B. Kegiatan Belajar : 3 (TIGA) PERKEMBANGAN AGAMA HINDU DI JAWA TENGAH DAN JAWA TIMUR C. Refleksi
NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN
Periode Hindu di Jawa Tengah Masa Kalingga Bukti kehinduan pada masa Kalingga ini diperkirakan mulai sekitar abad ke-7, yang diberikan persaksian oleh prasasti batu bertulis Tuk Mas, yang didapatkan di lereng Gunung Merbabu, di sebelah Barat desa Dakawu kecamatan Grabag Prasasti ini memakai huruf palawa dan memakai bahasa Sansekerta. Berdasarkan tipe hurufnya, mata prasasti Tuk Mas yang diperkirakan dibuat sekitar tahun 650 Masehi. Prasasti ini sebagian besar hurufnya telah rusak dan hurufnya yang masih dibaca berbunyi sebagai berikut: Usucy amburuhanyata Kvacic chilavalakanirggateyam Kvacit prakirnna sbhacitatoya Konsep (Beberapa istilah 1 dan definisi) di KB sampras... ( e ) va ganga Artinya: ....... ( mata air ) yang artinya jernih dan dingin ada yang keluar dari batu atau pasir ke tempat yang banyak tanjung putihnya, serta mengalir ke sini. Setelah menjadi satu lalu mengalir …….seperti sungai Gangga. Pada batu berukir tersebut terdapat gambar sifat-sifat Dewa Trimurti yaitu trisula, jambangan, cakra, bunga teratai mengepak dan mekar. Pemujaan terhadap sungai suci Gangga di Indra dengan jelas menunjukkan identitas agama Hindu. Semua atribut tersebut merupakan lambang dewa yang dipuja, seperti trisula adalah atribut Dewa Siwa, jambangan adalah atribut Dewa Brahma, cakra adalah atribut Dewa Wisnu, kapak adalah atribut Dewa Wisnu. Dewa Gana (Siwais) dan bunga teratai yang mekar merupakan simbol kesucian tempat bersemayam dan dipujanya para dewa. Masa Sanjaya Era agama Hindu di Jawa Tengah setelah diperolehnya prasasti Tuk Mas, lalu diikuti oleh garis yang kikuk, yang keseluruhan isinya dapat dikenali dengan jelas dan menyebutkan bahwa Raja Sanjaya, penguasa Kerajaan Mataram (Hindu) atau Kerajaan Medang Kemulan di Jawa Tengah, menganut agama Hindu pada abad ke-8 dengan konsep Trimurti. Prasasti ini mempunyai tiga ayat untuk Dewa Siwa, satu untuk Dewa Wisnu dan satu lagi untuk Dewa Brahma. Fakta ini memberikan kesan bahwa pemujaan terhadap Dewa Trimurti merupakan kesatuan dengan pemujaan terhadap Dewa Siwa sebagai yang terpenting. Lingga yang dibangun oleh Raja Sanjaya terletak di Gunung Wukir di desa tersebut kikuk, dan di sini juga terdapat reruntuhan candi dengan tiga candi perwara di depannya. Di dalam candi induk masih terdapat yoni besar, sedangkan candi atau lingga sudah tidak ada lagi. Di halaman candi ditemukan sebuah prasasti janggal. Pendirian lingga secara khusus dianggap sebagai simbol berdirinya sebuah kerajaan. Kebetulan Raja Sanjaya dianggap sebagai Wansakarta kerajaan Mataram, kemungkinan bertahan hingga abad ke-10, dan Raja Sanjaya sendirilah yang menjadi dasar silsilahnya, bahkan sampai ada prasasti nama tarikh Sanjaya. Prasasti Canggal menggunakan huruf Pallawa yang aksaranya lebih muda dibandingkan aksara Tuk. Penggunaan Mas dan Sansekerta, serta jumlah tahun menggunakan Candrasangkala, dibaca Sruti Indriya rasa, artinya 654 saka atau 732 M, dikeluarkan oleh Prabu Sanjaya. Baris ini berbentuk puisi, terdiri dari 12 baris/bait. Untuk gambaran lebih jelasnya, pengertian/terjemahan 12 ayat dalam bentuk ayat tersebut akan dikutip sebagai berikut: a. Pada tahun saka terakhir ditandai dengan angka sruti- indriya-rasa = 654 saka (732 M). Pada hari Senin, hari baik di paruh ke-13 bulan terang Kartika (kira-kira periodenya, tidak diterjemahkan di sini), Raja Sanjaya mendirikan sebuah penis yang ditandai dengan loh (dikonfirmasi) di puncak gunung. Bukit itu disebut Sthirangga untuk berdoa untuk (semuanya). b. Dewa Bhawa (Siwa) adalah matahari dalam kegelapan kehidupan ini, yang dipuja olehnya semua dewa menutup tangan lembut mereka seperti ciuman untuk menghormati- Nya; siapa yang memakai sabuk naga; kenikmatan yang mulia (di dunia ini); yang memiliki sanggul, dihiasi dengan manikam bulan sabit dan berkilau seperti ombak Sungai Gangga yang suci; semoga dia memberimu semua kemuliaan yang besar. c. Kaki Dewa Bermata Tiga (Siwa) sesempurna bunga teratai, jari-jarinya indah bagaikan tangkai sari, bersinar dengan cahaya kuku; dua kaki dihormati oleh semua pemimpin Rsi pada saat ibadah dengan lagu-lagu yang sering dinyanyikan, karena ingin menikmati akhirat; dua kaki dipuja para dewa dengan kepala Indra disajikan sampai mahkotanya menyentuh tanah, seperti serangga mencium bunga teratai (kedua kaki); Semoga kaki Tuhan yang bermata tiga memberi Anda keselamatan abadi. d. Sifatnya yang sangat mulia dan kekuatannya ini telah menjadi reservoir segala mukjizat besar, selalu dengan tulus mengingkari kepentingannya sendiri, selalu mengagetkan para pendeta, dengan tubuh kedelapan (Siwa), menjaga dunia bukan untuk kepentingannya sendiri, melainkan untuk barangkali. belas kasihannya. Tuhan, raja segala sesuatu yang bermata tiga, yang mahkotanya dihiasi bumi bulan, akan melindungi kalian semua. e. Dewa Jagat Guru (Brahma) yang paling mulia, raja para bhikkhu di antara semua bhikkhu. Kakinya diikat dengan bunga teratai dan dihormati oleh para dewa; riang; kemanfaatan dan kebaikan (di dunia ini). Yang mengikat perilaku manusia pada sebuah pilar yang sangat kuat adalah Weda; Yang memakai mahkota tinggi bersinar seperti nyala api yang menyala, nyala api itu keluar dari tubuhnya sendiri, tubuhnya bersinar seperti emas, memohon kepada Tuhan yang menciptakan dirinya sendiri (Swayanmbhu = Brahma) dan yang maha kuasa menganugerahkan segala sesuatu yang sempurna. f. Dewa Wisnu terlihat oleh permaisurinya Dewi Sri dengan mata menyipit dan alis terangkat karena marah (berpura- pura), sambil menatap bayangannya di cermin di manikam di atas semua kepala Nagaraja yang memberinya leher. Dewa Wisnu memiliki mata semerah bunga teratai karena rajin bermeditasi. Pria yang tergeletak di laut dihormati oleh para dewa atas bantuannya. Semoga Dewa Wisnu memberikan kebahagiaan bagi Anda semua. g. Pulau bangsawan bernama Jawa itulah yang tak bisa disamakan dengan hasil bumi, apalagi hasil bumi beras, kaya akan tambang emas yang hanya diakui milik Tuhan. Sebuah pulau yang penuh dengan tempat ibadah suci, khususnya pemujaan “lingga”, sebuah tempat yang sangat mulia dan indah yang didirikan di tempat suci Kunjarakunja yang namanya melambangkan keselamatan dan kemakmuran dunia. h. Di Pulau Jawa dikenal luas dengan sebutan mustika diantara situs manusia lainnya. Ada seorang raja bernama Sanna, yang berasal dari keluarga bangsawan kerajaan dan terkenal karena pelayanannya yang sangat baik, memerintah rakyat dengan baik. Baik dan lemah lembut, seolah-olah seorang ayah (yang mendidik) putranya sejak kecil karena cinta telah mengalahkan musuh-musuhnya dan, seperti Raja Manu, memerintah kerajaannya dengan adil dalam waktu yang lama. i. Setelah raja bernama Sanna yang diibaratkan bulan kepada keturunannya meninggal dunia setelah sekian lama menjaga kebahagiaan negara dan pergi ke surga untuk menikmati berkah sifat baik dirinya, negaranya runtuh, dibingungkan oleh kesulitan. kehilangan perlindungan. j. Adapun yang menggantikannya menjadi raja, dia adalah seorang laki-laki yang kulitnya berkilau bagaikan emas cair di dalam api yang menyala-nyala, dia mempunyai lengan seperti bukit Barisan yang turun dari puncak ruh, dia mengangkat kepalanya ke atas dengan sangat kuat. setinggi bukit Meru (gunung Himalaya) dengan puncak kaki lebih tinggi dari kepala raja-raja yang duduk di tanah. k. Yang mulia dan dihormati oleh sekalian para bijaksana karena pengetahuannya akan kitabkitab dengan maksudnya yang sulit-sulit. Seorang raja yang bertabiat gagah berani seperti Sri Rama, menaklukan sekalian raja- raja di sekitar negaranya. Namanya ialah Sri Sanjaya, dengan jasanya sebagai matahari, masyur di mana-mana mempunyai kebahagiaan. Beliau adalah putra raja Samaha, saudara perempuan dari raja (Sanna tersebut di atas) l. Pada zaman dahulu kala, raja ini memerintah kerajaannya dengan dikelilingi ombak dan pegunungan, sehingga mereka yang tidur di pinggir jalan tidak takut dengan kejahatan dan bahaya lainnya. Berkat orang kaya dan terkenal, selalu ada cukup kegembiraan, kegunaan, dan kebaikan. Kini Sang Kali (orang jahat) tampak menangis karena tidak mendapat apa-apa. Selain data registrasi yang diperoleh di Jawa Tengah, fakta menarik di kumpulan candi Arjuna di Dataran Tinggi Dieng dekat Wonosobo. Nama candi Hindu lainnya adalah Bhima, Gatotkaca, Srikandi, Puntodewa. Candi-candi lain yang juga bersifat Hindu seperti: a. Candi Selogria di kaki gunung Sumbing. b. Candi Pringapus di Timur gunung Sundara. c. Cstrdi Gedongsongo di Ungaran. d. Candi Perot di Argopura. e. Candi gunung Wukir. f. Candi Ijo. Pada masa pemerintahan Sanjaya, Mataram menikmati keamanan dan kemakmuran. di luar Agama Hindu aliran Siwa dihormati di sana. Pada kelompok candi Srikandi juga dapat ditemukan relief Trimurti yang digunakan sebagai hiasan. Dinding candi sebelah kanan dipahat relief Dewa Wisnu, sebelah kiri ada relief Dewa Brahma, dan bagian belakang relief Dewa Siwa, semuanya dalam satu candi. Masa Syailendra Pemerintahan Syailendra di Jawa Tengah berlangsung pada tahun 856 Masehi. Agama Hindu di Jawa Tengah mengalami kemunduran, karena agama Buddha Mahayana berkembang dengan berdirinya beberapa candi seperti: Kalasan, Mendut, Borobudur dan lain-lain.
A. Periode Perkembangan Agama Hindu di Jawa Timur
Sampai Desintegrasi Majapahit Banyak sekali perkembangan agama Hindu di Jawa Timur seiring berjalannya waktu. Mewariskan peninggalan berupa prasasti, candi, dan arca serta mulai menyusun kitab-kitab hukum agama Hindu seperti Punvadigama yang bersumber dari Veda Smerti. Selain itu, terjadi peningkatan ketaatan terhadap agama Hindu dalam bentuk karya sastra dan sastra keagamaan, yang mencerminkan perkembangan agama Hindu yang tampak lebih stabil, serta peran raja dan pendeta raja dalam eksekusi orang. Dan agama yang dianutnya, hingga mencapai puncak kejayaannya pada zaman Majapahit. 1. Masa Kanyuruhan dan Dinasti Lsyana Masa eksploitasi agama Hindu di Jawa Timur dapat diketahui pada sejarah berdasarkan data prasasti yang ditemukan, diperkirakan sekitar tahun 760 Masehi.Prasasti ini merupakan prasasti Dinoyo yang ditemukan di barat laut Malang dengan menggunakan huruf Jawa kuno dan Sansekerta. Prasasti tersebut menyebutkan bahwa pada abad ke 8 terdapat sebuah kerajaan yang berpusat di Kanyuruhan (sekarang desa Kejuron), diperintah oleh seorang raja bernama Dewa Simha, yang bijaksana dan terkenal sangat sakti dan menurut agama Hindu dengan pemujaan kepada Dewa Siwa.Atas jasa-jasanya di bidang keagamaan itu, Maharesi Agastya banyak diabadikan dalam prasasti-prasasti, arca- arca sebagai perwujudan rasa tanda hormat. Candi yang dimaksudkan dalam prasasti itu adalah candi Badut, yang terdapat di dekat kota Malang. Agama Siwa banyak dipengaruhi oleh Buddha Mahayana dan Filsafat Vedanta, sehingga Yang Mutlak disebut Parama Siwa Nirwana, Sunya, Para Brahman, dan lain-lain, Pustakapustaka kuno disusun sedemikian rupa sehingga terdiri dari ayat-ayat berbahasa Inggris Sansekerta, dilanjutkan dengan terjemahan bebas. ke dalam bahasa Jawa Kuno dan menunjukkan asal usulnya di India Kitab-kitab agama tersebut disusun bukan sebagai penjelasan filosofis yang berdiri sendiri, melainkan sebagai ajaran dasar-dasar amalan Yoga, yang di dalamnya para penganut Yoga berupaya menyatu dengan Alam Absolut melalui satu ajaran yaitu Dhyana atau meditasi. Yang direnungkan adalah Siwangga, tubuh Siwa. Dalam ajaran dunia sabda, zat mutlak itu menjelma di dalam suara, huruf, kata-kata dan sebagainya, yang juga dapat dicapai melalui mantra-mantra. Itulah sebabnya segala huruf kata dan sebagainya, adalah suci. Suku kata yang paling suci adalah AUM atau OM, terdiri dari bunyi A, U, M, symbol Trimurti. Mantra A untuk Wisnu, pemelihara dunia, Mantra U untuk Siwa, pemusnah dunia, dan Mantra M untuk Brahma, pencipta dunia. Selain suku kata di atas, Pancakarsa juga banyak digunakan, yaitu lima suku kata yang diajarkan aliran Siwa Sidhanta yaitu Namah Ciwaya yang artinya memuja dewa Siwa yang meliputi Na penjelmaan Siwa. di Timur, Mah adalah penjelmaan Siwa menjadi Brahma yang terletak di Selatan, Di adalah penjelmaan Siwa karena Mahadewa terletak di Barat, Wa adalah penjelmaan Siwa sebagai Wisnu yang terletak di Barat. Utara dan Ya merupakan perwujudan Siwa saat Siwa berdiri di tengah. Maka pada masa Dinasti Isyana, literatur agama Hindu Jawa mulai memberikan gambaran untuk memudahkan kajian ajaran agama Hindu. Mpu Sendok telah membangun sejumlah karya sakral seperti: - Pura Gunung Gangsir di Bangil - Candi Songgoriti dekat Malang dan Gerbang Belahan di Gunung Belahan. Masa Kediri Perkembangan kerajaan Kediri dan Singasari tidak sama kemajuannya, Kediri tumbuh menjadi negara besar dan berpengaruh, sedangkan kerajaan Singasari dapat dikatakan tidak ada beritanya, karena bersatu kembali dengan kerajaan Kediri yang berlangsung dari tahun 1042 – 1222 Agama yang kami anut adalah agama Hindu, garis keturunan Wisnu. Meskipun Kediri.Kerajaan telah menjadi negara besar dan berpengaruh, namun reruntuhannya yang berupa bangunan hanya sedikit, hanya candi Selomangleng yang terdapat relief Mintaraga. Raja Kediri selanjutnya adalah Kameswara (117-1130), dengan lambang kerajaannya mempunyai tengkorak bergigi yang disebut Candrakapala. Pada masa pemerintahan Raja Kameswara, Mpu Dharmaja tampil dengan tata letak yang sama dengan pernikahan Smaradahana, yang secara singkat disebutkan bahwa Raja Kameswara adalah raja Kediri sebagai penjelmaan ketiga Bharata Kamajaya bersama dengan ratu Kediri.Namanya Sri Kinararatu , sering muncul dalam sejarah Panji, seperti Hinu Kertapati Bersama ratunya Dewi Candrakirana. Raja Kediri berikutnya adalah Jayabaya (1130- 1160), raja yang paling berkuasa terkenal dalam ingatan orang Jawa karena ramalannya tentang masa depan 1. Bharatayuda (Lakawin), ditulis oleh Mpu Sedah, disusun pada tahun 1157, namun yang menyelesaikannya adalah Mpu Panuluh. Cerita pendek tentang perang antara Korawa dan Pandawa terjadi di Kuruksetra. 2. Hariswamsa (Perkawinan), Karya Mpu Panuluh, menceritakan pernikahan Prabu Kresna bersama Rukmini 3. Gatotkacasraya (kakawin), l'œuvre de Mpu Panuluh, le contenu raconte l'aide de Gatotkaca à Abimanyu, yang merupakan kekasih Dyah Siti Sundari (Putri Krishna). hôn phu dari Laksana Kumara Masa Singasari Periode Hindu di Jawa Tengah dan perkembangan agama Hindu di Jawa Timur memang merupakan topik yang cukup kompleks dan beragam contoh Masa Kalingga: Pada masa ini, agama Hindu berkembang di Jawa Tengah, dan bukti- Daftar materi pada KB bukti pemujaan Dewa Trimurti (Siwa, Wisnu, Brahma) 2 yang sulit dipahami ditemukan dalam prasasti-prasasti seperti Tuk Mas. Prasasti ini menggambarkan simbol-simbol agama Hindu, termasuk trisula, jambangan, cakra, dan bunga teratai. Kehadiran atribut-atribut ini mencerminkan identitas agama Hindu pada periode ini. Agama Hindu di Jawa Tengah : Ada miskonsepsi yang umum bahwa agama Hindu di Jawa Tengah adalah agama Hindu India yang sama persis. Namun, sejarah Hindu di Jawa Daftar materi yang sering 3 mengalami miskonsepsi Tengah juga mencakup pengaruh Buddha Mahayana dan aliran dalam pembelajaran kepercayaan pribumi yang lebih tua. Oleh karena itu, ada elemen-elemen unik dalam praktik agama Hindu di Jawa Tengah yang perlu diperhatikan.