Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
Puji syukur atas kehadirat Allah Swt yang telah memberikan nikmat
iman dan nikmat taqwa sehingga kami masih diberikan kesehatan jasmani
dan rohani untuk melakukan rutinitas sebagai manusia layaknya manusia.
Shalawat serta salam kepada nabi Muhammad Saw yang telah
mengajarkan konsep tauhid dan kebenaran kepada manusia sehingga
ajarannya itu yang menjadikan jembatan bagi kita untuk bertemu dengan
peradaban yang terang benderang seperti sekarang ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar............................................................................ i
Daftar Isi..................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................. 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 2
C. Tujuan dan Manfaat.................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................. 3
A. Pengertian Pajak....................................................................... 3
B. Asas – asas Pajak...................................................................... 5
C. Hukum Pajak............................................................................ 9
D. Fungsi Pajak............................................................................. 10
E. Teori Pemungutan Pajak............................................................ 11
F. Jenis Pajak................................................................................13
G. Tata Cara Pemungutan Pajak..................................................... 14
A. Kesimpulan............................................................................... 16
B. Saran....................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................
................................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pajak
Pajak adalah pungutan wajib dari rakyat untuk negara. Setiap sen
uang pajak yang dibayarkan rakyat akan masuk dalam pos pendapatan
negara dari sektor pajak. Penggunaannya untuk membiayai belanja
pemerintah pusat maupun daerah demi kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan UU KUP Nomor 28 Tahun 2007, pasal 1, ayat 1,
pengertian pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Berikut ini beberapa definisi dari para ahli :
Menurut Prof. Dr. Rochmat SH, pajak adalah iuran rakyat kepada
kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung
dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum.
3
pajak adalah beban yang haru dipikul oleh rakyat banyak sehingga
dalam perumusan macam, jenis, dan berat ringannya tarif pajak
itu, rakyat harus ikut serta menentukan dan menyetujuinya melalui
wakil-wakilnya di parlemen atau Dewan Perwakilan Rakyat.
4
memungut pajak kepada warga negaranya. Yang kedua, prinsip
yang juga menjadi dasar negar memungut pajak adalah Ability-To-
Pay Taxation Principle yaitu bahwa Negara memungut pajak harus
berdasarkan kepada kemampuan masing masing individu warga
Negara. Warga Negara yang mempunyai kemampuan lebih,
membayar pajak lebih besar daripada mereka yang mempunyai
penghasilan kecil.
1. Asas Rechtsfilosofis
Asas Rechtsfilosofis mencari dasar pembenaran terhadap
pengenaan pajak oleh negara. Oleh karena itu, pertanyaan mendasar
yang ingin dicari jawabannya dari asas ini adalah: “Mengapa Negara
mengenakan pajak terhadap rakyat?” atau”Atas dasar apa Negara
mempunyai kewenangan memungut pajak dari rakyat?” Terhadap
permasalahan itu ada beberapa jawaban yang ada di dalam beberapa
teori:
a) Teori Asuransi
Adalah temasuk tugas Negara untuk melindungi orang dan
segala kepentingannya : keselamatan dan keamanan jiwa, juga
harta bendanya. Sebagaimana juga halnya dengan setiap
perjanjian asuransi (pertanggungan), maka untuk perlindungan
tersebut diatas diperlukan pembayaran premi, dan didalam hal
ini, pajak inilah dianggap sebagai preminya, yang pada waktu-
waktu tertentu harus dibayar oleh masing-masing. Walaupun
perbandingan dengan perusahaan asuransi tidak tepat, karena:
5
(a) dalam hal timbul kerugian, tidak ada suatu penggantian dari
Negara. (b) Antara pembayaran jumlah-jumlah pajak dengan
jasa-jasa yang diberikan oleh Negara, tidaklah terdapat
hubungan yang langsung, namun teori ini oleh para
penganutnya dipertahankan, sekadar untuk memberikan dasar
hukum kepada pemungutan pajak saja.
b) Teori Kepentingan (Aequivalen)
Teori ini dalam ajarannya yang semula lebih menekankan pada
pembagian beban pajak yang harus dipungut dari rakyat
seluruhnya. Pembagian beban ini harus didasarkan atas
kepentingan orang masing-masing dalam tugas-tugas
pemerintah (yang bermanfaat baginya), tarmasuk juga
perlindungan atas jiwa dan harta benda orang-orang itu. Maka
sudah selayaknyalah bahwa biaya-biaya yang dikeluarkan oleh
Negara untuk menunaikan kewajibannya dibebankan kepada
rakyatnya.
c) Teori Kewajiban Pajak Mutlak
Teori ini sering disebut juga “teori bakti”. Teori tersebut
didasarkan pada organ theory dari Otto von gierke, yang
menyatakan bahwa Negara itu merupakan suatu kesatuan yang
di dalamnya setiap warga Negara terikat. Tanpa ada “organ”
atau lembaga itu individu tidak mungkin dapat hidup. Lembaga
tersebut, oleh karena memberi hidup kepada warganya, dapat
membebani setiap anggota masyarakatnya dengan kewajiban-
kewajiban, antara lain kewajiban membayar pajak, kewajiban
ikut mepertahankan hidup masyarakat atau Negara dengan
milisi/wajib militer.
d) Teori Daya Beli
Menurut teori ini, pajak diibaratkan sebagai pompa yang
menyedot daya beli seseorang/anggota masyarakat, yang
kemudian dikembalikan lagi kepada masyarakat. Jadi,
sebenarnya uang yang berasal dari rakyat dikembalikan lagi
kepada masyarakat melalui saluran lain. Jadi, pajak yang
berasal dari rakyat kembali lagi kepada masyarakat tanpa
dikurangi, sehingga pajak ini hanya berfungsi sebagai pompa,
penyedot uang dari rakyat yang akhirnya dikembalikan lagi
kepada masyarakat untuk kesejahteraan masyarakat, sehingga
pajak pada hakekatnya tidak merugikan rakyat. Oleh sebab itu,
maka pungutan pajak dapat dibenarkan.
e) Teori Pembenaran Pajak Menurut Pancasila
6
Pancasila mengandung sifat kekeluargaan dan gotong royong.
Gotong royong dalam pajak tidak lain daripada pengorbanan
setiap anggota keluarga (anggota masyarakat) untuk
kepentingan keluarga (bersama) tanpa mendapatkan imbalan.
Jadi, berdasarkan pancasila pungutan pajak dapat dibenarkan
karena pembayaran pajak dipandang sebagai uang yang tidak
keluar dari lingkungan masyarakat tempat wajib pajak hidup.
2. Asas Pembagian Beban Pajak
Berbeda dengan asas rechtfilosofis yang mencari dasar
pembenaran pemungutan pajak oleh Negara terhadap rakyat, asas ini
mencari jawaban atas pertanyaan bagaimana agar beban pajak itu
dikenakan terhadap rakyat secara adil. Terhadap permasalahan
tersebut ada beberapa jawaban.
a) Teori Daya Pikul
Menurut teori ini setiap orang wajib membayar pajak sesuai
dengan daya pikul masing-masing. Daya pikul menurut De
langen, adalah kekuatan sesorang untuk memikul suatu beban
dari apa yang tersisa, setelah seluruh penghasilan dikurangi
dengan pengeluaran-pengeluaran yang mutlak untuk kehidupan
primer diri sendiri beserta keluarga. Menurut Cohen Stuart
“daya pikul disamakan dengan suatu jembatan, dimana daya
pikul itu sama dengan seluruh kekuatan pikul jembatan
dikurangi dengan bobot sendiri”. Dari pengertian tersebut dapat
dimengerti bahwa yang dimaksud dengan daya pikul bukan
hanya dilihat dari keseluruhan penghasilan yang diperoleh oleh
orang yang bersangkutan, melainkan terlebih dahulu dikurangi
dengan pengeluaran-pengeluaran tertentu yang memang
secara mutlak harus dikeluarkan untuk memenuhi kehidupan
primernya sendiri beserta keluarga yang menjadi
tanggungannya.
b) Prinsip Benefit (Benefit Principle)
Santoso Brotodiharjo menyebutnya sebagai asas kenikmatan.
Menurut asas ini pengenaan pajak seimbang dengan benefit
yang diperoleh wajib pajak dari jasa-jasa publik yang diberikan
oleh pemerintah. Berdasarkan kriteria ini, maka pajak dikatakan
adil bila seseorang yang memperoleh kenikmatan lebih besar
dari jasa-jasa publik yang dihasilkan oleh pemerintah dikenakan
proporsi beban pajak yang lebih besar.
3. Asas Pengenaan Pajak
7
Asas pengenaan pajak ini mencari jawaban atas permasalahan:
Siapa atau pemerintah mana yang berwenang memungut pajak
terhadap suatu sasaran pajak tertentu? Siapa yang dapat dikenai
pajak? Apa sasaran pengenaan pajak? Dalam hal ini, pembicaraan
menyangkut yurisdiksi dari suatu Negara, berhadapan dengan negara
lain. Terhadap permasalahan tersebut ada beberapa jawaban sebagai
berikut:
a) Asas Negara Tempat Tinggal
Asas ini sering disebut sebagai asas domisili. Asas Negara
tempat tinggal ini mengandung arti, bahwa Negara dimana
seseorang bertempat tinggal, tanpa memandang
kewarganegaraannya, mempunyai hak yang tak terbatas untuk
mengenakan pajak terhadap orang-orang itu dari semua
pendapatan yang diperoleh orang itu dengan tak menghiraukan
dimana pendapatan itu diperoleh. Jadi yang mempunyai
kewenangan untuk memungut pajak adalah Negara dimana
wajib pajak berdomisili, dan dikenakan terhadap semua
penghasilan (word wide income).
b) Asas Negara Sumber
Asas Negara sumber mendasarkan pemajakan pada tempat
dimana sumber itu berada, seperti adanya suatu perusahaan,
kekayaan atau tempat kegiatan disuatu Negara. Negara dimana
sumber itu berada mempunyai wewenang untuk mengenakan
pajak atas hasil yang keluar dari sumber itu.
c) Asas Kebangsaan
Asas ini mendasarkan pengenaan pajak seseorang pada status
kewarganegaraannya. Jadi, pemajakan dilakukan oleh Negara
asal wajib pajak. Yang dikenakan pajak ialah semua orang yang
mempunyai kewarganegaraan Negara tersebut, tanpa
memandang tempat tinggalnya.
4. Asas Pelaksanaan Pemungutan Pajak
Yang termasuk ke dalam asas ini ada beberapa asas yaitu asas
yuridis, ekonomis, finansial.
a) Asas Yuridis
Menurut asas ini hukum pajak harus dapat memberikan
jaminan hukum yang perlu untuk menyatakan keadilan yang
tegas baik untuk Negara maupun warganya. Oleh karena itu,
mengenai pajak di Negara hukum segala sesuatunya harus
ditetapkan dalam Undang-Undang. Dengan kata lain, hukum
pajak harus dapat memberikan jaminan hukum bagi
8
tercapainya keadilan, dan jaminan ini diberikan kepada pihak-
pihak yang tersangkut dalam pemungutan pajak, yakni pihak
fiscus dan wajib pajak.
b) Asas Ekonomis
Perlu diketahui bahwa pajak disamping mempunyai
fungsi budgeter juga mempunyai fungsi mengatur. Mengingat
fungsinya yang demikian, maka pemungutan pajaknya:
(1)Harus diusahakan supaya jangan sampai menghambat
lancarnya produksi dan perdagangan (2)Harus diusahakan
supaya jangan menghalang-halangi rakyat dalam usahanya
mencapai kebahagiaan dan (3)Harus diusahakan jangan sampai
merugikan kepentingan umum.
c) Asas Finansial
Berkaitan dengan hal ini, fungsi pajak yang terpenting adalah
fungsi budgeter-nya, yakni untuk memasukkan uang sebanyak-
banyaknya ke dalam kas Negara. Sehubungan dengan itu, agar
hasil yang diperoleh besar, maka : (1) biaya pemungutannya
harus sekecil mungkin (2) harus dipungut pada saat yang
paling menguntungkan.
C. Hukum Pajak
9
mengatur hubungan antara pemerintah selaku pemungut pajak dan
rakyat sebagai wajib pajak.
Hukum pajak adalah kumpulan aturan yang berisi peraturan hak
serta kewajiban maupun hubungan wajib pajak dengan pemerintah
sebagai pemungut pajak.
D. Fungsi Pajak
10
1. Fungsi Anggaran (Budgetair)
Sebagai sumber pendapatan Negara, pajak berfungsi untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran Negara. Untuk menjalankan
tugas-tugas rutin Negara dan melaksanakan pembangunan, Negara
membutuhkan Negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat
diperoleh dari penerimaan pajak. Pajak digunakan untuk
pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja barang,
pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk pembiayaan
pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah, yakni
penerimaan dalam negeridikurangi pengeluaran rutin.
3. Fungsi Stabilitas
Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk
menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga
sehingga inflasi dapat dikendalikan, hal ini biasa dilakukan antara
lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat,
pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.
1. Teori Asuransi
Menurut teori asuransi, pembayaran pajak diibaratkan seperti
membayar premi dalam perusahaan asuransi dengan harapan
mendapatkan perlindungan dari kejadian tidak terduga di masa
yang akan datang.
11
Premi asuransi harus dibayarkan oleh setiap peserta asuransi. Dana
tersebut kemudian akan digunakan untuk menjamin kehidupan
setiap peserta asuransi yang mengalami kejadian tidak terduga
yang bias mengganggu keuangan pribadi.
2. Teori Kepentingan
Dalam teori kepentingan, pembagian pajak kepada Negara
didasarkan pada kepentingan atau perlindungan masing-masing
orang. Negara harus melindungi harta dan jiwa masyarakat agar
kepentingannya bisa terlaksana dengan baik. Oleh karena itu,
semakin besar kepentingan seseorang terhadap Negara, maka
semakin besar pula pajak yang harus dibayar.
4. Teori Bakti
Teori bakti mengatakan jika suatu Negara memiliki hak mutlak
untuk mengambil pajak dari rakyat. Rakyat sudah memahami
bahwa membayar pajak merupakan sebuah kewajiban dan tanda
bakti kepada Negara.
Pada transaksi beli, jenis pajak yang dikenakan adalah PPN (Pajak
Pertambahan Nilai) dan PPnBM (Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah). Jadi semakin mewah atau semakin mahal barang yang
dimiliki masyarakat, maka nominal pajaknya semakin besar pula.
12
F. Jenis Pajak
3. Bea Materai
Bea materai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen yang
bersifat perdana dan dokumen untuk digunakan di pengadilan.
Yang dikatakan dengan dokumen merupakan dokumen khusus,
dimana terdapat beberapa aturan yang berkaitan dengan
penetapan dokumen yang termasuk dalam jenis perpajakan.
Dokumen yang dimaksud dalam hal ini adalah objek pajak yang
meliputi antara lain surat perjanjian, akta notaris, akta tanah, surat
yang memuat jumlah uang tertentu, surat berharga dan yang
terakhir adalah dokumen berupa efek dengan nama dan dalam
bentuk apapun selam memuat sejumlah nominal harga diatas nilai
ketetapan undang-undang.
13
jasa yang dimaksud secara hukum termasuk dalam kategori objek
kena pajak didalam daerah pabean. Pemungutan pajak ini berlaku
untuk siapapun yang terlibat dalam aktivitas ekonomi barang dan
jasa baik itu pribadi atau individu, badan usaha atau perusahaan.
1. Stelsel Pajak
- Stelsel Nyata, pengenaan pajak didasarkan pada objek
(penghasilan yang nyata), pemungutan dilakukan pada akhir
tahun pajak setelah penghasilan sesungguhnya diketahui. Pajak
lebih realistis tapi baru dapat dikenakan di akhir periode.
14
pajak suatu badan atas penghasilan yang telah diterima wajib
pajak. Para wajib pajak yang berdomisili di suatu tempat akan
dikenai pajak sesuai ketentuan dimana wajib pajak berdomisili.
15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pajak adalah pungutan wajib dari rakyat untuk negara. Setiap sen
uang pajak yang dibayarkan rakyat akan masuk dalam pos
pendapatan negara dari sektor pajak. Penggunaannya untuk
membiayai belanja pemerintah pusat maupun daerah demi
kesejahteraan masyarakat. Dalam pemungutan pajak dikenal
beberapa teori yang berdasarkan falsafah yaitu teori asuransi, teori
kepentingan, teori gaya pikul, teori kewajiban mutlak, dan teori asas
gaya beli. Adapun tata cara pemungutan pajak dapat dilakukan
berdasarkan 3 stelsel yaitu stelsel nyata, stelsel anggapan, dan stelsel
campuran.
B. SARAN
16
DAFTAR PUSTAKA
https://www.cermati.com/artikel/pengertian-pajak-fungsi-dan-jenis-
jenisnya
https://www.pajak.go.id/id/pajak
https://123dok.com/article/asas-asas-perpajakan-tinjauan-umum-pajak-
pengertian-pajak.dy4jln9y
https://klikpajak.id/blog/ketahui-kedudukan-hukum-pajak-di-indonesia/
17