini.
Sistem pemungutan pajak ini memiliki kekuarangan, yaitu karena wajib pajak
memiliki wewenang menghitung sendiri besaran pajak terutang yang perlu dibayarkan,
maka wajib pajak biasanya akan berusaha untuk menyetorkan pajak sekecil mungkin
dengan membuat laporan palsu atas pelaporan kekayaan

Ciri-ciri sistem pemungutan pajak Self Assessment:

− Penentuan besaran pajak terutang dilakukan oleh wajib pajak itu secara mandiri.
− Wajib pajak berperan aktif dalam menuntaskan kewajiban pajaknya mulai dari
menghitung, membayar, hingga melaporkan pajak.
− Pemerintah tidak perlu mengeluarkan surat ketetapan pajak, kecuali jika wajib
pajak telat lapor, telat bayar pajak, atau terdapat pajak yang seharusnya wajib
pajak bayarkan namun tidak dibayarkan.
2. Official Assessment System
Official Assessment System adalah sistem pemungutan pajak yang membebankan
wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang pada fiskus atau aparat perpajakan
sebagai pemungut pajak kepada seorang wajib pajak. Dalam sistem ini, wajib pajak

5
bersifat pasif dan nilai pajak terutang akan diketahui setelah dikeluarkannya surat
ketetapan pajak oleh aparat perpajakan. Sistem pengmabilan pajak ini biasanya
diterapkan dalam pelunasan pajak daerah seperti Pajak Bumi Bangunan (PBB).
Dalam pembayaran PBB, kantor pajak merupakan pihak yang mengeluarkan surat
ketetapan pajak berisi besaran PBB terutang setiap tahunnya. Wajib pajak tidak perlu lagi
menghitung pajak terutang melainkan cukup membayar PBB berdasarkan Surat
Pembayaran Pajak Terutang (SPPT) yang dikeluarkan oleh KPP tempat objek pajak
terdaftar.

Ciri-ciri sistem perpajakan Official Assessment:

− Besarnya pajak yang dikenakan dihitung oleh petugas pajak.


− Wajib pajak sifatnya pasif dalam perhitungan pajak mereka.
− Besaran pajak terutang akan dketahui setelah petugas pajak menghitung pajak
yang terutang dan menerbitkan surat ketetapan pajak.
− Pemerintah memiliki hak penuh dalam menentukan besarnya pajak yang wajib
dibayarkan.

3. Withholding System
Pada sistem pemungutan pajak withholding system, besarnya pajak biasanya
dihitung oleh pihak ketiga. Bukan mereka wajib pajak dan bukan juga aparat
pajak/fiskus. Contoh Witholding System adalah pemotongan penghasilan karyawan yang
dilakukan oleh bendahara instansi atau perusahaan terkait. Jadi, karyawan tidak perlu lagi
pergi ke kantor pajak untuk membayarkan pajak tersebut.
Jenis pajak yang biasanya menggunakan withholding system di Indonesia adalah PPh
Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Final Pasal 4 ayat (2) dan PPN. Bukti potong
atau bukti pungut biasanya digunakan sebagai bukti atas pelunasan pajak dengan
menggunakan sistem ini.
Untuk beberapa kasus tertentu, bisa juga menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP). Bukti
potongan tersebut nantinya akan dilampirkan bersama SPT Tahunan PPh/SPT Masa PPN
dari wajib pajak yang bersangkutan.

6
E. Jenis Pajak Dan Pengelompokkannya

-Jenis pajak menurut lembaga pemungutan

Pajak menurut lembaga pemungutan terbagi menjadi 2 jenis pajak yaitu adalah Pajak
pusat yang biasanya dikelola oleh pemerintah pusat dalam hal ini adalah Direktorat jendral
pajak yang dibawah naungan Kementrian keuangan.
Yang kedua adalah pajak daerah. Pajak daerah adalah jenis pajak yang dipungut dan dikelola
oleh dinas pendapatan daerah.
Contoh dari Pajak pusat adalah sebagai berikut:
− Pajak Penghasilan (PPh)
− Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
− Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
− Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
− Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
− Bea Materai.
Sedangkan untuk Pajak daerah adalah sebagai berikut:
▪ Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
▪ Pajak Hotel dan Restoran
▪ Pajak Hiburan dan tontonan
▪ Pajak Reklame
▪ Pajak Penerangan Jalan
▪ Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)

-Jenis pajak menurut sifatnya

Untuk pajak menurut siftanya juga menjadi terbagi 2 jenis pajak, yaitu pajak subyektif dan
pajak objektif, untuk perbedaannya adalah:
1. Pajak Subyektif
Pajak Subyektif (Pajak yang Bersifat Perorangan) yaitu jenis pajak yang dalam
pengenaannya memperhatikan keadaan atau kondisi pribadi wajib pajak (status kawin
atau tidak kawin, mempunyai tanggungan keluarga atau tidak). Jadi pada dasarnya setiap

7
orang yang menghuni wilayah di Indonesia memiliki kewajiban untuk membayar pajak
tersebut. Mulai dari anak kecil hingga orang dewasa.
Sementara bagi warga negara asing yang tinggal di Indonesia dikenakan wajib
pajak jika memiliki keterikatan ekonomis dengan Indonesia, Contohnya jika WNA
tersebut memiliki usaha di Indonesia maka akan dikenakan wajib pajak. Contoh pajak
subyektif adalah Pajak Penghasilan (PPh)
2. Pajak Objektif
Pajak Obyektif (Pajak yang Bersifat Kebendaan) yaitu jenis pajak yang dalam
pengenaannya hanya memperhatikan sifat obyek pajaknya saja, tanpa memperhatikan
keadaan atau kondisi diri wajib pajak. Lebih tepatnya pajak objektif dikenakan pada
seorang warga negara Indonesia jika penghasilan yang dimiliki sudah memenuhi syarat
sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
Ada beberapa golongan warga negara Indonesia yang terkena wajib pajak jenis
ini. Pertama, adalah mereka yang menggunakan benda atau alat yang menurut ketentuan
dikenai pajak. Kedua, pajak yang diambil terkait kekayaan yang dimiliki, kepemilikan
barang-barang mewah dan pemakaiannya. dan yang terakhir adalah jika seseorang
melakukan pemindahan harta dari Indonesia ke suatu negara lain, maka aktivitas tersebut
akan dikenai wajib pajak. Untuk contoh pajak objektif sendiri adalah : Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (PPnBM).

-Jenis Pajak Menurut Golongannya

1. Pajak Langsung
Jenis pajak langsung adalah pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri oleh wajib
pajak yang bersangkutan dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain.
Dengan kata lain, pajak langsung harus dibayar sendiri oleh wajib pajak bersangkutan.
Pajak langsung biasanya melekat pada orang pribadi si wajib pajak, sehingga hak dan
kewajibannya tidak dapat dialihkan ke pihak lain.

8
Pajak yang termasuk dalam pajak langsung di antaranya adalah pajak:

• Pajak penghasilan (PPh).


• Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
• Pajak Kendaraan Bermotor.

2. Pajak tidak langsung


Jenis ajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan atau
digeser kepada pihak lain. Dengan kata lain, pembayarannya dapat diwakilkan kepada
pihak lain.
Pajak tidak langsung tidak memiliki surat ketetapan pajak, sehingga pengenaannya tidak
dilakukan secara berkala melainkan dikaitkan dengan tindakan perbuatan atas kejadian.
Ada tiga unsur untuk mengenali pajak tidak langsung:
a. Penanggung jawab pajak yaitu orang yang secara formal yuridis diharuskan
melunasi pajak, bila padanya terdapat faktor atau kejadian yang menimbulkan
sebab untuk dikenakan pajak.
b. Penanggung pajak yaitu orang yang dalam faktanya memikul beban pajak.
c. Pemikul beban pajak, yakni orang yang menurut maksud pembuat undang-undang
harus memikul beban pajak.
Pajak yang termasuk pajak tidak langsung di antaranya:
• Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
• Pajak bea masuk.
• Pajak ekspor.

F. Fungsi Pajak
Fungsi pajak lebih kepada manfaat pokok atau kegunaan pokok dari pajak itu sendiri.
Beberapa fungsi pajak antara lain:

1. Fungsi Anggaran (Budgetair)

Pajak merupakan sumber pendapatan negara dan memiliki fungsi untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran yang berkaitan dengan negara. Pada dasarnya, negara

9
membutuhkan biaya untuk dapat menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan
pembangunan. Biaya yang diperlukan negara ini dapat diperoleh melalui penerimaan pajak
yang dibayarkan oleh warga negara yang terdaftar sebagai Wajib Pajak kepada negara.
Pajak dapat digunakan oleh negara untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja
barang, pemeliharaan, dan sebagainya. Untuk hal yang berkaitan dengan pembiayaan
pembangunan, biaya yang digunakan dapat berasal dari tabungan pemerintah, yaitu dari
penerimaan dalam negeri yang dikurangi dengan pengeluaran rutin. Untuk tabungan
pemerintah, perlu ditingkatkan setiap tahunnya menyesuaikan dengan kebutuhan
pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat, dan peningkatan akan tabungan
pemerintah ini diharapkan juga dapat berasal dari sektor pajak.

2. Fungsi Mengatur (Regulerend)

Melalui kebijaksanaan pajak, dapat membantu pemerintah dalam mengatur


pertumbuhan ekonomi. Melalui fungsi mengatur ini, pajak diharapkan dapat digunakan
sebagai alat untuk mencapai sebuah tujuan, yaitu kesejahteraan rakyatnya.

3. Fungsi Stabilitas

Pajak juga berfungsi dalam membantu pemerintah berkaitan dengan kepemilikan


dana yang dapat digunakan untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan
stabilitas harga sehingga hal-hal yang berkaitan dengan inflasi dapat dikendalikan dengan
baik. Untuk dapat menjaga stabilitas perekonomian negara, dapat dilakukan dengan
mengatur peredaran uang yang ada di masyarakat, pemungutan pajak, hingga penggunaan
pajak yang efektif dan efisien.

4. Fungsi Redistribusi Pendapatan

Pajak yang telah dipungut oleh pemerintah atau negara, nantinya akan digunak an
untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk ke dalamnya adalah membiayai
pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja yang dapat dimanfaatkan oleh
warga negaranya yang membutuhkan pekerjaan yang pada akhirnya berujung pada
peningkatan pendapatan masyarakat.

10
G. Ciri-Ciri Pajak di Indonesia

1. Merupakan Kontribusi Wajib


Setiap pihak, baik orang pribadi maupun badan memiliki kewajiban yang sama
untuk membayarkan pajak. Namun, berdasarkan dengan Undang-Undang yang berlaku,
kewajiban ini dapat dijalankan oleh warga negara yang telah memenuhi syarat subjektif dan
objektif sebagai Wajib Pajak.

2. Bersifat Memaksa bagi Setiap Warga Negara


Ciri ini merupakan salah satu ciri pajak yang wajib dijalankan apabila pihak, baik
orang pribadi maupun badan telah memenuhi syarat subjektif dan objektif untuk membayar
pajak. Dalam Undang-Undang yang mengatur tentang perpajakan, dijelaskan bahwa apabila
seseorang dengan sengaja tidak membayarkan pajak yang seharusnya dibayarkan, maka
dapat dikenakan sanksi administratif ataupun hukuman pidana sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang yang berlaku.

3. Warga Negara Tidak Mendapatkan Imbalan Langsung


Pajak merupakan salah satu cara untuk memeratakan pendapatan warga negaranya.
Lain hal nya dengan retribusi yang dimana ketika kita mendapatkan suatu manfaat tertentu,
maka kita harus membayar atas manfaat yang diterima. Kalau berkaitan dengan pajak,
apabila kita membayar pajak yang memang seharusnya dibayarkan atau dibebankan kepada
kita, maka Wajib Pajak tidak langsung menerima manfaat dari sejumlah pajak yang
dibayarkannya. Melainkan dari manfaat pajak ini, Wajib Pajak dapat merasakannya melalui
fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh pemerintah bagi kemakmuran rakyatnya.

4. Memiliki Dasar Hukum yang Kuat


Dalam hal ini, memiliki arti bahwa pajak merupakan kebijakan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah dan tertuang dalam Undang-Undang negara yang berkaitan
dengan perpajakan dan memiliki hukum yang mengikat dan sah. Sehingga Wajib Pajak
dapat menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya sesuai dengan Undang-Undang yang

11
berlaku dan akan mendapatkan sanksi atau hukuman apabila tidak menjalankan hak dan
kewajiban perpajakan dengan baik dan benar.

12
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pajak adalah pungutan wajib, biasanya
berupa uang yang harus dibayar oleh penduduk sebagai sumbangan wajib kepada negara
atau pemerintah sehubungan dengan pendapatan, pemilikan, harga beli barang dan
sebagainya. Dalam Fungsinya Pajak Juga Peran Penting Bagi Negara, Beberapa Fungsi
Pajak Yaitu:
1. Fungsi Anggaran
2. Fungsi Stabilitas
3. Fungsi Mengatur
4. Fungsi Redistribusi Pendapatan
Didalam Pajak Juga Terdapat Beberapa Pengenaan Pajak Menurut Sifatnya Yaitu:
1. Subjektif (Melihat Peendapatan Individu Kena Pajak)
2. Obyektif (Melihat Objek Atau Benda Yang Terkena Pajak

Maka dari itu pajak merupakan hal penting bagi pengembangan bangsa/negara yang
menerapkannya, karena pajak menjadi sumber penghasilan negara yang sangat besar, sebagai
warga negara yang sadar akan pentingnya pengembangan dan kemajuan mungkin pajak ini akan
menjadi perhatian khusus bagi dirinya dan semua orang khusus nya.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Pajak
https://ayopajak.com/unsur-unsur-pajak/
https://www.pajakku.com/read/60d2be0558d6727b1651ac01/Mengenal-Fungsi-Pajak-di-
Indonesia
https://www.kompas.com/tag/pajak

Welianto, Ari (2020), "Sejarah Pajak Indonesia, Dimulai Zaman Kerajaan", www.kompas.com

Media, Kompas Cyber. "Pajak: Arti, Sejarah dan Fungsinya Halaman all". KOMPAS.com.

14

Anda mungkin juga menyukai