Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

RELASI ANTARA SANKSI PAJAK DAN EFEKTIVITAS


PEMUNGUTAN PAJAK
Disusun Untuk Mememenuhi Tugas Mata Kuliah Perpajakan II

Dosen Pengampu : Dadang Suhendar, S.E., M.Si.

Disusun oleh :

Kelompok 4

1. Fatiha Nur Hasana (20210610108)


2. Indah Nurmalasari (20210610112)
3. Salsha Novita Ramdani (20210610087)
4. Sri Hernawati (20210610008)
5. Tamara (20210610072)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KUNINGAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah pada mata kuliah
Perpajakan II yang diampu oleh Bapak Dadang Suhendar, S.E., M.Si. secara tepat waktu.

Kami sebagai penyusun makalah menyadari bahwasannya makalah kami belum sempurna.
Kami menerima segala bentuk kritik dan saran demi penyempurnaan makalah dan peningkatan
pengetahuan kita semua. Kami memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan pada makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi
penulis maupun pembaca.

Kuningan, 3 Desember 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 5
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan pemungutan pajak? ............................................................ 5
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan sanksi pajak? ...................................................................... 5
1.2.3 Bagaimana relasi antara sanksi pajak dengan efektivitas pemungutan pajak? ............... 5
1.2.4 Bagaimana data tingkat kepatuhan wajib pajak? ............................................................ 5
1.3 Tujuan .................................................................................................................................... 5
1.3.1 Untuk mengetahui dan memahami maksud dari pemungutan pajak............................... 5
1.3.2 Untuk mengetahui dan memahami sanksi pajak ............................................................. 5
1.3.3 Untuk mengetahui dan memahami relasi antara sanksi pajak dengan efektivitas
pemungutan pajak ........................................................................................................................... 5
1.3.4 Untuk mengetahui dan memahami data tingkat kepatuhan wajib pajak ......................... 5
1.4 Manfaat .................................................................................................................................. 5
1.4.1 Bagi Penulis .................................................................................................................... 5
1.4.2 Bagi Dosen ...................................................................................................................... 5
1.4.3 Bagi Mahasiswa .............................................................................................................. 5
BAB II .................................................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 7
2.1 Pemungutan Pajak ................................................................................................................ 7
2.1.1 Pengertian Pajak.............................................................................................................. 7
2.1.2 Fungsi Pajak .................................................................................................................... 7
2.1.3 Syarat-Syarat Pemungutan Pajak .................................................................................... 8
2.1.4 Sistem Pemungutan Pajak ................................................................................................... 9
2.2 Sanksi Pajak ........................................................................................................................ 11
2.3 Relasi Antara Sanksi Pajak dengan Efektivitas Pemungutan Pajak ............................. 12
2.4 Data Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak ............................................................................. 13
BAB III................................................................................................................................................. 15
PENUTUP ............................................................................................................................................ 15
3.1 Kesimpulan .......................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 16
References ............................................................................................................................................. 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan nasional yang berkesinambungan bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat baik materiil dan spiritual. Dalam rangka peningkatan
kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh dan untuk kepentingan pembangunan
nasional, maka dibutuhkan sumber pembiayaan. Di mana, pemerintah mendapatkan
dana pembiayaan yang bersumber dari pajak. Penyelenggaraan pemerintah
membutuhkan dana yang relatif besar seiring dengan peningkatan kebutuhan
pembangunan itu sendiri. Dalam upaya mengurangi ketergantungan sumber eksternal,
pemerintah Indonesia secara terus menerus berusaha meningkatkan sumber
pembiayaan pembangunan internal, salah satunya adalah pajak.

Pajak merupakan penerimaan negara terbesar yang dipergunakan untuk membiayai


penyelenggaraan pemerintah, pelayanan umum dan pembangunan nasional (Utami,
Andi, Soerono, 2012). Dalam hal peningkatan penerimaan, pajak bergantung salah
satunya pada tingkat kepatuhan para wajib pajak. Wajib pajak yang patuh bukan berarti
wajib pajak yang membayar pajak dalam nominal besar dan tertib melaporkan pajaknya
melalui SPT, melainkan wajib pajak yang mengerti, memahami, dan mematuhi hak dan
kewajibannya dalam bidang perpajakan (Khasanah, 2014). Tinggi rendahnya wajib
pajak dalam mematuhi kewajiban perpajakannya dipengaruhi oleh beberapa faktor,
salah satunya adalah kesadaran wajib pajak.

Pemahaman tentang pajak serta kepatuhan wajib pajak untuk melaporkan dan
membayar kewajiban perpajakannya dapat mencerminkan tingkat kesadaran wajib
pajak. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang perpajakan melalui pendidikan
akan membawa dampak positif terhadap kesadaran wajib pajak untuk membayar
kewajiban perpajakannya (Alifa, 2012). Tingkat kepatuhan wajib pajak dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah persepsi wajib pajak tentang
sanksi perpajakan dan kesadaran wajib pajak. Agar peraturan perpajakan dipatuhi,
maka harus ada sanksi perpajakan bagi para pelanggarnya.

4
Pelaksanaan dan pemberian sanksi yang dimaksud adalah dalam bentuk pemberian
sanksi administrasi atau denda maupun sanksi pidana. Pada hakikatnya, pengenaan
sanksi perpajakan diberlakukan untuk menciptakan kepatuhan wajib pajak dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya. Maka dari itu, penting bagi wajib pajak
memahami sanksi-sanksi perpajakan sehingga mengetahui konsekuensi hukum dari apa
yang dilakukan maupun tidak dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan pemungutan pajak?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan sanksi pajak?
1.2.3 Bagaimana relasi antara sanksi pajak dengan efektivitas pemungutan pajak?
1.2.4 Bagaimana data tingkat kepatuhan wajib pajak?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui dan memahami maksud dari pemungutan pajak
1.3.2 Untuk mengetahui dan memahami sanksi pajak
1.3.3 Untuk mengetahui dan memahami relasi antara sanksi pajak dengan efektivitas
pemungutan pajak
1.3.4 Untuk mengetahui dan memahami data tingkat kepatuhan wajib pajak
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pemungutan
pajak, sanksi pajak, relasi antara sanksi pajak dengan efektivitas pemungutan
pajak, serta mengetahui data tingkat kepatuhan wajib pajak.

1.4.2 Bagi Dosen


Dapat menjadi pertimbangan dalam memberikan penilaian terhadap
kemampuan mahasiswa dalam mempelajari dan memahami Mata Kuliah
Perpajakan II, khususnya mengenai materi pemungutan pajak, sanksi pajak,
relasi antara sanksi pajak dengan efektivitas pemungutan pajak, serta data
tingkat kepatuhan wajib pajak.

1.4.3 Bagi Mahasiswa


Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai materi
pemungutan pajak, sanksi pajak, relasi antara sanksi pajak dengan efektivitas

5
pemungutan pajak, serta mengetahui data tingkat kepatuhan wajib pajak dan
juga sebagai sarana untuk mengembangkan pengetahuan yang lebih luas dalam
perkuliahan.

6
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pemungutan Pajak
2.1.1 Pengertian Pajak
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Dalam bukunya “Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan 1944”,


Rochmat Soemitro mendefinisikan pajak sebagai suatu iuran rakyat kepada kas
negara (pengalihan kekayaan dari sektor partikelir ke sektor pemerintah)
berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa
timbal balik (tegen prestasi) yang langsung dapat ditunjuk dan yang digunakan
untuk membiayai keperluan umum (publike uitgiven).

2.1.2 Fungsi Pajak


Fungsi budgetair (anggaran) dimaksudkan sebagai alat untuk mengisi
kas/anggaran negara. Fungsi budgetair dari pajak berarti bahwa pungutan pajak
oleh negara dilakukan untuk menutup pembiayaan penyelenggaraan
pemerintahan baik rutin maupun belanja pembangunan.

Fungsi regulerend (mengatur) dari pajak dimaksudkan bahwa pajak itu


dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijaksanaan negara dalam lapangan ekonomi dan sosial. Fungsi tersebut dapat
diwujudkan dalam suatu bentuk paket kebijaksanaan perpajakan (fiscal policy)
secara khusus misalnya insentif pajak terhadap para investor, tidak mengenakan
suatu pajak tertentu di daerah kawasan berikat, mengenakan tarif pajak yang
tinggi terhadap penjualan minuman beralkohol, dll.

Fungsi sarana partisipasi masyarakat terhadap pembangunan negara


maksudnya adalah karena pajak tidak sekedar kewajiban, tetapi lebih dari itu
adalah merupakan hak warga negara untuk ikut berpartisipasi dalam membangun
negara. Berkaitan dengan fungsi partisipasi tersebut, maka seharusnya institusi
pajak harus terbuka khususnya kepada wajib pajak mengenai kewajiban dan

7
haknya. Kewajiban adalah keharusan membayar pajak sesuai dengan ketentuan-
ketentuan perpajakan yang berlaku. Sedangkan, hak adalah kewajiban aparat
pajak untuk memberikan pelayanan administrasi dan sosialisasi kepada wajib
pajak yang telah turut serta membiayai pembangunan serta hak meminta restitusi
dalam hal terdapat kelebihan pembayaran pajak.

2.1.3 Syarat-Syarat Pemungutan Pajak


Pajak haruslah dipungut berdasarkan suatu keadilan. Pemungutan pajak
dapat disebut adil jika dipungut secara umum dan merata kepada seluruh lapisan
masyarakat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Keadilan disebut sebagai asas pemungutan pajak menurut falsafah hukum.
Keadilan dalam perpajakan meliputi 2 segi, yaitu:

a. Keadilan sejajar (horizontal equity) yaitu kesamaan dalam besaran


kewajiban membayar pajak terhadap orang yang mempunyai kemampuan
ekonomis yang sama.
b. Keadilan tegak lurus (vertical equity) yaitu ketidaksamaan dalam
membayar besaran pajak walaupun mempunyai kemampuan ekonomis
sama, tetapi kondisinya berbeda.

Menurut R. Santoso Brotodihardjo, S.H. dalam pembuatan undangundang


pajak di samping harus memenuhi asas keadilan juga harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut:

a. Syarat Yuridis
Syarat yuridis menghendaki agar hukum pajak harus dapat memberikan
jaminan dan kepastian hukum yang perlu untuk menyatakan keadilan yang
tegas, baik bagi negara (pemungut pajak) maupun untuk masyarakat
(pembayar pajak, wajib pajak). Dasar pemungutan pajak diatur dalam
Undang-Undang Dasar 1945 setelah Amandemen ke-tiga Pasal 23A. Dalam
menyusun undang-undang pajak harus memenuhi unsur-unsur:
1) Hak-hak pemungut pajak yang telah diamanatkan oleh undang-undang
harus dijamin dapat dilaksanakan dengan baik
2) Para wajib pajak harus mendapat jaminan kepastian hukum, agar tidak
diperlakukan kurang adil oleh pemungut pajak
3) Adanya jaminan tentang kerahasiaan data wajib pajak

8
b. Syarat Eknomis
Syarat ekonomis bermaksud agar pemungutan pajak tidak menghalangi
atau menghambat keseimbangan dalam kehidupan perekonomian,
sebaliknya pajak harus menjadi pendorong bagi pertumbuhan ekonomi.
c. Syarat Finansial
Syarat finansial bermaksud agar jumlah penerimaan pajak sedapat
mungkin cukup untuk menutup belanja pemerintah (fungsi budgetair). Di
samping itu, biaya pemungutan pajak hendaknya tidak terlalu besar, dan
tetap memperhatikan unsur efisiensi.

2.1.4 Sistem Pemungutan Pajak


Di Indonesia berlaku 3 jenis sistem pemungutan pajak, yaitu:

a. Self Assessment System


Self assessment system merupakan sistem pemungutan pajak yang
membebankan penentuan besaran pajak yang perlu dibayarkan oleh wajib
pajak yang bersangkutan. Dengan kata lain, wajib pajak merupakan pihak
yang berperan aktif dalam menghitung, membayar, dan melaporkan besaran
pajaknya ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau melalui sistem administrasi
online yang sudah dibuat oleh pemerintah. Peran pemerintah dalam sistem
pemungutan pajak ini adalah sebagai pengawas dari para wajib pajak. Self
assessment system diterapkan pada jenis pajak pusat.
Contohnya adalah jenis pajak PPN dan PPh. Sistem pemungutan pajak
yang satu ini mulai diberlakukan di Indonesia setelah masa reformasi pajak
pada 1983 dan masih berlaku hingga saat ini.
Ciri-ciri sistem pemungutan pajak Self assessment system:
1) Penentuan besaran pajak terutang dilakukan oleh wajib pajak itu
sendiri
2) Wajib pajak berperan aktif dalam menuntaskan kewajiban
pajaknya mulai dari menghitung, membayar, hingga melaporkan pajak
3) Pemerintah tidak perlu mengeluarkan surat ketetapan pajak, kecuali
jika wajib pajak telat lapor, telat bayar pajak terutang, atau terdapat
pajak yang seharusnya wajib pajak bayarkan namun tidak dibayarkan
b. Official Assessment System

9
Official assessment system merupakan sistem pemungutan pajak yang
membebankan wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang pada
aparat perpajakan sebagai pemungut pajak. Dalam sistem pemungutan pajak
official assessment, wajib pajak bersifat pasif dan pajak terutang baru ada
setelah dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh apparat perpajakan .
Sistem pemungutan pajak ini bisa diterapkan dalam pelunasan Pajak
Bumi Bangunan (PBB) atau jenis pajak daerah lainnya. Dalam pembayaran
PBB, KPP merupakan pihak yang mengeluarkan surat ketetapan pajak berisi
besaran PBB terutang setiap tahunnya. Jadi, wajib pajak tidak perlu lagi
menghitung pajak terutang melainkan cukup membayar PBB berdasarkan
Surat Pembayaran Pajak Terutang (SPPT) yang dikeluarkan oleh KPP
tempat objek pajak terdaftar. Ciri-ciri sistem perpajakan Official
Assessment:
1) Besarnya pajak terutang dihitung oleh petugas pajak
2) Wajib pajak sifatnya pasif dalam perhitungan pajak mereka
3) Pajak terutang ada setelah petugas pajak menghitung pajak yang
terutang dan menerbitkan surat ketetapan pajak
4) Pemerintah memiliki hak penuh dalam menentukan besarnya pajak
yang wajib dibayarkan
c. Withholding System
Withholding system besarnya pajak dihitung oleh pihak ketiga
yang bukan wajib pajak dan bukan juga aparat pajak/fiskus. Contoh
witholding system adalah pemotongan penghasilan karyawan yang
dilakukan oleh bendahara instansi terkait. Jadi, karyawan tidak perlu lagi
pergi ke KPP untuk membayarkan pajak tersebut.
Jenis pajak yang menggunakan withholding system di Indonesia adalah
PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Final Pasal 4 ayat (2) dan
PPN.Sebagai bukti atas pelunasan pajak dengan menggunakan sistem
pemungutan pajak ini biasanya berupa bukti potong atau bukti pungut.
Dalam beberapa kasus tertentu, bisa juga menggunakan Surat Setoran Pajak
(SSP). Bukti potongan tersebut nantinya akan dilampirkan bersama SPT
Tahunan PPh/SPT Masa PPN dari wajib pajak yang bersangkutan.

10
2.2 Sanksi Pajak
Pajak adalah salah satu hal penting bagi masyarakat. Sifat pembayaran dari
pajak adalah wajib, sehingga kepatuhan pajak sangat perlu diperhatikan
penyelenggaraannya. Untuk bisa mengontrol hal tersebut muncul istilah sanksi
perpajakan.

Sanksi perpajakan diciptakan dengan tujuan untuk menciptakan keteraturan


pembayaran pajak di masyarakat karena pajak berperan sangat penting bagi
pembangunan dan pengembangan negara. Sanksi pajak ditujukan kepada para wajib
pajak yang melakukan pelanggaran atau tidak mengikuti ketentuan Undang-Undang
Perpajakan, misalnya kurang membayar, lupa membayar, tidak melaporkan pajak, dan
lain sebagainya. Setiap negara memiliki aturan atau ketentuan perpajakan yang mana
setiap wajib pajak harus mematuhinya. Meskipun demikian, tidak jarang juga banyak
masyarakat yang sering melanggarnya. Pada intinya, sanksi pajak merupakan sebuah
konsekuensi yang harus ditanggung para pelaku pelanggaran aturan pajak.

Jenis- Jenis Sanksi Pajak Menurut Undang-Undang :

a. Sanksi Administratif
Merupakan sanksi yang dikenakan dan diterapkan pada pelanggar aturan pajak
dengan cara melakukan pembayaran kerugian pada negara. Pembayaran tersebut
ditujukan sebagai ganti rugi yang ditimbulkan oleh Wajib Pajak terkait. Sanksi
administratif ini sendiri akan dibagi menjadi 3 jenis:
1) Denda
Biasanya sanksi ini diterapkan pada Wajib Pajak yang melakukan
pelanggaran aturan pajak khususnya pada masalah pelaporan pajak. Jadi denda
ini akan diberikan kepada WP yang tidak melaporkan SPT, adanya
ketidakbenaran pada SPT yang disampaikan, atau tidak adanya pembuatan
faktur pajak sesuai dengan aturan dan ketentuan pajak yang ada.
2) Bunga
Sanksi berupa bunga biasanya diberikan pada WP yang melakukan
pelanggaran berupa ketidakdisiplinan khususnya dalam urusan pembayaran
pajak. Contoh kasusnya seperti keterlambatan pembayaran pajak, penundaan
pembayaran pajak, gagal bayar pajak, atau kurang bayar pajak.
3) Kenaikan

11
Jenis sanksi administratif yang terakhir dimana penerapannya untuk
Wajib Pajak yang melakukan pelanggaran aturan pajak dilihat dari segi materiil.
Contohnya seperti membocorkan informasi yang salah dalam hitungan pajak
yang dibayarkan. Sanksi kenaikan ini berbeda dari dua jenis sanksi pajak
administratif sebelumnya. Sanksi ini adalah sanksi untuk pembayaran pajak
yang berlipat sesuai pajak yang tidak dibayarkan atau kurang bayar. Sanksi ini
sendiri memiliki konsekuensi yang lebih besar jika dibandingkan dengan kedua
jenis sanksi administratif sebelumnya.
b. Sanksi Pajak Pidana
Dalam dunia perpajakan, sanksi pidana ditetapkan atau diberikan pada wajib
pajak yang diindikasi telah melakukan pelanggaran sengaja atau tidak sengaja
memicu tuntutan pidana. Tindakan yang disebut pelanggaran pidana sendiri bisa
berupa manipulasi data yang meliputi pemalsuan data perpajakan, penyembunyian
data perpajakan, atau penggelapan pajak (tax evasion).
Sanksi pajak pidana ini memang dibuat bagi Wajib Pajak yang membuat
kerugian cukup besar dan resikonya tinggi serta kesalahan yang sangat fatal untuk
Negara. Biasanya memang hal ini sendiri dilakukan karena kesengajaan sehingga
sanksi yang didapatkan tergolong berat.
2.3 Relasi Antara Sanksi Pajak dengan Efektivitas Pemungutan Pajak
Sanksi perpajakan diciptakan dengan tujuan untuk menciptakan keteraturan
pembayaran pajak di masyarakat. Selain itu, sanksi perpajakan merupakan jaminan
bahwa ketentuan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti,
ditaati dan dipatuhi. Atau dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah
agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan (Mardiasmo, 2016:62).

Pemungutan pajak adalah jumlah atau nominal biaya yang harus dibayarkan
oleh wajib pajak kepada negara sesuai dengan penghasilan atau ketentuan yang berlaku.
Dengan kata lain, pemungutan pajak adalah jumlah pajak yang harus dibayarkan oleh
wajib pajak.

Keduanya memiliki hubungan dalam pelaksanaan perpajakan di Indonesia,


karena untuk mengawasi dan memastikan bahwa pajak dilakukan sesuai dengan hukum
dan aturan yang berlaku serta menghindari adanya pelanggaran yang dilakukan oleh
wajib pajak. Dengan adanya sanksi pajak, masyarakat menjadi lebih khawatir dan

12
kemungkinan besar akan melaksanakan kewajibannya dalam membayar pajak.
Sehingga, hal tersebut akan berdampak pada pemungutan pajak yang lebih efektif.

Pada intinya, sanksi pajak memiliki dampak positif dalam pelaksanaan


pemungutan pajak yang efektif. Karena, keduanya memiliki relasi yang kuat dan selaras
yang bertujuan agar para wajib pajak membayar pajaknya sesuai dengan ketentuan dan
hukum yang berlaku. Jika sanksi pajak diberlakukan dengan tegas dan sesuai dengan
aturan, maka akan terciptanya pemungutan pajak yang efektif.

2.4 Data Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak

Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat Direktorat


Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Neilmaldrin Noor menyebutkan sebanyak 11,46
juta Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Tahun Pajak 2021 telah dilaporkan sampai
31 Maret 2022 pukul 00.01 WIB. Angka itu terdiri dari 11,16 juta SPT Wajib Pajak
(WP) Orang Pribadi dan 294,25 ribu SPT WP Badan. Untuk diketahui, batas akhir
pelaporan SPT WP Orang Pribadi adalah 31 Maret lalu, sedangkan WP Badan hingga
akhir April mendatang. Jumlah yang diterima oleh Ditjen Pajak setara dengan 60,33
persen dari target pelaporan. Pada tahun 2022, ada 19 juta lebih WP yang terdaftar
sebagai Wajib SPT.

Bila dibandingkan dengan capaian tahun-tahun sebelumnya capaian tahun ini


masih rendah seperti pada grafik interaktif di atas. Hal ini karena angka yang didapat

13
Ditjen Pajak pada tahun-tahun sebelumnya adalah angka yang tercatat pada akhir tahun.
Sedangkan angka tahun ini adalah angka yang baru tercatat hingga kuartal I.

Bila dibandingkan periode 31 Maret 2021, maka capaian itu naik sebesar 0,03
persen. Jumlah hingga 31 Maret 2022 pun sudah mencapai 74 persen dari capaian tahun
2021. Untuk diketahui, jumlah pelapor SPT hingga akhir tahun 2021 mencapai 15,49
juta WP. Rasio kepatuhan formal tahun 2021 pun jadi yang tertinggi dalam 5 tahun
terakhir.

14
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa :

Pemungutan pajak merupakan perwujudan pengabdian dan peran serta wajib


pajak untuk secara langsung bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan.

Pajak adalah salah satu hal penting bagi masyarakat. Sifat pembayaran dari
pajak ini sendiri adalah wajib, sehingga kepatuhan pajak sangat perlu diperhatikan
penyelenggaraannya. Untuk bisa mengontrol hal tersebut muncul istilah sanksi pajak.
Di mana, terdapat jenis-jenis sanksi pajak yang ada di Indonesia yaitu sanksi
administrasi, terbagi menjadi 3 jenis yaitu denda, bunga, kenaikan. Dan yang kedua
yaitu sanksi pajak pidana.

Relasi antara sanksi pajak dan efektivitas pemungutan wajib pajak adalah untuk
mengawasi dan memastikan bahwa pajak dilakukan sesuai dengan hukum dan aturan
yang berlaku serta menghindari adanya pelanggaran yang dilakukan oleh wajib pajak.

Dengan data tingkat kepatuhan wajib pajak dibandingkan periode 31 Maret


2021, maka capaian itu naik sebesar 0,03 persen. Jumlah hingga 31 Maret 2022 pun
sudah mencapai 74 persen dari capaian tahun 2021.

15
DAFTAR PUSTAKA

References
F, J. (2022, April 6). Tempo.Co. Retrieved from Tempo.Co Web Site:
https://data.tempo.co/data/1387/rasio-kepatuhan-pelaporan-spt-tahun-ini-dekati-capaian-
tahun-lalu

Proconsult : Professional Accounting Tax and Business Consultant. (2022, August 4). Retrieved from
P. Professional Accounting Tax and Business Consultant Web Site:
https://proconsult.id/sanksi-
perpajakan/#:~:text=Apa%20Itu%20Sanksi%20Perpajakan%3F&text=Sanksi%20pajak%20di
terapkan%20atau%20dikenakan,melaporkan%20pajak%2C%20dan%20lain%20sebagainya

Rasmini M, S. M., & T, D. I. (n.d.). Pengertian Pajak, Administrasi Pajak, Fungsi, dan Syarat
Pemungutan Pajak. Retrieved from http://repository.ut.ac.id/4532/1/PAJA3339-M1.pdf

Siamena E, S. H. (2017). PENGARUH SANKSI PERPAJAKAN DAN KESADARAN WAJIB


PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI MANADO.
Going Concern : Jurnal Riset Akuntansi, XII. Retrieved from
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/gc/article/view/18367/0

16

Anda mungkin juga menyukai