Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENGERTIAN PAJAK DAN FUNGSI SERTA PENGATURANYA DALAM


HUKUM PAJAK

DI SUSUN OLEH

M. ZAHWA FAIRUZ (2102026133)

ISMA FITRIANA (2102026134)

SINT GHANY AD (2102026135)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM UNIVERSITAS ISLAM


NEGERI WALISONGO SEMARANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan kita
nikmat hidup, nikmat ilmu, nikmat sehat dan sebagainya, dengan tujuan untuk
menyusun makalah yang berjudul “Pentingnya Masyarakat Indonesia Dalam
Membayar Pajak” Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan
tambahan wawasan bagi kami sebagai penulis dan bagi para pembaca.

Khusunya dalam hal meminimalisir atau mengurangi masyarakat yang


tidak membayar wajib pajak agar tidak terjadi pengeluaran pemerintah yang lebih
dari pada pendapatan yang di terima negara, maka dari itu kami selaku penulis
tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada Ibu Mustla Sofyan Tasfiq,
selaku dosen pengajar Pengantar Hukum Indonesia. Tidak lupa bagi teman lain
yang telah mendukung penulisan makalah ini kami juga mengucapkan terima
kasih.

Terakhir, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Maka dari itu kami membutuhkan kritik dan saran yang bisa membangun
kemampuan kami, agar kedepannya bisa menulis makalah dengan lebih baik lagi.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca, dan bagi kami khususnya
sebagai penulis.Penulis sangat bersyukur dapat menyelesaikan penulisan makalah
yang menjadi tugas dalam mata kuliah Pengantar Hukum Indonesia pada program
studi Hukum Pidana Islam UIN Walisongo Semarang. Dengan ini penulis
mengangkat judul “pengertian pajak dan fungsinya serta pengaturannya dalam
hukum pajak”.

Penulis sadar sepenuhnya apabila dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan baik dalam penyusunan bahasa serta aspek - aspek lainnya. Maka dari
itu, kami membuka seluas-luasnya pintu bagi para pembaca yang ingin
memberikan kritik maupun sarannya demi penyempurnaan makalah ini.
Semarang,

5 Oktober 2021
Penysunan

DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR…………………………………………...
……….............................……. i

DAFTAR ISI………………………………………………………………..
…................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…...
…………………………………................................................ 1.1

B. Rumusan Masalah…………….....
……………………............................................ 2.1

C. Tujuan Penulisan…...................................
…………………………………………... 2.2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum ..............................….....................................................


3.1

B. Fungsi Hukum Pajak ....................................


……………................................ 4.1

C. Macam-Macam Pajak .....................


……………………….................................. 5.1

D.Pengaturan Hukum Pajak ............................................................................


6.1

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…................................………………………………..
…………………… 7.1
Saran..................................................................................................................
8.1

DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………................................
9.1

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat penting bagi


pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional, yang berlangsung
terusmenerus dan berkesinambungan yang bertujuan meningkatkan
kesejahteraan bersama. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu
memperhatikan masalah kemandirian suatu bangsa dan negara dalam
pembiayaan pembangunan.

Potensi yang bisa digunakan adalah dengan menggali sumber dana yang
berasal dari dalam negeri berupa pajak. Pajak menurut Pasal 1 Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,
adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan/jasa timbal balik secara langsung dan digunakan untuk
keperluan Negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat.

Salah satu sektor penerimaan pemerintah yaitu pajak. Pemerintah


berusaha untuk memaksimalkan penerimaan dari sektor pajak. Usaha ini
ditempuh dengan melakukan perubahan peraturan perpajakan. Hal ini dilakukan
untuk merevisi aturan lama yang ada kelemahannya agar penerimaan dari sektor
pajak dapat diperoleh secara maksimal.

B. RUMUSAN MASALAH

1.apa yang menyebabkan masyarakat tidak mau membayar pajak?

2.faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan dan pengeluaran pemerintah


tidak seimbang ?

3.dampak apa saja yang di timbulkan akibat tidak membayar pajak?

4.bagaimana upaya yang dilakukan pemerintah dalam menanggulangi masalah


ketidaktaatan masyarakat dalam membayar pajak?

5.dimana masyarakat bisa membayar pajak?

6.mengapa masyarakat Indonesia ada tidak mau membayar pajak?

C. TUJUAN

Adapun tujuan dari penelitian ini :

1.Memenuhi tugas Ujian Tengah Semester Penghantar Hukum Indonesia.

2.Dapat memahami lebih dalam tentang apa pengertian pajak.


3.Mengetahui fungsinya serta pengaturannya dalam hukum pajak.

BAB II

PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN HUKUM PAJAK

Hukum pajak adalah sekumpulan peraturan yang mengatur hak dan


kewajiban serta hubungan antara wajib pajak dan pemerintah selaku pemungut
pajak. Namun, tafsir mengenai apa itu hukum pajak sebenarnya beragam.
Setidaknya, terdapat enam ahli yang pernah mengungkapkan pendapatnya
mengenai hukum pajak, yakni:

-Santoso Brotodihardjo

Menurut Santoso Brotodihardjo, hukum pajak atau yang juga dikenal


sebagai hukum fiskal merupakan aturan-aturan yang meliputi wewenang atau hak
pemerintah dalam mengambil kekayaan seseorang dan memberikannya kembali
ke masyarakat melalui kas negara.

Dalam hal ini, hukum pajak merupakan hukum publik yang mengatur
hubungan orang pribadi atau badan hukum yang memiliki kewajiban untuk
menunaikan pajak (wajib pajak) dengan negara.

-Bohari

Pendapat senada juga diutarakan oleh Bohari. Menurutnya, hukum pajak


merupakan kumpulan peraturan perundang-undangan yang mengatur rakyat
selaku pihak yang membayar pajak dengan pemerintah selaku pemungut pajak.

-Rachmat Soemitro

Menurut Rachmat Soemitro, hukum pajak adalah kumpulan peraturan


yang mengatur hubungan rakyat selaku pembayar pajak dengan pemerintah selaku
pemungut pajak.

-Erly Suandy

Erly Suandy juga mengungkapkan hal yang tidak jauh berbeda.


Menurutnya, hukum pajak atau hukum fiskal merupakan bagian dari hukum
publik yang mengatur hubungan antara rakyat selaku wajib pajak dengan
penguasa atau pemerintah selaku pemungut pajak.

-Dr. Soeparman Soehamidjaja

Pendapat yang berbeda disampaikan oleh Dr. Soeparman Soehamidjaja.


Menurutnya, hukum pajak adalah hukum yang mengatur masalah perpajakan yang
akan meringankan biaya produksi barang dan jasa untuk mencapai kesejahteraan
umum.

-Hartono Hadisoeprapto

Sementara, Hartono Hadisoeprapto menyatakan, hukum pajak adalah


serangkaian peraturan yang mengatur bagaimana pajak dipungut, atas keadaan
atau peristiwa apa pajak tersebut dikenakan, serta berapa besar atau jumlah pajak
yang dikenakan.
B. FUNGSI HUKUM PAJAK

Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, pajak memiliki sejumlah


fungsi yang didasarkan pada asas-asas yang bertujuan untuk menyejahterakan
rakyat. Adapun fungsi hukum pajak adalah sebagai berikut:

1. Hukum pajak berfungsi sebagai acuan dalam menciptakan sistem pemungutan


pajak yang berlandaskan atas dasar keadilan, efisien, serta diatur sejelas-jelasnya
dalam undang-undang tentang hukum pajak itu sendiri.

2. Hukum pajak berfungsi sebagai sumber yang menerangkan tentang siapa


subjek dan objek yang perlu atau tidak perlu dijadikan sumber pemungutan pajak
demi meningkatkan potensi pajak secara keseluruhan.

Fungsi Pajak bagi Negara dan Masyarakat

Pajak memiliki peranan yang signifikan dalam kehidupan bernegara,


khususnya pembangunan. Pajak merupakan sumber pendapatan negara dalam
membiayai seluruh pengeluaran yang dibutuhkan, termasuk pengeluaran untuk
pembangunan. Sehingga pajak mempunyai beberapa fungsi, antara lain:

1. Fungsi Anggaran (Fungsi Budgeter)

Pajak merupakan sumber pemasukan keuangan negara dengan cara


mengumpulkan dana atau uang dari wajib pajak ke kas negara untuk membiayai
pembangunan nasional atau pengeluaran negara lainnya . Dengan
demikian, fungsi pajak merupakan sumber pendapatan negara yang memiliki
tujuan menyeimbangkan pengeluaran negara dengan pendapatan negara.
2. Fungsi Mengatur (Fungsi Regulasi)

Pajak merupakan alat untuk melaksanakan atau mengatur kebijakan negara dalam
lapangan sosial dan ekonomi. Fungsi mengatur tersebut antara lain:

 Pajak dapat digunakan untuk menghambat laju inflasi.


 Pajak dapat digunakan sebagai alat untuk mendorong kegiatan ekspor,
seperti pajak ekspor barang.
 Pajak dapat memberikan proteksi atau perlindungan terhadap barang
produksi dari dalam negeri, contohnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN ).
 Pajak dapat mengatur dan menarik investasi modal yang membantu
perekonomian agar semakin produktif.

3. Fungsi Pemerataan (Pajak Distribusi)

Pajak dapat digunakan untuk menyesuaikan dan menyeimbangkan antara


pembagian pendapatan dengan kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat.

4. Fungsi Stabilisasi

Pajak dapat digunakan untuk menstabilkan kondisi dan keadaan


perekonomian, seperti untuk mengatasi inflasi, pemerintah menetapkan pajak
yang tinggi, sehingga jumlah uang yang beredar dapat dikurangi. Sedangkan
untuk mengatasi kelesuan ekonomi atau deflasi, pemerintah menurunkan pajak,
sehingga jumlah uang yang beredar dapat ditambah dan deflasi dapat di atasi.

Keempat fungsi pajak di atas merupakan fungsi dari pajak yang umum
dijumpai di berbagai negara. Di Indonesia, pemerintah lebih menitikberatkan pada
dua fungsi pajak sebagai pengatur dan budgeter. Lembaga pemerintah yang
mengelola pajak negara di Indonesia adalah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang
berada di bawah Kementerian Keuangan.
Tanggung jawab atas kewajiban membayar pajak berada pada anggota
masyarakat sendiri untuk memenuhi kewajiban tersebut, sesuai dengan sistem self
assessment yang dianut dalam Sistem Perpajakan Indonesia. Self
assessment berarti wajib pajak menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan
melapor kewajiban perpajakannya sendiri. Jadi tidak memaksa wajib pajak
membayar pajak sebesar-besarnya, tapi sesuai dengan aturan perundang-
undangan.

DJP sesuai fungsinya berkewajiban melakukan pembinaan, penyuluhan,


pelayanan, serta pengawasan kepada masyarakat. Dalam melaksanakan fungsinya
tersebut, DJP berusaha sebaik mungkin memberikan pelayanan kepada
masyarakat sesuai visi dan misinya.

C. MACAM-MACAM

Pajak Penghasilan (PPh)

PPh adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu Tahun Pajak. Yang
dimaksud dengan penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak baik yang berasal baik dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam
bentuk apapun.

Dengan demikian, maka penghasilan itu dapat berupa keuntungan usaha,


gaji, honorarium, hadiah, dan lain sebagainya. Adapun jenis-jenis PPh adalah
sebagai berikut: PPh Pasal 15, PPh Pasal 19, PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh
Pasal 23, PPh Pasal 24, PPh Pasal 25, PPh Pasal 26, PPh Pasal 29, PPh Final Pasal
4 ayat 2.
Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

PPN adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak atau
Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean (dalam wilayah Indonesia). Orang
Pribadi, perusahaan, maupun pemerintah yang mengkonsumsi Barang Kena Pajak
atau Jasa Kena Pajak dikenakan PPN.

Pada dasarnya semua barang dan jasa merupakan objek PPN, namun ada
beberapa pertimbangan, baik soal ekonomi maupun sosial, maka ada beberapa
barang dan jasa yang tidak dikenakan PPN, sehingga tidak termasuk dalam objek
PPN. Secara sederhana, objek PPN dikelompokan menjadi dua, yakni:

Jasa Kena Pajak (JKP), yaitu tiap-tiap kegiatan berupa pelayanan yang
dengan berdasarkan perikatan atau perbuatan hukum memungkinkan suatu barang
atau fasilitas atau kemudahan atau hak, tersedia untuk dipakai. Selain itu, jasa
yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan
dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan, juga termasuk dalam kategori JKP,
yang dikenakan pungutan PPN.

Dua kategori di atas ini merupakan garis besar objek PPN yang tertuang
dalam peraturan perundang-undangan. Secara spesifik, macam-macam objek PPN
serta yang tidak termasuk dalam objek PPN tertuang dalam Undang-Undang
Nomor 42 Tahun 2009 tentang PPN dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM) atau biasa disebut UU PPN dan PPnBM

Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

Selain dikenakan PPN, atas pengkonsumsian Barang Kena Pajak tertentu


yang tergolong mewah, juga dikenakan PPnBM. Barang-barang yang tergolong
mewah memiliki kriteria sebagai berikut:

-Bukan merupakan barang kebutuhan pokok.

-Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu.


-Pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan
tinggi.

-Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status.

-Apabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral masyarakat, serta


mengganggu ketertiban masyarakat.

Bea Materai (BM)

Bea materai adalah pajak atas pemanfaatan dokumen yang dikenakan pada
saat sedang mengurus surat-surat tertentu seperti surat perjanjian, akta notaris,
serta kwitansi pembayaran, surat berharga dan efek, yang memuat jumlah uang
atau nominal diatas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan.

Pajak Bumi dan Bangunan

Pajak Bumi dan Bangunan yang dimaksud adalah pajak yang dikenakan
atas kepemilikan, pemanfaatan dan atau penguasaan atas tanah dan atau
bangunan. Objek Pajak Bumi dan Bangunan adalah bumi dan atau bangunan, di
mana pengertian bumi dan atau bangunan dijelaskan sebagai berikut.

“Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta
laut wilayah Indonesia, dan tubuh bumi yang ada di bawahnya. Sedangkan
bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada
tanah dan atau perairan“.

Sektor pajak PBB dikategorikan dalam 5 kelompok diantaranya Sektor Pedesaan,


Perkotaan, Perkebunan, Pertambangan dan Perhutanan. Namun, ada perubahan
pada kategori sektor tersebut, berdasarkan Undang-Undang No. 28 tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) mulai 1 Januari 2014, PBB
Perdesaan dan Perkotaan (Sektor P2) telah masuk ke dalam kategori Pajak
Daerah. Sedangkan untuk PBB Perkebunan, Perhutanan, Pertambangan (Sektor
P3) masih tetap merupakan Pajak Pusat.
Pajak Daerah

    Pajak daerah dibagi menjadi 2 jenis yaitu pajak yang dikelola oleh pemerintah
provinsi dan oleh kabupaten/kota. Adapun, pengelola pajak tersebut dilaksanakan
oleh Dinas atau Badan Pendapatan Daerah. Umumnya, setiap daerah memiliki
nama yang berbeda atas dinas atau Badan Pendapatan Daerah tersebut. Berikut
jenis-jenis pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah yaitu:

Pajak Propinsi, Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan


Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bemotor, Pajak Air Permukaan, Pajak
Rokok, Pajak Kabupaten/Kota, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak
Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak
Parkir

D. PENGATURAN HUKUM PAJAK

Pengaturan perpajakan daerah di Indone sia selama ini berpedoman pada


dua kaedah iaIah kaedah sentral (central norm) maupun kaedah local (local
norm). Kaedah sentral (cen tra/ norm) dalam pengaturan perpajakan daerah
dapat dibedakan menjadi dua, iaIah:

(1) Peraturan perundang-undangan pemerintahan daerah, rnelipuli

a). Undang-Undang Nomor ITahun 1957.

b) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974.

c). Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999.

d). Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.

(2) Peraturan perundang-undangan pajak dan retribusi daerah. meliputi

a). Undang Undang Nomor 111 Drt /1957.


b). Undang Undang Nomor 18Tahun 1997.

c). Undang Undang Nomor 34Tahun 2000.

Kaidah lokal [local norm) dalam pengaturan perpajakan daerah


menggunakan Peraturan Daerah yang dibuat dan diberlakukan oleh Pemerintah
Daerah yang bersangkutan. Substansi peraturan perundang-undangan pajak
daerah dan retribusi daerah tidak dapat lepas dari pengaruh karakter peraturan
perundang-undangan pemerintahan daerah. Seperti pendapat Moh. Mahfud,
konfigurasi politik tertentu menyebabkan lahirnya produk hukum dengan
karakter tertentu

pengaturan bidang perpajakan daerah tidak lepas dari campur tangan


pemerintah, sebab untuk mengatur bidang ini beberapa kali pemerintah
menerbitkan peraturan perundang-undangan, seperti peraturan perundang-
undangan tentang Pemerintahan Daerah (UU No. 1 Tahun 1957, UU No. 5 Tahun
1974, UU No. 22 Tahun 1999, maupun UU No. 32 Tahun 2004).

Walaupun yang diatur oleh peraturan perundang-undangan tersebut


tentang pemerintahan daerah, tetapi sebagian isinya ada yang berkaitan dengan
pengaturan bidang perpajakan daerah. Meskipun, berbagai peraturan perundang-
undangan tersebut yang menerbitkan adalah pemerintah, tetapi jiwa dari masing-
masing peraturan perundang-undangan tersebut tidak sama; sebab ada yang
memiliki jiwa desentralisasi dan ada yang sentralisasi.

berdasar undang-undang ini pengaturan bidang perpajakan daerah tidak


lagi menggunakan sistem desentralisasi tetapi berubah menggunakan sistem
sentralisasi. Kedua undang-undang dimuka kemudian diganti dengan undang-
udang yang baru, ialah Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999 Jo Undang
Undang Nomo 34 Tahun 2000, menurut undang-undang ini pengaturan bidang
perpajakan daerah menggunakan sistem sentralisasi dan sekaligus menggunakan
sistem desentralisasi.

Tidak jauh berbeda dengan peraturan perundang-undangan yang lebih


dahulu, Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004, dalam mengatur bidang
perpajakan daerah ternyata lebih bersifat sentralistis, hal ini didasarkan pada Pasal
158 ayat (1): Pajak daerah dan retribusi daerah ditetapkan dengan undang-undang
yang pelaksanaannya di daerah diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah; ayat
(2) Pemerintah Daerah dilarang melakukan pemungutan atau dengan sebutan lain
di luar yang telah ditetapkan undang-undang .

Berdasarkan pendekatan yuridis, ternyata Peraturan Daerah Nomor 1


Tahun 2002 sudah memenuhi syarat formil maupun materiil, seperti yang telah
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan dimuka.

Saran yang saya sampaikan dalam disertasi ini adalah :

(a).guna meningkatkan pendapatan asli daerah dari sektor pajak daerah, sudah
saatnya pemerintah daerah diberi kebebasan untuk menentukan, mengatur, dan
mengelola jenis pajak daerah dengan sistem desentralisasi;

(b). Kepentingan umum yang merupakan salah satu bagian yang tidak boleh
dilanggar oleh produk hukum pajak daerah, perlu dintinjau kembali karena
kepentingan umum memiliki pengertian yang tidak terbatas dan bersifat global.

BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Dalam memahami mengapa seseorang harus membayar pajak


untuk membiayai pembangunan yang terus dilaksanakan, maka perlu
dipahami terlebih dahulu tentang pengertian pajak itu sendiri. Disini
Negara memerlukan danan untuk kepentingan rakyat. Dana yang akan
dikeluarkan ini tentunya didapat dari rakyat itu sendiri melalui pemungutan
yang disebut dengan pajak.

Sebagaimana dinyatak dalam Pasal 23 Ayat 2 UUD 1945 yang


menegaskan agar setiap pajak yang akan dipungut haruslah berdsarkan
undang-undang. Disini kita dapat menyimpulkan bahwa pajak adalah iuran
rakyat kepada kas Negara berdasrkan undang-undang dengan tiada
mendapat jasa-timbal, yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum yang hasilnya akan dikembalikan
kepada masyarakat

Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan pada BAB sebelumnya


adalah bagaimana cara kita dalam mengetahui fungsi hukum pajak yaitu untuk
membangun dan menjaga naik turunnya nilai uang suatu negara. Dalam hal ini
kita sudah tahu konsekuensi apa yang kita dapat kan jika kita tidak membayar
pajak yaitu terkena hukum pidana.

B. SARAN

Kelompok saya juga memiliki saran kepada para pembaca yaitu untuk
tidak lupa membayar pajak tepat waktu dan sudah tidak perlu memikirkan lagi
tata cara membayar pajak karna pajak bukan untuk pemerintah yakni untuk
masyarakat kita sendiri. Untuk selalu Dalam penyusunan makalah ini sangatlah
jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, sangat perlu koreksi serta saran yang
membangun untuk kemajuan dan perbaikan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin P. Soeria Atmadja, Mekanisme Pertanggungjawaban Keuangan Negara


Suatu Tinjauan Yuridis, Gramedla, Jakarta, 1986

Suparmoko, Keuangan Negara, BPFE, Yogyakarta, 1999

Santoso Brotodihardjo, Pengantarllmu Hukum Pajak, Fresco, Bandung, 1989

https://www.online-pajak.com/tentang-pajakpay/tata-cara-pembayaran-pajak-
penghasilan
https://www.hipajak.id/artikel-jenis-pajak-di-indonesia-yang-perlu-banget-
kamu-tau

https://www.online-pajak.com/macam-macam-pajak

https://www.online-pajak.com/tentang-pajak/hukum-pajak

http://manajemen.uma.ac.id/2020/11/efek-jika-warga-tidak-bayar-pajak-
negara/

https://kostaffiaui.medium.com/tiga-upaya-generasi-muda-dalam-
meningkatkan-kesadaran-pajak-10f8a0339a8b

Anda mungkin juga menyukai