Anda di halaman 1dari 4

mempunyai istri bernama Sampula.

Kerajaan Mataram Menggunakan bahasa Melayu Kuno dan


Kuno Di Jawa huruf Pallawa. Ini memperkuat dugaan
Tengah daerah pesisir disinggahi pedagang asing
budaya India dalam jangka waktu yang
Masa kerajaan Mataram Kuno
berlangsung dari abad 8-10, nama cukup lama. Ini dijumpai pada prasasti
mataram dijumpai dalam prasasti Gondosuli mengenai seorang nahkoda
Mantyasih yang merupakan gelar tokoh kapal menggunakan bahasa Melayu Kuno,
Sanjaya. Ditandai dengan berbagai benda- memberikan persembahan sima untuk
benda peninggalan yang terkait dengan bangunan suci. Prasasti lain berbahasa
kerajaan ini. Bangunan-bangunan Hindu sama, prasasti Sang Hyang Wintang.
umumnya berasal dari Dinasti Sanjaya, Penemuan prasasti Sojomerto
sedangkan bangunan-bangunan Buddha memberikan kejelasan menurut Boechari,
dari Dinasti Syailendra. Berikut sejarah Dapunta Selendra mungkin merupakan
singkat mengenai dinasti-dinasti tersebut. cikal bakal keluarga Syailendra
Dinasti Syailendra mengingatkan pada tokoh Dapunta Hiyang
Srijayanasa yang berkuasa di Sumatera
Bukti tertua adanya pengaruh (pertengahan abad 7) memiliki hubungan.
Hindu di Jawa Tengah ditemukannya Ada tiga kemungkinan:
prasasti Tuk Mas (pertengahan abad 7)
yang berisi tentang sebuah mata air jernih 1. Dapunta Selendra merupakan
seperti Sungai Gangga dan digambarkan pemimpin tentara Dapunta Hiyang
beberapa lambang berupa trisula, cakra, yang dikirim ke Jawa, tetapi karena
kapak, sangka, dan padma. Menggunakan gagal, tidak kembali ke Sriwijaya
bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa. karena takut dengan Dapunta
Keberadaan prasasti ini terletak jauh di Hyang.
pedalaman, artinya pengaruh budaya India 2. Dapunta Selendra masih anggota
sudah sampai hingga pedalaman dan keluarga Dapunta Hiyang yang
adanya keterkaitan berkembangnya melarikan diri ke Jawa Tengah
perdagangan. Besar kemungkinannya karena tidak setuju pada politik
untuk masuk ke pedalaman untuk perluasan daerah dan menganut
perdagangan hasil bumi. Dapat pula agama lain.
dikaitkan dengan prasasti Canggal 3. Dapunta Selendra salah satu
mengenai Pulau Jawa sangat subur, penguasa yang ditempatkan oleh
menghasilkan banyak jelai, gading, emas, Dapunta Hiyang setelah perluasan
dan perak. kekuasaan di Jawa.

Ditemukan pula prasasti Sojomerto Dugaan adanya penyerangan ke Jawa (686


(pertengahan abad 7) berisi tentang M) itu antara kerajaan Holing dan kerajaan
seorang yang bernama Dapunta Selendra, Tarumanegara.
anak dari Santanu dan Badrawati, dan
Syailendrawangsa pertama kali kerajaan Holing tidak ditunjang oleh
dijumpai pada prasasti Kalasan (778 M) sumber dari Jawa.
mengenai pembangunan sebuah bangunan
suci untuk Dewi Tara. Bangunan itu Kehidupan Masyarakat dan Agama
didirikan oleh Raja Sri Maharaja Rakai Dinasti Syailendra dan Dinasti Sanjaya
Tejahpurnapana Panangkaran atas Kehidupan masyarakat di bidang
permintaan guru keluarga Syailendra perekonomian didukung melalui sektor
(Syailendrawamsatilaka). Lalu di prasasti pertanian dan perkebunan, hal ini karena
Kelurak (782 M), prasasti didukung oleh kondisi geografis yang
Abhayagiriwiraha (792 M), prasasti dikelilingi gunung. Sektor perdagangan
Kayumwungan (824 M). Tiga diantaranya dan pelayaran pun dikembangkan. Untuk
kecuali prasasti Kayumwungan bidang keagamaan, agama Hindu dan
menggunakan huruf Siddham bukan Buddha sama-sama berkembang di Jawa.
Pallawa/Jawa Kuno. Muncul pula di luar Banyak bangunan suci di kedua agama ini
Jawa, prasasti Ligor B, Nalanda, dan di Jawa Tengah. Agama Hindu Siwa
Leyden plates. Berbagai teori asal usul dianut oleh keluarga Sanjaya dan agama
wangsa Syailendra telah dikemukakan Buddha dianut oleh keluarga Syailendra.
para ahli. Banyak didatangkan pendeta Hindu dan
Buddha ke Mataram untuk mengajarkan
Dinasti Sanjaya
agama.
Berita Cina dari Dinasti Sung Awal
mengatakan bahwa di Shep’o/Jawa (674 Dalam bidang sosial yang
M) ada kerajaan Holing yang diperintah menganut agama Hindu menggunakan
seorang Ratu bernama Hsimo (Sima). sistem kasta untuk membagi kelompok
Pemerintahnya sangat baik, keras, dan adil. masyarakat, sedangkan agama Buddha
Namun kemudian Kiyen memindahkan tidak mengenal pembagian kasta. Bidang
kerajaan ke Polukiaseu. Lalu oleh para ahli budaya pun mengalami perkembangan
dipertanyakan Kiyen itu dan apa sebab seperti banyak ditemukannya candi-candi
memindahkan pusat kerajaan. Namun, antara lain Candi Gedong Songo, Candi
tidak diketahui dengan pasti dimana letak Boko, Candi Prambanan, Candi Kalasan,
kerajaan Holing. Candi Borobudur, Candi Sewu, dan
sebagainya. Serta ditemukan berbagai
Dari prasasti Canggal memberikan prasasti antara lain Prasasti Canggal,
keterangan mengenai Raja Sanjaya yang Prasasti Kalasan, Prasasti Kelurak, dan
berkuasa (732 M) di Jawa Tengah, sebagainya.
mendirikan sebuah lingga di Bukit
Stirhangga. Prasasti Dinoyo menyebut
Raja Gajayana berkuasa di kerajaan
Kanjuruhan (760 M) di Jawa Timur. Kerajaan Mataram
Kedua kerajaan yang paling dekat tahun Kuno Di Jawa Timur
penyerangannya Dapunta Hiyang adalah Dinasti Isana
kerajaan Holing. Namun, keberadaan
Pada prasasti Canggal juga  Raja Sanjaya, berkuasa pada awal
disebutkan tokoh Sannaha, ibu dari abad 8, cikal bakal keluarga
Sanjaya dan sebagai saudara perempuan Sanjaya. Daerah kekuasaannya di
Raja Sanna. Menurut Boechari, Sanjaya sekitar Kedu. Kemudian berpindah
membangun kembali kerajaan Holing ke daerah dataran rendah
setelah Raja Sanna gugur. Pada tahun 717, Sorogedug disekitar Prambanan.
Sanjaya dinobatkan sebagai raja di
Medang mungkin terletak di Poh Pitu. Lalu keluarga Sanjaya dan
Tahun 732, ia mendirikan bangunan suci Syailendra bersatu karena adanya
untuk pemujaan lingga di atas Gunung perkawinan antara Rakai Pikatan (keluarga
Wukir sebagai lambang telah Sanjaya) dan Pramodawadhani (keluarga
ditaklukannya kerajaan kerajaan kecil. Syailendra). Namun, ditentang oleh Rakai
Walaing Pu Kumbhayoni dengan
Tokoh Sanjaya dikenal dalam menyerang Rakai Pikatan tetapi tidak
prasasti Mantyasih, Sanjaya disebut paling berhasil. Akhirnya keluarga Sanjaya
dulu dengan sebutan Rakai Mataram Sang berkuasa penuh di Jawa Tengah. Akan
Ratu Sanjaya. Raja keduanya ialah Sri tetapi, pertentangan itu terus terjadi sampai
Maharaja Rakai Panangkaran. Rakai pemerintahan Mpu Sindok, karena
Panangkaran ada pula dalam prasasti pertentangan itu kerajaan dipindahkan ke
Kalasan. Kemudian, prasasti Wanua arah timur dan membentuk keluarga baru
Tengah III memberikan informasi yaitu Isana.
tambahan mengenai siapa saja yang
memerintah di kerajaan Mataram Kuno. Pemerintahan Dharmawangsa Tguh
Tokoh Sanjaya tidak ada di dalam prasasti dan Airlangga
ini. Sedangkan, Rakai Panangkaran Airlangga merupakan keturunan
disebut naik tahta tahun 668 Saka dan dari Raja Mpu Sindok, walaupun bukan
digantikan oleh Panaraban tahun 706 Saka. keturunan langsung. Pada usia 16 tahun,
Padahal dalam prasasti Mantyasih, raja Airlangga dikirim ke Jawa untuk menikah
yang memerintah setelah Panangkaran dengan Putri Raja Dharmawangsa Tguh,
ialah Rakai Panunggalan. tidak lama setelah perayaan pernikahan,
Pada akhir abad 7, ada tiga raja yang kerajaan diserang oleh Wurawari dan Putri
berkuasa, yaitu: serta Raja Dharmawangsa Tguh meninggal
dalam peperangan. Peristiwa ini disebut
 Dapunta Selendra, mungkin cikal sebagai pralaya terjadi pada tahun 916 M.
bakal keluarga Syailendra yang Sedangkan, Airlangga berhasil meloloskan
berkuasa di daerah sekitar diri bersama Narrotama. Kemudian
Sojomerto. Namun berpindah ke Airlangga tinggal di hutan lereng gunung
arah pedalaman di sekitar Parakan- dan hidup seperti pertapa.
Temanggung sekarang.
Tahun 1019 M, Airlangga
 Ratu Sima, berkuasa di Walaing
dinobatkan sebagai raja oleh para pendeta
Dataran Tinggi Ratu Boko,
dan rakyat, dengan harapan dapat
Prambanan.
memperbaiki kerajaan yang mengalami menjadi dua, yakni Kediri dan Janggala
kondisi krisis. Salah satu prasasti yang untuk diperintah oleh kedua anaknya.
sangat penting ialah prasasti Pucangan
(1037 M) mengenai data yang jelas
tentang riwayat hidup dan silsilah
Airlangga. Masa pemerintahan Airlangga
dapat dibagi menjadi 3 fase, yaitu masa
konsolidasi, masa keemasan, dan masa
akhir pemerintahan.

Sejak memiliki tahta Airlangga


mempunyai dua gelar, yakni abhiseka,
yaitu gelar yang disandangnya selama ia
memerintah dan gelar raja yang hidup
sebagai pendeta. Sri Maharaja Rakai Halu
Sri Lokeswara Dharmawangsa Airlangga,
gelar pada masa pemerintahannya.
Sedangkan, setelah mengundurkan diri ia
memiliki gelar yaitu Aji Paduka Mpuku
Sang Pinaka Catra ning Bhuwana.

Ada tiga buah prasasti sambandha,


yaitu prasasti Pucangan, prasasti Turun
Hyang A, dan prasasti Kamalagyan.
Prasasti tersebut menyebut menyamakan
Airlangga dengan sosok seorang
Cakrawartin. Cakrawartin merupakan kata
dari bahasa Sansekerta yang mengarah
pada pengertian seorang raja ideal yang
memerintah dengan moral yang baik dan
murah hati bagi seluruh dunia.

Prasasti Cane (1021 M)


menyebutkan kemenangan oleh Raja
Airlangga dan raja memberikan sima pada
penduduk Desa Cane. Kemudian, prasasti
Kakurugan (1023 M) yang isinya
mengenai penganugerahan sima serta
beberapa hak istimewa bagi sanak
keluarga Dyah Kaki Ngadu Lengen.
Ketika Airlangga mengundurkan diri dari
pemerintahannya, ia membagi kerajaannya

Anda mungkin juga menyukai