ABSTRACT
sengkalan is expression presentation of from public expression jawa, sengkalan lamba has
three element that is between sentence or word, figure, and year. sengkalan casquette is a
marker visualizinged in the form of picture, patrimony, statue, ornament, train representing
from an expression forwarding of certain intention. presentation of sengkalan in wording based
on meaning and karakteristikyang refers to the sun, month, nature and form to lay open
contents of intention consisting in in sentence. expansion from word has presentation of word a
fuguryang relates to applies synonymy term, sound spelling, the and action, intention of similar
meaning, and equation of certain things, and so. charge filled from sengkalan to show image of
situation of time and certain place, and express case of event of at one time and certain place
also.
ABSTRAK
sengkalan merupakan ekspresi wujud dari ungkapan masyarakat jawa, sengkalan lamba
memiliki tiga unsur yaitu diantara kalimat atau kata, figur, dan tahun. sengkalan memet adalah
suatu penanda yang divisualisasikan dalam bentuk gambar, pusaka, patung, perhiasan, kereta
yang mewakili dari suatu ekspresi penyampaian maksud tertentu. penyajian sengkalan dalam
susunan kata berdasarkan arti dan karakteristikyang mengacu pada matahari, bulan, sifat dan
wujud untuk mengungkapkan isi maksud yang terkandung di dalam kalimat. pengembangan
dari kata mempunyai penyajian kata suatu fuguryang berkaitan dengan menggunakan istilah
kesinoniman, ejaan bunyi, hal dan tindakan, maksud arti yang serupa, serta persamaan hal-hal
yang tertentu, dan seterusnya. muatan isi dari sengkalan menunjukkan gambaran situasi
waktu dan tempat tertentu, serta menyatakan kejadian peristiwa pada suatu waktu dan
tempat yang tertentu juga.
* Febrian Wisnu Adi (sepskd@yahoo.com), Tenaga Pengajar Jurusan Kriya Fakultas Seni Rupa Institut Seni
Indonesia Yogyakarta.
139
140 ] CORAK Jurnal Seni Kriya Vol. 2 No.2, Nopember-April 2014
sengkalan, merupakan angka satuan dan Hal yang sangat menarik, orang-
puluhan dari tahun terjadinya peristiwa. orang Jawa masa lalu memakai obyek-
Sedangkan kata ketiga dan paling akhir dari obyek alam yang bersifat kekal dalam
kalimat sengkalan, justru menandai abad wujud atau sifatnya. Sengkalan Angka Nol
ketika peristiwa itu terjadi. Sirna Ilang (0). Angka nol dalam sengkalan
Kertaning Bumi “hilang lenyap disimbolkan dengan kata-kata yang berarti
ketentraman dunia” adalah angka tahun hilang atau segala sesuatu yang tidak ada.
1400 Saka, atau Tahun 1478 Masehi, yang Pada sengkalan hanya ada satu kata yang
merupakan sengkalan keruntuhan kerajaan bernilai nol atau kosong, yaitu kata umbul
Majapahit. (R. Bratakesawa, 1980:21) (melesat ke atas) karena segala sesuatu
Suatu peristiwa terjadi memang yang telah hilang bernilai nol. Misalnya
mudah diingat: kapan terjadinya hanya sengkalan tentang pelaksanaan sekaten
dengan mengucap kalimat yang indah yang tahun 1990, “umbuling puspa gapuranin
terdiri dari 4 kata. Padahal makna dari praja”.
sengkalan terkadang juga diberi muatan Sengkalan Angka Satu (1). Angka
falsafah tinggi dan sangat rumit dalam satu di dalam sengkalan disimbolkan
pengartianya, atau pesan-pesan moral dengan kata-kata yang bermakna satu,
yang sengaja dimuatkan dan disimpan kata-kata yang bermakna jumlahnya hanya
dalam rangkaian kata tersebut. Semisal, satu, benda yang bentuknya bulat, kata-
Luhuring Sembah Trusing Allah “ Luhur (0); kata yang berarti manusia, kata-kata yang
Sembah (2); Trus (9); Allah (1). Berarti berarti hidup dan nyata. Kata-kata pada
angka tahun 1920. Meskipun sengkalan ini sengkalan yang bernilai satu adalah jalma,
menandai yang paling utama adalah yang jalmi, janma, kenya, putra, aji, ratu, raja,
tertuju kepada Tuhan yang Maha Esa. nata, narpati, narendra, pangeran, gusti,
Namun mengapa sengkalan harus Allah, hyang, maha, bathara, bumi, jagat,
dibaca dengan teknik terbalik? Ada budi, buda, budaya, ron, lata, wani,
sejumlah pihak yang menafsirkan, semedi, luwih, nabi, lajer, wiji, witana,
bahwasannya suatu peristiwa, namun praja, bangsa, swarga, puji, piji, harja dan
kalimat sengkalan sendiri berarti sembah peksi. Kata peksi bernilai satu, namun
orang Jawa pada dasarnya tidak sebenarnya bernilai dua, karena peksi
suka berterus-terang. Semua maksud harus berasal dari kata peksi (sansekerta) yang
disampaikan secara halus dan penuh berarti burung atau binatang yang
dengan filosofi, bahkan kalau perlu hanya bersayap.
tersirat saja. Namun ada pihak lain yang Sengkalan Angka Dua (2). Angka
menilai, paham bacaan sengkalan dari dua di dalam sengkalan disimbolkan
kanan kekiri, bisa jadi karena pengaruh dengan kata-kata yang mempunyai makna
agama islam, dimana kalimat-kalimat berjumlah dua, atau berpasangan dan
dalam Kitab Suci dibaca dari kanan ke kiri bentuk-bentuk turunannya, serta kata-kata
seperti halnya dalam bahasa Arab. (Waluyo yang bermanka gandheng. Kata-kata pada
Wijayanto, 2007:31) sengkalan yang bernilai dua, biasanya
142 ] CORAK Jurnal Seni Kriya Vol. 2 No.2, Nopember-April 2014
digunakan kata asta, dwi, kembar, ngelmi, Sengkalan Angka Tujuh (7). Angka
aksa, samya, embah dan supit. tujuh dalam sengkalan disimbolkan dengan
Sengkalan Angka Tiga (3). Angka kata-kata yang mempunyai arti golongan
tiga dalam sengkalan disimbolkan dengan pertapa atau pendeta, gunung, suara, serta
kata-kata yang mempunyai makna binatang yang biasa dipergunakan untuk
berjumlah tiga, dan bentuk-bentuk kendaraan. Kata-kata pada sengkalan yang
turunannya. Kata-kata pada sengkalan bernilai tujuh ialah kata pandhita, resi,
yang bernilai tiga, biasanya digunakan kata swara, sabda, muji (pujian, restu, ajar) dan
guna, katon, saut, sunar, trima, trisula, giri, gunung).
ujwala, dan wredu. Sengkalan Angka Delapan (8).
Sengkalan Angka Empat (4). Angka Angka delapan dalam sengkalan
empat dalam sengkalan disimbolkan disimbolkan dengan kata-kata yang berarti
dengan kata-kata yang berarti air dan kata- gajah, binatang melata, dan brahmana.
kata yang berarti kerja, serta segala Kata-kata pada sengkalan yang bernilai
sesuatu yang berjumlah empat. Kata-kata delapan adalah kata ngesti (memikirkan),
pada sengkalan yang bernilai empat ialah madya (tengah), basuki, naga, brahmana,
kata papat, catur, keblat (arah mata angin), manggala, murti, salira, sarining, dan kata-
warna (kasta dalam agama Hindu), toya kata turunandarikata-katatersebut.
(air), suci dan pakarti. Sengkalan Angka Sembilan (9).
Sengkalan Angka Lima (5). Angka Angka sembilan dalam sengkalan
lima dalam sengkalan disimbolkan dengan disimbolkan dengan kata-kata yang
kata-kata yang mempunyai makna mempunyai arti dewa, bunga dan benda-
berjumlah lima, golongan raksasa, segala benda yang berlubang atau terbuka. Kata-
macam senjata, kata-kata yang berarti kata pada sengkalan yang biasanya
angin, tajam, ilham atau bisikan, digunakan untuk menyatakan angka
perangkap, serta kata-kata yang sembilan ialah : kata, trus, trustaning,
mempergunakan kata panca. Kata-kata wiwara, anggatra, gapura, ambuka,
pada sengkalan yang bernilai lima ialah makaring, umanjing, sekaring, puspa,
driya (indra), wisaya (cerapan indra), cakra, kusuma, kembang, dan ngarumake
warayang,t inulup, ati, linungit, yaksa, (mengharumkan).
mangkara, marganing, pasarean, tinata, Menurut bentuknya Sengkalan
gati dan pirantining. sendiri dibedakan menjadi beberapa
Sengkalan Angka Enam (6). Angka sengkalan antara lain:
enam dalam sengkalan disimbolkan 1. Sengkalan Lamba. Sengkalan yang
dengan kata-kata yang berarti rasa, hewan menggunakan rangkaian kata.
berkaki enam, dan segala sesuatu yang 2. Sengkalan Memet. Sengkalan yang
bergerak. Kata-kata pada sengkalan yang berwujud rupa.
bernilai enam ialah kat gana, hangga- 3. Sengkalan Sastra. Sengkalan yang
hangga, (laba-laba), rasa, sinesep, nikmat, menggunakan huruf Jawa dan
kayu, winayang (digerakkan), rebah sandangannya biasa digunakan pada
(runtuh) dan wisik (pesan). ukir-ukiran, hiasan keris, dan lain
Febrian Wisnu Adi, Sengkalan, Makna Penanda Dalam Bentuk Kalimat Atau Gambar Indah .... [ 143
Sublime and Beautiful” (1767) tentang rasa lepas) dalam suasana horor
keindahan. Burke menunjukan 2 respon (ketakutan).
estetik atas seni : b. Pengalaman Sublim terjadi ketika
A. Pengalaman akan yang indah seluruh pikiran kita dipenuhi oleh
(Pleasure) obyek yang kita hadapi. Astonishment
B. Pengalaman akan yang sublim (Delight) adalah efek dari sublim yang
Keindahan menurut Edmund Burke. mempunyai efek admiration, reverence
Hakekat keindahan. Keindahan dan respect.
yang dibedakan dari sublim, yang c. Sublim dimasukkan dalam bahaya
dimaksudkan kualitas dalam tubuh yang (danger), juga dimasukkan dalam ide
bisa menimbulkan rasa cinta atau yang kekuatan (power), strength, violence,
menyerupainya (Simpati). Love dibedakan pain dan teror adalah beberapa ide
dengan Desire yang mendorong orang yang digunakan dalam pikiran.
menjadi Possession. Istilah lain sublim menurut Burke adalah
Sumber keindahan Delightful Horor.
1. Proporsi : diragukan karena bukan
hanya kuantitas, belum tentu sebagai
syarat bentuk keindahan.
2. Kegunaan : sesuatu harus mempunyai
nilai guna.
3. Kesempurnaan : perfection yang
menyebabkan keindahan.
4. “Kecil”. Beautiful object are small.
Gambar 1. Gambar sengkalan memet di Bangsal
Dalam beberapa bahasa, object cinta Kemagangan Keraton Kesultanan Ngayoyakarta
diungkapkan dalam “diminutive Hadiningrat. Bila ditafsirkan dalam kalimat berbunyi
epithets” : besar dikecilkan. Misalnya Dwi Naga Rasa Tunggal (Dua Naga Menyatu Rasa),
Hussein menjadi Hasan. mengambarkan dua naga yang menjulur horizontal,
bertolak belakang, masing-masing menghadap kekiri
5. Halus : Smoothness, karya seni yang
dan kekanan. Sedang ekornya saling berlilitan
tidak halus berarti tidak indah. ditengah, yang melambangkan angka tahun 1682
6. Imut-imut (delicacy) : gampang rusak, Jawa (Dwi menunjukan angka 2; Naga menunukan
gampang pecah, tidak kokoh. angka 8; Rasa menunjukan angka 6; Tunggal
menunjukan angka 1). Atau dalam hitungan Masehi,
Sublim muncul untuk menjelaskan
adalah tahun 1760. Tahun ini adalah prasasti atau
“pengalaman” keindahan yang ternyata di penanda dimulainya pembangunan Keraton
dalamnya tidak hanya pleasure, tetapi juga Yogyakarta.
emosi, stress, bahkan rasa tidak enak. (Foto: Febrian , 2012)
Sublim menurut Burke mempunyai
beberapa pengertian :
a. Passion yang disebabkan oleh atau
dapat menimbulkan “astonishment”
(gerakan batin yang tidak bisa los atau
146 ] CORAK Jurnal Seni Kriya Vol. 2 No.2, Nopember-April 2014
KEPUSTAKAAN
Bratakesawa, R. ‘Ketranagan
Candrasengkala’ Jakarta:
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Proyek
PenerbitanBuku Sastra, 1980.
Gambar 3. Gambar sengkalan memet di Pajangan Feldman, Edmund Burke. Art As Image And
Bale Rata Keraton Kasunanan Surakarta. Bila
Idea. Englewood Cliffs,New
ditafsirkan dalam kalimat berbunyi: Siung Buta Naga
Raja (Dua Naga Raja yang ditengahnya ada Raksasa). Jersey: Prentice-Hall, Inc., 1967.
Mengambarkan dua naga yang menjulur horizontal,
bertolak belakang, masing-masing menghadap kekiri Haryono, Timbul. Seni Pertunjukan dan
dan kekanan. Sedang ditengah ada gambar raksasa. Seni Rupa dalam Perspektif
yang melambangkan angka tahun 1855 Jawa (Siung Arkeologi Seni. Solo: ISI Press Solo
(taring) menunjukan angka 5; Buta (raksasa)
2008.
menunjukan angka 5; Naga menunjukan angka 8;
Raja menunjukan angka 1). Atau dalam hitungan
Masehi, adalah tahun 1933. Tahun ini adalah Hauser, Arnold. The Sociology Of Art, Terj.
Kenneth J. Chicago dan London:
Febrian Wisnu Adi, Sengkalan, Makna Penanda Dalam Bentuk Kalimat Atau Gambar Indah .... [ 147