Sumber tertulis tentang sumber tertulis tentang kerajaan ini adalah Prasasti Canggal (732 M)
dan Prasasti Mantyasih. Keduanya menyebutkan seorang raja bernama Sanjaya memeluk agama
Siwa berbentuk candi dengan hiasan patung lembu, yang dipercaya sebagai kendaraan Dewa
Siwa. Prasasti Canggal juga menyebutkan beberapa hal, seperti pendirian sebuah lingga (pusat
pemerintahan) di Desa Kuntjarakunya oleh Raja Sanjaya, kondisi ekonomi Jawa yang kaya akan
padi dan emas (Jawadwipa), dan asal-usul Sanjaya. Menurut prasasti ini, Jawa mula-mula
diperintah oleh Raja Sanna (beristrikan Sanaha), raja ketiga Kerajaan Galuh (baca keterangan di
Historia). Ia memerintah dengan bijaksana dalam waktu cukup lama. Setelah meninggal, ia
digantikan oleh putranya bernama Sanjaya. Sanjaya menciptakan pemerintahan yang aman,
makmur, dan sentosa. Ia kemudian dianggap sebagai pendiri Dinasti (Wangsa) Sanjaya dan
berkuasa di Kerajaan Mataram dalam kurun waktu yang panjang.
Selanjutnya, pada masa Rakai Pikatan kekuasaan Mataram meluas sampai meliputi seluruh
Jawa Tengah dan Jawa Timur. Semangat kebudayaan hindu dihidupkan kembali dengan
membangun candi Hindu yang sangat besar, yaitu Candi Prambanan.
Setelah Rakai Pikatan, penguasa Watuhumalang Dyah Balitung ( konon pernah menyerang
Bali), Daksa ( memerintah tahun 919 M dan menyelesaikan pembangunan Candi Prambanan
yang telah dimulai oleh Rakai Pikatan), Tulodhong, dan Wawa( memerintah 924 M). Dengan
demikian, Wawa adalah raja terakhir pada Dinasti Sanjaya.
Runtuhnya kerajaan Mataram disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, disebabkan oleh letusan
gunung Merapi yang mengeluarkan lahar. Kemudian lahar tersebut menimbun candi-candi yang
didirikan oleh kerajaan, sehingga candi-candi tersebut menjadi rusak. Kedua, runtuhnya kerajaan
Mataram disebabkan oleh krisis politik yang terjadi tahun 927-929 M. Ketiga, runtuhnya
kerajaan dan perpindahan letak kerajaan dikarenakan pertimbangan ekonomi. Di Jawa Tengah
daerahnya kurang subur, jarang terdapat sungai besar dan tidak terdapatnya pelabuhan strategis.
Sementara di Jawa Timur, apalagi di pantai selatan Bali merupakan jalur yang strategis untuk
perdagangan, dan dekat dengan daerah sumber penghasil komoditi perdagangan.
15
dekat dengan daerah sumber penghasil komoditi perdagangan. Mpu Sindok mempunyai
jabatan sebagai Rake I Hino ketika Wawa menjadi raja di Mataram, lalu pindah ke Jawa timur
dan mendirikan dinasti Isyana di sana dan menjadikan Walunggaluh sebagai pusat kerajaan .
Mpu Sindok yang membentuk dinasti baru, yaitu Isanawangsa berhasil membentuk Kerajaan
Mataram sebagai kelanjutan dari kerajaan sebelumnya yang berpusat di Jawa Tengah. Mpu
Sindok memerintah sejak tahun 929 M sampai dengan948 M. Sumber sejarah yang berkenaan
dengan Kerajaan Mataram di Jawa Timur antara lain prasasti Pucangan, prasasti Anjukladang
dan Pradah, prasasti Limus, prasasti Sirahketing, prasasti Wurara, prasasti Semangaka,
prasasti Silet, prasasti Turun Hyang, dan prasasti Gandhakuti yang berisi penyerahan
kedudukan
. Kehidupan Sosial Kehidupan sosial Kerajaan Syailendra tidak diketahui secara pasti. Namun,
melalui bukti-bukti peninggalan berupa candi-candi, para ahli menafsirkan bahwa kehidupan
sosial masyarakat Kerajaan Syailendra sudah teratur. Hal ini dilihat melalui cara pembuatan
candi yang menggunakan tenaga rakyat secara bergotong-royong. Di samping itu, pembuatan
candi ini menunjukkan betapa rakyat taat dan mengkultuskan rajanya. Dengan adanya dua
agama yang berjalan, sikap toleransi antar pemeluk agama di masyarakat sangat baik. 3.
Kehidupan Ekonomi Mata pencaharian pokok masyarakat adalah petani, pedagang, dan
pengrajin. Dinasti Syailendra telah menetapkan pajak bagi masyarakat Mataram. Hal ini terbukti
dari prasasti Karang tengah yang menyebutkan bahwa Rakryan Patatpa Pu Palar mendirikan
bangunan suci dan memberikan tanah perdikan sebagai simbol masyarakat yang patuh
membayar pajak. 4. Kehidupan Agama Sebagian besar raja-raja Dinasti Syailendra beragama
Budha Mahayana. Hal ini menunjukkan bahwa agama Buddha telah masuk di Mataram.
Dengan dibangunnya candi-candi Buddha untuk beribadah, maka dapat disimpulkan pula
bahwa rakyatnya beragama Buddha Mahayana.