Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Penetapan Pajak Oleh Direktur Jenderal Pajak

DOSEN PENGAMPU

Wa Ofe Suwarni, S.E, M.Sc

Disusun Oleh :
Ella febriani hatma (22320082)

UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN


TAHUN AJARAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah
ini yang membahas tentang Perpajakan 1 bab 9 dapat tersusun sampai dengan selesai.

Penyusun sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan penulis berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.Saya mengucapkan trimakasih kepada
Bapak Wirmie S.E,M.Si. selaku dosen mata kuliah Perpajakan 1 yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang perpajakan.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah.

Pasarwajo, 15 Juni 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................

1.1 Latar Belakang ..........................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................................

1.3 Tujuan Masalah .........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................

2.1 Defenisi Surat Ketetapan Pajak serta Permasalhan ..................................................

2.2 Defenisi Surat Tagihan Pajak serta Permasalhan .....................................................

BAB III PENUTUP ............................................................................................................

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................


BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor perpajakan ialah sumber pendapatan utama negara, pendapatan ini


didistribusikan kepada lembaga-lembaga pemerintah guna pembelanjaan rutin dan
pembangunan nasional. Tujuan pembangunan ini untuk peningkatan perekonimian negara
dan menyejahterakan masyarakat menjadi masyarakat adil dan makmur. Hal ini
diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap sumber dana yang berasal dari
pinjaman luar negeri. Pajak merupakan bentuk pembayaran mandiri untuk negara yang
dilakukan, sehingga diperlukan peran aktif dari masyarakat sendiri untuk ikut serta dalam
melaksanakan pembangunan nasional tersebut. Dalam sistem pemungutan pajak yang
baru, dimana self assessment system memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk
menghitung, membayar/menyetor, dan melaporkan besarnya pajak yang terutang sesuai
dengan perundang-undangan yang berlaku. Implikasi tersebut menunjuk pada teori
kepatuhan Wajib Pajak yang menggambarkan apakah Wajib Pajak tersebut patuh akan
melunasi kewajibannya. Sebagai penerimaan negara yang selama ini diandalkan, tentunya
sektor pajak diupayakan untuk terus meningkat, satu sisi penerimaan 2 pajak juga terus
diupayakan dapat meningkat, sedangkan satu sisi yang lain harus ada penghematan biaya.
Hal ini menjadikan tugas penerimaan pajak semakin berat dengan upaya ekstensifikasi dan
intensifikasi. Upaya intensifikasi yang dimaksud yaitu pencairan tunggakan pajak.
Menurut Cahya (2013), pengertian pencairan tunggakan pajak memiliki dua arti, pencairan
langsung secara lunas atau pencairan karena sudah tidak dapat dilakukan penagihan lagi
dengan kata lain dihapuskan. Pencairan langsung secara lunas memiliki dua arti lagi, yakni
dengan cara dibayar lunas, baik menggunakan uang tunai maupun melalui pembukuan
atau dengan penjualan sita lelang barang-barang yang dimiliki oleh penanggung pajak.
Untuk piutang pajak yang diusulkan untuk dihapuskan apabila penanggung pajak tidak
memiliki kemampuan lagi untuk membayar piutang pajak dan tidak ada lagi objek
sitaannya. Sebaliknya, apabila masyarakat memahami akan manfaat dan fungsi pajak,
maka dengan begitu wajib pajak sadar akan kewajibannya dalam membayar pajak. Namun
pada kenyataannya, cenderung cukup banyak wajib pajak yang memang sengaja
melakukan kecurangan serta menghindari dalam pembayaran pajak yang telah ditetapkan
sehingga menyebabkan meningkatnya tunggakan pajak dari tahun ke tahun berikutnya.
Dari hal tersebut, maka fiskus melakukan penagihan pajak pasif yaitu dengan
mengeluarkan ketetapan pajak yang bertujuan memberitahukan 3 informasi kepada Wajib
Pajak, dengan cara mengeluarkan Surat Tagihan Pajak (STP) atau Surat Ketetapan Pajak
(SKP) dikarenakan adanya utang pajak yang belum terbayarkan. Menurut Soemitro
(1998:17) dalam Hidayat dan Cheisviyanny (2013) mendefinisikan Surat Ketetapan Pajak
ialah suatu ketetapan tertulis yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang (pejabat
pajak) yang menimbulkan Hak dan kewajiban yang memuat besarnya utang pajak jenis
tertentu dari tahun tertentu yang terutang oleh Wajib Pajak yang nama dan alamatnya
tercantum pada Surat Ketetapan Pajak itu. Namun apabila dalam jangka waktu yang telah
ditentukan oleh fiskus setelah penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) dan Surat Ketetapan
Pajak (SKP) utang pajak masih belum dilunasi, maka fiskus akan melakukan penagihan
pajak aktif. Penentuan penilaian kualitas penetapan pajak adalah bahwa penetapan yang
memiliki kualitas yang paling baik atau sangat baik adalah penetapan yang tidak berubah
jika Wajib Pajak mengajukan permohonan pengurangan/penghapusan sanksi atau
keberatan/banding. Penelitian Juniardi dkk (2014) menyatakan bahwa surat ketetapan
pajak memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah pencairan tunggakan pajak. Ini berarti
adanya hubungan searah. Hal ini memberikan makna bahwa surat ketetapan pajak
menentukan besar kecilnya pencairan tunggakan pajak. Jika tunggakan pajak besar maka
dikeluarkan SKP, sedangkan tunggakan pajak kecil maka tidak dikeluarkan SKP. 4
Efektivitas merupakan suatu ukuran tentang penilaian suatu organisasi dalam mencapai
tujuan yang ditetapkan tanpa melihat berapa besar biaya yang telah dikeluarkan dalam
mencapai tujuan tersebut. Mardiasmo (2009) dalam Marduati (2012) menyatakan bahwa
efektivitas merupakan suatu ukuran berhasil atau tidaknya suatu organisasi dalam
mencapai tujuannya. Suatu organisasi dapat dikatakan berhasil apabila mencapai tujuan,
maka organisasi tersebut telah berjalan efektif. Penagihan pajak merupakan serangkaian
tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak. Dalam
tindakan penagihan aktif fiskus diberikan kewenangan untuk menegur atau
memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus memberikan surat
paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan,
dan menjual barang yang telah disita (Kurniawan, 2011:5). Penelitian Marduati (2012)
menyatakan bahwa efektivitas penagihan aktif meliputi surat teguran dan surat paksa
berpengaruh signifikan terhadap pencairan tunggakan pajak. Ini berarti adanya hubungan
searah. Hal ini dikarenakan surat teguran dan surat paksa yang diterbitkan akan mengalami
peningkatan, maka pencairan tunggakan pajak mengalami peningkatan. Sebaliknya, jika
surat teguran dan paksa diterbitkan menurun, maka pencairan tunggakan pajak juga akan
menurun. Dalam praktek di lapangan, kegiatan penagihan bukan pekerjaan yang mudah
karena banyak kendala-kendala yang ditemui oleh Juru 5 Sita Pajak, salah satunya wajib
pajak dengan alasan tidak tahu atau tidak menerima surat tagihan pajak hingga
diterbitkannya surat teguran maupun surat paksa dari pihak KPP , mereka tidak ada
tanggapan untuk segera melunasi. Hal ini membuat pihak Juru Sita Pajak diperuntukkan
untuk berperan aktif agar dapat mengoptimalkan penerimaan pajak. Salah satu yang
dilakukan oleh Juru Sita Pajak kepada wajib pajak yang tidak menanggapi akan penerbitan
surat teguran dan surat paksa yaitu dengan cara pemblokiran rekening di bank, melakukan
penyitaan sampai dengan upaya sandera. Di Indonesia penelitian mengenai pencairan
tunggakan pajak juga sudah pernah dilakukan beberapa peneliti. Penelitian mengenai
pencairan tunggakan pajak sudah pernah dilakukan Hidayat dan Cheisviyanny (2013),
Gede (2007) dalam Hidayat dan Cheisviyanny (2013), Rifqiansyah dkk (2014), dan
Marhaendi. Hidayat dan Cheisviyanny (2013) menguji pengaruh kualitas penetapan pajak
dan tindakan penagihan secara aktif terhadap pencairan tunggakan pajak. Hasil penelitian
Hidayat dan Cheisviyanny (2013) adalah kualitas penetapan pajak dan tindakan penagihan
secara aktif berpengaruh positif terhadap pencairan tunggakan pajak. Hal ini dikarenakan
apabila kualitas penetapan dan tindakan penagihan aktif dilakukan dengan baik, maka
menyebabkan pencairan tunggakan pajak menjadi meningkat. Penelitian Gede (2007)
dalam Hidayat dan Cheisviyanny (2013) menguji tentang analisis pengaruh kualitas
penetapan dan penagihan aktif terhadap pencairan tunggakan pajak pada KPP 6 Madya
Jakarta Pusat dan hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas penetapan dan penagihan
aktif memiliki pengaruh positif dan signifikan baik secara sendiri-sendiri maupun
bersama-sama terhadap pencairan tunggakan pajak. Hal ini dikarenakan bila kualitas
penetapan misalnya pemeriksaan dan upaya tindakan penagihan dilakukan dengan benar
sesuai dengan tahapan-tahapan dan prosedur, maka semakin besar pula pencairan
tunggakan pajak. Penelitian Rifqiansyah dkk (2014) menguji analisis efektivitas dan
kontribusi penagihan pajak aktif terhadap pencairan tunggakan pajak pada KPP Pratama
Malang Utara dan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat efektivitas penagihan pajak
secara keseluruhan belum cukup dikatakan efektif, selain itu kontribusi penagihan aktif
terhadap pencairan tunggakan secara keseluruhan pajak masih sangat kurang. Hal ini
dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat dan kepatuhan wajib pajak dalam
membayar utang pajaknya serta kurang optimalnya proses penagihan pajak aktif.
Penelitian Marhaendi menguji tentang pengaruh tindakan penagihan aktif dalam usaha
mencairkan tunggakan pajak pada KPP Pratama Tamansari Satu Jakarta. Hasil penelitian
membuktikan bahwa jumlah surat-surat yang diterbitkan oleh KPP Pratama Tamansari
Satu Jakarta sebagai pelaksana tindakan penagihan aktif tidak berpengaruh signifikan baik
terhadap pencairan tunggakan pajak. Hal ini dikarenakan kesadaran dari wajib pajak masih
sangat rendah dan belum optimalnya kegiatan penagihan yang dilakukan pada beberapa
waktu dalam periode penelitian. 7 Penelitian ini akan meneliti mengenai pengaruh
efektivitas penetapan pajak dan tindakan penagihan secara aktif terhadap pencairan
tunggakan pajak pada KPP Pratama Karang Pilang dengan sampel wajib pajak yang
terdaftar pada KPP Pratama Karang Pilang. Penelitian ini akan dilakukan dengan metode
dokumentasi. Pertimbangan pemilihan populasi wajib pajak pada KPP Pratama Karang
Pilang dalam penelitian ini karena baik data atau informasi yang dibutuhkan mudah
diperoleh serta relevan dengan pokok permasalahan yang menjadi obyek penelitian. Untuk
dapat mengukur tunggakan pajak dilakukan dengan menggunakan rasio efektivitas.
Pengukuran rasio efektivitas yaitu dengan menghitung jumlah penagihan yang dibayar
dibagi dengan jumlah penagihan yang diterbitkan dikali seratus persen. Dari penjelasan
tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang kualitas penetapan pajak dan
efektivitas penagihan pajak secara aktif berpengaruh positif terhadap pencairan tunggakan
pajak pada KPP Pratama Surabaya Karang Pilang

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah penjelasan yang terkait dengan Surat Ketetapan Pajak(SKP)
2. Bagaimana pengertian serta penjelasan mengenai Surat Tagihan Pajak (STP)

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui hal-hal yang terkait dengan SKP
2. Mengetahui penjelasan mengenai STP
BAB II
PEMBAHASAN

A. Surat Ketetapan Pajak (SKP)

Surat ketetapan pajak adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada
suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan
tersebut. Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan
Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak
Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau
surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar. Surat ketetapan tersebut dihasilkan dari proses
pemeriksaan (pajak) yang dilaksanakan oleh petugas fungsional pemeriksa pajak maupun
penyidik pajak atau hasil penelitian dari petugas pengawasan dan konsultasi pajak.
Surat ketetapan administrasi lainnya dapat berupa Surat Tagihan Pajak yang
mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan surat ketetapan pajak.
Surat Ketetapan Pajak (SKP) adalah Surat Keputusan Kepala Kantor Pelayanan Pajak
Pratama yang memberitahukan besarnya pajak yang terutang termasuk denda administrasi,
kepada Wajib Pajak (WP).
Pengertian Surat Ketetapan Pajak / SKP ( Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2007 ):
• Surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
atau Surat Ketetapan Pajak Nihil.
• Berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Pajak kewenangan mengeluarkan surat
ketetapan pajak, dilimpahkan kepada KPP.
• Surat ketetapan pajak timbul berdasarkan hasil pemeriksaan .

B. Macam – Macam Surat Ketetapan Pajak

Produk hokum yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak, dalam hal ini adalah
Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPP/KPPBB)
untuk mengetahui adanya kewajiban atau hak dari Wajib Pajak (WP) adalah
berupa surat ketetapan pajak yang terdiri dari 6 macam, yaitu :
1. Surat Tagihan Pajak (STP)
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
3. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
4. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
5. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
6. Surat Ketetapan Pajak Terutang (SPPT)
Penerbitan suatu Surat Ketetapan Pajak (SKP) hanya terbatas kepada WP tertentu yang
disebabkan oleh ketidakbenaran dalam pengisian SPT atau karena ditemukannya data
fiskal yang tidak dilaporkan oleh WP.
Penjelasan untuk masing-masing surat ketetapan pajak hanya menjelaskan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Bayar Tambahan dan Surat
Ketetapan Pajak Lebih Bayar.
1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

a. Pengertian
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok
pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah yang masih harus dibayar.

b. Fungsi SKPKB

a Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang


b. Sebagai alat atau sarana untuk mengenakan sanksi
c. Sebagai alat atau sarana untuk menagih pajak

c. PENERBITAN SKPKB

1. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak yang terutang
tidak atau kurang dibayar.
2. Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktunya dan
setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana
ditentukan didalam surat teguran. (SKPKB diterbitkan secara jabatan)
3. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan mengenai Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ternyata tidak seharusnya dikompensasikan
selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenakan tarif 0%
4. Apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 (tentang kewajiban
pembukuan) dan Pasal 29 (tentang kewajiban dalam pemeriksaan) tidak dipenuhi,
sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang. (SKPKB diterbitkan
secara jabatan)

d. SANKSI ADMINISTRASI SKPKB

a. Apabila SKPKB diterbitkan berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain,


pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar (angka 1 pada dasar/sebab terbitnya
SKPKB), maka jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPKB ditambah dengan
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan untuk selama-lamanya 24 bulan,
dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak
atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya SKPKB.
• Pokok pajak yang kurang atau tidak dibayar di dalam SKPKB ditambah sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 48% dari jumlah pajak yang tidak atau kurang
dibayar.

b. Apabila SKPKB diterbitkan berdasarkan angka 2, 3 dan 4 (pada dasar/sebab


diterbitkan SKPKB), maka jumlah pajak dalam SKPKB ditambah dengan sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar:
• 50% dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak.
• 100% dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau
kurang dipungut, tidak atau kurang disetorkan, dan dipotong atau dipungut tetapi
tidak atau kurang disetorkan.
• 100% dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah yang tidak atau kurang dibayar

e. JANGKA WAKTU PENERBITAN SKPKB

1. Dalam jangka waktu 10 tahun sesudah saat pajak terutang, berakhirnya Masa
Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak.
2. Setelah lewat jangka waktu 10 tahun sesudah saat terutangnya pajak, berakhirnya
masa pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tetap dapat diterbitkan dalam hal Wajib Pajak
setelah jangka waktu 10 tahun tersebut dipidana karena melakukan tindak pidana di
bidang perpajakan berdasarkan putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.

2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

a. PENGERTIAN

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.

b. FUNGSI SKPKBT

a. Sebagai alat untuk mengoreksi ketetapan pajak sebelumnya


b. Sebagai alat atau sarana untuk menagih pajak
c. Sebagai alat atau sarana untuk mengenakan sanksi

c. PENERBITAN SKPKBT

1. Apabila ditemukan data baru dan atau data yang semula belum terungkap
yang mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang.
2. Masih ditemukan lagi data yang semula belum terungkap pada saat diterbitkannya
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan atau data baru yang diketahui
kemudian oleh Direktur Jenderal Pajak.
3. Data baru adalah data atau keterangan mengenai segala sesuatu yang diperlukan untuk
menghitung besarnya jumlah pajak yang terutang yang oleh Wajib Pajak belum
diberitahukan pada waktu penetapan semula, baik dalam Surat Pemberitahuan dan
lampiran-lampirannya maupun dalam pembukuan perusahaan yang diserahkan pada
waktu pemeriksaan.
4. Data yang semula belum terungkap adalah data atau keterangan lain mengenai segala
sesuatu yang diperlukan untuk menghitung besarnya jumlah pajak yang terutang,
yang:
• Tidak diungkapkan oleh Wajib Pajak dalam Surat Pemberitahuan beserta
lampirannya (termasuk laporan keuangan) dan atau
• Pada waktu pemeriksaan untuk penetapan semula Wajib Pajak tidak
mengungkapkan data dan atau memberikan keterangan lain secara benar,
lengkap,danterinci sehingga tidak memungkinkan fiskus dapat menerapkan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dengan benar dalam
menghitung jumlah pajak yang terutang.

d. SANKSI ADMINISTRASI SKPKBT

• Pasal 15 (2): sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen)
dari jumlah kekurangan pajak tersebut dalam SKPKBT
Penjelasan: Dalam hal setelah diterbitkan surat ketetapan pajak ternyata masih
ditemukan data baru termasuk data yang semula belum terungkap yang belum
diperhitungkan sebagai dasar penetapan tersebut, atas pajak yang kurang dibayar
ditagih dengan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan ditambah sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari pajak yang
kurang dibayar.
• Pasal 15 (4): sanksi administrasi berupa bunga sebesar 48% (empat puluh delapan
persen) dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar, dalam hal Wajib Pajak
setelah jangka waktu 5 (lima) tahun dipidana karena melakukan tindak pidana di
bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat menimbulkan kerugian
pada pendapatan negara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap.
Penjelasan: Dalam hal Wajib Pajak dipidana karena melakukan tindak pidana yang
dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara berupa pajak berdasarkan
putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan tetap dapat diterbitkan, ditambah sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 48% (empat puluh delapan persen) dari jumlah
pajak yang tidak atau kurang dibayar meskipun jangka waktu 5 (lima) tahun
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampaui.

e. JANGKA WAKTU PENERBITAN SKPKBT

1. Dalam jangka waktu 10 tahun sesudah saat pajak terutang, berakhirnya Masa
Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, apabila ditemukan data baru dan
atau data yang semula belum terungkap yang mengakibatkan penambahan jumlah
pajak yang terutang.
2. Setelah lewat jangka waktu 10 tahun sesudah saat terutangnya pajak, berakhirnya
masa pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, dalam hal Wajib Pajak setelah
jangka waktu 10 tahun tersebut dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan berdasarkan putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.
3. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)

a. PENGERTIAN
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pada pajak
yang terutang atau tidak seharusnya terutang

b. FUNGSI SKPLB

Sebagai sarana atau alat untuk mengembalikan kelebihan pembayaran pajak yang telah
dilakukan oleh Wajib Pajak

c. PENERBITAN SKPLB

1. Untuk Pajak Penghasilan, jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah pajak yang
terutang, atau telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang.
2. Untuk Pajak Pertambahan Nilai, jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah
pajak atau telah dilakukan pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang.
Apabila terdapat pajak terutang yang dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan
Nilai, maka yang dimaksud dengan jumlah Pajak Yang terutang adalah jumlah
Pajak Keluaran setelah dikurangi pajak yang dipungut oleh Pemungut Pajak
Pertambahan Nilai tersebut.
3. Untuk Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, jumlah pajak yang dibayar lebih besar
dari jumlah pajak yang terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang tidak
seharusnya terutang.

d. SANKSI ADMINISTRASI SKPLB

• Pajak yang lebih dibayar karena diterbitkan Keputusan Pengurangan atau


Penghapusan Sanksi Administrasi, sebagai akibat
diterbitkan Keputusan Keberatan atau Putusan Banding yang menerima sebagian
atau seluruh permohonan Wajib Pajak.

e. JANGKA WAKTU PENERBITAN SKPLB

1. Kelebihan pembayaran pajak yang masih tersisa, dikembalikan dalam jangka


waktu 1 bulan sejak:
• Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
• Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
• Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak
• Keputusan Keberatan diterbitkan atau Putusan Banding
• Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi

2. Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan atas


permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak selain permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari Wajib Pajak dengan kriteria
tertentu, sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 17C UU No. 16 Tahun 2000,
harus menerbitkan surat ketetapan pajak paling lambat 12 bulan sejak surat
permohonan diterima secara lengkap dalam arti bahwa Surat Pemberitahuan telah
diisi lengkap, kecuali untuk kegiatan tertentu ditetapkan lain dengan Keputusan
Direktur Jenderal Pajak.

4. Surat Ketetapan Pajak Nihil

SKPN adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama
besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
SKPN diterbitkan setelah Ditjen Pajak melakukan pemeriksaan Surat Pemberitahuan.

Berdasarkan Undang-Undang nomor 28 tahun 2007, SKPN diterbitkan untuk:

1. Pajak Penghasilan jika jumlah kredit pajak sama dengan pajak yang terutang atau
pajak yang tidak terutang dan tidak ada kredit pajak;
2. Pajak Pertambahan Nilai jika jumlah kredit pajak sama dengan jumlah pajak yang
terutang atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. Jika terdapat pajak yang
dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai, jumlah pajak yang terutang
dihitung dengan cara jumlah Pajak Keluaran dikurangi dengan pajak yang dipungut
oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai tersebut;
3. Pajak Penjualan Atas Barang Mewah apabila jumlah pajak yang dibayar sama dengan
jumlah pajak yang terutang atau pajak tidak terutang dan tidak ada pembayaran pajak.

➢ Contoh Kasus dan Perhitungannya


Surat Ketetapan Pajak Kurang BayarSeorang wajib pajak penghasilan yang
mempunyai tahun buku sama dengan tahun takwimmemasukkan SPT Tahunan
PPh untuk tahun 1995 tepat pada waktunya yang disertai setoranakhir. Pada bulan
April 1998 dikeluarkan SKPKB yang menunjukkan kekurangan pajakterutang
sebesar Rp. 1.000.000,00.Perhitungan di dalam SKPKB
Pajak yang terutang Rp. 1.725.000,00
a. Kredit Pajaka.Pajak yang dipotong pemberi kerjaRp. 150.000,00b
b. Pajak dibayar sendiri (setoran masa)Rp. 400.000,00.
c. Pajak yang ditagih dengan STP(tidak termasuk bunga dan denda)Rp. 75.000,00
d.Kredit pajak luar negeriRp.100.000,00

Jumlah pajak yang dikreditkan ( Rp. 725.000,00 )


Pajak yang kurang dibayarRp. 1.000.000,00
Bunga 2 thn (2% x 2 x 12 x 1.000.000,00) Rp. 480.000,00
Pajak yang masih harus dibayarRp. 1.480.000,00
C. Surat Tagihan Pajak

Surat Tagihan Pajak (STP) merupakan salah satu surat untuk dapat melakukan tagihan
pajak dan sanksi administrasi berupa bunga atau juga denda.

Fungsi Surat Tagihan Pajak (STP)

• Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut STP Wajib Pajak.
• Sarana untuk mengenakan sanksi berupa bunga atau denda.
• Sarana untuk menagih pajak.

Penertiban Surat Tagihan Pajak (STP)

• Pajak penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar.


Berdasarkan suatu penelitian SPT terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai
akibat salah tulis dan atau salah hitung.
• Wajib Pajak akan dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan atau bunga.
• Seorang pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP tetapi tidak membuat faktur
pajak atau membuat faktur pajak tetapi tidak tepat waktu.
• Para pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP tetapi tidak mengisi faktur secara
lengkap.
• Pengusaha Kena Pajak dapat melaporkan faktur tidak sesuai dengan masa penerbitan
faktur pajak.
• Pengusaha Kena Pajak yang sudah gagal berproduksi dan telah diberikan
pengembalian pajak masukan.

Sanksi yang Diberlakukan Surat Tagihan Pajak (STP)


Sanksi Administrasi

• Sanksi administrasi yang berupa denda Rp 50.000 ,- jika wajib pajak tidak atau
terlambat penyampaian SPT Masa dan Rp 100.000,- jika tidak atau terlambat
menyampaikan SPT Tahunan.
• Sanksi administrasi dapat berupa denda 2 persen dari Dasar Pengenaan Pajak dalam
hal Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang PPN tetapi tidak
melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP atau Pengusaha yang
tidak dikukuhkan sebagai PKP tetapi membuat faktur pajak atau pengusaha te1ah
dikukuhkan sebagai PKP tetapi tidak membuat Faktur Pajak atau membuat faktur
pajak tetapi tidak tepat waktu atau tidak mengisi selengkapnya faktur pajak.
• Sanksi administrasi bisa juga berupa bunga dalam hal wajib pajak membetulkan
sendiri SPT-nya, yang mana hasil pembetulan tersebut menyatakan kurang bayar.
• Sanksi administrasi berupa suatu bunga apabila wajib pajak terlambat atau tidak
membayar pajak yang sudah jatuh tempo pembayarannya.

➢ Contoh Kasus dan Perhitungannya

Wajib Pajak menerima Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebesar Rp60.000.000,00
yang diterbitkan pada tanggal 2 Januari 2019dengan batas akhir pelunasan tanggal 1
Februari 2019. Wajib Pajak tersebut diperbolehkan untuk mengangsur pembayaran pajak
dalam jangka waktu 6(enam) bulan (dimulai tgl 28 Februari 2018) dengan jumlah yang
tetap sebesar Rp10.000.000,00.

a.Sebutkan ketetapan pajak yang akan diterbitkan dan hitung pajak yang masih harus
dibayar!
Ketetapan Pajak : STP
Jangka waktu : 6 bulan
Sanksi : 6 x 2% x 10 juta = 1.200.000
b. Apabila Wajib Pajak di atas diperbolehkan untuk menunda pembayaran pajak
selama 6 bulan. Sebutkan ketetapan pajak yang akan diterbitkan dan hitung pajak yang
masih harus dibayar!
Ketetapan Pajak : STP
Jangka waktu : 6 bulan
Sanksi : 2% x 6 x 60 juta = 7.200.000
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Ketetapan Pajak adalah suatu ketentuan dalam sistem perpajakan untuk


pembayaran pajak terutang dengan penerbitan Surat Ketetapan Pajak.
2. Macam – Macam Ketetapan Pajak :
a. Surat Tagihan Pajak (STP)
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
c. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
e. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
f. Surat Ketetapan Pajak Terutang (SPPT)
3. Fungsi Ketetapan Pajak :
a. Sarana untuk melakukan koreksi fiskal terhadap WP tertentu yang nyata-nyata atau
berdasarkan hasil pemeriksaan tidak memenuhi kewajiban formal dan atau kewajiban
materil dalam memenuhi ketentuan perpajakan.
b. Sarana untuk mengenakan sanksi administrasi perpajakan.
c. Sarana administrasi untuk melakukan penagihan pajak.
d. Sarana untuk mengembalikan kelebihan pajak dalam hal lebih bayar
e. Sarana untuk memberitahukan jumlah pajak yang terutang
DAFTAR PUSTAKA

yousida, Imawati. 2018. Analisis prosedur perhitungan dan pelaporan pajak Penghasilan
pasal 21 atas gaji karyawan pt dafana surya medika di kabupaten banjar.Banjar :
google sholar.

Suprianto, Edy. 2011. Akuntansi Perpajakan. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Rahman (2013:8) menyatakan dalam perpajakan, akuntansi lebih dikenal dengan istilah
pembukuan dan pencatatan. Menurut ahli

Panjaitan, Buti uli artha, 2010. Evaluasi penghitungan pajak penghasilan pasal
21.Yogyakarta Program studi akuntansi Jurusan akuntansi fakultas ekonomi
Universitas sanata Dharma.

Anda mungkin juga menyukai