Anda di halaman 1dari 7

A.

KERAJAAN MATARAM KUNO

Gambar kerajaan mataram kuno


1. Lokasi

Kerajaan Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah dengan intinya yang


sering disebut Bumi Mataram. Daerah ini dikelilingi oleh pegunungan dan
gununggunung, seperti Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Sindoro,
Gunung Sumbing, Gunung Merapi-Merbabu, Gunung Lawu, dan
Pegunungan Sewu. Daerah ini juga dialiri oleh banyak sungai, seperti
Sungai Bogowonto, Sungai Progo, Sungai Elo dan Sungai Bengawan Solo.
Itulah sebabnya daerah ini sangat subur.

Kerajaan Mataram Kuno atau juga yang sering disebut Kerajaan Medang
merupakan kerajaan yang bercorak agraris. Tercatat terdapat 3 Wangsa
(dinasti) yang pernah menguasai Kerjaan Mataram Kuno yaitu Wangsa
Sanjaya, Wangsa Syailendra dan Wangsa Isana. Wangsa Sanjaya
merupakan pemuluk Agama Hindu beraliran Syiwa sedangkan Wangsa
Syailendra merupakan pengikut agama Budah, Wangsa Isana sendiri
merupakan Wangsa baru yang didirikan oleh Mpu Sindok.
Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno adalah Sanjaya yang juga
merupakan pendiri Wangsa Sanjya yang menganut agama Hindu. Setelah
wafat, Sanjaya digantikan oleh Rakai Panangkaran yang kemudian
berpindah agama Budha beraliran Mahayana. Saat itulah Wangsa
Sayilendra berkuasa. Pada saat itu baik agama Hindu dan Budha
berkembang bersama di Kerajaan Mataram Kuno. Mereka yang beragama
Hindu tinggal di Jawa Tengah bagian utara, dan mereka yang menganut
agama Buddha berada di wilayah Jawa Tengah bagian selatan.

Wangsa Sanjaya kembali memegang tangku kepemerintahan setelah anak


Raja Samaratungga, Pramodawardhani menikah dengan Rakai Pikatan
yang menganut agama Hindu. Pernikahan tersebut membuat Rakai
Pikatan maju sebagai Raja dan memulai kembali Wangsa Sanjaya. Rakai
Pikatan juga berhasil menyingkirkan seorang anggota Wangsa Sailendra
bernama Balaputradewa yang merupakan saudara Pramodawardhani.
Balaputradewa kemudian mengungsi ke Kerajaan Sriwijaya yang
kemduian menjadi Raja disana.

Wangsa Sanjaya berakhir pada masa Rakai Sumba Dyah Wawa.


Berakhirnya Kepemerintahan Sumba Dyah Wawa masih diperdebatkan.
Terdapat teori yang mengatakan bahwa pada saat itu terjadi becana alam
yang membuat pusat Kerajaan Mataram Hancur. Mpu Sindok pun tampil
menggantikan Rakai Sumba Dyah Wawa sebagai raja dan memindahkan
pusat Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur dan membangun wangsa
baru bernama Wangsa Isana.

Pusat Kerajaan Mataram Kuno pada awal berdirinya diperkirakan terletak


di daerah Mataram (dekat Yogyakarta sekarang). Kemudian pada masa
pemerintahan Rakai Pikatan dipindah ke Mamrati (daerah Kedu). Lalu,
pada masa pemerintahan Dyah Balitung sudah pindah lagi ke Poh Pitu
(masih di sekitar Kedu). Kemudian pada zaman Dyah Wawa diperkirakan
kembali ke daerah Mataram. Mpu Sindok kemudian memindahkan istana
Medang ke wilayah Jawa Timur sekarang

2. Sumber Sejarah Kerajaan Mataram Kuno

Terdapat dua sumber utama yang menunjukan berdirnya Kerajaan


Mataram Kuno, yaiut berbentuk Prasasti dan Candi-candi yang dapat kita
temui samapi sekarang ini. Adapun untuk Prasasti, Kerajaan Mataram
Kuno meninggalkan beberapa prasasti, diantaranya:

1. Prasasti Canggal, ditemukan di halaman Candi Guning Wukir di


desa Canggal berangka tahun 732 M. Prasasti Canggal
menggunakan huruf pallawa dan bahasa Sansekerta yang isinya
menceritakan tentang pendirian Lingga (lambang Syiwa) di desa
Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya dan disamping itu juga diceritakan
bawa yang menjadi raja sebelumnya adalah Sanna yang digantikan
oleh Sanjaya anak Sannaha (saudara perempuan Sanna).
2. Prasasti Kalasan, ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta berangka
tahun 778M, ditulis dalam huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa
Sansekerta. Isinya menceritakan pendirian bangunan suci untuk
dewi Tara dan biara untuk pendeta oleh Raja Pangkaran atas
permintaan keluarga Syaelendra dan Panangkaran juga
menghadiahkan desa Kalasan untuk para Sanggha (umat Budha).

3. Prasasti Mantyasih, ditemukan di Mantyasih Kedu, Jawa Tengah


berangka 907M yang menggunakan bahasa Jawa Kuno. Isi dari
prasasti tersebut adalah daftar silsilah raja-raja Mataram yang
mendahului Rakai Watukura Dyah Balitung yaitu Raja Sanjaya, Rakai
Panangkaran, Rakai Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai
Pikatan, rakai Kayuwangi dan Rakai Watuhumalang.

4. Prasasti Klurak, ditemukan di desa Prambanan berangka 782M


ditulis dalam huruf Pranagari dan bahasa Sansekerta isinya
menceritakan pembuatan Acra Manjusri oleh Raja Indra yang
bergelar Sri Sanggramadananjaya.

Selain Prasasti, Kerajaan Mataram Kuno juga banyak meninggalkan


bangunan candi yang masih ada hingga sekarang. Candi-candi
peninggalan Kerajaan Medang antara lain, Candi Kalasan, Candi Plaosan,
Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi Mendut, Candi Pawon, Candi
Sambisari, Candi Sari, Candi Kedulan, Candi Morangan, Candi Ijo, Candi
Barong, Candi Sojiwan, dan tentu saja yang paling kolosal adalah Candi
Borobudur.

E. kehidupan sosial politik

Kehidupan ekonomi masyarakat bertumpu pada pertanian. Kondisi alam


bumi Mataram yang tertutup dari dunia luar sulit untuk mengembangkan
aktivitas perekonominan dengan pesat.

Bumi Mataram diperintah oleh dua dinasti, yakni Dinasti Sanjaya dan
Dinasti Syailendra. Dinasti Sanjaya beragama Hindu dengan pusat
kekuasaannya di utara dengan hasil budayanya berupa candi-candi
seperti Gedong Songo dan Dieng. Dinasti Syailendra beragama Bundha
dengan pusat kekuasaannya di daerah selatan, dan hasil budayanya
dengan mendirikan candi-candi seperti candi Borobudur, Mendut, dan
Pawon.

Semula terjadi perebutan kekuasan namun kemudian terjalin persatuan


ketika terjadi perkawinan antara Pikatan (Sanjaya) yang beragama Hindu
dengan Pramodhawardhani (Syailendra) yang beragama Buddha. Sejak itu
agama Hindu dan Buddha hidup berdampingn secara damai.
B. Kerajaan Medang Kamulan

Kerajaan medang kamulan


Kerajaan Medang Kamulan. Medang Kamulan pada hakekatnya merupakan Lanjutan dari
kerajaan Mataram Kuno. Meskipun sebenarnya penguasa di kerajaan ini bukan wangsa
atau dinasit yang memerintah di Mataram Kuno.

1. Lokasi

Kerajaan Medang Kamulan adalah kerajaan di Jawa Timur, pada abad ke 10. Kerajaan ini
merupakan kelanjutan Dinasti Sanjaya (Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah), yang
memindahkan pusat kerajaannya dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Mpu Sindok adalah
pendiri kerajaan ini, sekaligus pendiri Dinasti Isyana, yang menurunkan raja-raja Medang.
Dinasti Isana memerintah selama 1 abad sejak tahun 929 M. Pemindahan pusat kerajaan
tersebut diduga dilatar belakangi karena letusan Gunung Merapi, kemudian Raja Mataram
Kuno Mpu Sindok pada tahun 929 memindahkan pusat kerajaan Mataram dari Jawa Tengah
ke Jawa Timur. Menurut catatan sejarah ( beberapa prasasti), dapat diketahui bahwa Kerajaan
Medang Kamulan terletak di Jawa Timur, yaitu di Watu Galuh, tepi sungai Brantas. Ibu
kotanya bernama Watan Mas. Sekarang kira-kira adalah wilayah Kabupaten Jombang ( Jawa
Timur ).
Wilayah Kekuasaan
Wilayah kekuasaan Kerajaan Medang Kamulan pada masa pemerintahan Mpu Sindok
mencakup :

Daerah Nganjuk disebelah barat

Daerah Pasuruan di sebelah timur

Daerah Surabaya di sebelah utara,

Daerah Malang di sebelah selatan

Dalam perkembangan selanjutnya, wilayah kekuasaan Kerajaan Medang Kamulan mencakup


hampir seluruh wilayah Jawa Timur.

2. Sumber Sejarah

1.Berita Asing

Berita India. Mengatakan bahwa Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan persahabatan


dengan Kerajaan Chola. Hubungan ini bertujuan untuk membendung dan
menghalangi kemajuan Kerajaan Medang Kamulan pada masa pemerintahan Raja
Dharmawangsa.

Berita Cina. Berasal dari catatan-catatan yang ditulis pada zaman Dinasti Sung.
Catatan-catatan Kerajaan Sung itu menyatakan bahwa antara kerajaan yang berada di
Jawa dan Kerajaan Sriwijaya sedang terjadi permusuhan dan pertikaian, sehingga
ketika Duta Sriwijaya pulang dari Negeri Cina (tahun 990 M), terpaksa harus tinggal
dulu di Campa sampai peperangan itu reda. Pada tahun 992 M, pasukan dari Jawa
telah meninggalkan Sriwijaya dan pada saat itu Kerajaan Medang Kamulan dapat
memajukan pelayaran dan perdagangan.

2. Prasasti

Prasasti Tangeran (933 m) dari Desa Tangeran ( daerah Jombang ), isinya Mpu
Sindok memerintah bersama permaisurinya Sri Wardhani;

Prasasti Bangil, isinya Mpu Sindok memerintahkan pembangunan candi untuk tempat
peristirahatan mertuanya yang bernama Rakyan Bawang

Prasasti Lor (939 M) dari Lor ( dekat Ngajuk ), isinya Mpu Sindok memerintahkan
membangun Candi Jayamrata dan Jayamstambho (tugu kemenangan) di Desa Anyok
Lodang;

Prasasti Kalkuta, isinya tentang peristiwa hancurnya istana milik Dharmawangsa juga
memuat silsilah raja-raja Medang Kamulan.

3. Sosial Politik
a. Kehidupan Politik

Mpu Sindok ( 929 M 949 M ). Merupakan raja pertama yang memerintah selama
20 tahun. Mpu Sindok bergelar Sri Maharaja Raka i Hino Sri Isana Wikrama
Dharmatunggadewa. Dan dalam pemerintahannya di bantu oleh permaisurinya yang
bernama Sri Wardhani Pu Kbin. Kekuasaan dia jalani dengan penuhrasa adil dan
bijaksana. Kebijakan: Membangun bendungan/tanggul untuk pengairan; Melarang
rakyat menangkap ikan pada siang hari guna pelestarian sumber daya alam; Mpu
Sindok memperhatikan usaha pengubahan kitab budha mahayana menjadi kitab sang
hyang kamahayanikan

Dharmawangsa Teguh ( 990M-1016M). Menjadi raja karena menjadi cucu Mpu


Sindok. Memiliki tekat untuk memperluas daerah perdagangan yang dikuasai oleh
sriwijaya. Kebijakan. Meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan meningkatkan
pertanian dan perdagangan akan tetapi terhalang kekuasaan sriwijaya maka kerajaan
medang menyerang sriwijaya.Tetapi serangan itu tidak berhasil bahkan sriwijaya
dapat membalas melalui Kerajaan Wurawari ,serangan tersebut di beri nama Pralaya
Medang. Pada peristiwa itu, Dharmawangsa gugur

Airlangga/Erlangga ( 1019M-1042) Airlangga adalah putera dari Raja Bali Udayana


dan Mahendradatta, saudari Dharmawangsa Teguh. Ia dinikahkan dengan putri
Dharmawangsa Teguh Saat pernikahan itulah, terjadi Pralaya Medang Tetapi
Airlangga dapat melarikan diri ke hutan Wonogiri hingga pada tahun 1019 M ia
dinobatkan sebagai raja. Airlangga dapat memulihkan kewibawaan Medang dengan
menaklukan raja-raja terdahulu yaitu: Raja Bisaprabhawa (1029); Raja Wijayawarman
(1030); Raja Adhamapanuda (1031); Raja Wuwari (1035). Kebijakan Airlangga:
Memperbaiki pelabuhan Hujung Galung yang letaknya di Kali Brantas; Membangun
waduk waringin sapta guna mencegah banjir; Membangun jalan antara pesisir dengan
pusat kerajaan. Berkat jerih payah Airlangga, Medang Kamulan mencapai kejayaan
dan kemakmuran.

b. Kehidupan Ekonomi

Mpu Sindok memerintah dengan bijaksana dilihat dari usaha yang ia lakukan, seperti
banyak membangun bendungan dan kebijaka yang lainnya.

Dharmawangsa yakni dengan meningkatkan perdagangan dan pertanian rakyat.

Begitu pula pada masa pemerintahan Airlangga, ia berusaha memperbaiki Pelabuhan


Hujung Galuh di muara Sungai Berantas dengan memberi tanggul-tanggul untuk
mencegah banjir dan kebijakan lainnya

c. Kehidupan sosial-budaya
Dalam bidang toleransi dan sastra, Mpu Sindok mengizinkan penyusunan kitab Sanghyang
Kamahayamikan (Kitab Suci Agama Buddha), padahal Mpu Sindok sendiri beragama Hindu.
Pada masa pemerintahan Airlangga tercipta karya sastra Arjunawiwaha yang dikarang oleh
Mpu Kanwa. Begitu pula seni wayang berkembang dengan baik, ceritanya diambil dari karya
sastra Ramayana dan Mahabharata yang ditulis ulang dan dipadukan dengan budaya Jawa
dan banyak karya sastra yang dihasilkan

Anda mungkin juga menyukai