Kerajaan Medang Kamulan – Sahabat Sekalian pada kesempatan kali ini Guru Sejarah
Akan Share informasi seputar Kerajaan Medang Kamulan. Medang Kamulan pada
hakekatnya merupakan Lanjutan dari kerajaan Mataram Kuno. Meskipun sebenarnya
penguasa di kerajaan ini bukan wangsa atau dinasit yang memerintah di Mataram Kuno.
Kerajaan Medang Kamulan adalah kerajaan di Jawa Timur, pada abad ke 10. Kerajaan ini
merupakan kelanjutan Dinasti Sanjaya (Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah), yang
memindahkan pusat kerajaannya dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Mpu Sindok adalah
pendiri kerajaan ini, sekaligus pendiri Dinasti Isyana, yang menurunkan raja-raja Medang.
Dinasti Isana memerintah selama 1 abad sejak tahun 929 M. Pemindahan pusat kerajaan
tersebut diduga dilatar belakangi karena letusan Gunung Merapi, kemudian Raja Mataram
Kuno Mpu Sindok pada tahun 929 memindahkan pusat kerajaan Mataram dari Jawa Tengah
ke Jawa Timur. Menurut catatan sejarah ( beberapa prasasti), dapat diketahui bahwa
Kerajaan Medang Kamulan terletak di Jawa Timur, yaitu di Watu Galuh, tepi sungai Brantas.
Ibu kotanya bernama Watan Mas. Sekarang kira-kira adalah wilayah Kabupaten Jombang
( Jawa Timur ).
Wilayah Kekuasaan
Wilayah kekuasaan Kerajaan Medang Kamulan pada masa pemerintahan Mpu Sindok
mencakup :
Daerah Nganjuk disebelah barat
Daerah Pasuruan di sebelah timur
Daerah Surabaya di sebelah utara,
Daerah Malang di sebelah selatan
Dalam perkembangan selanjutnya, wilayah kekuasaan Kerajaan Medang Kamulan mencakup
hampir seluruh wilayah Jawa Timur.
Sumber Sejarah
1.Berita Asing
Berita India. Mengatakan bahwa Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan persahabatan
dengan Kerajaan Chola. Hubungan ini bertujuan untuk membendung dan menghalangi
kemajuan Kerajaan Medang Kamulan pada masa pemerintahan Raja Dharmawangsa.
Berita Cina. Berasal dari catatan-catatan yang ditulis pada zaman Dinasti Sung.
Catatan-catatan Kerajaan Sung itu menyatakan bahwa antara kerajaan yang berada di Jawa
dan Kerajaan Sriwijaya sedang terjadi permusuhan dan pertikaian, sehingga ketika Duta
Sriwijaya pulang dari Negeri Cina (tahun 990 M), terpaksa harus tinggal dulu di Campa
sampai peperangan itu reda. Pada tahun 992 M, pasukan dari Jawa telah meninggalkan
Sriwijaya dan pada saat itu Kerajaan Medang Kamulan dapat memajukan pelayaran dan
perdagangan.
2. Prasasti
Prasasti Tangeran (933 m) dari Desa Tangeran ( daerah Jombang ), isinya Mpu
Sindok memerintah bersama permaisurinya Sri Wardhani;
Prasasti Bangil, isinya Mpu Sindok memerintahkan pembangunan candi untuk tempat
peristirahatan mertuanya yang bernama Rakyan Bawang
Prasasti Lor (939 M) dari Lor ( dekat Ngajuk ), isinya Mpu Sindok memerintahkan
membangun Candi Jayamrata dan Jayamstambho (tugu kemenangan) di Desa Anyok
Lodang;
Prasasti Kalkuta, isinya tentang peristiwa hancurnya istana milik Dharmawangsa juga
memuat silsilah raja-raja Medang Kamulan.
Kehidupan Politik
Mpu Sindok ( 929 M – 949 M ). Merupakan raja pertama yang memerintah selama 20
tahun. Mpu Sindok bergelar Sri Maharaja Raka i Hino Sri Isana Wikrama Dharmatunggadewa.
Dan dalam pemerintahannya di bantu oleh permaisurinya yang bernama Sri Wardhani Pu
Kbin. Kekuasaan dia jalani dengan penuhrasa adil dan bijaksana. Kebijakan: Membangun
bendungan/tanggul untuk pengairan; Melarang rakyat menangkap ikan pada siang hari guna
pelestarian sumber daya alam; Mpu Sindok memperhatikan usaha pengubahan kitab budha
mahayana menjadi kitab sang hyang kamahayanikan
Dharmawangsa Teguh ( 990M-1016M). Menjadi raja karena menjadi cucu Mpu
Sindok. Memiliki tekat untuk memperluas daerah perdagangan yang dikuasai oleh sriwijaya.
Kebijakan. Meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan meningkatkan pertanian dan
perdagangan akan tetapi terhalang kekuasaan sriwijaya maka kerajaan medang menyerang
sriwijaya.Tetapi serangan itu tidak berhasil bahkan sriwijaya dapat membalas melalui
Kerajaan Wurawari ,serangan tersebut di beri nama Pralaya Medang. Pada peristiwa itu,
Dharmawangsa gugur
Airlangga/Erlangga ( 1019M-1042) Airlangga adalah putera dari Raja Bali Udayana
dan Mahendradatta, saudari Dharmawangsa Teguh. Ia dinikahkan dengan putri
Dharmawangsa Teguh Saat pernikahan itulah, terjadi Pralaya Medang Tetapi Airlangga
dapat melarikan diri ke hutan Wonogiri hingga pada tahun 1019 M ia dinobatkan sebagai
raja. Airlangga dapat memulihkan kewibawaan Medang dengan menaklukan raja-raja
terdahulu yaitu: Raja Bisaprabhawa (1029); Raja Wijayawarman (1030); Raja
Adhamapanuda (1031); Raja Wuwari (1035). Kebijakan Airlangga: Memperbaiki pelabuhan
Hujung Galung yang letaknya di Kali Brantas; Membangun waduk waringin sapta guna
mencegah banjir; Membangun jalan antara pesisir dengan pusat kerajaan. Berkat jerih
payah Airlangga, Medang Kamulan mencapai kejayaan dan kemakmuran.
Runtuhnya Medang Kamulan
Pada tahun 1042, Airlangga mengundurkan diri dari takhta kerajaan, lalu hidup
sebagai petapa dengan nama Resi Gentayu (Djatinindra). Menjelang akhir pemerintahannya
Airlangga menyerahkan kekuasaannya kepada putrinya Sangrama Wijaya Tunggadewi.
Namun, putrinya lebih memilih untuk menjadi seorang petapa dengan nama Ratu Giriputri.
Dan tahta beralih kedua putra Airlangga yang lahir dari seorang selir
Untuk menghindari perang saudara maka Kerajaan Medang Kamulan dibagi menjadi
dua oleh Mpu Bharada yakni: Kerajaan Janggala di sebelah timur diberikan kepada putra
sulungnya yang bernama Garasakan (Jayengrana), dengan ibu kota di Kahuripan (Jiwana)
meliputi daerah sekitar Surabaya sampai Pasuruan, Kerjaan Kediri ( Panjalu ) di sebelah
barat diberikan kepada putra bungsunya yang bernama Samarawijaya (Jayawarsa), dengan
ibu kota di Kediri (Daha), meliputi daerah sekitar Kediri dan Madiun.
Kehidupan Ekonomi
Mpu Sindok memerintah dengan bijaksana dilihat dari usaha yang ia lakukan, seperti
banyak membangun bendungan dan kebijaka yang lainnya.
Dharmawangsa yakni dengan meningkatkan perdagangan dan pertanian rakyat.
Begitu pula pada masa pemerintahan Airlangga, ia berusaha memperbaiki Pelabuhan
Hujung Galuh di muara Sungai Berantas dengan memberi tanggul-tanggul untuk mencegah
banjir dan kebijakan lainnya
Kehidupan sosial-budaya
Dalam bidang toleransi dan sastra, Mpu Sindok mengizinkan penyusunan kitab Sanghyang
Kamahayamikan (Kitab Suci Agama Buddha), padahal Mpu Sindok sendiri beragama Hindu.
Pada masa pemerintahan Airlangga tercipta karya sastra Arjunawiwaha yang dikarang oleh
Mpu Kanwa. Begitu pula seni wayang berkembang dengan baik, ceritanya diambil dari karya
sastra Ramayana dan Mahabharata yang ditulis ulang dan dipadukan dengan budaya Jawa
dan banyak karya sastra yang dihasilkan.[gs]
Melayu merupakan salah satu kerajaan tertua di Nusantara. Banyak ahli sejarah yang
memperkirakan bahwa kerajaan tersebut terletak di Sungai Batanghari, Jambi. Hal tersebut
dikarenakan banyaknya peninggalan kuno seperti candi dan arca yang ditemukan di sana.
Keberadaan kerajaan tersebut lebih banyak diketahui dari sumber-sumber China.
Pada masa pemerintahan Dinasti Tang dilaporkan bahwa pada tahun 644 dan 645 utusan dari
negeri Mo-lo-yeu (Melayu) datang ke Cina dengan membawa hasil bumi. Pengelana Cina I-tsing
kemudian melaporkan bahwa pada abad ke-7 kerajaan tersebut ditaklukan oleh Sriwijaya.
Setelah itu selama beberapa abad tidak ada laporan sedikit pun mengenai kerajaan tersebut.
Nama Melayu baru muncul kembali pada abad ke-12 ketika Kerajaan Singosari melancarkan
ekspedisi Pemalayu. Melayu mengalami masa kejayaan pada pemerintahan Raja Adityawarman,
seorang kerabat dari dinasti yang berkuasa di Majapahit. Menurut catatan pada arca Manjusti di
Candi Jago, Jawa Timur, menyebutkan bahwa Adityawarman membantu Gajah Mada
menaklukkan Pulau Bali. Setelah itu nama kerajaan tersebut tenggelam lagi.