Anda di halaman 1dari 14

KELOMPOK 7

KODIKOLO
GI
PENANGGALAN DALAM
NASKAH NUSANTARA
Dosen Pengampu : Dr. Rizky Handayani, M.A.

Alifa Rahmah (11170210000029)


Nenden Nurtsuroyya (11170210000091)
LATAR BELAKANG
Berbicara tentang naskah Nusantara, tidak seluruhnya memiliki
keterangan tentang nama penulis dan penyalin, waktu penulisan,
dan keterangan lainnya. Oleh karena itu, umur naskah hanya
dapat diketahui dengan merunut berdasarkan keterangan yang
terdapat dalam naskah. Penanggalan yang terdapat dalam naskah
biasanya terdapat pada kolofon. Umumnya, pada penanggalan
dibubuhkan tahun Hijriyah, terkadang terutama di dalam naskah
yang muda dicantumkan pula penanggalan menurut masehi.
Untuk naskah yang berasal dari Jawa, dan dalam bentuk puisi,
usia naskah dapat diketahui melalui tembang awal atau tembang
akhir pada naskah tersebut atau manggala dan kolofon.
Umumnya, dalam tembang dinyatakan secara tersamar dalam
candrasangkala. Maka dari itu, seorang peneliti harus jeli mencari
aspek-aspek yang berkaitan dengan usia naskah, misalnya dalam
kolofon atau catatan-catatan pada naskah.
RUMUSAN
MASALAH
Bagaimana penanggalan pada naskah Nusantara?
Apa tujuan penentuan umur naskah?
Bagaimana cara menentukan/memperkirakan usia
naskah Nusantara?
Penanggalan Naskah
Nusantara
Penanggalan pada naskah biasanya terdapat pada bagian kolofon, umumnya pada penanggalan
dibubuhkan tahun Hijriyah, kadang-kadang terutama didalam naskah-naskah yang muda dicantumkan
pula penanggalan menurut perhitungan Masehi. Adapun sistem penandaan waktu dan usia naskah
adalah :

SISTEM PENANDAAN WAKTU MASUKNYA PENANDAAN


MASYARAKAT LAMA WAKTU PADA NASKAH LAMA
SISTEM PENANDAAN WAKTU MASYARAKAT LAMA

Kedekatan masyarakat lama dengan alam sekitar mengakibatkan kesatuan waktu tersebut diberi
nama sesuai dengan keadaan alam pada waktu itu, misalnya: waktu matahari terbit, waktu
matahari sepenggalan tingginya, waktu tengah hari, waktu rembang petang, waktu tengah malam,
dan sebagainya. Bahkan ada juga yang diambil dari keadaan binatang tertentu, misalnya
“waktu litak-litak anjing” ialah waktu lapar-laparnya anjing, yaitu sekitar pukul 11:00 WIB.

Selain itu masyarakat juga menandai waktu dengan sebuah peristiwa. Peristiwa itu oleh
masyarakat yang bersangkutan selalu disebut-sebut dan untuk membedakannya dengan peristiwa
yang lain, maka ditandai dengan keadaan pada waktu peristiwa tersebut terjadi. Misalnya:
peristiwa kelahiran Nabi Muhammad. s.a.w. dinyatakan pada Tahun Gajah, karena bertepatan
dengan peristiwa diserangnya Makkah oleh pasukan gajah
MASUKNYA PENANDAAN WAKTU PADA NASKAH LAMA

Perhitungan Tahun Çaka. Sejak terjadinya hubungan dengan bangsa India, bangsa

1 Indonesia mulai mengenal, khususnya masyarakat Jawa dan Bali. Tahun Çaka ini
mengikuti perhitungan peredaran matahari. Penggunaan tahun Çaka biasanya dapat
ditemui pada naskah-naskah Jawa Kuno dan naskah-naskah Bali.

Perhitungan Waktu Hijriah. Sejak masuknya agama Islam, masyarakat Indonesia

2 mengenal system ini yang dimulai dari peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad S.A.W.
Begitu pentingnya peristiwa hijrah ini hingga dijadikan awal perhitungan tahun Islam,
yang dikenal dengan istilah Tahun Hijriah (A.H. atau Anno Hijirae).
MASUKNYA PENANDAAN WAKTU PADA NASKAH LAMA

Perpaduan Tahun Çaka dengan Tahun Hijriah/Tahun Jawa (A.J. atau Anno Javanico).
Diperintahkan oleh Sultan Agung, raja Mataram, yang memerintah tahun 1613-1645 AD. Peristiwa

3 perpaduan itu secara resmi berlaku di kerajaan Jawa pada tahun 1555 Ç lalu menjadi tahun 1555
A.J. Karena tahun Hijriah itu mengikuti perhitungan peredaran bulan (qomariyah), sedangkan
tahun Çaka mengikuti perhitungan matahari (syamsiyah), maka tahun Jawa akan lebih pendek 11
hari daripada tahun Çaka.

Perhitungan Tahun Masehi. Sejak terjadinya interaksi dengan bangsa Eropa atau Barat, terutama
4 pada masa-masa penjajahan, sistem ini mengikuti perhitungan peredaran matahari, yang dalam satu
tahun ada 365 hari, 5 jam, 48 menit, 46 detik kurang sedikit, atau biasa dikatakan 365¼ hari kurang
sedikit. Karenanya, setiap empat tahun Masehi ada satu tahun kabisat yang dalam tahun kabisat itu
berumur 366 hari. Tambahan satu hari itu dijatuhkan dalam bulan Februari.
Tujuan Penentuan Usia Naskah
◦ Mengetahui usia naskah yang sedang dibahas.
◦ Mengkaitkan peristiwa yang terdapat dalam naskah denagn peristiwa
terjadi di masyarakat.
◦ Membantu para peneliti dalam ilmu sejarah tentang penentuan sejarah
terbentuknya suatu kerajaan.
◦ Menghubungkan aspek-aspek lain dalam naskah dengan diluar naskah.
◦ Mengkaitkan aspek kebudayaan dan kesenian yang terdapat dalam
naskah dengan aspek budaya dan kesenian diluar naskah saat itu.
Cara Menentukan/Memperkirakan Usia
Naskah
◦ Evidensi Internal (Interne Evidentie)
Penentuan yang menggunakan bukti yang terdapat di dalam naskah dan berkaitan dengan pengarang.
Disamping banyaknya pengarang tidak membubuhkan informasi tersebut, ada juga yang
mencantumkannya di bagian awal atau yang disebut manggala, sedangkan bagian akhirnya disebut
kolofon/epilog.

Manggala adalah bait-bait pembuka atau pendahuluan, bagian, ikat pinggang, atau
pemimpin yang selalu berada di depan, memberikan keterangan tentang naskah seperti
nama pengarang atau penulis, usia naskah, pemujaan kepada raja atau dewa yang
dianggap sebagai pelindung, dan lain-lain. Berfungsi untuk menjelaskan tentang penulis
dan saat penulis karya sastra tersebut. Dalam karya sastra, manggala ialah istilah dalam
parwa-parwa atau kakawin.

Kolofon adalah bait-bait penutup yang terdapat pada akhir naskah.


Kakawin Bharatayudha karya Mpu Sedah dan Mpu
Panuluh
Nâhan don Mpu sedah makirtya çaka kâla ri sangakuda
suddha candrama,
Sang saksadharimurtti yan katiga nitya maka phalana
Contoh Manggala keçaning musuh,
Sang lwir lek pratipada çukla anguripi wijil nireng ripu ring
prang
darppapenulisan
Waktu paçuprabhu pamanira
berdasarkan hyunika dungulaning
candrasangkala pragmuka.
: sanga = 9, kuda = 7,
suddha = 0, candra = 1, dibaca dari belakang jadi 1079 Caka, dalam
hitungan tahun Masehi ditambah 78 sehingga menjadi 1157.

Kakawin yang mengisahkan tentang peperangan antara Pandawa dengan Korawa adalah karya sastra pertama
yang memuat candrasangaka, yaitu penulisan angka tahun dalam bentuk frasa atau kalimat yang harus dibaca
dari belakang. Sistem ini memiliki pemaknaan kata yang memiliki nilai angka. Misalnya, angka 1 atau eka,
Tuhan, bumi, bulan, orang, dan lain-lain. Nilai angka 2, semua hal yang jumlahnya 2. Selain angka 2, anggota
badan yang jumlahnya 2, sampai dengan angka 0 atau edas. Misalnya angkasa, hilang, sirna, suci atau suddha,
bersih, dan sebagainya.
Serat Salokatama
itih panawunging ruwiyadi,
ri Soma katongton,

Contoh Kolofon kaping sapta Sapar wimbaning


lèk,
tabuh astha Dal sangkalèng
warsa,
swara trusing ardi,
Terjemahan: risang maha prabu.
Selasai penulisan tuntunan, pada hari Senin (Soma) tampak, tanggal 7 Sapar nama bulan itu pukul delapan,
tahun Dal dengan candrasankala, swara trusing ardi risang maha prabu.

Serat Salokatama digubah dalam bentuk tembang Mijil yang terdiri atas 31 bait, digubah oleh Padmasusastra
pada hari Senin (Soma), pukul 8 (tabuh asta) tanggal 7 Sapar tahun Dal, 1797. Angka tahun dinyatakan dengan
candrasangkala, swar trusing ardi r sang maha prabu (swara: 7, trus: 9, ardi: 7 dan ri sang maha prabu: 1). Bila
dikonfirmasi ke dalam tahun Masehi, 1797+71 = 1868 M.
◦ Evidensi Eksternal (Externe Evidentie)
Pernyataan usia naskah yang berasal dari luar teks berfungsi untuk menentukan saat paling akhir karya itu
ditulis atau post ante quem karena dalam sastra lama, khususnya sastra Jawa, penentuan umur naskah tidak
selalu merujuk angka tahun, melainkan kapan karya itu ditulis. Contoh:

Kakawin Arjunawiwaha
Sampun katekan ing katharjuna wiwaha
pangaranike Saksat tambayanira Mpu Kanwa
tumutameta-metu kakawin
Kutipan tersebut menunjukkan bahwa
Bhratapan teher angharep samara karya
Kakawin Arjunawiwaha digubah pada masa
mengiringing aji
pemerintahan Prabu Erlangga. Beliau
Cri Airlangga namostu sang panikelan
menjelaskan bahwa cerita tentang pernikahan
tanahanganumata
Arjuna itu sejalan dengan kisah sang Raja.
Dijelaskan pula bahwa tujuan Mpu Kanwa
Terjemahan:
menggubah karya itu untuk menulis biografi
Sudah selesai cerita yang dinamakan
Erlangga.
Arjunawiwaha, seolah baru saja mpu Kanwa
mencoba menggubah kakawin, sebab ia segera
akan mangiringkan sang raja yang akan memadu
kasih, Cri Erlanggya nama yang memberikan restu
dan memyerahkan alat tulis.
Penentuan usia naskah juga hanya berdasar penafsiran yang dianggap logis. Keterangan di atas dapat
diasumsikan bahwa eksternal evidentie dapat berupa informasi catatan dari luar seperti para penyalin naskah
yang menuliskan saat penulisan di luar naskah.

Dalam teori filologi, penentuan saat penulisan yang terdapat diluar teks meliputi: (1) penyebutan karya sastra
di dalam karya lain, (2) pemahatan suatu cerita pada relief candi, (3) membandingkan bahasa antarkarya sastra
yang diperkirakan semasa, dan (4) bahasa yang digunakan dalam karya sastra.

Beberapa hal lain yang perlu diperhatikan dalam menentukan usia naskah melalui ekternal evidentie berkaitan dengan
kodikologi di antaranya adalah: (1) penyalin naskah, (2) kertas sebagai bahan naskah karena biasanya terdapat
watermark, (4) asal-usul naskah, dan (5) peristiwa-peristiwa yang dilukiskan dalam naskah tersebut.

Usia naskah dapat juga berasal dari informasi naskah lain, misalnya dalam naskah tertentu yang menyebut
suatu naskah. Contohnya dalam naskah Serat Ambya dan Serat Yusuf, yang dikatakan bahwa Serat Yusuf
merupakan bagian dari Serat Ambya sebab Serat Ambya merupakan kumpulan kisah para nabi. Salah satu
yang terdapat dalam naskah itu adalah kisah Nabi Yusuf As. Dengan demikian, Serat Ambya lebih tua dari
pada Serat Yusuf.
SEKIAN DAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai