Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)

Dosen pegampuh: Asnidar,SE.,M.Ak

KELOMPOK 3

MAYA SARI : C0221348

YANTI : C0221353

RASNU : C0221361

NAJMA : C0221382

MAYANTI : C0221374

ASMIRANDA : C0221351

FAKULTAS EKONOMI PRODI AKUNTANSI


UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT.Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami diberikan kemudahan dan
kelancaran dalam menyelesaikan makalah yang berjudul “SURAT PEMBERITAHUAN
(SPT)”. Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah
PERPAJAKAN.

Kami berharap dengan disusunnya makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi
dan ilmu pengetahuan kepada pembaca dan berbagai pihak yang membutuhkan. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran, kritik ataupun masukan yang membangun demi kesempurnaan pembuatan
makalah ini untuk masa yang akan datang dan lebih bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Majene,Jum, 10 Maret 2023

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

BAB 1..............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN...........................................................................................................................1

A. Latar Belakang..................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................................3

C. Tujuan Penulis...................................................................................................................3

BAB II.............................................................................................................................................4

PEMBAHASAN..............................................................................................................................4

1. Pengertian SPT Pajak...........................................................................................................4

2. Fungsi SPT Pajak..................................................................................................................4

3. Prosedur penyelesaian SPT...................................................................................................5

4. Pembetulan SPT dan pengunkapan ketidakbenaran.............................................................6

5. Jenis-jenis SPT......................................................................................................................7

6. Batas waktu penyampaian SPT............................................................................................8

BAB III............................................................................................................................................9

PENUTUP.......................................................................................................................................9

A. Kesempulan.......................................................................................................................9

B. Saran..................................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................10

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini, pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi masyarakat
Indonesia. Sebagian kalangan telah menetapkan pajak secara proporsional dalam
kehidupannya, bahwa sejak telah dianggap sebagai salah satu kewajiban dalam
membantu pelaksanaan tugas kenegaraan yang ditangani pemerintah. Indikasi ini terlihat
dari semakin banyaknya jumlah Wajib Pajak, demikian juga dengan keikutsertaan
masyarakat dari berbagai kalangan, apabila ada suatu penyelenggaraan kegiatan
mengenai perpajakan, seperti halnya penyuluhan, seminar dialog dan lain sebagainya.
Pajak merupakan perwujudan dari pengabdian dan peran serta wajib pajak untuk secara
langsung dan bersama-sama ikut melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan
untuk pembiayaan Negara dan pembangunan Nasional. Tanggung jawab atas pelaksanaan
pemungutan pajak sebagai cermin kewajiban masyarakat itu sendiri.
Dalam hal ini aparat perpajakan sesuai dengan fungsinya berkewajiban
melakukan pembinaan, pelayanan dan pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban
perpajakan berdasarkan ketentuan yang digariskan dalam peraturan perundang-undangan
perpajakan atau dalam Ketentuan Umum Perpajakan (KUP). Pajak adalah kontribusi
Wajib Pajak kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan 1 2 Negara bagi sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat (M. Iqbal Alamsjah, Direktorat Jenderal Pajak, 2010: 7).
Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan bagi kepentingan bersama.
Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu negara dalam pembiayaan
pembangunan yaitu menggali sumber dana dari dalam negeri yang berupa pajak. Dari
sudut pandang ekonomi, pajak merupakan penerimaan negara yang digunakan untuk
mengarahkan kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan atau sebagai motor penggerak
kehidupan ekonomi masyarakat (Waluyo, 2011:2). Jumlah Wajib Pajak di Indonesia dari
tahun ke tahun semakin meningkat, tetapi belum diikuti dengan besarnya tingkat

1
kepatuhan pajak dalam melaporkan kewajiban pajaknya. Keengganan untuk melaporkan
kewajiban pajak masih tinggi. Keadaan ini mungkin disebabkan oleh tingkat pengetahuan
Wajib Pajak akan peraturan perpajakan yang masih sangat kurang. Masalah ini membuat
pemerintah mempunyai tugas ekstra untuk mencari solusinya, karena tingkat kepatuhan
Wajib Pajak memegang peran penting dalam realisasi penerimaan pajak. Salah satu
kendala dalam bidang perpajakan saat ini adalah tingkat kepatuhan dan kesadaran
masyarakat sebagai Wajib Pajak masih sangat rendah.
Hal ini dapat diliahat dari pelaksanaan sistem perpajakan yang belum maksimal di
Indonesia. Saat ini Indonesia menganut sistem Self assessment system, di mana Wajib
Pajak diberikan wewenang untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang
dalam melaksanakan kewajibannya sebagai Wajib Pajak tanpa adanya campur tangan
pemerintah dan pihak pemerintah hanya mengawasi mulai dari 3 mendaftarkan diri
sebagai Wajib Pajak, menghitung, menyetorkan dan melaporkan jumlah pajak yang
terutang kepada pihak pemerintah yang dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
yang dibantu oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) terdekat (Riyandi Saputra, 2012:3).
Pemberlakuan self assessment system di Indonesia belum dapat dikatakan maksimal.
Karena sampai saat ini masih banyak Wajib Pajak yang tidak melaksanakan pelaporan
Surat Pemberitahuan (SPT) sesuai dengan prodesur yang telah ditetapkan oleh Undang-
Undang Perpajakan dan Wajib Pajak belum patuh dalam menjalankan kewajibannya
sebagai Wajib Pajak dan masih banyak kesalahan-kesalahan dalam bidang perpajakan
baik disengaja maupun kesalahan yang tidak disengaja mulai dari kesalahan kecil hingga
kesalahan besar sekalipun (Rimsy, 2005:27).
Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk
melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek
pajak dan atau harta dan kewajiban menurut Undang-Undang Ketentuan Peraturan
Perundang-undangan Perpajakan. SPT merupakan salah satu sarana yang digunakan oleh
Wajib Pajak, baik itu pengusaha Kena Pajak (PKP) maupun bagi pemungut pajak untuk
mempertanggungjawabkan dan melaporkan jumlah pajak yang terutang dalam suatu
masa pajak. Terdapat dua macam SPT yaitu : SPT Masa dan SPT Tahunan. Salah satu
SPT Tahunan adalah SPT Tahunan Pajak Penghasilan (Anastasia Diana, 2009:121)
Dalam pelaksanaannya masih banyak terdapat kesalahan oleh Wajib Pajak dalam hal ini

2
Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang status hukumnya berbentuk 4 badan dan orang
pribadi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Definisi SPT


2. Apa Fungsi SPT
3. Apa Prosedur penyelesaian SPT
4. Bagaimana pembetulan SPT dan pengunkapan ketidakbenaran
5. Apa Jenis-jenis SPT
6. Batas waktu penyampaian SPT

C. Tujuan Penulis
Adapun tujuan ditulis dan disusunnya makalah in isebgai berikut:

a. Memenuhi tugas matakuliah PERPAJAKAN


b. Agar pembaca mengetahui materi-materi tentang PERPAJAKAN yang salah satunya
adalah yang tertera di dalam rumusan masalah makalah ini.
c. Guna memperdalam pembahasan – pembahasan yang telah diberikan oleh dosen, baik
melalui metode face to face (Bertatap muka/secara langsung) maupun rangkuman
pembahasan materi yang telah dibuat.
d. Menambah wawasan untuk kami pribadi dan para pembaca
e. Dapat dijadikan salah satu sumber informasi dan acuan dalam pengerjaan tugas – tugas
sekolah maupun perkuliahan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian SPT Pajak

Bagi Wajib Pajak, mengisi SPT Tahunan merupakan salah satu kewajiban yang mesti
dipenuhi dalam proses pelaporan. SPT merupakan Surat Pemberitahuan Tahunan yang diartikan
sebagai dokumen yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan perhitungan serta
pembayaran, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan. Adapun Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan yang selanjutnya disebut SPT Tahunan PPh berlaku
untuk suatu tahun pajak atau bagian tahun pajak. SPT Tahunan PPh yang wajib dilaporkan setiap
tahun atau pada akhir periode tahun pajak ini dibagi menjadi dua jenis yakni SPT Tahunan
Perorangan (terdiri atas 3 jenis formulir) dan SPT Badan.Untuk SPT Tahunan PPh Orang Pribadi
mesti dilaporkan oleh Wajib Pajak paling lambat 3 bulan setelah tahun pajak berakhir. Artinya,
Anda sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi harus melaporkan SPT selambat-lambatnya akhir
Maret setiap tahunnya. Sedangkan SPT Pajak Badan diperuntukkan untuk Wajib Pajak berbentuk
badan usaha, yang harus disampaikan selambat-lambatnya empat bulan setelah berakhirnya

tahun pajak atau bulan April di setiap tahunnya. SPT Masa ini dipakai untuk melaporkan pajak
dalam jangka waktu tertentu (bulanan), terdiri dari SPT Masa PPh 21, 22, 23, 25, 26, PPh Pasal 4
Ayat 2, PPh pasal 15, Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
(PPnBM), dan Pemungut PPN.

2. Fungsi SPT Pajak

SPT Pajak punya fungsi baik bagi Wajib Pajak, pemotong pajak, maupun petugas pajak.
Untuk Wajib Pajak, SPT bermakna sebagai bentuk laporan pertanggungjawaban atas perhitungan
jumlah pajak yang dibayarkan termasuk penjelasan apakah pembayaran pajak dilakukan sediri
atau dilakukan oleh orang lain. Di sisi lain, SPT Pajak juga menjelaskan apakah pajak tersebut

4
dipungut dari pribadi atau badan (bagi PKP atau pengusaha kena pajak). Sederhananya, SPT
Pajak berfungsi sebagai alat pelaporan dan pertanggungjawaban pajaknya. Di dalam SPT Pajak
untuk badan usaha juga terdapat informasi pajak seperti PPN dan PPnBM, hal-hal yang
berhubungan dengan pengkreditan,PajakMasuk, Pajak Keluaran, dan pemotong pajak. Untuk
pemotong pajak seperti perusahaan, SPT menjadi bukti pertanggungjawaban bahwa pajak
karyawan (PPh Pasal 21) telah dibayarkan kepada negara. Sementara bagi fiskus, SPT berfungsi
sebagai alat penguji kepatuhan Wajib Pajak atas kewajiban yang telah dilaksanakan dan
memastikannya telah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Selain itu, SPT juga
merupakan bentuk pelaksanaan fungsi pengawasan dari petugas pajak. Pasalnya, setiap jenis
pajak dilaporkan dengan menggunakan formulir yang berbeda-beda, tergantung pada jenis pajak
yang dilaporkan. Misalnya, SPT tidak dilaporkan sampai batas waktu yang sudah ditentukan,
maka sanksi bisa dikenakan kepada Wajib Pajak yang bersangkutan. Untuk menghindari hal ini,
Anda mesti segera melakukan pelaporan atau memberi konfirmasi ke KPP tempat Anda terdaftar
sebagai Wajib Pajak.

3. Prosedur penyelesaian SPT

SPT atau Surat Pemberitahuan adalah salah satu kewajiban yang harus dilakukan oleh
setiap wajib pajak. SPT harus disampaikan setiap tahun dan berisi laporan keuangan dan pajak
yang telah dilakukan oleh wajib pajak selama satu tahun. Proses penyelesaian SPT terdiri dari
beberapa tahapan, yaitu:

1. Pengumpulan Data
Pada tahap ini, wajib pajak mengumpulkan semua data dan informasi yang diperlukan untuk
melengkapi SPT, seperti laporan keuangan, rekapitulasi pajak, dan dokumen lainnya yang
berkaitan dengan aktivitas bisnis.

2. Pengisian SPT
Setelah semua data dan informasi terkumpul, langkah selanjutnya adalah mengisi formulir SPT
dengan benar dan lengkap. Wajib pajak harus memperhatikan setiap detail dan memastikan

5
bahwa semua informasi yang diberikan adalah akurat dan sesuai dengan ketentuan perpajakan
yang berlaku.

3. Verifikasi dan Koreksi


Setelah SPT diisi, wajib pajak harus memverifikasi kembali semua informasi yang telah
diberikan. Jika ditemukan kesalahan atau ketidaksesuaian dalam data, wajib pajak harus segera
melakukan koreksi.

4. Penyampaian SPT
Setelah SPT lengkap dan sesuai dengan ketentuan perpajakan, wajib pajak harus menyampaikan
SPT ke Kantor Pajak terdekat. SPT dapat disampaikan secara online melalui e-filing atau secara
langsung ke Kantor Pajak.

5. Pembayaran Pajak
Jika terdapat kewajiban pajak yang harus dibayarkan, wajib pajak harus membayar pajak
tersebut dalam jangka waktu yang ditentukan.

4. Pembetulan SPT dan pengunkapan ketidakbenaran

Surat pemberitahuan pajak adalah surat resmi yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal
Pajak kepada wajib pajak untuk memberitahukan jumlah kewajiban pajak yang harus
dibayarkan. Surat ini berisi informasi tentang jumlah pajak yang harus dibayar, tanggal jatuh
tempo pembayaran, serta perincian tentang kewajiban pajak yang harus dipenuhi.

Pada beberapa kasus, wajib pajak dapat membuat kesalahan atau kelalaian dalam pengisian surat
pemberitahuan pajak sehingga informasi yang diberikan tidak benar. Ketika hal ini terjadi, wajib
pajak harus segera melakukan pembetulan dan pengungkapan ketidakbenaran tersebut.

Pembetulan surat pemberitahuan pajak dilakukan dengan cara mengajukan surat permohonan
pembetulan kepada Direktorat Jenderal Pajak. Surat ini harus memuat informasi yang akurat dan
lengkap mengenai kesalahan atau kelalaian yang terjadi pada surat pemberitahuan pajak
sebelumnya, serta rincian mengenai pembetulan yang akan dilakukan.

6
Pengungkapan ketidakbenaran pada surat pemberitahuan pajak dilakukan dengan cara mengisi
SPT (Surat Pemberitahuan Tahunan) dan melaporkan kesalahan atau kelalaian yang terjadi pada
surat pemberitahuan pajak sebelumnya. Wajib pajak harus memberikan keterangan dan rincian
yang akurat dan lengkap mengenai kesalahan atau kelalaian yang terjadi, serta perincian
mengenai pembetulan yang akan dilakukan.

Pembetulan surat pemberitahuan pajak dan pengungkapan ketidakbenaran penting dilakukan


untuk memastikan kewajiban pajak yang harus dibayarkan oleh wajib pajak akurat dan sesuai
dengan peraturan yang berlaku. Selain itu, hal ini juga dapat membantu mencegah terjadinya
sanksi dan denda akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelaporan pajak.

5. Jenis-jenis SPT
Surat pemberitahuan pajak adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh otoritas pajak
kepada wajib pajak sebagai pengingat bahwa mereka harus membayar pajak. Surat ini biasanya
dikirim oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) kepada wajib pajak baik perorangan maupun badan
usaha. Jenis surat pemberitahuan pajak yang sering diterima oleh wajib pajak antara lain:

1. Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan

SPT Pajak Penghasilan adalah surat pemberitahuan yang harus disampaikan oleh wajib pajak
setiap tahun untuk melaporkan pendapatannya dan membayar pajak penghasilan yang terutang.
SPT ini biasanya dikirimkan oleh DJP pada awal tahun berikutnya setelah tahun pajak berakhir.

2. Surat Pemberitahuan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Surat Pemberitahuan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah surat yang dikirimkan oleh pihak
DJP kepada wajib pajak sebagai pengingat untuk membayar pajak atas kepemilikan properti
mereka. Surat ini biasanya dikirimkan setiap tahun atau saat terjadi perubahan status kepemilikan
properti.

3. Surat Pemberitahuan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Surat Pemberitahuan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah surat yang dikirimkan oleh DJP
kepada wajib pajak sebagai pengingat untuk membayar pajak atas penjualan atau pemakaian
barang dan jasa yang terkena PPN.

7
6. Batas waktu penyampaian SPT

Surat pemberitahuan pajak adalah surat yang harus disampaikan oleh wajib pajak kepada
otoritas pajak untuk melaporkan jumlah pajak yang harus dibayarkan. Batas waktu penyampaian
surat pemberitahuan pajak bergantung pada jenis pajak dan status wajib pajak. Berikut ini adalah
beberapa batas waktu penyampaian surat pemberitahuan pajak yang umum:

1. Pajak Penghasilan (PPh)

Wajib pajak orang pribadi harus menyampaikan surat pemberitahuan pajak PPh setiap tahun
paling lambat pada tanggal 31 Maret. Sedangkan wajib pajak badan harus menyampaikan surat
pemberitahuan pajak PPh setiap tahun paling lambat pada tanggal 30 April.

2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Wajib pajak harus menyampaikan surat pemberitahuan pajak PPN setiap bulan paling lambat
pada tanggal 25 bulan berikutnya.

3. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Wajib pajak harus menyampaikan surat pemberitahuan pajak PBB setiap tahun paling lambat
pada tanggal 31 Agustus.

Namun, perlu diingat bahwa batas waktu penyampaian surat pemberitahuan pajak dapat berbeda-
beda tergantung pada aturan dan ketentuan yang berlaku di masing-masing negara atau wilayah.
Oleh karena itu, sangat penting bagi wajib pajak untuk memperhatikan ketentuan yang berlaku
dan menyampaikan surat pemberitahuan pajak tepat waktu agar terhindar dari sanksi
administrasi dan denda.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bagi Wajib Pajak, mengisi SPT Tahunan merupakan salah satu kewajiban yang mesti
dipenuhi dalam proses pelaporan. SPT merupakan Surat Pemberitahuan Tahunan yang diartikan
sebagai dokumen yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan perhitungan serta
pembayaran, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan. Adapun Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan yang selanjutnya disebut SPT Tahunan PPh berlaku
untuk suatu tahun pajak atau bagian tahun pajak. SPT Tahunan PPh yang wajib dilaporkan setiap
tahun atau pada akhir periode tahun pajak ini dibagi menjadi dua jenis yakni SPT Tahunan
Perorangan (terdiri atas 3 jenis formulir) dan SPT Badan.Untuk SPT Tahunan PPh Orang Pribadi
mesti dilaporkan oleh Wajib Pajak paling lambat 3 bulan setelah tahun pajak berakhir.

B. Saran
Diharapkan pada pembaca makalah ini dapat dengan mudah memahami materi yang
berkaitan dengan surat pemberitahuan pajak.Dan diharapkan juga kepada pembuat makalah
selanjutnya agar lebih mengembangkan pembahasan tentang SPT.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://www.pajak.com/pajak/pengertian-fungsi-dan-cara-pelaporan-spt-pajak/amp/

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-02/PJ/2019 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi dan Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Penghasilan dari Upah dan/atau
Penghasilan Penggantian Kerugian

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2020 tentang Tata Cara Pembetulan Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi dan Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Badan.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(Pasal 6 ayat 1 huruf h dan Pasal 7 ayat 1 huruf f).
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 107/PMK.010/2016 tentang Tata Cara Penagihan Pajak Kendaraan
Bermotor yang Tidak Tertagih

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2019 tentang Pelaksanaan Peraturan


Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan Dari Usaha yang
Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 48/PMK.03/2021 tentang Tata Cara Pengenaan dan
Penetapan Pajak Pertambahan Nilai atas Penyerahan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak
yang Tergolong Mewah

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 107/PMK.03/2019 tentang Tata Cara Penetapan dan
Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan serta Tata Cara Pelaporan Pajak Bumi dan Bangunan
secara Elektronik

10
11

Anda mungkin juga menyukai