Anda di halaman 1dari 22

JEJAK KARBON

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Sustainibility Accounting

Dosen Pengampu:

Dr. H. Suripto S.E., M.AK.

Disusun oleh:

Alfiatun Nurkhasanah (191011250250)

Andalusia Eka Prasasti (191011250262)

Enthy Sulistya Suci Wulandari (191011250233)

07SAKK001

UNIVERSITAS PAMULANG

FAKULTAS EKONOMI

S1 AKUNTANSI

2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, Sang Penggenggam alam semesta.
Terampungkannya makalah ini semata-mata karena kekuatan dari-Nya dan kemurahan anugerah-
Nya. Makalah ini disusun tak hanya untuk memenuhi tugas Mata Kuliah “Sustainibility
Accounting”, tetapi juga diharapkan dapat menambah pengetahuan serta wawasan tentang “Jejak
Karbon” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Dr. H. Suripto S.E., M.AK. sebagai
dosen pengampu mata kuliah Sustainibility Accounting yang telah membantu memberikan
arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.

Tak ada gading yang tak retak. Demikian juga dengan makalah ini, tentu ada kesalahan di
sana sini. Kritik dan saran dari pembaca yang Budiman sangat penulis harapkan untuk
memperbaiki makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.

Pamulang 25 Februari 2023

Kelompok 6

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
BAB 1..............................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................................5
BAB 2..............................................................................................................................................6
2.1 Definisi Jejak Karbon.......................................................................................................6
2.2 Penyebab Jejak Karbon.....................................................................................................6
2.3 Cara Menghitung Jejak Karbon........................................................................................7
2.4 Cara Mengurangi Jejak Karbon........................................................................................7
 Contoh Soal :...................................................................................................................8
2.5 Menjaga Jumlah Emisi Karbon Dengan Perdagangan Karbon............................................16
2.6 Artikel Jurnal the Carbon Economy and Emission Reporting.............................................18
BAB 3............................................................................................................................................21
1.4 3.1 Kesimpulan...............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................22

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Terdapat kaitan yang erat antara manusia dengan lingkungannya. Aktivitas manusia
dapat mempengaruhi lingkungan hidup. Kualitas lingkungan akan ditentukan oleh perilaku
manusia begitu juga sebaliknya, perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungannya.
Contohnya di daerah perkotaan yang padat akan penduduk maka semakin banyak pula
konsumsi energi bahan bakar dan listrik yang akan mempengaruhi kualitas udara
dikarenakan penggunaan energi bahan bakar dan listrik dapat memproduksi gas rumah kaca
yang berpengaruh pada perubahan iklim salah satunya suhu permukaan bumi menjadi lebih
panas dan udara tercemar oleh gas-gas tersebut. Kemudian, aktivitas manusia dalam bisnis
dan industri yang juga memiliki dampak negatif terhadap lingkungan. Asap dari cerobong
pabrik menimbulkan kabut asap yang harus dihirup oleh orang lain.

Udara merupakan komponen yang sangat penting bagi manusia. Namun seiring
berjalannya waktu diikuti dengan berbagai macam aktivitas yang dilakukan manusia
menyebabkan menurunnya kualitas udara. Kegiatan seperti bisnis, industri, rumah tangga
dan transportasi berkontribusi pada penurunan kualitas udara yang diakibatkan oleh
besarnya jejak emisi gas karbon dioksida (CO₂).

Pembatasan aktivitas manusia termasuk berbagai kegiatan ekonomi selama pandemi


Covid – 19 terbukti berkontribusi pada pengurangan emisi global (Fanny Novika, 2020).
Centre for Research on Energy and Clean Air merilis hasil penelitian mengenai tingkat
emisi karbon dioksida yang telah menurun 17% dikarenakan karantina covid-19 yang
diterapkan di seluruh dunia. Setelah beberapa negara Kembali melonggarkan kebijakan
lockdown, kualitas udara berbahaya diprediksi akan meningkat Kembali. Setelah pandemi
dipastikan bahwa aktivitas manusia akan kembali seperti semula. Hal ini akan berdampak
pada semakin meningkatnya emisi dari kegiatan industri yang berkejaran untuk membangun
ekonomi bangkit dari krisis.

Berdasarkan Nationally Determined Contribution (NDC), Indonesia telah


menetapkan target pengurangan emisi di tahun 2030 sebesar 29% dengan usaha sendiri dan
41% apabila ada bantuan asing, dengan basis tahun yang diproyeksikan adalah 2010
(Indonesia, 2016). Lebih jauh lagi, target penurunan emisi 29% yang akan dilakukan sendiri
melalui APBN dan peran serta pemerintah daerah, swasta, dan BUMN tanpa bantuan
4
internasional membutuhkan strategi yang tepat. Penyusunan makalah ini sebagai upaya
penulis untuk mempelajari mengenai “JEJAK KARBON” lebih jauh lagi dan
membagikannya untuk pembaca sehingga dapat membantu pemerintah dalam target
pengurangan emisi tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah berisi pertanyaan-pertanyaan penting yang terkait dengan sub-bab
yang akan dibahas pada BAB II Pembahasan. Rumusan masalah dituliskan dengan poin-
poin sebagai berikut:

a. Apa yang dimaksud dengan Jejak Karbon?


b. Apa penyebab Jejak Karbon?
c. Bagaimana cara menghitung Jejak Karbon?
d. Bagaimana cara mengurangi Jejak Karbon?
e. Bagaimana dampak dan cara mengurangi Emisi dan Perdagangan Karbon?
f. Bagaimana review Artikel Jurnal: the Carbon Economy and Emission Reporting

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan berisi pernyataan-pernyataan penting yang berisi jawaban dari
rumusan masalah. Tujuan penulisan dituliskan dengan poin-poin sebagai berikut:

a. Untuk memahami tentang definisi Jejak Karbon


b. Untuk mengetahui penyebab Jejak Karbon
c. Untuk mengetahui bagaimana cara menghitung Jejak Karbon
d. Untuk mengetahui bagaimana cara mengurangi Jejak Karbon
e. Untuk mengetahui dampak dan cara mengurangi Emisi dan Perdagangan Karbon
f. Untuk mengetahui review dari Artikel Jurnal: the Carbon Economy and Emission
Reporting

5
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Jejak Karbon


Jejak karbon atau tapak karbon merupakan ukuran dari keseluruhan emisi CO₂ baik
secara langsung maupun tidak langsung diakibatkan oleh suatu aktivitas. Jejak karbon juga
terjadi akibat akumulasi dari semua aktivitas individu, populasi, pemerintahan, perusahaan,
organisasi proses dan sektor industry (Kusuma Admaja et al., 2020). Jejak karbon bisa juga
disebut sebagai jumlah keseluruhan karbondioksida baik secara langsung maupun tidak
langsung yang disebabkan oleh aktivitas keseluruhan dari penggunaan produk dalam
kehidupan sehari-hari.

2.2 Penyebab Jejak Karbon


Sumber jejak emisi gas karbon salah satunya adalah dari kegiatan manusia melalui
pemanfaatan energi kebutuhan sehari-hari pada sektor rumah tangga. Pemanfaatan energi
menjadi peran yang penting dalam kehidupan manusia, oleh karenanya pemanfaatan energi
yang berlebih dapat menimbulkan permasalahan yang ditimbulkan dari jejak karbondioksida
yang terbuang ke atmosfer. Carbon footprint (jejak karbon) yang dihasilkan dari sektor
rumah tangga dikelompokkan menjadi dua yaitu:

a. Carbon footprint primer, merupakan ukuran emisi gas karbondioksida (CO₂)


yang bersifat langsung. Carbon footprint primer dapat dihasilkan dari proses
pembakaran bahan bakar fosil seperti memasak dan transportasi. Contoh jenis
bahan bakar yang digunakan untuk memasak adalah LPG (liquid petroleum gas)
dan minyak tanah. Jenis bahan bakar yang digunakan untuk transportasi adalah
solar
b. Carbon footprint Sekunder, merupakan ukuran emisi gas karbondioksida (CO₂)
yang bersifat tidak langsung. Carbon footprint Sekunder dihasilkan dari
peralatan-peralatan elektronik rumah tangga seperti AC, TV, computer dimana
peralatan elektronik tersebut menggunakan daya listrik.

Jumlah penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya, menyebabkan peningkatan


kebutuhan energi pun tidak dapat dihindari. Hampir semua kebutuhan manusia
6
menggunakan energi yang dihasilkan dari konversi sumber energi fosil, misalnya
pembangkit listrik dan alat transportasi yang menggunakan energi fosil sebagai sumber
energinya.

2.3 Cara Menghitung Jejak Karbon


Jejak karbon dapat dipaparkan dalam bentuk carbon dioxide equivalent (CO2e). Potensi
gas karbon dioksida dapat disamakan dengan bahaya potensi Gas-gas rumah kaca. Potensi
Dan Jumlah gas rumah kaca dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

Jumlah emisi gas rumah kaca X Indeks GWP atau Global Warming Potential

Contoh Soal:

1 kg gas metana (CH4) x 28 = 28 kg CO2e

Jika nilai indeks jejak karbon yang telah dihasilkan Semakin tinggi maka konsentrasi gas
rumah kaca yang di buang ke atmosfer semakin tinggi pula. Dengan begitu tingginya
konsentrasi gas rumah kaca tentunya akan berpengaruh pada peningkatan suhu bumi dan
perubahan iklim.

Jika untuk 1 orang mencapai 4 ton/tahun dalam rata-rata jejak karbon nya, maka dapat
dibayangkan berapa jumlah yang dihasilkan jejak karbon oleh sebuah perusahaan besar
dengan rantai industri global? Yang mana untuk menghindari kenaikan suhu bumi 2℃, jejak
karbon global rata-rata harus turun hingga di bawah 2 ton pada 2050.

2.4 Cara Mengurangi Jejak Karbon


Terdapat beberapa metode yang dapat setiap individu lakukan untuk dapat
mengurangi jejak karbon pada setiap aktivitas.

1) Mengurangi untuk mengonsumsi makanan atau barang impor


2) Mengurangi menggunakan packaging yang sekali pakai
3) Menggunakan transportasi umum atau dengan bahan bakar yang lebih hemat energi
4) Cabut aliran listrik yang sudah tidak terpakai dan menggunakan alat elektronik hemat
energi
5) Ikut berpartisipasi dalam pembangunan proyek-proyek hijau

7
Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam meminimalisasi Jejak Karbon (Carbon
Footprint) yaitu sebagai berikut :

Menurut Rijal (2008), Mengurangi emisi karbondioksida (CO2) bisa dengan


memanfaatkan ketersediaan lahan sebagai media tanam seperti vertical garden, beberapa vegetasi
bisa menyerap CO2 diudara. Setiap luasan 1 ha ruang terbuka hijau mempunyai kemampuan
dalam menyerap CO2 yang dihasilkan oleh manusia sebanyak 2000 orang atau dengan kata lain
bahwa setiap orang memerlukan 5 m2 ruang terbuka hijau. Ruang terbuka hijau yang ditetapkan
dalam UU No.26 Tahun 2007 adalah paling sedikit 30% dari luas wilayah kota, selain menjaga
ruang terbuka hijau mengubah gaya hidup untuk mengurangi emisi yang dihasilkan juga sangat
diperlukan.

Gaya hidup masyarakat Indonesia banyak menggunakan barang elektronik, sehingga


harus mengurangi penggunaan barang-barang tersebut. Selain itu, emisi karbondioksida dari
penggunaan listrik yang tinggi, menunjukkan tentang pentingnya melakukan efisiensi energi di
dalam lingkungan rumah dan kerja (Penelitian jejak karbon oleh Institute for Essensial Service
Reform, 2011).

 Contoh Soal :

1. Apa yang dimaksud Carbon Footprint ? Dan berapa macam Carbon Footprint ?
Dan untuk apa pengukuran karbon dilakukan ?

Jawab :

Carbon Footprint merupakan suatu ukuran jumlah total dari hasil emisi karbon dioksida
yang secara langsung ataupun tidak langsung yang disebabkan oleh akumulasi atau aktifitas yang
berlebih dari penggunaan produk dalam kehidupan sehari-hari.

Carbon Footprint ada 2 macam, yaitu:

1. Footprint primer merupakan tolak ukur untuk emisi langsung CO2 dari pembakaran bahan
bakar, termasuk transportasi (mobil dan pesawat terbang) dan konsumsi energi domestik.

2. Footprint sekunder merupakan tolak ukur emisi tidak langsung CO 2 dari lifecycle produk
apapun yang kita gunakan, yang mana dari proses pembuatan sampai dengan ke penguraian.
Jadi, dengan semakin banyak kita membeli, maka semakin banyak pula emisi yang dihasilkan
dari kita.

8
Standar yang digunakan untuk pengukuran karbon dilakukan untuk mengukur konsumsi
langsung individual terhadap barang dan jasa dan gaya hidup. Dan terkadang ada juga yang
menghitung dengan pendekatan yang berbeda atau lebih detail.Standar yang digunakan untuk
pengukuran karbon dilakukan untuk mengukur gaya hidup dan konsumsi langsung individual
terhadap barang dan jasa. kadang ada juga yang menghitung dengan pendekatan yang berbeda
atau lebih detail.

Contoh Soal Berikutnya adalah hasil penelitian dan analisis oleh Nureliza, Dian dan Kiki Prio
Utomo dalam jurnal Rekayasa Lingkungan Tropis tahun 2021, jumlah total carbon footprint
yang dihasilkan dari aktivitas rumah kost di kota Pontianak.

Pengambilan data yang dilakukan meliputi pengumpulan data primer dan sekunder. Data
primer yang dibutuhkan berupa penggunaan LPG, penggunaan barang elektronik, konsumsi
bahan bakar minyak dan sampah organik oleh penghuni kost. Data ini diperoleh melalui
observasi, wawancara, dan kuesioner. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur berupa data
jumlah rumah kost, harga sewa rumah kost serta jumlah penghuni rumah kost yang didapat dari
Dinas Penanaman Modal Kota Pontianak dan PTSP.

Perhitungan jejak karbon dihitung dengan rumus:

1. Konsumsi LPG

Emisi CO2 = EF x konsumsi bahan bakar x NCV


Keterangan :
EF : Faktor emisi CO2 bahan bakar
NCV : Net Colorific Volume (energy content) per unit masa atau volume bahan bakar.

2. Konsumsi Listrik

Emisi CO2 = EF x konsumsi listrik


Keterangan :
EF : Faktor emisi CO2 bahan bakar Konsumsi Listrik : daya x waktu pemakaian

3. Konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM)

Emisi GRK = bahan bakar (liter) x EF x berat jenis


Keterangan ;
EF : Faktor emisi bahan bakar

9
Bahan Bakar : Jumlah bahan bakar yang digunakan Berat Jenis : Berat jenis BBM yang
dugunakan (kg/liter)

4. Sampah Organik

PCF = kom x EF

Keterangan :
PCF : Personal Carbon Footprint (kg CO2/hari) EF : Faktor Emisi
Kom : Komoditas (kg/hari)

5. Total Emisi Karbon

Emisi CO2 total = emisi karbon LPG + emisi karbon konsumsi listrik + emisi karbon sampah
organik + emisi karbon dari penggunaan bahan bakar minyak.

Analisis penelitian yaitu untuk mengetahui perbedaan antar tipe harga sewa rumah kost dengan
nilai emisi karbon yang dihasilkan. Analisis yang dipergunakan adalah Uji Mann-whitney. Uji
Mann-whitney dibantu dengan menggunakan program statistik SPSS versi 20 for windows.

2. Berikan Contoh Perhitungan Jejak Karbon pada Konsumsi Listrik.

Jawab :

Ketergantungan masyarakat terhadap energi listrik semakin tinggi seiring dengan


berkembangnya teknologi. Nilai emisi karbon yang diperoleh dari konsumsi listrik dikali dengan
faktor emisi. Barang elektronik yang dihitung adalah dari barang pribadi diantaranya laptop,
charger handphone, printer, setrika, rice cooker dan barang elektronik yang disediakan oleh
pemilik kost yaitu AC, lampu, televise, kulkas, sedangkan untuk kipas angin ada beberapa milik
pribadi dan ada juga rumah kost yang sudah menyediakan. Listrik menghasilkan emisi CO2
secara tidak langsung karena barang elektronik hanya akan menghasilkan emisi CO2 jika di
sambungkan dengan aliran listrik. Adapun nilai emisi dari barang elektronik adalah sebagai
berikut:

10
Emisi karbon barang elektronik yang digunakan oleh penghuni kost yang paling besar
adalah dari penggunaan AC pada tipe rumah kost mewah (> Rp 1.200.000,00). Yaitu sebesar
965,91 kg CO2/hari. Nilai emisi karbon dari penggunaan barang elektronik dipengaruhi oleh
daya listri,waktu pemakaian dan juga nilai faktor emisi barang tersebut.

Nilai emisi dari konsumsi listrik responden adalah nilai total emisi dari penggunaan
barang elektronik yang digunakan oleh responden, berdasarkan Gambar 1 nilai emisi tertinggi
adalah pada rumah kost mewah (> Rp 1.200.000,00), hal ini dikarenakan rumah kost dengan
sewa besar memiliki fasilitas yang lebih lengkap, sehingga nilai emisinya juga lebih besar.
sedangkan pada Gambar 2 nilai emisi total rumah kost yang ada dikota Pontianak nilai yang
paling tinggi adalah pada tipe rumah kost sedang (Rp 800.000,00 – Rp 1.200.000,00) dengan
persentase 52% hal ini dipengaruhi oleh jumlah rumah kost di Kota Pontianak.

3. Berikan Contoh Perhitungan Jejak Karbon pada Sampah Organik.


Jawab :
Aktivitas yang dilakukan sehari-hari berpotensi menghasilkan sampah organik misalnya
dari sisa-sisa makanan baik berupa lauk maupun nasi dan juga sampah organik lainnya. Sampah
organik berpotensi menghasilkan karbon, dan juga gas metan pada proses pembusukan.
11
Pengambilan data sampah organik penghuni kost, responden mengumpulkan sisa-sisa makanan
selama satu hari yang akan ditimbang pada hari itu, sehingga didapat nilai emisi karbon sampah
organik, Nilai emisi responden dan nilai emisi total dapat diljat pada Gambar 3 dan Gambar 4
sebagai berikut.

Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa sampah organik dari sisa-sisa makanan yang
dihasilkan oleh pengguna kost di Kota Pontianak pada masing-masing tipe harga sewa rumah
kost diperoleh nilai emisi CO2 terbesar adalah pada rumah kost tipe biasa (Rp 300.000,00-Rp
700.000,00) yang memiliki nilai sebesar 2,40 kg CO2/hari. sedangkan pada Gambar 4 nilai emisi
total sampah organik yang terbesar adalah pada rumah kost tipe biasa (Rp 300.000,00 – Rp
700.000,00) 42% yang memiliki nilai sebesar 31,63 kg CO2 / hari atau 11.54 ton CO2/tahun.
Nilai total sampah organik berdasarkan harga sewa kost di dapat dari nilai rata-rata emisi
responden setiap kost dikali dengan jumlah rumah kost di Kota Pontianak.

4. Berikan Contoh Perhitungan Jejak Karbon pada Konsumsi Bahan Bakar.


Jawab :
Bahan bakar yang digunakan untuk memasak adalah LPG, minyak tanah, dan kayu bakar.
Berdasarkan data yang didapat menggunakan penyebaran kuesioner, 100% penghuni kost
menggunakan bahan bakar LPG untuk kegiatan memasak dengan tipe tabung gas 230 gram dan
3 kg. Pengambilan data konsumsi bahan bakar LPG di rumah kost kota Pontianak dilakukan

12
dengan menggunakan kuesioner, nilai emisi karbon responden dan nilai emisi karbon total dapat
dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6 sebagai berikut.

Berdasarkan Gambar 5 dapat dilihat bahwa konsumsi bahan bakar LPG pengguna kost di
Kota Pontianak pada masing-masing tipe harga sewa rumah kost menghasilkan nilai karbon
terbesar adalah pada rumah kost tipe sedang (Rp 800.000,00 – Rp 1.200.000,00) yang memiliki
nilai sebesar 0,65 kg CO2 / hari, sedangkan pada Gambar 6 nilai emisi total bahan bakar LPG
rumah kost kota Pontianak yang terbesar adalah pada tipe harga rumah kost biasa (53%) yaitu
sebesar 15,164 kg CO2 /hari atau 5,535 ton CO2/tahun, nilai emisi total didapat nilai rata-rata
responden dikali dengan jumalah keseluruhan rumah kost masing-masing tipe.

5. Berikan Contoh Perhitungan Jejak Karbon pada Konsumsi Bahan Bakar Minyak.
Jawab :
Kendaraan pribadi baik itu sepeda motor maupun mobil menggunakan bahan bakar
bensin atau solar. Pembakaran dari bahan bakar minyak pasti menghasilkan karbon yang dibuang
ke atmosfer. Data yang didapat menggunakan kuesioner yang disebar di rumah kost Kota
Pontianak menghasilkan nilai emisi karbon dari penggunaan bahan bakar minyak dapat dilihat
pada Gambar 7 dan Gambar 8 sebagai berikut.

13
Berdasarkan hasil perhitungan nilai emisi karbon dari konsumsi bahan bakar minyak
yang dihasilkan responden yang paling besar adalah pada rumah kost mewah yaitu dengan nilai
127,77 kg CO2 /hari. Sedangkan untuk nilai total emisi karbon bahan bakar minyak pada
keseluruhan rumah kost yang ada dikota Pontianak yang tertinggi adalah pada rumah kost tipe
rumah kost biasa (48%) yaitu sebesar 2789,37 kg CO2/ hari atau 1018,12 ton CO2/ tahun.

6. Berikan Contoh Perhitungan Nilai Total Emisi Karbon pada soal sebelumnya.
Jawab :
Nilai jumlah karbon total didapat dengan menjumlahkan semua nilai karbon dari segala
aktivitas pada masing-masing tipe rumah kost dari konsumsi listrik, sampah organik,
penggunaan bahan bakar LPG, penggunaan bahan bakar minyak. Hasil perhitungan nilai karbon
semua aktivitas dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 9 sebagai berikut.

14
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 3 dan Gambar 9 diatas dapat dilihat bahwa tipe
rumah kost sedang merupakan penghasil nilai karbon (CO2) terbesar yaitu sebesar 40% dengan
nilai 4.338,21 kg CO2 /hari atau 1.583,45 ton CO2/tahun, sedangkan tipe harga rumah kost biasa
menghasilkan nilai karbon terkencil yaitu sebesar 27% dengan nilai sebesar 2.951,39 kg CO2
/hari atau 1.077,26 ton CO2/tahun.

7. Bagaimana Minimalisasi Jejak Karbon pada soal sebelumnya.


Jawab :

Berdasarkan aktivitas yang dilakukan penghuni kost dapat dilakukan minimalisasi jejak karbon
dengan beberapa cara yaitu:

a. Sampah organik

Minimalisasi jejak karbon dari sampah organik yang dihasilkan oleh rumah kost dapat
dilakukan dengan menerapkan pengendalian sumber-sumbernya, diantaranya dengan penerapan
konsep 3R (reduce, reuse, recycle) dalam pengelolaan sampah misalnya pemilik kost
menerapkan pemilahan sampah dengan menyediakan tempat sampah yang berbeda, dan pemilik
kost bekerja sama dengan bank sampah yang ada untuk mendaur ulang misalnya dari sampah-
sampah kertas, sedangkan untuk sisa makanan bisa dikirim ke rumah kompos. Pengolahan
sampah dan pembuatan kompos dapat mengurangi emisi dan juga timbunan sampah, dalam hal
ini pemilik bisa membebankan biaya pengendalian lingkungan pada setiap penghuni kamar kost.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Lidiawati (2015) pengolahan sampah secara aerobik
dapat mereduksi sampah sebesar 13,5% dari total sampah organik,

b. Konsumsi listrik

Penggunaan energi baru terbarukan pada rumah kost dapat menjadi solusi untuk
meminimalisasi jejak karbon contohnya dengan pembangkit listrik tenaga surya akan tetapi
kelemahan dari panel surya ini adalah harganya dan pemeliharaannya memakan biaya cukup
besar hal ini seharusnya dapat perhatian pemerintah memberi bantuan dengan memfasilitasi
usaha mikro kecil menengah dalam pengurangan emisi CO2. Konsumsi listrik juga dapat
dikurangi dengan memperhatikan pemakaian barang elektronik dengan hal kecil yaitu
mematikan atau memutus aliran listrik saat tidak digunakan juga sangat mempengaruhi
pengurangan emisi karbon, pemilik kost menetapkan barang elektronik yang dibolehkan di bawa
oleh calon penghuni kost, dan juga menetapkan maksimal daya pemakaian barang elektronik
oleh pemilik kost, untuk menghindari pemakaian listrik secara berlebihan .
15
c. Bahan Bakar Minyak

Emisi karbon yang dihasilkan dari bahan bakar minyak dari kendaraan dapat
dikendalikan dengan beberapa cara yaitu pemberlakuan pajak (ketika pencemar harus membayar
akibat kegiatannya yang mencemari lingkungan) ini sudah diterapkan pemerintah, pemerintah
juga memperketat uji emisi dan meningkatkan kualitas bahan bakar, agen pemegang merk turut
berperan dengan membuat mesin minimal berstandar EURO 2 sehingga gas buang yang
dihasilkan memenuhi standar uji emisi, selain itu kesadaran pemilik kendaraan untuk merawat
dan meminimalisir emisi kendaran juga perlu ditingkatkan yang perlu dilakukan pemilik adalah
melakukan uji emisi secara berkala, melakukan service secara rutin sesuai dengan petunjuk buku
service, menggunakan bahan bakar yang sesuai dengan anjuran APM, tidak perlu terlalu lama
memanaskan mesin.

2.5 Menjaga Jumlah Emisi Karbon Dengan Perdagangan Karbon

Isu perubahan iklim yang sudah lama menjadi isu global harus mendapatkan
perhatian dari pemerintah. Kompetisi global dalam penanganan isu ini menjadi salah
kunci utama keberlanjutan pembangunanan Indonesia di masa mendatang. Lansiran
berita terkini dari lembaga dan media massa keuangan internasional menunjukkan
perubahan iklim sebagai sektor ekonomi krusialdi masa mendatang (BNP Paribas,
2020), (CNBC, 2019), (Forbes, 2019).Perubahan iklim tidak dapat dipisahkan dari emisi
karbon. Upaya untuk menurunkan emisi karbon merupakan usaha untuk mencegah
atau mengurangi dampak negatif perubahan iklim. Menyadari risiko yang akan muncul,
negara-negara maju sudah terlebih dulu berupaya mengelola emisi karbon. Negara-
negara maju menggunakan pendekatan antardisiplin keilmuan untuk menghasilkan
kebijakan yang paling optimal untuk menurunkan emisi karbon.

Dalam pengelolaan emisi karbon, Indonesia dapat belajar dari negara-negara


maju yang telah lebih dulu berkutat dengan isu tersebut. Salah satu kebijakan
yang telah mereka lakukan untuk menurunkan emisi karbon yaitu melalui
skema perdagangan karbon. Kebijakan tersebut dapat direplika dengan terlebih
dahulu dilakukan penyesuaian terhadap kekhasan yang dimiliki Indonesia.

Beberapa aspek yang menjadi kekhasan Indonesia antara lain sistem


pemerintahan, sistem tata negara, kondisi geografis, dan berbagai aspek lainnya.
Melihat beberapa aspek kekhasan tersebut, serta dengan melihat dampak nyata
16
peningkatan emisi karbon yang terakselerasi oleh perkembangan teknologi
mutakhir, maka Pemerintah Indonesia perlu melihat sejauh mana kebijakan perdagangan
karbon dapat diterapkan di Indonesia.

Emisi karbon adalah suatu senyawa yang keluar ke atmosfer bumi akibat fenomena
yang terjadi dalam kehidupan kita yang mengandung gas karbon seperti CO2, LPG, solar,
dan bahan bakar lainnya. Emisi karbon dapat diartikan pelepasan karbon ke atmosfer.
Menurut Cambridge Dictionary, emisi adalah sejumlah gas, panas, cahaya dan lain-lain yang
dikirimkan keluar. Hal ini mengaki batkan peningkatan suhu di bumi secara signifikan.
Emisi karbon juga disebabkan karena pembakaran bahan bakar fosil di bidang manufaktur,
pemanasan, dan transportasi, serta emisi yang diperlukan untuk menghasilkan listrik untuk
keperluan barang dan jasa yang dikonsumsi.

Pelepasan karbon ke atmosfer bumi juga dapat memberi dampak terhadap kesehatan,
lingkungan dan ekonomi. Dampak bagi kesehatan dapat membawa resiko penularan
penyakit yang disebabkan oleh hewan pengerat, air maupun makanan. Cuaca yang ekstrem
dan udara yang buruk juga dapat menyebabkan adanya penyakit baru yang berevolusi.
Dampak bagi lingkungan secara umum adalah peningkatan potensi hujan lebat yang sering
terjadi mengakibatkan banjir, tejadinya kebakaran hutan akibat tingginya frekuensi
gelombang panas, karena adanya perubahan iklim yang mengakibatkan cuaca menjadi tidak
stabil dan menyebabkan bencana alam. Dan yang terakhir dampak bagi ekonomi, dengan
tingginya emisi karbon dapat menyebabkan kerusakan infrastuktur seperti jalanan dan
listrik. Kegiatan pertanian, pariwisata dan yang lainnya juga dipengaruhi oleh cuaca yang
tidak dapat dipastikan.

Cara untuk mengurangi emisi karbon adalah sebagai berikut:

1. Kurangi menggunakan kendaraan pribadi


2. Efisien dalam menggunakan energi listrik
3. Efisien dalam memakai air bersih
4. Menanam tumbuhan untuk membantu penyerapan kembali emisi karbon

Perdagangan karbon merupakan suatu kegiatan jual beli kredit karbon, yang mana
konsumen dapat memperoleh emisi karbon dengan melebihi batas yang ditetapkan.
Perdagangan karbon dapat didefinisikan sebagai jual beli sertifikat pengurangan emisi
karbon dari kegiatan mitigasi perubahan iklim. Jumlah kredit karbon yang ada di pasar dapat
membantu dalam mengontrol besarnya emisi karbon yang dilepas ke atmosfer. Secara garis

17
besar, dampak bagi lingkungan dan ekonomi menunjukkan rendahnya emisi karbon melalui
mekanisme perdagangan. Dilihat dari sisi ekonomi, perdagangan karbon bisa dianggap
menguntungkan.

Cara kerja perdagangan karbon ada tiga opsi yang dapat mengurangi emisi gas rumah kaca:

1. Menetapkan batas tertentu yang tidak dapat dilampaui oleh perusahaan


2. Memperkenalkan pajak karbon yang dimana perusahaan harus membayar jumlah C02
yang mereka hasilkan.
3. Menerapkan skema perdagangan emisi untuk menciptakan pasar karbon.

Pada 12 Desember 2015, sebanyak 195 negara termasuk Indonesia, menyetujui


perjanjian iklim global atau biasa dikenal sebagai Perjanjian Paris (Paris Agreement).
Perjanjian Paris bersifat sukarela, yang di mana semua negara menyetujuinya berkomitmen
agar dapat merendahkan emisi gas rumah kaca dan memastikan suhu global tidak naik
menjadi lebih dari 2⁰C (3.6⁰F), menjaga kenaikan suhu global tetap di bawah 1.5⁰C (2.7⁰F).
Pada umumnya, perdagangan karbon dilakukan melalui bursa komoditi dengan standar
satuan tertentu terkait dalam pengawasan emisi karbon.

Dilihat dari sisi regulasi dan pemerintah, perdagangan karbon lebih mudah untuk
dapat diimplementasikan daripada regulasi yang langsung membatasi dan mengenakan pajak
pada emisi karbon. Dan regulasi langsung akan lebih mahal dari segi anggaran dan
membatasi ruang gerak pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh industri. Dengan
perdagangan karbon, pemerintah juga dapat memaksimalkan jumlah emisi karbon yang
didapat dari negaranya dan dengan lebih terorganisasi. Karena, potensi penyerapan dan
jumlah emisi terukur dengan standar yang telah ditetapkan. Jumlah kredit karbon yang
beredar di pasar karbon tentunya akan membantu dalam mengontrol besarnya emisi karbon
yang lepas ke atmosfer. Selain itu, perdagangan karbon juga bisa membuka peluang ekonomi
baru bagi negara-negara yang ikut berpartisipasi. Sebagai salah satu paru-paru dunia,
Indonesia telah diperkirakan menyumbangkan 75-80% kredit karbon di dunia. Sehingga,
perdagangan karbon bisa memberikan kontribusi lebih dari USD 150 miliar bagi
perekonomian Indonesia.

2.6 Artikel Jurnal the Carbon Economy and Emission Reporting


Jadi, berdasarkan buku The Carbon Economy and Emission Reporting dijelaskan
bahwa pemanasan global telah menjadi ancaman yang membutuhkan tindakan untuk
mengurangi dampak perubahan iklim dengan menggunakan Protokol Kyoto yang
ditandatangani pada 11 Desember 1998 (Perserikatan Bangsa-Bangsa, 1998) yang
18
menerapkan prinsip ‘tanggungjawab Bersama tetapi dibedakan’ yang telah berkembang
menjadi ‘target yang berbeda untuk negara maju yang berbeda, dan tidak ada target sama
sekali untuk negara berkembang’. Setelah suatu negara meratifikasi Protokol, negara tersebut
dapat mengembangkan kebijakan karbonnya sendiri. Dengan ini dapat menghasilkan
berbagai instrumen kebijakan pengurangan karbon, bahwa persyaratan kepatuhan yang
berbeda terlibat dengan konsekuensi peningkatan biaya untuk entitas bisnis yang beroperasi
lebih dari satu negara. Dalam hal ini kami berupaya memberikan tinjauan komprehensif
tentang kerangka peraturan dan pengaturan terkait gas rumah kaca di dua negara maju,
dibandingkan dengan dua negara berkembang.

Kesadaran global akan kepedulian lingkungan pertama kali dimunculkan oleh


Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) pada awal
tahun 1970-an, dan membentuk Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC)
pada tahun 1988. Laporan penilaian pertama IPCC terbit pada tahun 1990, bahwa bumi telah
memanas lebih dari biasanya karena peningkatan kosentrasi gas rumah kaca di atmosfer.
Konvensi kerangka kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC, ‘Konvensi’ selanjutnya)
kini telah diratifikasi oleh 192 negara, termasuk AS, yang setuju untuk mengekang gas
rumah kacanya. Pihak konvensi telah bertemu setiap tahun untuk mendiskusikan pelaksanaan
konvensi dalam apa yang disebut Konferensi Para Pihak (COP). Laporan penilaian kedua
IPCC terbit pada tahun 1996, bahwa peningkatan pemanasan global disebabkan oleh
aktivitas manusia. COP3, yang berlangsung di Kyoto setuju untuk mengadopsi Protokol
Kyoto yang mensyaratkan target emisi yang mengikat secara hukum di negara-negara
paratifikasi.

COP menggunakan bukti ilmiah dari IPCC sebagai dasar negoisasi internasional
untuk mengatasi perubahan iklim. Emisi GRK yang akan dikurangi di bawah protokol terdiri
dari enam gas rumah kaca utama. 2 menurut data emisi global tahun 2005 dari World
Resources Institute (Baumert et al., 2005), karbon dioksida (CO2) menduduki tingkat sebagai
kontributor utama (77% dari emisi gas yang tercatat) terhadap peningkatan pemanasan
global, penyebab utamanya adalah emisi dari pembakaran fosil untuk penggunaan energi dan
perubahan penggunaan lahan. Melepaskan metana (CH4) dan dinitrogen oksida (N2O) yang
memiliki proporsi pemanasan global masing-masing sebesar 14% dan 8%. Sejumlah besar
metana (CH4) juga dilepaskan dari bahan bakar fosil dalam proses pengembangan,
pemrosesan, dan pemurnian. Hidro fluorokarbon (HFC), perfluorokarbon (PFC) dan
sulfurheksafluorida (SF6), yang secara kolektif disebut gas-F (gas berfluorinasi), bersama-
sama berkontribusi terhadap 1% emisi global. Keenam GRK ini telah diukur dalam
19
cakrawala 100 tahun Potensi Pemanasan Global (GWP), yang merupakan ukuran relatif non-
CO2 dibandingkan dengan emisi CO2 menurut efeknya yang mengganggu di atmosfer
(Baumert et al., 2005).

Singkatnya, Konvensi UNFCC dan Protokol Kyoto adalah penyajian yang paling
berpengaruh untuk mendorong negara-negara menghadapi perubahan iklim antropogenik.
Spektrum peraturan perubahan iklim yang luas di seluruh negara akan menciptakan rezim
kepatuhan peraturan karbon yang berbeda dan akan membebankan biaya untuk bisnis yang
beroperasi di negara yang berbeda. Instrument kebijakan karbon dan kemungkinan biaya
kepatuhannya di empat yurisdiksi terpilih (UE, Australia, Indonesia, dan China).

20
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Terdapat kaitan yang erat antara manusia dengan lingkungannya. Aktivitas manusia
dapat mempengaruhi lingkungan hidup. Salah satunya yaitu dampak negatif dari aktivitas
manusia terhadap lingkungan hidup yaitu jejak karbon. Jejak karbon atau tapak karbon
merupakan ukuran dari keseluruhan emisi CO₂ baik secara langsung maupun tidak
langsung diakibatkan oleh suatu aktivitas.

Sumber jejak emisi gas karbon salah satunya adalah dari kegiatan manusia melalui
pemanfaatan energi kebutuhan sehari-hari pada sektor rumah tangga. Pemanfaatan energi
menjadi peran yang penting dalam kehidupan manusia, oleh karenanya pemanfaatan energi
yang berlebih dapat menimbulkan permasalahan yang ditimbulkan dari jejak karbon
dioksida yang terbuang ke atmosfer.

Jejak karbon ini penting untuk diketahui agar kita bisa mengetahui seberapa besar
dampak yang ditimbulkan oleh setiap aktivitas kita. Dengan demikian, kita bisa berusaha
mengurangi dampak jejak karbon yang kita hasilkan sehari-hari. Dan juga berusaha untuk
mengimbangi dampak jejak karbon yang telah kita hasilkan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ade Bebi Irama. (2020). Perdagangan Karbon Di Indonesia: Kajian Kelembagaan Dan
Keuangan Negara. Jurnal Info Artha. Vol 4 No. 1. Hlm.83-102.

Btari Nadine. (2021). Apa itu Jejak Karbon?. News Icdx. Diakses pada 25 Februari 2023.
https://www.icdx.co.id/news-detail/publication/apa-itu-jejak-karbon

Fanny Novika, A. G. (2020). Dampak Pandemi Covid-19. Dampak Pandemi Covid-19 Pada
Pemilik Risiko Ekonomi Mikro Dan Strategi Penanggulangan Risiko, 5(1), 2.

Indonesia, P. of R. (2016). Government Regulation Number 16 of 2016 concerning


Implementation of Paris Agreement to The United Nations Framework Convention on
Climate Change. Republic of Indonesia, 71.

Janek Ratnatunga, Dina Wahyuni dan Stewart Jones. (2012). The Carbon Economy and
Emissions Reporting. ISBN: 978-1-78052-020-9

Kusuma Admaja, W., Nasirudin, N., & Sriwinarno, H. (2020). Identifikasi Dan Analisis Jejak
Karbon (Carbon Footprint ) Dari Penggunaan Listrik Di Institut Teknologi Yogyakarta.
Jurnal Rekayasa Lingkungan, 18(2). https://doi.org/10.37412/jrl.v18i2.28

Menghitung Jejak Karbon (Carbon Footprint Calculation). (2013). Retrieved 28 February 2023,
from https://dudewa.wordpress.com/2013/04/10/menghitung-jejak-karbon-carbon-footprint-
calculation/

Nureliza, Dian Rahayu Jati dan Kiki Prio Utomo. (2021). Analisis Carbon Footprint Dari
Aktivitas Rumah Kost Kota Pontianak. Jurnal Rekayasa Lingkungan Tropis. Vol. 2 No.1.

22

Anda mungkin juga menyukai