Seminar Perpajakan
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Adira Hana Deyana (191011250237)
Enthy Sulistya Suci W (191011250233)
Kintania Rizki Putri (191011250236)
Rima Octavia (191011250264)
Shindy Indriyanti (191011250246)
08SAKK001
UNIVERSITAS PAMULANG
FAKULTAS EKONOMI
S1 AKUNTANSI
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Aditya Riky Nugroho
S.E., M.Ak. sebagai dosen pengampu mata kuliah Seminar Perpajakan yang telah
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 4
2.1 Strategi Perencanaan Pajak untuk Efisiensi PPh Pasal 21 ............................ 4
2.2 Strategi Perencanaan Pajak untuk Efisiensi PPh Pasal 22 ............................ 6
2.3 Strategi Perencanaan Pajak untuk Efisiensi PPh Pasal 23 ............................ 8
2.4 Strategi Perencanaan Pajak untuk Pajak Pertambahan Nilai ...................... 10
BAB III CONTOH KASUS ............................................................................... 13
3.1 Contoh Perencanaan Pajak untuk Efisiensi PPh Pasal 21 .......................... 13
3.2 Contoh Perencanaan Pajak untuk Efisiensi PPh Pasal 22 .......................... 14
3.3 Contoh Perencanaan Pajak untuk Efisiensi PPh Pasal 23 .......................... 15
3.4 Contoh Perencanaan Pajak untuk Efisiensi Pajak Pertambahan Nilai ........ 16
BAB IV PENUTUP ........................................................................................... 18
4.1 Kesimpulan .............................................................................................. 18
4.2 Saran ........................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
pendapatan suatu negara (Public Revenue) adalah kekayaan alam, laba perusahaan
negara (BUMN), royalti, retribusi, kontribusi, bea, cukai dan yang terakhir pajak.
Dewasa ini, sektor pajak diprioritaskan menjadi sumber utama dari pendapatan
Perpajakan No. 16 Tahun 2009 Pasal 1 ayat (1) adalah sebagai berikut: Pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang telah terutang oleh orang pribadi atau badan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
1
2
Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak
assesment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang,
dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Karena menganut
sistem ini, maka pengetahuan atas ketentuan perpajakan yang benar sesuai
peraturan perpajakan yang berlaku diperlukan oleh Wajib Pajak agar dapat
informasi yang diterima Wajib Pajak secara tidak langsung akan menyebabkan
yang seringkali mengalami perubahan secara terus menerus membuat Wajib Pajak
kebingungan dan menganggap bahwa pajak merupakan hal yang rumit dan sulit
perpajakan ini tentunya akan menimbulkan kerugian baik secara moril maupun
proses mengorganisasi usaha wajib pajak atau sekelompok wajib pajak sedemikian
rupa sehingga utang pajaknya berada dalam posisi yang paling minimal, sepanjang
dengan sub-bab yang akan dibahas pada BAB II Pembahasan. Rumusan masalah
data untuk dapat dipelajari dan dianalisa. Adapun tujuan dari penelitian yang sesuai
PEMBAHASAN
Perlu dipahami dengan jelas mengenai Objek dan bukan Objek pajak PPh Pasal
21, termasuk didalamnya objek final dan tarifnya sehingga tidak akan terjadi
Objek PPh Pasal 21 terdiri dari “penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa
atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima atau
diperoleh oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri”. Istilah “diterima”
Kedua istilah ini terkait dengan waktu waktu pengakuan biaya dan pembayaran.
2) Tunjangan PPh 21
4
5
Strategi efisiensi PPh Pasal 21 dan PPh Badan yang berkaitan dengan
yang telah dikenakan tarif tertinggi (diatas 100 juta) dan pengenaan PPh
perusahaan yang masih rugi akan menurunkan PPh Pasal 21, sementara PPh
dalam bentuk natura, karena tarif pajak tertinggi untuk wp pribadi adalah 30%
penggunaan tarif 5% untuk PPh Pasal 21 didasarkan pada asumsi bahwa setiap
orang menerima uang tips tidak lebih dari Rp. 25 juta. Sesuai dengan ketentuan
Pasal 5 Huruf e angka 6 dan Pasal 11 Keputusan Dirjen Pajak No. Kep-
penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, komisi, beasiswa dan
6
kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak dalam negeri, diantaranya terdiri dari
pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer, dan sistem
d. Ekualisasi biaya yang terkait dengan objek PPh Pasal 21, prosedur yang perlu
2) Pemberian kode khusus untuk setiap transaksi yang masih terkait dengan
b. Bagi perusahaan yang dalam kegiatan usahanya sering melakukan impor barang
1) Pengajuan SKB dan uang tambahan, dalam praktiknya pengajuan SKB PPh
diterbitkan segera bila tidak ada “uang tambahan” dan hal tersebut
rasanya agak sulit karena sulit membuat bukti tertulisnya, karena pemberian
uang tersebut dilakukan secara tunai tanpa bukti tertulis. Jika proses
2) Bukti pungut PPh Pasal 22 asli tapi palsu, perusahaan yang melakukan
proses impor sparepart mesin motor. Pada hari Jumat (sehari sebelum libur),
penggantian pada hari kerja berikutnya. Yang terjadi adalah PT Juncto tidak
pejabat yang berwenang dan stempel KPBC. Lantas, bukti pungutan ini
mekanisme reimburst.
untuk mengatur antara tagihan material dan jasa, kecuali jasa konstruksi dan
catering, sehingga pajak hanya akan dikenakan atas pemberian jasa saja
Tiki menerima tagihan sebesar Rp. 200.000.000 dari PT JNE dengan rincian Rp.
20.000.000 untuk jasa dan Rp. 180.000.000 untuk biaya gaji yang telah
dilakukan jika terdapat dua unsur di dalam suatu transaksi yaitu jasa dan
yang terkait dengan objek PPh Pasal 23 menjadi satu kelompok dengan
objek PPh Pasal 23, jika prosedur di atas tidak dapat ditempuh secara
maksimal
ditandingkan dengan objek pajak menurut SPT Masa PPh Pasal 23, hal ini
dilakukan setiap akhir tahun. Jika masih ada selisih, maka langkah
untuk perusahaan yang berorientasi pada ekspor barang kena pajak untuk
3) Memastikan penerbitan faktur pajak sudah sesuai ketentuan baik dari segi
menimbulkan piutang usaha yang akan dilunasi lebih dari satu bulan,
dapat ditunda
menimbulkan piutang usaha yang akan dilunasi kurang dari satu bulan,
menurut PPh Badan dengan penyerahan menurut SPT Masa PPN lebih
mudah dilakukan
7) Memastikan faktur pajak yang cacat tetap disimpan secara baik, karena
berurutan pada saat dibuat, sehingga pada saat pemeriksa pajak melakukan
sampling test dalam bentuk pengurutan nomor seri faktur pajak keluaran,
1) Memastikan faktur pajak standar yang diterima dari pemasok tidak cacat
4) PPN yang dipungut oleh pemasok disetorkan dan dilaporkan sesuai dengan
dapat mengakui pengkreditan yang telah dilakukan oleh PKP yang tengah
diperiksa.
BAB III
CONTOH KASUS
Take home pay yang didapatkan pekerja tidak mengurangi pajak penghasilan 21.
Hal ini disebabkan beban pajak telah dialihkan menjadi tunjangan pajak sesuai
dengan pajak terutang. Berikut ini disajikan perbandingan dalam PPh Pasal 21
maupun fiskal menunjukkan nilai yang sama karena beban pajak PPh 21 tidak
Jika PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung menggunakan metode net, beban
pajak PPh 21 ditanggung perusahaan sebesar Rp. 271.248.547 namun tidak dapat
fiskal negatif. Maka taksiran PPh Pasal 21 senilai Rp. 1.422.432.867. Apabila
13
14
tunjangan pajak sebesar Rp. 271.382.152 sebagai pengurang laba sebelum pajak
sehingga jumlah pajak terutang lebih kecil. Maka taksiran PPh Pasal 21 senilai Rp.
1.362.728. 794.
pada jurnal penelitian PT CAT. Pada tahun 2018, PT CAT mengeluarkan biaya-
biaya sehubungan dengan impor yang merupakan objek PPh Pasal 22 impor. Tax
yang berlaku yaitu PER-21/PJ/2014 yang mengatur tentang tata cara pengajuan
lain. PPh Pasal 22 impor merupakan kredit pajak yang dapat diperhitungkan, karena
PT CAT merupakan wajib pajak yang dikenakan penghasilan bersifat final, untuk
menghindari SPT Tahunan Lebih Bayar dan inefisiensi terhadap beban pajak,
impor agar perusahaan tidak dilakukan pemungutan PPh oleh Bea dan Cukai atas
transaksi impornya.
15
ketentuan UU PPh Pasal 23 yang mengatur tentang tarif pajak atas sewa aset yang
dikecualikan dari PPh 4 ayat (2) dan atas jasa lainnya sesuai dengan PMK-
141/PMK.03/2015 yang mengatur tentang jasa lainnya yang dikenakan PPh Pasal
23.
menyesuaikan dengan omzet penjualan terlebih dahulu, hal ini dilakukan untuk
dari omzet penjualan. Jika omzet penjualan besar maka otomatis PK juga besar
dapat diminimalkan. Jika omzet penjualan pada masa tertentu kecil maka jumlah
PM yang akan dikreditkan disesuaikan dengan jumlah PK-nya dan jika terdapat PM
yang belum dikreditkan pada masa tersebut maka akan dikreditkan pada masa-masa
berikutnya, contohnya PM masa Desember dan Januari yang dikreditkan pada masa
Februari.
karena ini merupakan tujuan perusahaan dalam melakukan perencanaan pajak. Jika
17
dilihat dari hasil yang diperoleh dengan menerapkan perencanaan pajak ini telah
memiliki kelebihan yaitu: utang PPN menjadi tidak fluktuatif seperti saat sebelum
dengan baik. Pada perencanaan pajak ini juga memiliki kekurangan yaitu jika
dalam Pasal 9 ayat 9 UU PPN yaitu 3 bulan setelah berakhirnya masa pajak. Jika
saat pemeriksaan oleh pihak DJP dan terbukti adanya kesalahan pada pengkreditan
PK dan PM maka akan dikenai sanksi dari DJP. Hal tersebut tentu akan merugikan
mengkreditkan PM.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
pajak untuk efisiensi PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23 dan juga PPN.
dengan melakukan permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh Pasal 22 impor
agar perusahaan tidak dilakukan pemungutan PPh oleh Bea dan Cukai atas transaksi
ketentuan UU PPh Pasal 23 yang mengatur tentang tarif pajak atas sewa aset yang
dikecualikan dari PPh 4 ayat (2) dan atas jasa lainnya sesuai dengan PMK-
141/PMK.03/2015 yang mengatur tentang jasa lainnya yang dikenakan PPh Pasal
4.2 Saran
memanfaatkan lebih banyak cara perencanaan pajak yang dapat dilakukan sesuai
18
DAFTAR PUSTAKA
Pakuan Bogor).
Barelang
19