Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PAJAK NEGARA, PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Presentasi Kelompok pada Program Studi

Manajemen Bisnis Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam

Negeri Palopo

Dosen Pengampu Mata Kuliah:

Jabaluddin Hamud, S. TP., M. M

Disusun Oleh: Kelompok 3

Hatipa (21 0403 0007)

Regina Januari Rais (21 0403 0025)

Nur Almi Cahya (21 0403 0028)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO

2023
KATA PENGATAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah tentang “Pajak Negara,
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di
dalamnya. Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas presentasi kelompok pada
mata kuliah Perpajakan.
Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak
Jabaluddin Hamud, S. TP., M. M, selaku dosen pengampu mata kuliah Perpajakan
yang telah memberikan petunjuk, koreksi serta arahan sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.
Melalui kata pengantar ini kami meminta maaf dan memohon pemakluman bila isi

makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kurang tepat. Kami menyadari

sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata

sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi

perbaikan makalah ini, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang

membangun.

Semoga Allah SWT memberkahi makalah sederhana ini sehingga dapat

memberikan manfaat. Sekiranya dapat berguna dan bermanfaat bagi kami maupun

orang yang membacanya. Aamiin Ya Rabbal Alamin…

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Palopo, 09 Mei 2023

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................1

A. Latar Belakang ..................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................................3

C. Tujuan Penulisan ...............................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................5

A. Pajak Negara .....................................................................................................................5

B. Jenis-Jenis Pajak Negara ...................................................................................................5

C. Pajak Daerah .....................................................................................................................7

D. Jenis-Jenis Pajak Daerah ...................................................................................................7

E. Retribusi Daerah................................................................................................................10

F. Jenis-Jenis Retribusi Daerah .............................................................................................10

BAB III PENUTUP .....................................................................................................................13

A. Kesimpulan .......................................................................................................................13

B. Saran .................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang diandalkan untuk

memenuhi kebutuhan finansialnya, namun pasca kemerdekaan Republik Indonesia

pola perpajakan masih menggunakan tata cara kolonial Belanda dalam penerapannya,

sehingga menyebabkan kebinggungan di masyarakat pada saat itu, dan sistem

kolonial ini juga menimbulkan tidak efektifnya pendapatan negara dari sektor pajak,

maka dari itu diperlukan suatu perubahan dalam mengefektifkan sistem perpajakan di

Indonesia.1

Pembangunan infrastruktur di Negara Kesatuan Republik Indonesia tentu

memerlukan pembiayaan yang sangat besar, salah satu sumber pembiayaan yang

paling besar yaitu dari sumber Pajak. Pajak dapat diartikan sebagai kontribusi wajib

kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan (UU), dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

(Undang- Undang Perpajakan No.28 Tahun 2007). Pemerintah selalu berusaha

meningkatkan penerimaan pajak setiap tahunnya untuk membiayai pengeluaran

negara dimana dengan tingginya penerimaan pajak maka kemampuan negara

membiayai pembangunan juga tinggi dan apabila penerimaan negara rendah maka

rendah juga kemampuan negara dalam membiayai pembangunan.


1
Rochmat Soemitro, Pajak penghasilan 1984, Eresco Bandung, Bandung 1986, hal. 4.

1
Landasan hukum pajak tercantum dalam pasal 23 huruf A Undang-Undang

Dasar 1945 Amandemen ketiga, dimana dari pasal ini diturunkan menjadi peraturan

perundang-undangan yang lebih spesifik. Dalam Perpajakan Indonesia mengenal tiga

cara sistem pemungutan pajak yaitu Official Assessmet System, Self Assessment

System dan With Holding system.

Official Assessmet System adalah sistem pemungutan yang memberi

wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang

terutang oleh wajib pajak, sistem ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Wewenang

untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus, wajib pajak bersifat pasif

dan utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.2

Self Assessment System adalah sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak terutang,

sistem ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: wewenang untuk menentukan besarnya

pajak terutang ada pada wajib pajak sendiri, wajib pajak aktif, mulai dari menghitung,

menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang dan fiskus tidak ikut campur

dan hanya mengawasi, sistem ini biasa digunakan untuk jenis Pajak Penghasilan

(PPh).

With Holding system adalah sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus atau bukan wajib pajak yang

2
Mardiasmo, Perpajakan Edisi Revisi, Andi Offset, Yogyakarta 2011, hal. 7.

2
bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang. Ciri-ciri sistem ini

adalah pihak ketiga berwenangn untuk menentukan besarnya pajak yang terutang.3

Kepatuhan dalam memenuhi perpajakan merupakan salah satu hal agar

penerimaan pajak negara semakin meningkat. Untuk terpenuhinya kepatuhan

terhadap undang-undang perpajakan, maka diperlukannya tindakan penegakan hukum

sehingga memberi efek jera, kepastian hukum dan keadilan agar wajib pajak patuh

dan disiplin dalam memenuhi kewajiban perpajakan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan pajak negara?

2. Apa saja jenis-jenis pajak negara?

3. Apa yang dimaksud dengan pajak daerah?

4. Apa saja jenis-jenis pajak daerah?

5. Apa yang dimaksud dengan retribusi daerah?

6. Apa saja jenis-jenis retribusi daerah?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan ini adalah

sebagai berikut:
3
Ibid, hal. 8

3
1. Untuk mengetahui pengertian dari pajak negara.

2. Untuk mengetahui jenis-jenis pajak negara.

3. Untuk mengetahui pengertian dari pajak daerah.

4. Untuk mengetahui jenis-jenis pajak daerah.

5. Untuk mengetahui pengertian dari retribusi daerah.

6. Untuk mengetahui jenis-jenis retribusi daerah.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pajak Negara

Pajak Negara (Pajak Pusat) merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah

pusat dan digunakan untuk membiayai seluruh kebutuhan rumah tangga. Pemungutan

pajak negara memiliki tujuan pemerataan penghasilan bagi pemerintah daerah di

Indonesia. Bagi hasil diperlukan untuk menjaga kelangsungan Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI) sebagai wujud keseimbangan penerimaan antara pusat

dan daerah atas pajak yang dipungut oleh negara dan bersumber berada di daerah.4

B. Jenis-Jenis Pajak Negara

1. Pajak Penghasilan (PPh)

Pajak Penghasilan adalah pajak yang dibebankan pada penghasilan

perorangan, perusahaan atau badan hukum lainnya. Pajak Penghasilan dapat

bersifat progresif, proporsional atau regresif.

2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Pajak Pertambahan Nilai merupakan pajak yang dikenakan atas setiap

pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke

konsumen. Adapun penerapan PPN di Indonesia menganut sistem tarif

tunggal, yaitu sebesar 10%.

4
Prabandaru Ageng, Perencanaan Pajak, https://klikpajak.id/blog/pajak-negara-dan-pajak-
pemerintah/, 2019.

5
3. Bea Materai

Bea materai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen-dokumen, seperti

surat perjanjian, akta notaris, kwitansi pembayaran, surat berharga, dan efek.

Dimana dokumen-dokumen tersebut memuat jumlah uang atau nominal di

atas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan perpajakan.

4. Bea Cukai

Bea sendiri berarti sebuah pungutan oleh negara terhadap barang yang

diekspor atau impor. Bea merujuk pada ongkos barang yang masuk dan keluar

pada suatu negara. Sedangkan cukai adalah pungutan negara pada sebuah

barang yang memiliki karakteristik sesuai pada perundang-undangan cukai

yang ditetapkan. Jadi, bea cukai adalah tindakan pungutan negara pada barang

ekspor impor serta barang yang telah ditentukan di undang-undang cukai.

5. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang dipungut atas tanah dan

bangunan karena adanya kepentingan atau kedudukan sosial ekonomi yang

lebih baik bagi perorangan atau badan yang mempunyai hak atasnya atau

memperoleh manfaat daripadanya. Contoh objek bumi, seperti: tanah, sawah,

tambang, kebun, ladang, dan pekarangan. Contoh objek bangunan, seperti:

6
rumah tinggal, bangunan usaha, gedung bertingkat, jalan tol, dan pusat

perbelanjaan.5

6. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan adalah pungutan atas perolehan

hak atas tanah dan atau bangunan. Pungutan ini ditanggung oleh pembeli dan

hampir mirip dengan PPh bagi penjual. Sehingga pihak penjual dan pembeli

sama-sama memiliki tanggung jawab untuk membayar pajak.

C. Pajak Daerah

Pajak Daerah merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak Daerah sebagai kontribusi

wajib pajak kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara

langsung. Pajak jenis ini digunakan untuk keperluan daerah dan sebesar-besarnya

untuk kemakmuran rakyat daerah tersebut.

D. Jenis-Jenis Pajak Daerah

1. Pajak Hotel

Setiap pelayanan yang disediakan hotel dengan pembayaran dipungut pajak

dengan nama Pajak Hotel. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa

5
Maulida Rani, Mengenal Pajak Bumi dan Bangunan, https://www.online-pajak.com/tentang-
pajak/pajak-bumi-dan-bangunan, 2018.

7
penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut

bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma

pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos

dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh). Tarif pajak hotel yang

ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen).

2. Pajak Restoran

Setiap pelayanan yang disediakan restoran dengan pembayaran dipungut

pajak dengan nama Pajak Restoran. Restoran adalah fasilitas penyedia

makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga

rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa

boga/katering. Tarif pajak restoran yang ditetapkan sebesar 10% (sepuluh

persen).

3. Pajak Hiburan

Setiap penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran, maka dipungut

pajak dengan nama Pajak Hiburan. Hiburan adalah semua jenis tontonan,

pertunjukan, permainan atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut

bayaran. Tarif pajak hiburan yang tertinggi ditetapkan sebesar 40% (empat

puluh persen).

4. Pajak Reklame

Setiap penyelenggaraan Reklame dipungut pajak dengan nama Pajak

Reklame. Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang bentuk dan

corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan,

8
menganjurkan, mempromosikan atau untuk menarik perhatian umum terhadap

barang, jasa, orang atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan

dan atau dinikmati oleh umum. Tarif pajak reklame yang ditetapkan sebesar

25% (dua puluh lima persen).

5. Pajak Penerangan Jalan

Setiap penggunaan tenaga listrik yang diperoleh dari sumber lain dipungut

pajak dengan nama Pajak Penerangan Jalan. Pajak Penerangan Jalan adalah

pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun

diperoleh dari sumber lain. Tarif pajak hotel yang ditetapkan sebesar 8%

(delapan persen).

6. Pajak Parkir

Setiap penyelenggaraan tempat Parkir di luar badan jalan, baik yang

disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai

suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor,

dipungut pajak dengan nama Pajak Parkir. Pajak Parkir adalah pajak atas

penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan

berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha,

termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Tarif pajak parkir

yang ditetapkan sebesar 20% (dua puluh persen).

7. Pajak Air Tanah

Setiap pengambilan dan atau pemanfaatan air tanah dipungut pajak dengan

nama Pajak Air Tanah. Air Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan

9
tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Tarif pajak air tanah yang

ditetapkan sebesar 20% (dua puluh persen).

8. Pajak Sarang Burung Walet

Setiap kegiatan pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung wallet

dipungut pajak dengan nama Pajak Sarang Burung Walet. Burung Walet

adalah satwa yang termasuk marga collocalia yaitu collocalia fuchliap haga,

collocalia maxina, collocalia esculanta dan collocalia linchi. Tarif pajak

sarang burung wallet yang ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen).

E. Retribusi Daerah

Menurut pasal 1 angka 64 UU PDRD, Retribusi Daerah adalah pungutan

daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus

disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi

atau badan.6 Begitu pula dalam PERDA No 1 Tahun 2017 yang merupakan revisian

atas PERDA No 23 Tahun 2011, mengenai pengertian dari retribusi daerah sama

seperti yang terkandung di dalam pasal 1 angka 64 UU PDRD.

F. Jenis-Jenis Retribusi

a. Retribusi Jasa Umum

1) Retribusi Pelayanan Kesehatan

2) Retribusi Pelayanan Kebersihan dan Persampahan


6
Oyok Abuyamin, Perpajakan Pusat & Daerah, hal. 435-436.

10
3) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan

Sipil

4) Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat

5) Retribusi Pelayanan Parkir Di Tepi Jalan Umum

6) Retribusi Pelayanan Pasar

7) Retribusi Pelayanan Air Bersih

8) Retribusi Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor

9) Retribusi Pelayanan Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran

10) Retribusi Pelayanan Pengujian Kapal Perikanan

11) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta.

12) Retribusi Penyediaan dan Penyedotan Kakus

13) Retribusi Pengolahan Limbah Cair

14) Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang

15) Retribusi Pelayanan Pendidikan

16) Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi

Jenis retibusi sebagaimana dimaksud di atas tersebut dapat tidak dipungut apabila

potensi penerimaannya kecil atau atas kebijakan nasional/daerah untuk memberikan

pelayanan tersebut secara cuma-cuma.7

b. Retribusi Jasa Usaha

1) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah


7
Kesit Bambang Prakosa, Pajak dan Retribusi Daerah, UII Press, Yogyakarta 2005, hal. 135-136.

11
2) Retribusi Pasar Grosir dan Pertokoan

3) Retribusi tempat pelelangan

4) Retribusi Terminal

5) Retribusi Tempat Khusus Parkir

6) Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa

7) Retribusi Penyedotan Kakus

8) Retribusi Rumah Potong Hewan

9) Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal

10) Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga

11) Retribusi Penyeberangan di Atas Air

12) Retribusi Pengolahan Limbah Cair

13) Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.

c. Retribusi Perizinan Tertentu

1) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

2) Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol

3) Retribusi Izin Gangguan

4) Retribusi Trayek8

8
Kesit Bambang Prakosa, Pajak dan Retribusi Daerah, UII Press, Yogyakarta 2005, hal. 95.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pajak Negara (Pajak Pusat) merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah

pusat dan digunakan untuk membiayai seluruh kebutuhan rumah tangga.

Pajak Daerah merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau

pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh Pemerintah

Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

B. Saran

Jika pemerintah terus menggali potensi pajak daerah yang dimiliki, untuk

meningkatkan penerimaan terkait pajak , maka daerah perlu melakukan pengendalian

terhadap pemungutan dan pengolahannya sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan

ekonomi negara. Dan untuk retribusi daerah sebaiknya Pemerintah daerah

berkonsentrasi untuk terus meningkatkan pengawasan dalam penerimaan retribusi

daerah agar tidak terjadi kesalahan dalam pemungutannya dan menggali sumber-

sumber retribusi daerah yang memiliki potensi yang besar namun belum

dioptimalkan. Dengan meningkatkan pengawasan pengendalian dalam pemungutan

dan pengelolaannya diharapkan dapat meningkatkan penerimaan daerah dan

pertumbuhan ekonomi Negara.

13
DAFTAR PUSTAKA

Kesit Bambang Prakosa, Pajak dan Retribusi Daerah, UII Press, Yogyakarta 2005,

hal. 95, 135-136.

Mardiasmo, Perpajakan Edisi Revisi, Andi Offset, Yogyakarta 2011, hal. 7.

Maulida Rani, Mengenal Pajak Bumi dan Bangunan, https://www.online-

pajak.com/tentang-pajak/pajak-bumi-dan-bangunan, 2018.

Oyok Abuyamin, Perpajakan Pusat & Daerah, hal. 435-436.

Prabandaru Ageng, Perencanaan Pajak, https://klikpajak.id/blog/pajak-negara-dan-

pajak-pemerintah/, 2019.

Rochmat Soemitro, Pajak penghasilan 1984, Eresco Bandung, Bandung 1986, hal. 4.

14

Anda mungkin juga menyukai