Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PERPAJAKAN I

KONSEP DASAR PERPAJAKAN

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK II
HADI (102201041)
SENDIKA (102001083)
SRI AYU FEBRIAN (102201029)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON
BAUBAU 2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
Rahmat serta Karuniya-Nya, sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya.Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak akan
sanggup menyelesaikan dengan baik makalah ini.

Kami juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang
yang membacanya agar mampu untuk mengenal tentang apa itu konsep dasar
perpajakan yang kami sajikan berdasarkan informasi dari berbagai sumber. Kami
menyadari bahwa, dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
didalamnya, terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang.
Namun berkat kerja sama antar anggota kelompok, akhirnya karya ilmiah ini dapart
terselesaikan dengan cukup baik.

Akhir kata, kami sampaikan terimah kasih kepada semua pihak yang berperan
dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga allah SWT, senantiasa
meridhoi segala usaha kita.Aminn.

Baubau, 30 september 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

KATA PENGANTAR .............................................................................................ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

A. Latar Belakang ............................................................................................1


B. Rumusan Masalah .......................................................................................3
C. Tujuan .........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................4

A. Fungsi Pajak Dalam Pembangunan .............................................................4


B. Kedudukan Hukum Pajak Dalam Tata Hukum Nasional ...........................8
C. Syarat-Syarat Undang-Undang Pajak Bagi Suatu Negara ..........................12

BAB III PENUTUP .................................................................................................15

A. Kesimpulan .................................................................................................15
B. Saran ............................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Secara normatif telah dikemukakan bahwa kewenangan perpajakan di


daerah yang diwujudkan dengan sejumlah jenis pajak yang disebut sebagai pajak
daerah adalah kewenangan yang merupakan derivasi atau turunan dan kelanjutan
dari kewenangan yang dimiliki pemerintah pusat. Hal demikian secara jelas
dinyatakan dalam berbagai Undang-undang perpajakan dan juga Undang-undang
pemerintahan daerah yang mengatur pola hubungan kewenangan pemerintahan,
bahwa secara limitatif disebutkan kewenangan pemerintah pusat diantaranya
adalah kewenangan di bidang fiskal atau perpajakan.

Secara teoritis model kewenangan yang demikian ini merupakan


konsekuensi dari dianutnya sistem negara kesatuan dimana Indonesia menganut
sistem tersebut. Kewenangan perpajakan adalah kewenangan yang sangat fital
bagi eksistensi bangunan negara kesatuan sehingga keberadaannya tidak di
desentralisasikan, kecuali untuk kewenangan jenis pajak tertentu yang kemudian
disebut pajak daerah. Pada dasarnya kewenangan tersebut adalah kewenangan
pemerintah pusat dan sewaktu waktu dapat dicabut atau dikembalikan kepada
pemerintah pusat jika ada sejumlah alasan yang sifatnya manajerial atau
administrasi pemerintahan yang dianggap lebih layak jika dikelola secara terpusat.
Keberadaan Undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) yang
secara khusus mengatur pajak dan retribusi daerah adalah penjabaran lebih lanjut
mengenai kewenangan perpajakan yang berada di pemerintah pusat yang
kemudian diberikan atau didelegasikan kepada daerah dengan pertimbangan
pokok demi efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaannya. Tentu ada sejumlah
alasan lain seperti untuk mendorong kreativitas dan inovasi daerah dalam
menggali potensi penerimaan daerah atau untuk menambah jumlah penerimaan
daerah dan sebagainya.

Prinsip dasar yang harus dipahami adalah kewenangan perpajakan di


dalam konteks negara kesatuan adalah kewenangan yang secara teoritis melekat

1
pada pemerintah pusat. Dalam perspektif ini melihat persoalan perpajakan di
daerah memiliki acuan teoritis yang sama dengan persoalan pajak nasional kecuali
yang berkaitan dengan konteks dan dimensi struktur organisasi pengelola pajak
yang berbeda. Maksudnya sejumlah teori yang berkaitan dengan pajak daerah
adalah mengacu sejumlah teori yang sama yang digunakan untuk membedah
persoalan pajak dalam level nasional. Misalnya teori yang berkaitan dengan asas
asas umum perpajakan dan keadilannya yang berkaitan dengan penentuan tarif,
teori efisiensi dan efektivitas pemungutan pajak dan sebagainya. Berikut ini
dikemukakan sejumlah teori yang berkaitan dengan persoalan perpajakan,
terutama yang berkaitan dengan dimensi keadilan pemungutan pajak.

Sebelum sampai pada persoalan keadilan pajak yang di dalamnya juga


membahas persoalan yang berkaitan dengan penentuan dan pengenaan tarif pajak
dan juga bagaimana proses pemungutan serta akuntabilitasnya, maka terlebih dulu
dikemukakan teori dasar yang berkaitan dengan peran dan fungsi pajak dalam
sistem kenegaraan. Lebih lanjut mengenai sistem dan bangunan kenegaraan perlu
dikemukakan, khususnya yang berkaitan dengan sistem negara kesatuan yang
kemudian melahirkan apa yang disebut dengan sistem otonomi daerah dan pajak
daerah yang menjadi bagian penting dari sistem pemerintahan otonom. Dalam
kaitannya dengan pajak daerah yang menjadi fokus kajian buku ini perlu
dikemukakan konteks dimana pajak daerah itu dikelola, sehingga pembahasan
mengenai otonomi daerah dan juga tugas dan fungsi pelayanan pemerintahan
menjadi aspek yang perlu dikaji dalam bab tersendiri. Fokusnya bukan pada
persoalan teori otonomi, melainkan pelayanan pemerintahan yang dibiayai oleh
dana pajak. Pelayanan pemerintahan tersebut diharapkan mendapat alokasi dana
yang cukup besarannya dan tepat sasarannya, sehingga setiap rupiah dana pajak
itu bisa memberikan hasil dan manfaat serta keadilan bagi masyarakat.

2
B. Rumusan Masalah

Adapaun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana fungsi pajak dalam pembangunan?


2. Bagaimana kedudukan hukum pajak dalam tata hukum nasional?
3. Apa saja syarat-syarat undang-undang pajak bagi suatu negara?

C. Tujuan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat dijelaskan bahwa tujuan


masalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana fungsi pajak dalam pembangunan


2. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan hukum pajak dalam tata hukum
nasional
3. Untuk mengetahui apa saja syarat-syarat undang-undang pajak bagi suatu
negara.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Fungsi Pajak Dalam Pembangunan


Menurut Rochmat Soemitro dalam buku Pengantar Singkat Hukum Pajak,
ada dua fungsi utama dari pajak dalam pembangunan ekonomi dari suatu negara,
berikut penjelasannya.

1. Fungsi Anggaran atau Budgeter


Fungsi pertama dari pajak adalah untuk dapat menjalankan tugas rutin
negara serta untuk melaksanakan pembangunan. Untuk dapat mencapai tujuan
tersebut, maka negara membutuhkan pembiayaan. Sumber pembiayaan yang dapat
diperoleh pemerintah untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut salah satunya
adalah melalui pungutan pajak. Singkatnya, fungsi pajak sebagai budgeter adalah
pajak digunakan sebagai alat maupun sumber pemasukan dana yang kemudian
dimasukan ke dalam kas negara itu dan digunakan secara rutin untuk dapat
membiayai pengeluaran negara tersebut.

Pemerintah dapat menggunakan pendanaan dari pajak sebagai investasi


pemerintah apabila terdapat sisa atau surplus dari pengeluaran rutin negara.
Namun apabila sisa atau surplus tersebut tidak cukup untuk membiayai
pembangunan negara, maka negara tersebut dapat berhutang dari pihak luar negeri
sebagai salah satu alternatif untuk membiayai pendanaan. Pada fungsi pertama
tersebut, terdapat pula fungsi demokrasi. Apa itu fungsi demokrasi? Fungsi
demokrasi merupakan salah satu perwujudan dari sistem kekeluargaan maupun
gotong royong rakyat yang menyadari kesetiaannya pada negaranya. Dalam fungsi
demokrasi ini, rakyat akan secara sukarela memberikan beberapa penghasilannya
untuk membiayai pengeluaran negara untuk kepentingan umum. Penghasilan yang
disumbangkan oleh rakyat tersebut berbentuk uang.

2. Fungsi Mengatur atau Regulator


Fungsi utama pajak dalam pembangunan ekonomi yang kedua adalah
sebagai regulating atau memiliki fungsi mengatur. Maksudnya, pajak digunakan

4
sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu. Pajak memiliki peranan yang penting
dalam fungsi satu ini, yaitu untuk mendorong penyaluran dana dari simpanan
pribadi menjadi investasi pribadi. Contohnya, pemerintah dapat memberikan
fasilitas pajak agar dapat mendorong investor-investor untuk dapat menyalurkan
dananya yang ia simpan ke bentuk investasi atau dapat disebut sebagai penanaman
modal. Bentuk dari fasilitas pajak tersebut dapat berupa tax holliday serta tax
allowance, fasilitas pajak yang dimaksud dapat disebut pula sebagai insentif pajak.

Fungsi mengatur ini dapat disebut pula sebagai fiscal policy atau
kebijakan fiskal, dalam fungsi mengatur ini terdapat fungsi fiskal yang terdiri dari
tiga fungsi utama, yaitu fungsi alokasi, fungsi distribusi serta fungsi stabilisasi.
Berikut adalah penjelasan dari ketiga fungsi fiskal tersebut:

a. Fungsi alokasi
Fungsi alokasi ini merupakan fungsi untuk melakukan alokasi sumber
dana yang akan atau telah digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
negara tersebut. Contohnya, pajak dapat digunakan untuk menambah jumlah
polisi yang terkadang tidak memadai apabila melihat dari pertumbuhan jumlah
penduduk pada negara tersebut.

Fungsi alokasi ini digunakan oleh pemerintah apabila pasar tidak


memproduksi barang maupun jasa, sehingga pemerintah perlu melakukan
intervensi dengan cara menyediakan barang publik, contohnya seperti
membangun jembatan, Pelabuhan maupun pembangunan lain dan pengeluaran
yang dilakukan demi kepentingan publik. Dalam fungsi alokasi ini, pungutan
pajak merupakan sumber dana yang dinilai paling efektif untuk membiayai
pengadaan barang publik. Selain itu pengadaan barang publik yang didanai oleh
pajak memiliki kelebihan-kelebihan, seperti cetak uang, pinjaman dari luar negeri,
pinjaman dari dalam negeri serta dapat menjual cadangan devisa negara.

b. Fungsi distribusi
Fungsi fiskal yang kedua adalah fungsi distribusi, maksudnya pajak ini
dapat melakukan penyeimbangan pembagian pendapatan dari masyarakat serta

5
kesejahteraan masyarakatnya. Karena terkadang ketidaksempurnaan yang ada di
pasar dapat menyebabkan kesenjangan antar golongan menjadi semakin lebar dan
dapat menyebabkan kecemburuan sosial. Untuk mencegah hal tersebut terjadi,
negara kemudian mengatur melalui undang-undang agar dapat memaksa
masyarakat dari golongan kaya untuk menyisihkan beberapa penghasilannya
dengan cara mewajibkan golongan tersebut untuk membayar pajak sesuai
kemampuan.

c. Fungsi Stabilisasi
Fungsi ketiga dan terakhir dari fungsi fiskal adalah fungsi stabilisasi.
Maksudnya, pungutan pajak ini dapat digunakan oleh pemerintah yang berwenang
untuk menstabilkan keadaan ekonomi negaranya. Contohnya adalah dengan
membuat pungutan pajak yang tinggi, sehingga dapat mengatasi inflasi. Selain itu
pemerintah juga dapat mengatasi deflasi dengan cara menurunkan pajak, dengan
menurunkan pajak, maka jumlah uang yang beredar di masyarakat dapat ditambah
hingga deflasi tersebut dapat diatasi. Grameds bisa mempelajari lebih dalam
mengenai peran serta fungsi pajak melalui buku terkait perpajakan.

Selain itu, pajak juga memiliki fungsi dalam pembangunan ekonomi,


seperti yang dijelaskan oleh Spiegelberg, ia mengemukakan bahwa pajak memiliki
fungsi lain seperti :

a) Pajak berfungsi untuk mengatur tingkat pendapatan yang ada di sektor swasta.
b) Pajak memiliki fungsi untuk mengadakan redistribusi pendapatan.
c) Pajak berfungsi untuk mengatur volume dari pengeluaran swasta.
Adapun Peran Pajak dalam Pembangunan Ekonomi Menurut ahli, Edwin
R.A Seligman pada tulisannya dalam Essays in Taxation, banyak masyarakat yang
tidak memahami peranan dari pajak. Bahkan ia juga berpendapat bahwa tak
sedikit pula masyarakat yang berpikir bahwa pemungutan pajak tidak memiliki
manfaat.

Artinya, masyarakat yang membayar pajak atau pembayar pajak secara


tidak langsung juga mendapatkan manfaat dari pajak yang ia bayarkan. Contohnya

6
pembangunan yang terus berkembang di negara tersebut hingga kondisi
perekonomian yang stabil. Manfaat-manfaat tersebut kemungkinan tidak disadari
oleh masyarakat, sehingga banyak masyarakat yang berpikiran bahwa pungutan
pajak tidak memberikan manfaat. Selain manfaat tersebut, pajak juga memiliki
peran dalam pembangunan ekonomi lho Grameds. Berikut adalah peran-peran
pajak dalam pembangunan ekonomi suatu bangsa:

a. Sebagai Anggaran (Budgeter)


Pungutan pajak merupakan salah satu sumber pemasukan untuk keuangan
negara yang kemudian digunakan oleh pemerintah untuk membiayai pengeluaran
dan pembangunan negara tersebut. Penerimaan keuangan oleh negara dari sector
perpajakan tersebut kemudian dimasukan dalam anggaran pendapatan negara serta
belanja negara ke komponen penerimaan di dalam negeri. Fungsi dari penerimaan
atau dapat disebut pula sebagai budgeter tersebut merupakan fungsi utama dari
pungutan pajak. Namun, fungsi penerimaan tersebut dapat digunakan pula sebagai
sebuah alat untuk memasukan dana negara dengan optimal ke kas negara tersebut
berdasarkan undang-undang pajak yang telah berlaku di negara tersebut.

b. Sebagai Regulator
Peranan pajak yang kedua adalah untuk mengatur. Maksudnya, pajak
digunakan sebagai sebuah alat untuk mengatur serta melaksanakan kebijakan-
kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah dalam bidang-bidang khusus, seperti
bidang ekonomi serta bidang sosial. Peranan ini disebut pula sebagai fungsi
tambahan serta fungsi pelengkap dari peran penerimaan sebelumnya. Peran pajak
yang kedua ini dapat digunakan oleh pemerintah untuk dijadikan sebagai alat guna
mencapai tujuan yang ingin dicapai melalui kebijakan yang telah ditetapkan dan
diberlakukan oleh pemerintah. Contohnya adalah pajak untuk barang mewah serta
minuman keras biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan pajak untuk barang-
barang yang biasa ditemui dan tidak dijual dengan harga yang mahal.

c. Menstabilkan kondisi ekonomi dari suatu negara


Pajak dapat berperan pula sebagai stabilitas, artinya pajak dapat membantu
menstabilkan kondisi ekonomi dari suatu negara. Dalam peranan yang ketiga ini,

7
pajak memiliki fungsi yang dapat digunakan pula sebagai stabilitas keuangan
negara. Peranan pajak yang ketiga ini dapat dicapai dengan cara mengatur
peredaran uang yang ada di masyarakat melalui pungutan serta penggunaan pajak
yang digunakan menjadi lebih efisien serta lebih efektif. Contoh peran pajak
sebagai stabilitas adalah dengan mengerahkan kebijakan stabilitas harga untuk
mencapai tujuan dari menekan inflasi yang terjadi di negara tersebut.

d. Sebagai redistribusi pendapatan


Peranan pajak yang terakhir adalah sebagai redistribusi pendapatan,
artinya pajak memiliki peran sebagai penerimaan negara melalui pajak yang telah
digunakan untuk membiayai pengeluaran serta pembangunan negara tersebut.
Sehingga, dapat membuka kesempatan kerja guna meningkatkan pendapatan
masyarakat yang tinggal di negara itu. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, pajak
merupakan sumber pendapatan terbesar yang dapat diperoleh suatu negara. Oleh
karena itu, pajak ini digunakan sebagai modal guna membuka lapangan pekerjaan
yang baru. Sehingga kecil masyarakat pengangguran yang bertempat tinggal di
negara tersebut.

Sehingga dari pengeluaran yang digunakan untuk membuka lapangan kerja


serta membayar gaji karyawan tersebut berputar secara terus menerus. Dari
masyarakat kembali lagi untuk masyarakat. Untuk lebih memahami mengenai hak
dan kewajiban sebagai warga negara mengenai perpajakan, buku Catatan Tentang
Beberapa Hak Dan Kewajiban Perpajakan hadir dengan pokok bahasan seperti
catatan atas Surat Pemberitahuan,mengenai Surat Ketetapan Pajak, dan masih
banyak lagi. Pungutan pajak ini erat hubungannya dengan pembangunan ekonomi
suatu negara. Negara maju maupun negara berkembang seperti Indonesia
menempatkan pajak sebagai salah satu sumber penting untuk dapat membiayai
pembangunan negara, seperti pembangunan ekonomi.

B. Pengertian dan Kedudukan Hukum Pajak Dalam Tata Hukum


Nasional
Hukum Pajak merupakan suatu kumpulan peraturan-peraturan resmi dan
tertulis yang mengatur hubungan antara pemerintah sebagai pemungut pajak dan

8
rakyat sebagai pembayar pajak. Pemerintah dalam hal ini diwakilkan oleh
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan Republik Indonesia,
yang berwenang mengambil kekayaan seseorang dalam bentuk pembayaran
pajak, dikelola, dan diserahkan kembali kepada masyarakat. Penyerahan tersebut
secara tidak langsung melalui pelayanan publik yang diambil dari kas negara.
Hukum pajak merupakan satu produk hukum dan menjadi bagian dari ilmu
hukum yang mengatur hak dan kewajiban perpajakan baik dari sisi pemerintah
maupun wajib pajak yang harus dipatuhi dan dijalankan.

Dengan demikian, hukum pajak tidak terlepas dari sanksi hukum sebagai
konsekuensi agar pemerintah (fiskus) maupun wajib pajak menaati peraturan
pajak tersebut. Konsekuensi yang dimaksud yaitu sanksi hukum berupa sanksi
administrasi dan sanksi pidana. Hukum pajak bagian dari hukum publik. Hukum
pajak di Indonesia menganut paham imperative. Artinya, pelaksanaan
pemungutan pajak tidak dapat ditunda. Ketika terjadi pengajuan keberatan
terhadap Pajak oleh wajib pajak yang telah ditetapkan pemerintah, sebelum ada
keputusan dari DJP tentang keberatan diterima, maka WP terlebih dahulu harus
membayar pajak sesuai dengan yang telah ditetapkan.

Berikut ini penjelasan kedudukan hukum pajak:

a) Hukum Perdata: Mengatur hubungan antara satu individu dengan individu


lainnya.
b) Hukum Publik: Mengatur hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya.
Antara lain terdiri dari Hukum Tata Negara, Hukum Tata Usaha Negara
(Hukum Administrasi Negara), Hukum Pajak, dan Hukum Pidana.

Berdasarkan dua poin di atas, dapat diketahui bahwa kedudukan hukum


pajak merupakan bagian dari hukum publik. Hukum pajak mengatur hubungan
antara pemerintah selaku pemungut pajak dan rakyat sebagai wajib pajak.

9
a. Macam-Macam Hukum Pajak
Hukum pajak terbagi menjadi dua macam yakni hukum pajak material
dan hukum pajak formal. Berikut penjelasan dari kedua jenis hukum pajak
tersebut:

1. Hukum Pajak Material


Hukum pajak material memuat norma-norma yang menjelaskan tentang
keadaan, perbuatan, peristiwa hukum yang dikenai pajak (objek pajak), pihak
yang dikenai pajak (subjek pajak), besaran pajak yang dikenakan (tarif pajak),
segala sesuatu berkaitan dengan timbul dan dihapusnya utang pajak, serta dinas
sanksi-sanksi dalam hubungan hukum antara pemerintah dan wajib pajak.
Contoh wujud dari hukum pajak material di antaranya:

 Pajak Penghasilan (PPh)


 Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
 Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM)

2. Hukum Pajak Formal


Hukum pajak formal merupakan hukum yang memuat prosedur untuk
mewujudkan hukum pajak material menjadi suatu kenyataan atau realisasi.
Hukum pajak formal memuat tata cara atau prosedur penetapan jumlah utang
pajak, hak-hak fiskus untuk mengadakan monitoring dan evaluasi. Selain itu
juga menentukan kewajiban wajib pajak untuk mengadakan pembukuan atau
pencatatan dan prosedur pengajuan surat keberatan maupun banding. Contoh
wujud dari hukum pajak formal yakni Ketentuan dan Tata Cara Perpajakan.

b. Kedudukan Hukum Pajak


Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 mengenai ketentuan
umum dan tata cara perpajakan Pasal 1 angka 1, dimana berisikan pajak ialah
kontribusi wajib pajak pada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang memiliki sifat memaksa berdasarkan Undang-Undang serta tidak

10
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan dan
kemakmuran rakyat.

Hukum pajak merupakan bagian dari hukum publik. Hukum pajak di


Indonesia ini menganut paham imperative. Hal ini mengartikan pelaksanaan
pemungutan pajak tidak dapat ditunda. Saat terjadi pengajuan keberatan pada
pajak oleh wajib pajak yang telah ditetapkan pemerintah, sebelum terdapat
keputusan dari Direktur Jenderal Pajak mengenai keberatan diterima, maka wajib
pajak pun perlu terlebih dahulu membayar pajak sesuai dengan yang telah
ditetapkan.

Berikut ialah penjelasan kedudukan hukum perpajakan:


1. Hukum Perdata yang mengatur terkait hubungan antara satu individu denga
individu lainnya
2. Hukum Publik yang mengatur hubungan antara pemerintah dan rakyatnya.
3. Hukum publik di antaranya ialah Hukum Tata Negara, Hukum Pajak, Hukum
Pidana, dan Hukum Tata Usaha Negara (Hukum Administrasi Negara).
Berdasarkan dua poin tersebut, dapat diketahui bahwa kedudukan hukum
pajak ialah bagian dari hukum publik. Hukum pajak ini mengatur hubungan antara
pemerintah selaku pemungut pajak dan rakyat sebagai wajib pajak.

c. Hubungan Hukum Pajak dan Hukum Perdata


Hubungan antara hukum pajak dan hukum perdata adalah dalam hukum
pajak selalu mencari dasar kemungkinan pemungutan pajak berdasarkan
perbuatan hukum perdata. Contoh hubungan hukum pajak dan hukum perdata ini
berupa perjanjian-perjanjian, terkait pendapatan atau penghasilan, kekayaan,
maupun warisan. Berdasarkan penjelasan Badan Pendidikan dan Pelatihan
Keuangan Kementerian Keuangan disebutkan, hukum pajak dan hukum perdata
saling berkaitan karena hukum pajak merupakan bagian hukum publik yang
artinya tidak dapat berdiri sendiri. Sebab tidak semua istilah atau definisi diatur
khusus dalam hukum pajak itu sendiri. Seringkali, istilah atau definisi harus
merujuk kepada disiplin ilmu hukum yang lain, seperti hukum perdata. Sehingga

11
dalam memahami hukum pajak seringkali harus memelajari dan memahami
hukum perdata sebagai rujukan.

Sebagai contoh; Objek pajak dalam UU KUP merupakan penghasilan.


Kemudian salah satu bentuk penghasilan yakni keuntungan karena penjualan
atau karena pengalihan harta, misalnya jual beli. Jual beli tersebut menjadi dasar
timbulnya penghasilan atau objek pajak yang menjadi dasar berlakunya hukum
pajak. Sifat hukum perdata yang terjadi antara penjual dan pembeli menjadi
dasar berlakunya hukum pajak. Berdasarkan ketentuan dalam KUH Perdata,
yang dimaksud jual beli adalah suatu persetujuan yang mana pihak satu
mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu barang, dan pihak yang lain
untuk membayar harga yang dijanjikan. Jadi, beberapa istilah dalam hukum
pajak seperti Undang-Undang Ketentuan Umum dan Peraturan Perpajakan (UU
KUP) beserta perubahannya perlu merujuk pengertian dalam ketentuan hukum
perdata.

C. Syarat-syarat Undang-Undang Pajak bagi Suatu Negara

1. Syarat Keadilan
Syarat pemungutan pajak pada umumnya harus adil dan merata, yaitu
dikenakan kepada orang-orang pribadi sebanding dengan kemampuannya untuk
membayar (ability to pay) pajak tersebut, sesuai dengan manfaat yang
diterimanya. Sistem pemungutan pajak harus berdasarkan peraturan perundang-
undangan dan keadilan dalam pelaksanaannya. Wajib Pajak memiliki hak dan
kewajiban yang sudah diatur di dalam undang-undang. Keadilan juga
didefinisikan sebagai adil dalam perlakuan pelayanan, setiap warga negara
sebagai Wajib Pajak yang menunaikan kewajiban perpajakannya berdasarkan
regulasi yang berlaku dapat diberi apresiasi. Di sisi lain juga terdapat sanksi bagi
Wajib Pajak yang melanggar atau menghindar dari kewajiban perpajakannya.
Syarat keadilan dapat dibagi menjadi:

12
a. Keadilan Horizontal
Wajib Pajak yang mempunyai kemampuan membayar (gaya pikul) sama harus
dikenakan pajak yang sama.
b. Keadilan Vertikal
Wajib Pajak yang mempunyai kemampuan membayar (gaya pikul) tidak sama
harus dikenakan pajak yang tidak sama.
2. Syarat Yuridis

Pembayaran pajak harus seimbang dengan kekuatan membayar wajib


pajak. Sistem perpajakan di Indonesia harus selalu mengikuti hukum yang
diberlakukan karena sudah tertulis dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
tentang Ketentuan Perpajakan Umum (KUP) maupun Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan. Ketentuan ini bisa
menjadi perlindungan hukum untuk setiap kegiatan perpajakan.

3. Syarat Ekonomis
Pungutan pajak harus menjaga keseimbangan kehidupan ekonomi dan
tidak boleh mengganggu kehidupan ekonomis dari si wajib pajak. Sistem
perpajakan dilarang mengganggu aktivitas ekonomi yang akan berdampak
terhadap keterpurukan atau penurunan ekonomi nasional. Pajak, semestinya
mampu menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi. Untuk itu, diperlukan
penyesuian kebijakan yang mendukung kondisi perekonomian sebuah negara.
Misalnya, saat pandemi, untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional,
pemerintah memberikan beragam insentif pajak pembelian rumah dan kendaraan
bermotor.

4. Syarat Finansial
Di mana pajak yang dipungut cukup untuk pengeluaran Negara dan
hendaknya pemungutan pajak tidak memakan biaya yang terlalu besar. Sistem
pemungutan pajak perlu dilakukan secara efisien dan efektif, sehingga
menghasilkan penerimaan yang optimal. Efisien memiliki arti, yakni pemungutan
pajak dilakukan dengan mudah, tepat sasaran, tepat waktu dan biaya minimal.

13
Dalam syarat ini juga berhubungan dengan pengelolaan biaya pemungutan pajak
harus lebih kecil dari penerimaan yang masuk ke kas negara.

5. Syarat Sederhana
Agar mudah dan dapat dipahami Wajib Pajak, sistem penagihan dan
pengelolaan pajak seharusnya pun sederhana. Dalam pelbagai kesempatan,
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati ingin sistem perpajakan semakin mudah
dan simpel. Membayar pajak harus semudah mengisi atau membeli pulsa. Dengan
begitu, Wajib Pajak akan terdorong memenuhi kewajiban perpajakannya secara
tepat waktu, sehingga penerimaan pajak menjadi optimal dan pembangunan
nasional akan semakin maju.

6. Peraturan Perundangan Perpajakan

Setidaknya, ada delapan undang-undang yang menjadi landasan atau dasar


hukum pemungutan pajak di Indonesia, antara lain:

 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 Tentang Bea Materai.


 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 Tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan.
 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 Tentang Penghasilan.
 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 Tentang Pajak Pertambahan Nilai atas
Barang dan Jasa dan Penjualan atas Barang Mewah.
 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan
Surat Paksa.
 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Bea Perolehan Hak Atas
Tanah dan Bangunan.
 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fungsi pertama dari pajak adalah untuk dapat menjalankan tugas rutin
negara serta untuk melaksanakan pembangunan. Untuk dapat mencapai tujuan
tersebut, maka negara membutuhkan pembiayaan. Sumber pembiayaan yang
dapat diperoleh pemerintah untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut salah
satunya adalah melalui pungutan pajak.

Pemerintah dapat menggunakan pendanaan dari pajak sebagai investasi


pemerintah apabila terdapat sisa atau surplus dari pengeluaran rutin negara.
Namun apabila sisa atau surplus tersebut tidak cukup untuk membiayai
pembangunan negara, maka negara tersebut dapat berhutang dari pihak luar negeri
sebagai salah satu alternatif untuk membiayai pendanaan.

Hukum pajak merupakan bagian dari hukum publik. Hukum pajak di


Indonesia ini menganut paham imperative. kedudukan hukum pajak:

a) Hukum Perdata: Mengatur hubungan antara satu individu dengan individu


lainnya.
b) Hukum Publik: Mengatur hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya.
Antara lain terdiri dari Hukum Tata Negara, Hukum Tata Usaha Negara
(Hukum Administrasi Negara), Hukum Pajak, dan Hukum Pidana.

Syarat-syarat undang-undang bagi suatu negara terdiri dari:

a. Syarat keadilan
b. Syarat yuridis
c. Syarat ekonomis
d. Syarat finansial
e. Syarat sederhana

15
B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan makalah diatas, adapun saran dari


pembahasan ini adalah semoga penyusunan dari makalah ini menjadi lebih baik
lagi serta diharapkan pembaca dapat lebih memahami dan mengetahui mengenai
konsep dasar perpajakan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Soemitro., Rochmat., Fungsi Hukum Pajak Dalam Pembangunan., (1977 : 23)


https://pascasarjana.umsu.ac.id/material-fungsi-dan-kedudukan-hukum-pajak/
#:~:text=Berdasarkan%20dua%20poin%20tersebut%2C%20dapat,dan%20rakyat
%20sebagai%20wajib%20pajak.

https://www.gramedia.com/literasi/peran-dan-fungsi-pajak-dalam-pembangunan-
ekonomi.

https://bakeuda.agamkab.go.id/Home/view/22

https://feelinbali.blogspot.com/2013/09/kedudukan-hukum-pajak-dalam-
tatanan.html?m=1

17

Anda mungkin juga menyukai