Anda di halaman 1dari 5

KERAJAAN MEDANG KAMULAN

A. Sejarah Kerajaan Medang Kamulan


Setelah terjadinya bencana alam, berupa meletusnya Gunung Merapi di Jawa Tengah
yang diduga sebagai penyebab Kerajaan Mataram Kuno hancur pada saat kekuasaan Rakai
Sumba Dyah, maka sesuai dengan landasan kosmologis harus dibangun kerajaan baru dengan
wangsa yang baru pula.
Pada abad ke-10, cucu Sri Maharaja Daksa, Mpu Sindok, membangun kembali kerajaan
ini di Watugaluh (wilayah antara G. Semeru dan G. Wilis), Jawa Timur. Mpu Sindok naik
takhta kerajaan pada 929 M dan berkuasa hingga 948 M. Dengan demikian Mpu Sindok
dianggap sebagai cikal bakal wangsa baru, yaitu wangsa Isyana.

B. Kerajaan Medang Kamulan


Kerajaan Medang Kamulan adalah kerajaan Hindu beraliran Siwa yang ada di Jawa
Timur, pada abad ke 10. Kerajaan ini merupakan kelanjutan Dinasti Sanjaya (Kerajaan
Mataram Kuno di Jawa Tengah). Namun, letak Kerajaan Medang Kamulan berada di daerah
Jawa Timur, tepatnya di daerah Muara Sungai Brantas.
Mpu Sindok adalah pendiri kerajaan ini, Sekaligus pendiri Dinasti Isyana, yang
menurunkan raja-raja Medang. Dinasti Isyana memerintah selama 1 abad sejak tahun 929 M.
Pada tahun 929 M, Mpu Sindok memindahkan pusat kerajaan Mataram dari Jawa Tengah
ke Jawa Timur. Pemindahan pusat kerajaan tersebut diduga dilatar belakangi karena letusan
Gunung Merapi. Pada umumnya, istilah Kerajaan Medang hanya lazim dipakai untuk
menyebut periode Jawa Timur saja, Sementara itu, nama yang lazim dipakai untuk menyebut
Kerajaan Medang periode Jawa Tengah adalah Kerajaan Mataram Kuno atau Mataram
Hindu.

C. Wilayah Kekuasaan
Wilayah kekuasaan Kerajaan Medang Kamulan pada masa pemerintahan Mpu Sindok
mencakup :
1. Daerah Nganjuk di sebelah barat
2. Daerah Pasuruan di sebelah timur
3. Daerah Surabaya di sebelah utara,
4. Daerah Malang di sebelah selatan
Dalam perkembangan selanjutnya, wilayah kekuasaan Kerajaan Medang Kamulan
mencakup hampir seluruh wilayah Jawa Timur.

D. Raja-Raja yang Pernah Memerintah

1. Mpu Sindok ( 929 M – 949 M ).


Merupakan raja pertama yang memerintah selama 20 tahun. Mpu Sindok bergelar
Sri Maharaja Raka i Hino Sri Isana Wikrama Dharmatunggadewa. Dan dalam
pemerintahannya di bantu oleh permaisurinya yang bernama Sri Wardhani Pu Kbin.
Kekuasaan dia jalani dengan penuh rasa adil dan bijaksana.
Kebijakan:
 Membangun bendungan/tanggul untuk pengairan.
 Melarang rakyat menangkap ikan pada siang hari guna pelestarian sumber daya
alam.
 Mpu Sindok memperhatikan usaha pengubahan kitab budha mahayana menjadi
kitab sang hyang kamahayanikan.
Kehidupan sosial-budaya:
Dalam bidang sosial mpu Sindok menjunjung tinggi nilai toleransi, Mpu Sindok
mengizinkan penyusunan kitab Sanghyang Kamahayamikan (Kitab Suci Agama
Buddha), padahal Mpu Sindok sendiri beragama Hindu.

2. Sri Isyana Tunggawijaya


Sri Isyana Tunggawijaya merupakan putri dari Mpu Sindok. Tidak banyak
diketahui tentang masa pemerintahannya. Suaminya yang bernama Sri Lokapala
merupakan seorang bangsawan dari Pulau Bali. Tidak diketahui dengan pasti kapan
pemerintahan Sri Lokapala dan Sri Isyana Tunggawijaya berakhir. Menurut prasasti
Pucangan, yang menjadi raja selanjutnya adalah putra mereka yang bernama Sri
Makuthawangsawardhana.

3. Makuthawangsawardhana
Jalannya pemerintahan Makutawangsawardhana tidak diketahui dengan pasti.
Namanya hanya ditemukan dalam prasasti Pucangan sebagai kakek Airlangga. Prasasti
Pucangan juga menyebut Makutawangsawardhana memiliki putri
bernama Mahendradatta, yaitu ibu dari Airlangga.

4. Dharmawangsa Teguh ( 990M-1016M).


Menjadi raja karena merupakan cucu Mpu Sindok dan merupakan putra
Makutawangsyawardhana. Memiliki tekat untuk memperluas daerah perdagangan yang
dikuasai oleh sriwijaya.
Kebijakan:
 Dalam masa pemerintahan Dharmawangsa dihasilkan sebuah kitab hukum yang
bernama Syiwasyasana selain itu diterjemahkannya bagian kitab Mahabrata dari
bahasa Sanskerta ke bahasa Jawa Kuno seperti Adiparwa, Wirataparwa, dan
Bhimaparwa.
 Meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan meningkatkan pertanian dan
perdagangan, akan tetapi terhalang kekuasaan sriwijaya, Berita India Mengatakan
bahwa Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan persahabatan dengan Kerajaan Chola.
Hubungan ini bertujuan untuk membendung dan menghalangi kemajuan Kerajaan
Medang Kamulan pada masa pemerintahan Raja Dharmawangsa. Maka kerajaan
medang menyerang sriwijaya.
 Tetapi serangan itu tidak berhasil bahkan sriwijaya dapat membalas melalui Kerajaan
Wurawari, serangan tersebut di beri nama Pralaya Medang. Pada peristiwa itu
tepatnya tahun 1016, Dharmawangsa dan pembesar istana tewas, kecuali Airlangga
yang berhasil meloloskan diri.

5. Airlangga/Erlangga ( 1019M-1042M)
Airlangga adalah putera dari Raja Bali Udayana dan Mahendradatta yang memiliki
gelar Sri Maharaja Rakai Halu Sri Dharmawangsa Airlangga
Anantawikramottunggadewa. Ia dinikahkan dengan putri Dharmawangsa Teguh. Saat
pernikahan itulah, terjadi Pralaya Medang Tetapi Airlangga dapat melarikan diri ke hutan
Wonogiri hingga pada tahun 1019 M ia dinobatkan sebagai raja. Airlangga dapat
memulihkan kewibawaan Medang dengan menaklukan raja-raja bawahan (vassal)
Sriwijaya, seperti: Raja Bisaprabhawa (1029M); Raja Wijayawarman (1030M); Raja
Adhamapanuda (1031M); Raja Wuwari (1035M). Setelah berhasil memulihkan
kewibawaan kerajaan, Airlangga memindahkan ibukota kerajaan Medang ke Kahuripan.
Kebijakan Airlangga:
 Memperbaiki pelabuhan Hujung Galung yang letaknya di Kali Brantas.
 Membangun waduk waringin sapta guna mencegah banjir.
 Membangun jalan antara pesisir dengan pusat kerajaan.

Berkat jerih payah Airlangga, Medang Kamulan mencapai kejayaan dan


kemakmuran.

Kehidupan Sosial-budaya:
Pada masa pemerintahan Airlangga tercipta karya sastra Arjunawiwaha yang
dikarang oleh Mpu Kanwa. Begitu pula seni wayang berkembang dengan baik,
ceritanya diambil dari karya sastra Ramayana dan Mahabharata yang ditulis ulang
dan dipadukan dengan budaya Jawa.

E. Runtuhnya Kerajaan Medang Kamulan


Pada tahun 1042, Airlangga mengundurkan diri dari takhta kerajaan, lalu hidup sebagai
petapa dengan nama Resi Gentayu (Djatinindra). Menjelang akhir pemerintahannya
Airlangga menyerahkan kekuasaannya kepada putrinya Sangrama Wijaya Tunggadewi.
Namun, putrinya lebih memilih untuk menjadi seorang petapa dengan nama Ratu Giriputri.
Dan tahta beralih ke kedua putra Airlangga yang lahir dari seorang selir Airlangga. Untuk
menghindari perang saudara maka Kerajaan Medang Kamulan dibagi menjadi dua oleh Mpu
Bharada yakni: Kerajaan Janggala di sebelah timur diberikan kepada putra sulungnya yang
bernama Garasakan (Jayengrana), dengan ibu kota di Kahuripan (Jiwana) meliputi daerah
sekitar Surabaya sampai Pasuruan, Kerjaan Kediri ( Panjalu ) di sebelah barat diberikan
kepada putra bungsunya yang bernama Samarawijaya (Jayawarsa) dengan ibu kota di Kediri.

F. Peninggalan-Peniggalan Kerajaan Medang Kamulan

1. Prasasti Anjuk Ladang

Prasasti Anjuk Ladang adalah piagam batu berangka tahun 859 Saka
(versi L.-C. Damais, 937 M) atau 857 Saka ((versi Brandes, 935 M) yang
dikeluarkan oleh Raja Sri Isyana (Mpu Sindok) dari Kerajaan Medang
setelah pindah ke bagian timur Pulau Jawa. Prasasti ini juga disebut Prasasti
Candi Lor karena ditemukan pada reruntuhan Candi Lor, di Desa
Candirejo, Loceret, Nganjuk, beberapa kilometer di tenggara kota Nganjuk.
Penamaan "Anjuk ladang" mengacu pada nama tempat yang disebutkan
dalam prasasti ini.

2. Kitab Arjuna Wiwaha

Kitab Arjuna Wiwaha adalah kakawin atau wacana puisi yang ditulis
dalam bahasa jawa kuno pertama yang berasal dari Jawa Timur. Karya
sastra ini ditulis oleh Mpu Kanwa pada masa pemerintahan Prabu
Airlangga, yang memerintah di Jawa Timur dari tahun 1019 sampai
dengan 1042 Masehi. Sedangkan kakawin ini diperkirakan digubah sekitar
tahun 1030.

3. Patung Airlangga

Patung tersebut merupakan Raja Airlangga yang sedang naik Burung


Garuda yang kakinya mencengkeram seekor ular naga. Patung itu bisa
dijumpai di halaman luar Museum Airlangga Kediri, di tempat terbuka.
Dalam agama Hindu, Garuda adalah kendaraan Wisnu, dan Airlangga adalah
penganut Hindu yang taat. Patung Airlangga ini bisa menggambarkan
kebesaran kerajaannya dan dirinya sebagai jelmaan Wisnu yang memberinya
otoritas. Patung Airlangga ditemukan di desa Belahan, Jawa Timur.
4. Prasasti Pucangan
Pucangan merupakan sebuah prasasti yang
berbahasa Sanskerta dan Jawa Kuno, merupakan prasasti peninggalan
zaman pemerintahan Airlangga, yang menjelaskan tentang beberapa
peristiwa serta silsilah keluarga raja secara berurutan. Prasasti ini
disebut juga dengan Calcutta Stone, karena sekarang prasasti ini
disimpan di Museum India di Kolkata (Calcutta), India. Prasasti
Pucangan terdiri dari dua prasasti berbeda yang dipahat pada sebuah
batu, di sisi depan menggunakan bahasa Jawa Kuno dan di sisi belakang
menggunakan bahasa Sanskerta, namun kedua prasasti tersebut ditulis dalam aksara Kawi
(Jawa Kuno).

5. Prasasti Tangeran (933 M)

Ditemukan di Desa Tangeran (daerah Jombang), isinya Mpu Sindok


memerintah bersama permaisurinya Sri Wardhani.

6. Prasasti Bangil
Isinya Mpu Sindok memerintahkan pembangunan candi untuk tempat
peristirahatan mertuanya yang bernama Rakyan Bawang

7. Prasasti Kalkuta

Isinya tentang peristiwa hancurnya istana milik Dharmawangsa juga


memuat silsilah raja-raja Medang Kamulan.

DAFTAR PUSTAKA

 http://www.skokul.com/1029/hubungan-kerajaan-medang-kamulan-dengan-
kerajaan-mataram-kuno/
 http://www.gurusejarah.com/2015/09/kerajaan-medang-kamulan.html
 Wikipedia.com
 https://ririnanggraeni.wordpress.com/2012/11/19/kerajaan-medang-kamulan/

Anda mungkin juga menyukai