Anda di halaman 1dari 3

KISAH RANGGONANG SI BUJANG KELANA SAKTI

PEMERAN:
1. Indah Safitri : Sebagai
2. Cindy Septiani : Sebagai
3. Siti Hermiyanti : sebagai
4. Ariel Al-hafiz : Sebagai
5. Irwandi : Sebagai
6. Fahlul Ulum : Sebagai
7. Oktari R : Sebagai
8. Ririn Saputri : Sebagai
9. Dinia Eca S : Sebagai
10. Lukman Hakim : Sebagai

Ranggonang adalah putra sulung dari kerajaan Bangbayang yang berpusat di Bandar Agung
[sekayu]. Ayah Ranggonang bernama Kebau Bayang yang gugur dimedan perang bersama ratu dan
tinggallah Ranggonang bersama adiknya yang bernama Ratna Sari Kumala Dewi. Mereka
meninggalkan kerajaan Bangbayang untuk melanjutkan usaha dan tugas Ayahandanya dan
membangun pendidikan didekat danau Cala.
Kisah ini dimulai saat kerajaan Sriwijaya di Palembang yang ketika itu hidup tentram dan
damai tiba tiba di serbu oleh para perampok Cina yang mengugurkan sang raja beserta putra
mahkotanya.
Perampok Cina : “Hai para penduduk kerajaan, dimana raja kalian??”
Putra Mahkota : “Hai Pengacau.. apa maksud tujuan kedatangan kalian dibumi kami yang
damai ini?”
Perampok Cina : “Kami datang ingin menguasai kerajaan ini, dan membuat kalian semua
tunduk pada penguasa kami”
“Cepat serahkan pusaka kerajaan, atau kalian semua akan kami habisi satu-
persatu”
Putra Mahkota : “Panglima, cepat lindungi Raja, dan kerahkan seluruh prajurit untuk
melawan pengacau ini. Jangan serahkan pusaka berharga milik kerajaan ini,
kalau kita tak ingin dijajah”
Panglima : “baik Pangeran. Prajurit... mari kita lindungi kerajaan tercinta ini,
seraangg.....!!!

Terjadilah pertempuran antara perampok cina dengan pasukan kerajaan Sriwijaya. Dalam
pertempuran ini Raja dan Putra Mahkota gugur dimedan peperangan. Sepeninggal raja dan putra
mahkota, putra-putra raja dari para selir saling memperebutkan kekuasaan dan menambah
kekacauan. Anak yang paling berhak, membawa lari pusaka kerajaanke daerah Kempas, tepatnya
dihulu sungai Lalan dekat perbatasan Jambi.
Sedangkan Panglima Agung Datuk Tumenggung sebagai kepala angkatan perang ditawan
dalam peperangan. Ia diancam oleh tentara Cina akan membunuh semua penduduk di ibu kota dan
akan menyerbuh sampai ke pedalaman. Datuk Tumenggung di bebaskan dengan satu syarat yaitu
sumpah bahwa ia akan mengambil pusaka kerajaan dan menyerahkannya sebagai tanda takluk.

Perampok Cina : ”Hai.. Datuk Tumenggung. Kau akan kubebaskan. Tapi, Bersumpahlah
bahwa kau akan menyerahkan pusaka kerajaan. Kalau tidak, maka seluruh
rakyatmu akan kuhabisi dengan membabi buta”.
Panglima : “Aku bersumpah, Demi Rakyat, selagi ada nyawa dikandung badan, pusaka
kerajaan akan aku serahkan.”

Akhirnya, setelah bermusyawarah dengan anak-anak selir kerajaan di Kempas, Datuk


Tumenggung membawa pusaka kerajaan untuk diserahkan pada perampok Cina di Palembang. Hal
ini didengar oleh Ranggonang yang berada didekat danau Cala. Ia mengejar Datuk Tumenggung dan
memotong jalan yang akan dilalui oleh Datuk Tumenggung menuju kota Palembang. Dekat dusun
Serong, kira-kira 20 KM dari kota Palembang akhirnya Ranggonang bertemu dengan Datuk
Tumenggung.

Ranggonang : “Wahai Panglima Agung Datuk Tumenggung, kenapa kau akan


menyerahkan pusaka kerajaan yang menjadi Simbol Kejayaan rakyat
Sumatera Selatan itu?”.
Panglima : “ Maafkan aku Ranggonang, tetapi aku telah bersumpah”.
Ranggonang : “ Tapi Paman, itu adalah pusaka kerajaan kita yang tak boleh dimiliki oleh
penguasa manapun!”.
Panglima : “Aku menyesal Ranggonang, Aku Panglima Agung, tak mungkin aku
mengingkari sumpahku. Tetapi aku juga tak rela Pusaka kerajaan ini jatuh
pada orang lain.”
Bunuhlah aku Ranggonang... cepat.. agar aku mati tenang dan mati secara
kesatria karena tidak melanggar sumpah dan tidak menghianati rakyat. Dan
dapat dianggap gugur dimedan juang!!.”

Akhirnya dengan perasaan sedih bagai diiris sembilu, terpaksa Ranggonang menghunuskan
pedangnya ke arah sang Paman. Seketika panglima agung Datuk Tumenggung jatuh tersungkur dan
gugur dalam membela rakyat. Kemudian Ranggonang bersemedi untuk memohon ampun atas
tindakannya terhadap sang paman yang sangat dikagumi dan dicintainya. Peristiwa ini membuat
semangatnya berkobar dan batinnya membaja.

Ranggonang : “Aku turuti kehendak cintaku yang dibisikkan oleh sukma nan suci, aku
jalankan tugasku yang berat dengan kejantanan dan kesadaran tanggung
jawab. Kedua-duanya kakan aku laksanakan dengan kebijaksanaan berkat
hikmat yang dikaruniai Tuhan Yang Maha Esa.”
Ratna Dewi : “Burung Pipit turun kesawah, duduk bertengger di batang padi.
Puteri kini berdatang sembah, sembah adik Kemala Sakti”

“berdesir sejuk angin dipantai, seakan hendak berbuat bakti.


Sejak tadi puteri mengintai, mengapa kuyung bersedih hati”.

Ranggonang : “harum semerbak minyak kasturi, mari memetik bunga melati.


Marilah adik datang kemari, marilah sayang sijantung hati.”

“ Adik sayang sedap dipandang, bernama kecil bulan kemambang.


Bertegak gelar berbuat sakti, Ratna Dewi Kemala Sakti.

Ratna Dewi : “Dari Gunung turun kelembah, dilereng memetik buah bidara.
Adikmu hina datang bersembah, hendak menghibur hati nan lara.
“ Mohon ampun adik bertanya, dari mana datang derita.
Kalau gerangan apa mulanya, adik carikan penawar mata.”

Ranggonang : “wahai Adikku Ratna Dewi, aku akan berjuang bersama para prajurit kita
untuk melawan para perampok Cina. Kuingin engkau tetap tinggal disini
menungguku datang kembali membawa kemenangan”.
Ratna Dewi : “Baiklah Kakanda, aku akan turuti peintahmu, dan aku kan menunggumu
disini dengan membawa kemenangan. Berjanjilah untuk kembali Kanda...!”.
Sementara itu para perampk Cina dan pimpinannya sia-sia menunggu. Yang mereka tunggu
hanyalah angin belaka. Pusaka kerajaan yang dijanjikan oleh Panglima Agung Datuk Tumenggung
telah dikembalikan oleh Ranggonang ke kempas. Mereka berencana akan menyerbu kembali.
Setelah persemediannya, Ranggonang mengatur siasat dan mendapat kepercayaan dari raja-
raja kecil didekat Danau Cala. Ia meminpin pasukan untuk melawan perampok cina dengan
menggunakan siasat jalur perairan. Ia mengatur kapal-kapal para prajurit untuk mengepung
kedatangan para perampok Cina.
Akhirnya tibalah saatnya pasukan Cina datang menyerbu kembali dan akan kembali merebut
pusaka kerajaan. Terjadilah pertempuran sengit antara Ranggonang dan pasukannya dengan para
Perampok Cina.

.....

Seteah melalui peperangan yang sengit, akhirnya Ranggonang dan pasukannya meraih
kemenangan. Mereka berhasil mempertahankan bumi kerajaan.
Sejak saat itu Ranggonang berkelana dari dusun kedusun untuk menjaga ketentraman dan
kedamaian disepanjang sungai Musi...

Prok...prok...prokk....

“THE END”

Anda mungkin juga menyukai