TENTANG
ASAS DAN DASAR PAJAK
Dosen pengampu:
Dr. A.P. Karel Betaubun, SE., MM
DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUSAMUS MERAUKE
2020
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Tuhan yang Maha kuasa, kami panjatkan puji
syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang ‘’AZAS DAN DASAR
PAJAK’’
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini.Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Kami berharap semoga makalah ilmiah tentang azas dan dasar pajak ini
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR PUSTAKA
COVER..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2
1.3 Tujuan...................................................................................................2
BAB 3 PENUTUP..............................................................................................16
3.I Kesimpulan..........................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................17
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, maka dikemukakan
perumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa saja Dasar Pajak ?
2. Asas – asas apa saja yang termasuk dalam asas pajak?
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini ialah untuk mengetahui tentang dasar pajak
dan asas – asas apa saja yang termasuk asas pajak.
2
BAB II
PEMBAHASAN/ ISI
3
3. Warga Negara Tidak Mendapat Imbalan Langsung
Pajak berbeda dengan retribusi. Contoh retribusi: ketika mendapat manfaat parkir,
maka harus membayar sejumlah uang, yaitu retribusi parkir, namun pajak tidak
seperti itu. Pajak merupakan salah satu sarana pemerataan pendapatan warga negara.
Jadi ketika membayar pajak dalam jumlah tertentu, Anda tidak langsung
menerima manfaat pajak yang dibayar. Yang akan Anda dapatkan, misalnya berupa
perbaikan jalan raya di daerah Anda, fasilitas kesehatan gratis bagi keluarga,
beasiswa pendidikan bagi anak Anda, dan lainnya.
4. Berdasarkan Undang-undang
Artinya pajak diatur dalam undang-undang negara. Ada beberapa undang-undang
yang mengatur tentang mekanisme perhitungan, pembayaran, dan pelaporan pajak.
4. Fungsi Stabilisasi
Pajak dapat digunakan untuk menstabilkan kondisi dan keadaan perekonomian,
seperti untuk mengatasi inflasi, pemerintah menetapkan pajak yang tinggi, sehingga
jumlah uang yang beredar dapat dikurangi. Sedangkan untuk mengatasi kelesuan
4
ekonomi atau deflasi, pemerintah menurunkan pajak, sehingga jumlah uang yang
beredar dapat ditambah dan deflasi dapat di atasi.
2.1.3 JENIS PAJAK YANG DIPUNGUT PEMERINTAH DARI MASYARAKAT
Ada beberapa jenis pajak yang dipungut pemerintah ke masyarakat atau wajib
pajak, yang dapat digolongkan berdasarkan sifat, instansi pemungut, objek pajak
serta subjek pajak.
5
Pajak objektif adalah pajak yang pengambilannya berdasarkan objeknya.
Contohnya: pajak impor, pajak kendaraan bermotor, bea meterai, dan
masih lainnya.
b. Pajak Subjektif
Pajak subjektif adalah pajak yang pengambilannya berdasarkan subjeknya.
Contohnya pajak kekayaan dan pajak penghasilan. Semua administrasi yang
berhubungan dengan pajak pusat, dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP),
Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP), Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak serta Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak.
Sedangkan pengadministrasian yang berhubungan dengan pajak daerah,
dilaksanakan di Kantor Dinas Pendapatan Daerah atau Kantor Pajak Daerah di
bawah Pemerintah Daerah setempat.
6
2.1.5 SYARAT PEMUNGUTAN PAJAK
Tidak mudah dalam membebankan pajak kepada masyarakat. Jika
pemungutan terlalu tinggi, tentu saja masyarakat tidak mau dan pembangunan tidak
berjalan dengan lancar. Untuk itu, pemerintah juga menetapkan syarat pemungutan
pajak berdasarkan kesepakatan dua belah pihak. Syarat pemungutan pajak tersebut,
antara lain:
a. Pemungutan Pajak Harus Adil
Pemungutan pajak untuk masyarakat harus adil dalam pelaksanaannya, sesuai
ketetapan hukum. Contohnya, mengatur hak dan kewajiban para wajib pajak,
pajak diberlakukan kepada setiap warga yang memenuhi syarat sebagai wajib
pajak, atau sanksi diberlakukan secara umum sesuai dengan berat ringannya
pelanggaran.
7
2.2 ASAS PAJAK
2.2.1 ASAS-ASAS PEMUNGUTAN PAJAK
Asas ini mencari dasar pembenar terhadap pengenaan pajak oleh negara. Terdapat
beberapa teori mengenai asa pembenaran pemungutan pajak oleh Negara, yaitu:
a. Teori Asuransi
Menurut Teori Asuransi, pajak diibaratkan sebagai suatu premi asuransi yang
harus dibayar oleh setiap orang karena orang mendapatkan perlindungan atas hak-
haknya dari pemerintah. Teori ini menyamakan pajak dengan premi asuransi, di
mana pembayar pajak (wajib pajak) disamakan dengan pembayar premi asuransi,
yakni pihak tertanggung. Adapun Negara disamakan dengan pihak penanggung
dalam perjanjian asuransi. Dalam perjanjian asuransi, hubungan antara prestasi dan
kontraprestasi itu terjadi secara langsung. Adanya pembayar premi yang merupakan
kewajiban tertanggung berhubungan langsung dengan haknya untuk menerima ganti
rugi bila terjadi evenement. Sebaliknya, hak sipenanggung untuk menerima
pembayaran premi itu diimbangi dengan adanya kewajiban untuk membayar ganti
rugi bila terjadi evenement. Dalam kenyataannya negara tidak memberikan ganti rugi
begitu saja bila seseorang meninggal, mengalami musibah, dan sebagainya, dan
menerima klaim kerugian dari rakyat atas kerugian yang dideritanya bila terjadi
evenement. Justru untuk pajak, tidak diterima suatu imbalan yang secara langsung
dapat ditunjuk. Oleh karena mengandung banyak kelemahan, teori ini kemudian
ditinggalkan.
b. Teori kepentingan
Teori ini mengatakan bahwa negara mengenakan pajak terhadap rakyat karena
Negara telah melindungi kepentingan rakyat. Teori ini mengukur besarnya pajak
sesuai dengan besarnya kepentingan wajib pajak yang dilindungi. Jadi semakin besar
kepentingan yang dilindungi maka semakin besar pula pajak yang harus dibayar.
Kapita Selekta Perpajakan di Indonesi. Teori ini menunjukkan bahwa dasar
pembenar mengapa negara mengenakan pajak adalah karena negara telah berjasa
kepada rakyat selaku wajib pajak, di mana pembayaran pajak itu besarnya ekuivalen
(setara) besarnya jasa yang sudah diberikan oleh negara kepadanya. Teori tersebut
kiranya dapat menimbulkan pertanyaan: apakah hanya terhadap mereka yang
membayar pajak saja negara memberikan perlindungan ataupun jasanya? Bukankah
semua rakyat, termasuk yang tidak termasuk wajib pajak, juga memperoleh
perlindungan? Apabila besar kecilnya jasa yang diberikan oleh negara didasarkan
pada besar kecilnya pajak yang dibayar oleh orang yang bersangkutan, bukankah hal
tersebut dapat menimbulkan diskriminasi? Dalam kenyataan tidak seperti itu. Teori
ini menyamakan pajak dengan retribusi, di mana hubungan antara prestasi dan
kontraprestasi terjadi secara langsung.
8
individu tidak mungkin dapat hidup. Lembaga tersebut, oleh karena memberi hidup
kepada warganya, dapat membebani setiap anggota masyarakatnya dengan
kewajiban-kewajiban, antara lain kewajiban membayar pajak, kewajiban ikut
mempertahankan hidup/negara dengan milisi/wajib militer. Dengan demikian negara
dibenarkan membebani warganya karena memang negara begitu berarti bagi
warganya, sementara bagi rakyat, membayar pajak merupakan sesuatu yang
menunjukkan adanya bakti kepada Negara.
9
2.2.2 ASAS PEMBAGIAN BEBAN PAJAK
Asas ini mencari jawaban atas pertanyaan bagaimana agar beban pajak itu dikenakan
kepada rakyat secara adil, di dalam asa ini terdapat
a. Teori Daya Pikul
Menurut teori ini setiap orang wajib membayar pajak sesuai daya pikul masing-
masing. Daya pikul menurut Prof. de Langen, sebagaimana dikutip oleh Rochmat
Soemitro, adalah kekuatan seseorang untuk memikul suatu beban atas apa yang
tersisa, setelah seluruh penghasilannya dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran
yang mutlak untuk kehidupan primer diri sendiri beserta keluarganya. Atau menurut
Mr. Ir. Cohen Stuart, disamakan dengan suatu jembatan, di mana daya pikul adalah
sama dengan seluruh kekuatan pikul jembatan dikurangi bobot sendiri. Dari
pengertian tersebut dapat dimengerti bahwa yang dimaksud daya pikul bukan hanya
dilihat dari keseluruhan penghasilan yang diperoleh oleh orang yang bersangkutan,
melainkan terlebih dahulu dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran tertentu yang
Asas dan Dasar Pemungutan Pajak memang secara mutlak harus dikeluarkan untuk
memenuhi kehidupan primernya sendiri beserta keluarga yang menjadi
tanggungannya.
b. Prinsip kemanfaatan/kenikmatan
Menurut asas ini pengenaan pajak seimbang dengan benefit yang diperoleh wajib
pajak dari jasa-jasa publik yang diberikan oleh pemerintah. Berdasarkan kriteria ini,
pajak dikatakan adil bila seseorang yang memperoleh kenikmatan lebih besar dari
jasa-jasa publik yang dihasilkan oleh pemerintah dikenakan proporsi beban pajak
yang lebih besar. Pajak Bumi dan Bangunan menggunakan prinsip benetif ini
mengukur aspek keadilan dalam perpajakan. Dasar pemikiran penerapan prinsip ini
di dalam pajak terhadap kekayaan adalah bahwa pelayanan publik (dari negara) telah
menginginkan harga/ nilai kekayaan. Hal tersebut tampaknya dipengaruhi oleh Teori
Hukum Alam Abad XVI, di mana salah satu fungsi negara adalah memberikan
perlindungan terhadap kekayaan warga dan oleh karena itu pemiliknya berkewajiban
turut membayar pengeluaran-pengeluaran negara.
10
b. Asas Negara Asal (Negara Sumber)
Asas Negara sumber mendasarkan pemajakan pada tempat di mana sumber itu
berada, seperti adanya suatu perusahaan, kekayaan atau tempat kegiatan di suatu
negara. Negara di mana sumber itu berada mempunyai wewenang untuk
mengenakan pajak atas hasil yang keluar dari sumber itu. Dalam hal ini penghasilan
yang dapat dikenakan pajak oleh Negara tempat penghasilan itu diperoleh (sumber)
hanya terbatas pada penghasilan yang diperoleh dari negara tersebut. Dengan
demikian sasaran pengenaan pajak menjadi sangat terbatas.
c. Asas Kebangsaan
Asas ini mendasarkan pengenaan pajak seseorang pada status kewarganegaraannya.
Jadi pemajakan dilakukan oleh Negara asal wajib pajak. Yang dikenakan pajak ialah
semua orang yang mempunyai kewarganegaraan negara tersebut, tanpa memandangi
tempat tinggalnya. Apabila asas ini digunakan oleh suatu negara maka sasaran
pengenaan pajaknya adalah seluruh penghasilan dan kekayaan dari mana pun
asalnya. Asas kebangsaan menurut Tony Marsyahrul disebut dengan asas nasional.
Asas nasional adalah asas yang menganut cara pemungutan pajak yang dihubungkan
dengan kebangsaan dari suatu negara. Untuk menghindari seorang wajib pajak
dikenakan pajak dari berbagai negara yang menganut salah satu dari ketiga asas
tersebut, maka diadakan suatu perjanjian perpajakan (tax treaty).
b. Asas Ekonomis
Pajak selain memiliki fungsi anggaran akan tetapi juga memiliki fungsi
mengatur . oleh karena fungsi yang demikian maka pemungutan pajaknya:
11
Harus diusahakan supaya jangan sampai menghambat lancarnya produksi
dan perdagangan;
Harus diusahakan supaya jangan menghalang-halangi rakyat dalam
usahanya mencapai kebahagiaan; dan
Harus diusahakan jangan sampai merugikan kepentingan umum.
c. Asas Finansial
Di sini fungsi pajak yang terpenting adalah fungsi budgeter, yakni
memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke dalam kas negara. Sehubungan dengan
hal itu, agar hasil pemungutan pajak besar maka biaya pemungutannya harus
sekecil-kecilnya. Untuk itu pemerintah harus memperhitungkan efisiensi
pengeluaran untuk penetapan pajak, pemungutan pajak, pelaporan pajak, juru
pungut, dan sebagainya. Sedapat mungkin biaya yang dikeluarkan itu ditekan.
Atau, kalau memang secara riil tidak menguntungkan, sebaiknya tak perlu
dilakulan pemungutan. Memang tidak mudah menyikapi hal ini, terutama dari sisi
proporsionalitas besaran pajak. Kalau pemerintah hanya melakukan pemungutan
terhadap pajak yang besar maka peran serta masyarakat pada lapisan bawah tidak
tertampung. Tentunya bukan itu yang dimaksudkan di sini. Masyarakat diharapkan
secara aktif mau memenuhi kewajiban pajaknya sekalipun hanya kecil sehingga
dari sisi pemungutan dapat menekan biaya pemungutan. Untuk itu perlu adanya
kesadaran dari masyarakat selaku wajib pajak.
12
masyarakat terdapat peraturan-peraturan yang menjamin kepastian dalam hubungan
mereka satu sama lain.
Apa yang dikemukakan oleh Rochmat Soemitro pada bagian asas-asas di muka
kiranya dapat dijadikan dasar untuk pembuatan peraturan di bidang pajak. Hal tersebut
sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Eikema Hommes bahwa pembentukan
hokum praktis perlu berorientasi pada asas-asas hukum. Dengan kata lain, asas hukum
ialah dasar-dasar atau petunjuk arah dalam pembentukan hukum positif.
Khususnya untuk pembentukan peraturan di bidang pajak ini, dalam bukunya yang
berjudul Wealth of Nation, Adam Smith memberikan pedoman bahwa supaya peraturan
pajak itu adil maka empat syarat berikut harus dipenuhi. Keempat pedoman ini disebut
The Four Canons of Adam Smith adalah sering juga disebut The Four Maxime:
a. Equality and equity
Equality and equity mengandung arti persamaan dan keadilan, di mana
undangundang pajak senantiasa memberikan perlakuan yang sama terhadap orang-
orang yang berada dalam kondisi yang sama. Dalam hal ini di dalamnya terkandung
maksud adanya larangan terhadap perlakuan diskriminatif
b. Certainty,
Certainty, mengandung arti kepastian. Undang-undang pajak yang baik
senantiasa dapat memberikan kepastian hokum kepada wajib pajak mengenai kapan
ia harus membayar pajak, apa hak dan kewajiban mereka, dan sebagainya. Terkait
dengan hal itu, undang-undang pajak tidak boleh mengandung kemungkinan
penafsiran ganda (ambigius). Apabila ketentuan mengenai sesuatu hal yang
berpotensi menimbulkan penafsiran ganda maka seyogyanya dapat diberikan
penjelasan seperlunya. Kemudian, apabila dimungkinkan, hal tersebut dimasukkan
ke dalam batang tubuh undang-undang tersebut, misalnya dalam ketentuan umum
Pasal 1. Tafsir otentik yang dimuat di dalam Pasal 1 akan meminimalisasi
kemungkinan penafsiran ganda.
c. Convenience of payment,
Convenience of payment adalah bahwa pajak harus dipungut pada saat yang
tepat, yaitu pada saat wajib pajak mempunyai uang. Hal ini berkaitan dengan
kemampuan wajib pajak. Mengenai kapan wajib pajak memiliki uang sehingga
mampu membayar pajak sesuai kewajibannya, masing-masing wajib pajak tidaklah
sama.
d. Economic of collection.
Economic of collection, dalam undang-undang pajak juga harus diperhitungkan
rasio (perimbangan) antara biaya pengumpulan/pemungutan dengan hasil pajak itu
sendiri sehingga diharapkan tidak terjadi hasil pajak yang negatif di mana biaya yang
dikeluarkan bagi pemungutan pajak justru lebih besar daripada jumlah pajak yang
berhasil dihimpun. Dari sisi ini sebaiknya pengeluaran untuk pemungutan pajak itu
dibuat efisien.
13
a. Syarat Yuridis
Di mana pajak haruslah adil. Keadilan tersebut mencakup sisi aturannya di mana
pajak harus dipungut sesuai dengan kekuatan membayar (daya pikul).
Pelaksanaan undang-undang pajak pun harus diawasisupaya pejabat yang
melaksanakan tidak sewenangwenang, sekaligus ada kesempatan untuk
pengajuan keberatan dan pengaduan kepada atasan pejabat yang berwenang.
Ditambahkan pula bahwa meskipun telah digunakan pertimbangan masak-masak
saat suatu undangundang dibuat, pelaksanaannya dapat menjadi kurang adil.
Untuk itu dapat dilakukan billijkheids ordonantie.
b. Syarat Ekonomis
Di mana pajak harus dibayar dari penghasilan rakyat (volkeinkomen) dan tidak
boleh mengurangi kekayaan rakyat. Pajak tidak menghalanghalangi kelancaran
perdagangan dan perindustrian. Pajak tidak boleh merugikan kebahagiaan rakyat,
umpama pajak atas barang-barang sandang-pangan yang memberatkan. Pajak
sebaiknya ditagih pada waktu yang tepat, misalnya sehabis panen, dan
sebagainya.
c. Syarat Keuangan
Di mana hendaknya pajak yang dipungutnya cukup untuk menutup sebagian
pengeluaran negara. Pajak juga tidak memakai ongkos pemungutan yang besar.
c. Asas efisien
Di mana pajak yang dipungut dari masyarakat kemudian digunakan untuk
membiayai kegiatan-kegiatan administrasi pemerintahan dan pembangunan. Oleh
14
karena itu suatu jenis pungutan harus efisien, jangan sampai biayabiaya
pungutannya justru lebih besar daripada hasil penerimaan pajak itu sendiri.
d. Asas non-distorsi
Yakni bahwa pajak harus tidak menimbulkan adanya distorsi di dalam
masyarakat, terutama distorsi ekonomi. Pengenaan pajak seharusnya tidak
menimbulkan kelesuan ekonomi, mis-alokasi, sumbersumber daya dan inflasi.
e. Asas kesederhanaan
Dalam hal ini berarti bahwa aturanaturan pajak harus dibuat secara sederhana
sehingga mudah dimengerti baik oleh fiskus maupun wajib pajak, sebagai pihak-
pihak yang terkait dalam hubungan pajak.
f. Asas adil
Hal tersebut terutama berarti bahwa alokasi beban pajak pada berbagai
golongan masyarakat harus mencerminkan keadilan. Ada 2 kriteria yang lazim
untuk melihat apakah alokasi beban pajak telah mencerminkan aspek keadilan,
yaitu kemampuan membayar wajib pajak dan prinsip benefit
15
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dalam pembahasan makalah ini pembahsaan yang dapat ditarik adalah
1. Pajak adalah pungutan wajib dari rakyat untuk negara. Setiap sen uang pajak yang
dibayarkan rakyat akan masuk dalam pos pendapatan negara dari sektor pajak.
Penggunaannya untuk membiayai belanja pemerintah pusat maupun daerah demi
kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan UU KUP Nomor 28 Tahun 2007, pasal 1, ayat 1,
pengertian pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2. Adapun beberapa ciri-ciri dari pajak yaitu pajak merupakan kontibusi wajib warga
Negara, pajak bersifat memaksa untuk setiap warga Negara, warga Negara tidak
mendapat imbalan langsung dan berdasarkan undang-undang
3. Adapun beberapa fungsi pajak yaitu fungsi anggaran (fungsi budgeter), fungsi mengatur
(fungsi regulasi), fungsi pemerataan (pajak distribusi) dan fungsi stabilisasi
4. Jenis pajak yang dipungut pemerintah dari masyarakat yaitu jenis pajak berdasarkan sifat
(pajak tidak langsung dan pajak langsung), jenis pajak berdasarkan instansi pemungut
(pajak daerah dan pajak Negara) dan jenis pajak berdasarkan objek dan subjek pajak
(pajak objektif dan pajak subjektif)
5. Hukum pajak dibagi menjadi 2 yaitu hukum pajak materil dan hukum pajak formil
6. Syarat dari pemungutan pajak yaitu: pemungutan pajak harus adil, pengaturan pajak
harus berdasarkan UU, pungutan pajak tidak mengganggu perekonomian, pemungutan
pajak dengan efisien dan sistem Pemungutan pajak harus sederhana
7. Ada beberapa teori dalam asas-asas pemungutan pajak yaitu teori auransi, teori
kepentingan. Teori kewajiban pajak mutlak, teori daya beli dan teori pembenaran pajak
menurut pancasila
8. Ada beberapa poin penting dalam asas pembagian beban pajak yaitu: teori daya pikul dan
prinsip kemanfaatan/kenikmatan
9. Asas –asas yang terkait dengan asas pengenaan pajak ialah asas Negara tempat tinggal,
asa Negara asal dan asas kebangsaan
10. Asas-asa yang terkait dengan asas pelaksanaan pemungutan pajak ialah asas yuridis, asas
ekonomis dan asas finansial.
11. Dalam asas pembentukan ketentuan pajak yang lain, Adam Smith memberikan 4
pedoman yaitu Equality and equity, Certainty, Convinience of payment dan Economic of
collection. Menurut Rochmat Soemitro pembuatan UU pajak hendaknya memenuhi
syarat-syarat tertentu yakni syarat yuridis, syarat ekonomis dan syarat keuangan.
12. Dalam asa perpajakan yang lain ada beberapa asas yang terkait yakni asas legal, asas
kepastian hukum, asas efisien, asas non-distorsi, asas kesederhanaan dan asas adil
16
DAFTAR PUSTAKA
https://www.cermati.com/artikel/pengertian-pajak-fungsi-dan-jenis-jenisnya
https://dosenekonomi.com/ilmu-ekonomi/hukum/dasar-dasar-perpajakan
http://abdulkadir.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/362/2018/01/BAB-II-kapita-selekta-
perpajakan.pdf
17